• Tidak ada hasil yang ditemukan

2 TINJAUAN PUSTAKA

3.5 Pemilihan Model Analisis

3.5.1 Analisis Hierarki Proses (AHP)

Gambar 17 Kerangka analisis data

3.5.1 Analisis Hierarki Proses (AHP)

Metode Analitical Hierarchy Process (AHP) merupakan salah satu alat, berupa proses dalam sistem pendukung keputusan (decision support system) untuk pengambilan keputusan yang multi kriteria melalui analisis perbandingan ( Saaty dan Vargas 1994)

Peralatan utama AHP adalah sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. Dengan hirarki, suatu masalah kompleks dan belum terstruktur dipecah kedalam kelompok-kelompok tertentu berdasarkan ciri-ciri ataupun kriterianya, dan kemudian kelompok-kelompok tersebut disusun kembali menjadi suatu bentuk hirarki. Penjabaran ini dilakukan terus hingga diperoleh kriteria yang bersifat operasional dan terstruktur. Ada beberapa ketentuan yang digunakan didalam AHP, diantaranya :

1) Pengambil keputusan harus dapat membuat perbandingan dan menyatakan

preferensinya. Preferensi seseorang harus dapat dinyatakan dalam skala Unsur-unsur

pelayanan

V1 V2 ………. V(n-1) Vn

Estimasi demand dan supply produksi perikanan tangkap (Analisis Statistika)

Konsep : Pola Pengoptimuman kinerja layanan PPN Ambon V= Variabel

Analisis keterkaitan antar variabel- variabel & skala prioritas (AHP)

Analisis matriks kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman (SWOT )

terbatas atau dengan kata lain elemen-elemennya dapat dibandingkan satu sama lain.

2) Preferensi dinyatakan dengan asumsi bahwa kriteria tidak dipengaruhi oleh alternatif-alternatif melainkan oleh tujuan secara keseluruhan. Hal ini menunjukkan ketergantungan atau pengaruh dalam model AHP adalah searah keatas. Artinya, perbandingan antar elemen-elemen dalam satu level dipengaruhi oleh elemen-elemen dalam level diatasnya.

3) Sebagai langkah akhir dari rangkaian proses analisis merupakan suatu penentuan skala prioritas.

Adapun kelebihan yang dimiliki bila menggunakan metoda AHP adalah:

(1) Proses pengambilan keputusan terbuka/ transparan

(2) Tujuan untuk kriteria dapat dirubah bila dirasa tidak sesuai

(3) Bisa mengakomodasi berbagai interest yang berbeda

(4) Hasil pemilihan bisa diharapkan lebih baik

3.5.1.1 Persepsi responden

Sesuai dengan kaidah yang harus dianut dalam AHP, bahwa penilaian harus didasarkan pada persepsi manusia melalui olah intelektual dan wawasan. Untuk hal ini, yang dijadikan responden sebagai pemberi penilaian terhadap tingkat kepentingan, adalah mereka yang memenuhi ketentuan berikut :

1) Mereka mengerti dengan masalah yang diajukan.

2) Mereka merasakan akibat dari suatu masalah.

3) Mereka mempunyai kepentingan dengan masalah tersebut.

Berdasarkan ketentuan di atas, maka responden yang dipilih dalam kajian ini sebagai stakesholder terdiri atas:

(1) Wakil dari Regulator: Bappeda, Dinas Perikanan Dinas Pekerjaan Umum.

(2) Wakil dari Operator : Pihak PPN Ambon.

(3) Wakil dari Expert : Dosen dan mahasiswa Jurusan Kelautan.

(4) Wakil dari User : Nelayan, pedagang, dan pengusaha industri terkait.

3.5.1.2 Penyusunan kriteria

Pendekatan analisis dalam penentuan skala prioritas pengembangan pelabuhan dapat dilihat pada Gambar 3.10, yaitu Urutan Penyusunan Hirarki berikut ini:

Gambar 18 Urutan penyusunan hierarki

Karena pemecahan masalah didalam AHP didasarkan pada pertimbangan multi kriteria, maka ada beberapa sifat kriteria yang akan dipenuhi yaitu:

1) Minimum : yaitu jumlah kriteria diusahakan tidak terlalu banyak dan berlebihan untuk memudahkan analisis.

2) Independen: yaitu setiap kriteria tidak saling bergantung/ tumpang tindih dan harus dihindarkan pengulangan kriteria untuk suatu maksud yang sama.

3) Lengkap : yaitu kriteria harus mencakup seluruh aspek penting

dalam persoalan.

