• Tidak ada hasil yang ditemukan

a. Sampel dan Pengujian Komposisi Sampah

(1) Penentuan Populasi Sampel

Populasi sampel ditentukan berdasarkan jumlah kendaraan yang mengangkut sampah ke TPA Namo Bintang. Selain berdasarkan jumlah kendaraan, penentuan juga berdasarkan jenis kendaraan serta cakupan wilayah kerjanya. Data populasi sampel diperoleh dari data sekunder Gambar 13 : Desikator untuk menyimpan bahan agar bahan yang sedang diuji

39 Dinas Kebersihan Pemerintah Kota Medan mengenai jumlah serta cakupan wilayah kerja kendaraan yang beroperasi mengangkut sampah ke TPA Namo Bintang. Demikian juga dengan data jumlah dan jenis kendaraan pengangkut sampah ke TPA Kuala Bingai diperoleh dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Langkat.

(2) Pengambilan Sampel dan Pengukuran Volume

Pengambilan sampel dilakukan dengan mengutip sampah secara acak dari kendaraan pengangkut yang membongkar di TPA. Sampel yang diambil adalah sampel yang baru dibongkar dan belum dilakukan pengutipan oleh pemulung. Sampah dimasukkan ke dalam dua atau tiga kantong plastik dengan volume yang lebih besar dari volume sampel yang dibutuhkan. Sampah kemudian dimasukkan ke dalam kotak pengukur volume dan diaduk untuk proses homogenisasi. Setelah homogen, sampel diambil sebanyak volume yang proposional dengan banyaknya kendaraan yang membongkar sampah di TPA. Volume sampel sampah untuk pengujian komposisi sampah yang diambil pada masing-masing TPA adalah 1000 liter atau 1 m3. Pengukuran volume sampah dilakukan dengan menggunakan kotak yang terbuat dari kayu dengan ukuran 250 liter.

(3) Penentuan Komposisi Sampah

Sampel sampah sebanyak 1000 liter dipisahkan secara manual oleh pekerja lapangan. Masing-masing jenis sampah yang sudah dipisah, dimasukkan ke dalam kantong plastik terpisah. Sesuai pedoman, maka pemilahan sampah dilakukan atas:

40 (i) Makanan

Jenis makanan terdiri atas sisa makanan (nasi, mie, biskuit, roti, dll), bungkus makanan dari daun, sampah sayuran/buah-buahan, kulit buah, batang sayuran, dan lain-lain.

(ii) Kertas, Karton dan Nappies.

Kertas, karton dan nappies terdiri atas kertas koran, kertas pembungkus, barang cetakan, buku tulis, karton, tampon, disposable diapers, kertas tissue, dan sejenisnya.

(iii) Kayu dan Sampah Taman

Kayu dan sampah taman terdiri atas kayu bekas furniture, kayu bangunan (pagar, kusen, dll), daun, ranting/batang pohon dari perawatan taman, perawatan halaman, dan lain-lain.

(iv) Kain dan Produk Teskstil

Kain dan produk tekstil terdiri atas pakaian bekas, selimut bekas, majun, kain perca, lap, pel, tas/sepatu dari kain, kasur/bantal bekas dan lain-lain.

(v) Karet dan Kulit

Jenis sampah karet dan kulit terdiri atas sisa karet busa, ban bekas, sarung tangan karet, tas/sepatu dari karet atau kulit, dan lain-lain.

(vi) Plastik

Jenis sampah plastik digabungkan dari sampah botol plastik, kemasan dari plastik, kantong kresek, ember plastik, gantungan baju dan lain-lain barang dari plastik.

41 (vii) Logam

Jenis sampah logam terdiri atas besi bekas perkakas, rangka furniture, kawat, potongan logam, can (kaleng minuman), dan lain- lain.

(viii) Gelas

Sampah yang dimasukkan dalam kelompok gelas adalah pecahan gelas, piring dan barang-barang keramik, botol gelas, lampu, dan barang-barang dari gelas/keramik lainnya

(ix) Komponen Sampah Lain

Komponen sampah lain terdiri atas tanah, abu, rambut, dan lain-lain (organik) dan batu, bongkahan bangunan, barang-barang elektronik bekas, dan lain-lain (anorganik).