4) Operasional : yaitu kriteria harus dapat diukur dan dianalisa, baik secara

kualitatif maupun kuantitatif, dan dapat dikomunikasikan.

3.5.1.3 Perhitungan nilai perbandingan

Teknik dalam menentukan nilai-nilai perbandingan yang akan digunakan adalah dengan Weighting Methods, yaitu penentuan nilai perbandingan untuk tiap-tiap kriteria, dan sub kriteria diperoleh dari hasil pengisian kuesioner dari responden. Para responden dianggap telah mengetahui mekanisme pengembangan pelabuhan. Dari hasil pengisian kuesioner, biasanya nilai perbandingan dari tiap-tiap kriteria level maupun sub-sub kriteria level tidak sama. Untuk itu harus dibuat

Kriteria ke 1 . . . . . . . . Kriteria ke n Sub kriteria 1 . . . . . . . . Sub kriteria ke Tolok ukur ke 1 . . . . . . . . Tolok ukur ke n GOAL

nilai rata-rata perbandingannya. Nilai perbandingan tersebut diatas, selanjutnya akan digunakan untuk penentuan bobot tiap-tiap kriteria:

- Mengacu pada tujuan Membandingkan antar kriteria a. Kriteria ke (1) dengan kriteria ke (2)

b. Kriteria ke (1) dengan kriteria ke (3)

c. Kriteria ke (n-1) dengan kriteri ke (n), dan seterusnya. - Mengacu pada kriteria Membandingkan antar sub kriteria

a.Sub kriteria (1) dengan Sub kriteria (2) b.Sub kriteria (1) dengan Sub kriteria (3)

c.Kriteria ke (n-1) dengan kriteri ke (n), dan seterusnya.

3.5.1.4 Perhitungan rata-rata geometrik

Prioritas dari suatu kriteria atau sub kriteria dapat diartikan sebagai tingkat atau nilai kepentingan, prosentase pengaruh serta manfaat dari suatu kriteria ataupun sub kriteria lainnya yang dibandingkan dalam level yang sama. Untuk menentukan nilai prioritas dari masing-masing kriteria dan atau sub kriteria tersebut, maka nilai perbandingan yang diperoleh dari hasil pengisian kuesioner disusun kedalam matrik perbandingan.

Tabel 5 Perhitungan Rata-rata

Y1 Y2 Yn-1 Yn Keterangan Y1 *(1) * * *

* nilai yang diberikan oleh responden = nilai rata-rata geometrik

= (G1. G2. G3... G9)1/n

dimana G = nilai perbandingan antara suatu variabel dengan variabel lainnya menurut responden

m = banyaknya responden

Y1 sampai dengan Yn = kriteria atau sub kriteria level Y2 * *(1) * *

Yn-1 * * *(1) * Yn * * * *(1)

* * * *

3.5.1.5 Penentuan bobot prioritas

Dari hasil perhitungan matrik berpasangan akan diperoleh dua buah nilai yaitu nilai prioritas lokal dan nilai prioritas global. Nilai prioritas lokal menggambarkan pengaruh relatif himpunan elemen dalam matrik tersebut

terhadap elemen pada level tepat diatasnya. Nilai prioritas global menyatakan pengaruh relatif masing-masing elemen terhadap pencapaian tujuan (goal), karena pengaruh level di bawahnya.

Y1 Y2 Yn-1 Yn Bobot Prioritas Keterangan Y1 B B B B BP.Y1= B / X Y = Kriteria level X =  Kriteria Y2 B B B B BP.Y2= B / X Yn-1 B B B B BP.Yn-1= B / X Yn B B B B BP.Yn= B / X Y1 BP.Y Y2 BP.Y Yn-1 BP.Y Yn

BP.Y Prioritas Global Keterangan Z1 BP.Z BP.Z BP.Z BP.Z1 PG Y = Kriteria level

Z = Sub kriteria level (level dibawah Y) Z2 BP.Z BP.Z BP.Z BP.Z2 PG

PG =  (BP.Z x BP.Y)

3.5.1.6 Pengujian konsistensi dari nilai perbandingan

Untuk dapat menghitung ratio konsistensi (CR) dari suatu nilai perbandingan untuk mendapatkan nilai prioritas atau bobot, maka terlebih dahulu harus dihitung konsistensi indeksnya (CI). Kemudian dengan menggunakan nilai yang diperoleh dari tabel random (RI) dapat dihitung ratio konsistensinya.

CI  . . . (3.1 )

RI CI

CR  . . . (3.2)

Dokumen terkait