(4) Pengukuran Berat Komposisi Sampah

Sampah yang sudah dipilah dimasukkan dalam kantong plastik yang diberi label sesuai jenisnya. Pengukuran berat sampah dilakukan dengan menimbang kantongan plastik yang berisi sampah menggunakan timbangan mekanis secara langsung di lapangan. Pencatatan dilakukan untuk mendapatkan nilai berat masing-masing jenis sampah hasil pilahan.

(5) Pengumpulan Data

Data masing-masing lokasi survey dikumpulkan nilai besaran komposisi sampah serta waktu survey. Hasil survey dibuat dalam bentuk tabel komposisi dan berat masing-masing jenis sampah.

42 (6) Analysis Data

Dari hasil penimbangan dapat diketahui berat dari 1 m3 sampah yang sekaligus juga merupakan berat jenis sampah. Dari pengukuran gravimetri juga dapat diketahui masing-masing berat dari tiap jenis sampah. Analysis data dilakukan dengan membandingkan hasil pengujian survey pertama (musim kering) dan survey kedua (musim hujan) serta memperbandingkan antara lokasi Namo Bintang-Medan dan Kuala Bingai-Stabat untuk masing-masing komposisi. Analisis juga dilakukan dengan data sekunder hasil survey pengukuran sampah TPA yang menggunakan sistem pengukuran berat dari setiap truk yang masuk ke TPA.

Analisis dilakukan dengan memperhatikan juga kemungkinan terjadinya pengurangan volume sampah oleh pemulung yang masih punya nilai ekonomi selama dalam perjalanan dari sumbernya hingga membongkar di TPA. Sampah organik merupakan sampah yang potensial menghasilkan gas rumah kaca, sehingga kajian lanjutan dilakukan untuk melihat kandungan keringnya. Sampel masing-masing jenis sampah dikurangi beratnya hingga maksimum 5 kg untuk dijadikan sampel sampah pengujian kandungan kering di laboratorium. Proses pengurangan berat sampel hingga mencapai 5 Kg. dilakukan dengan metodhe quartering.

(7) Penyajian Data

Data hasil analisis komposisi jenis sampah ditampilkan dalam bentuk narasi dan dilengkapi dengan tabel dan grafik untuk mempermudah

43 pemahaman terhadap hasil yang ditampilkan. Hasil analisis disimpulkan sebagai dasar pertimbangan untuk menghitung emisi dan juga membangun kebijakan pengurangan emisi gas rumah kaca yang berasal dari TPA. Hasil survey juga dimanfaatkan untuk masukan bagi membangun kebijakan pengelolaan limbah padat perkotaan bagi Dinas Kebersihan Kota Medan dan juga Kota Stabat.

b. Sampel dan Pengujian Kandungan Kering Sampah

(1) Penentuan Sampel Kandungan Kering

Pengujian kandungan kering sampah merupakan kelanjutan dari pengujian komposisi jenis sampah, sehingga sampel yang digunakan berasal dari sampel pengujian komposisi sampah. Dari masing-masing komposisi sampah diambil sampel sebanyak 5 (lima) kilogram untuk pengujian kandungan kering di laboratorium. Sampel jenis sampah yang memiliki berat kurang dari lima kilogram, langsung dijadikan sampel untuk pengujian kandungan kering. Sampel yang beratnya lebih dari lima kilogram dikurangi dengan cara melakukan Quartering. Perlakuan quartering dimaksudkan untuk mendapatkan sampel yang lebih representatif bagi pengujian kandungan kering. Perlakuan quartering yang dilakukan di TPA dan juga dilaboratorium adalah dengan cara sebagai berikut:

(i) Sampel yang memiliki berat lebih dari lima kilogram diaduk sehingga relatif homogen.

(ii) Adukan sampah dibagi atas empat bahagian. Dua bahagian dipilih dan dua bahagian lainnya di singkirkan. Hal yang sama dilakukan

44 Buang Buang Campur Campur Bagi Bagi Buang Buang Campur Campur Bagi Bagi

berulang, sehingga diperoleh berat sampel mencapai lima kilogram, kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik tertutup rapat untuk dibawa ke laboratorium.

(iii)Proses quartering dilakukan kembali di laboratorium untuk mendapatkan sample sampah seberat 1 (satu) kilogram. Sampel diperkecil ukurannya menggunakan parang dan gunting dan diaduk hingga homogen. Sebagian dari sampel (± 400 gram) yang sudah diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam cawan ceramic atau alluminium tray untuk pengujian kandungan bahan kering.

(2) Pengujian Kandungan kering

Pengujian kandungan kering dilakukan dengan melepaskan kandungan air dari dalam sampah, sehingga diketahui kandungan kadar keringnya. Perlakuan melepaskan kandungan air dilakukan dengan cara memanaskan sampel dalam oven atau meletakkan sampel dalam wadahnya pada ruang terbuka. Kegiatan percobaan mendapatkan nilai kandungan kadar kering Gambar 14 : Prinsip perlakuan quartering untuk mendapatkan berat sampel 5

kg yang akan dijadikan populasi sampel untuk pengujian kandungan bahan kering di laboratorium.

hasil akhir yang dijadikan sampel uji kandungan kadar kering di laboratorium

45 dari sampah dilakukan pada Laboratorium Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara. Prosedur untuk memperoleh kandungan kadar kering dilakukan dengan menggunakan tiga methode yaitu:

(i) Pengeringan dalam oven pada temperatur 1050C

Wadah sampel dalam bentuk cawan keramik ditimbang berat kosongnya. Sampel dimasukkan ke dalam cawan keramik dan kemudian ditimbang kembali untuk menentukan berat sampel.Untuk satu jenis sampah digunakan tiga buah cawan sampel. Nilai kandungan bahan kering ditentukan dari berat rata-rata sampel kering dari tiga buah cawan yang dipanaskan dalam oven.

Sampel dipanaskan pada temperatur 1050C. Pemanasan awal dilakukan selama dua jam, kemudian dilakukan pengukuran perubahan berat sampel. Selama proses pemanasan berikutnya dilakukan pengukuran terhadap perubahan berat sampel setiap satu jam. Pemanasan dihentikan setelah berat sampel menjadi stabil. Kandungan air yang dilepas dari sampel dihitung dari berat air dalam sampah per berat sampah basah. Kandungan bahan kering (% berat) adalah 100% dikurangi kandungan air (% berat).

(ii) Pengeringan dalam oven pada temperatur 850C selama tiga hari

Sampel dimasukkan ke dalam wadah aluminium yang telah ditimbang beratnya. Sampel dan wadah aluminium ditimbang kembali untuk mengetahui berat sampel yang akan dikeringkan. Sampel dimasukkan ke dalam oven dan kemudian dipanaskan pada temperatur 850C selama tiga hari. Pengukuran berat sampel awal dilakukan setelah

46 pemanasan dua jam. Pengukuran untuk menentukan penurunan berat sampel berikutnya dilakukan setiap delapan jam. Penentuan kandungan air yang dilepas dari sampel dihitung dari berat awal wadah aluiminium dan sampel dikurangi dengan berat wadah dan sampelnya setelah dipanaskan.

(iii) Pengeringan di ruangan terbuka pada temperatur ruangan.

Sampel dimasukkan kedalam wadah aluminium yang sudah ditimbang beratnya, kemudian ditimbang kembali untuk mengetahui berat sampel yang dimasukkan. Sampel diletakkan di tempat udara terbuka. Pengukuran berat sampel dilakukan setiap hari selama dua puluh hari kalender proses pengeringan. Selama proses pengeringan dilakukan poencatatan terhadap kelembaban udara (Rh) dan temperatur ruangan (T). Hasil pengukuran dicatat dan dalam bentuk tabel sebagai hasil dari proses pengujian kandungan kadar kering sampah.

4. Pengolahan dan Analysis Data

Data komposisi sampah untuk masing-masing lokasi survey serta waktu survey dibuat dalam tabel kandungan kadar kering sampah. Pengolahan data dilakukan dengan membuat perbandingan dari data yang diperoleh dan dikaitkan dengan komposisi jenis sampahnya. Masing-masing hasil perbandingan ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik sehingga memudahkan pembacaan hasil penyajiannya. Kandungan kadar kering sampah dari bahan organik merupakan bahan yang berpotensi untuk menghasilkan emisi gas rumah kaca. Makin tinggi kandungan kadar kering bahan organik, maka makin tinggi potensinya untuk membangkitkan emisi gas rumah kaca.

47 IV. HASIL DAN ANALISIS

Dokumen terkait