• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS HUBUNGAN CURAHAN WAKTU KERJA DENGAN KONDISI SOSIAL-EKONOM

Bab ini menyajikan data mengenai hubungan antara curahan waktu kerja responden dengan kondisi sosial-ekonomi rumah tangga. Curahan waktu kerja teridiri atas kegiatan produktif, kegiatan reproduktif, dan kegiatan sosial. Indikator sosial-ekonomi rumah tangga terdiri atas tingkat pendapatan, pola konsumsi, kesempatan usaha, dan kepemilikan asset. Hubungan antara curahan waktu kerja responden diuji menggunakan uji korelasi Tau Kendall’s pada taraf nyata 0.05. Pengambilan keputusan terhadap uji hubungan berdasarkan perbandingan nilai p-

value hitung dan nilai taraf nyata. Jika nilai p-value hitung lebih kecil dari nilai

taraf nyata, maka keputusannya adalah tolak H0 yang berarti terdapat hubungan yang signifikan. Hipotesis penelitian dijelaskan pada pernyataan berikut:

H0 : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara curahan waktu kerja responden dengan kondisi sosial-ekonomi rumah tangga.

H1 : Terdapat hubungan yang signifikan antara curahan waktu kerja responden dengan kondisi sosial-ekonomi rumah tangga.

Hubungan Curahan Waktu Kerja Responden Perempuan dengan Kondisi Sosial-Ekonomi Rumah Tangga

Indikator kondisi sosial-ekonomi yang berhubungan signifikan dengan curahan waktu kerja adalah tingkat pendapatan dan kesempatan usaha (lihat Tabel 38). Curahan waktu kerja kegiatan produktif istri mempunyai hubungan yang signifikan dengan tingkat pendapatan dengan nilai p-value sebesar 0.030.

Tabel 38 Hasil uji korelasi Tau Kendall’s antara curahan waktu kerja responden perempuan dengan kondisi sosial-ekonomi rumah tangga

Curahan waktu kerja Kondisi sosial-ekonomi Tingkat pendapatan Pola konsumsi Kesempatan usaha Kepemilikan asset Produktif 0.030* 0.064 0.504 0.440 Sosial 0.112 0.376 0.692 0.731 Reproduktif 0.132 0.296 0.036* 0.379

Keterangan: *Signifikan pada taraf nyata 0.05

Tabel 38 menunjukkan bahwa pada kegiatan produktif responden yang rendah, tingkat pendapatan responden cenderung rendah dan sedang, yaitu dengan persentase masing-masing sebesar 3.68 persen dan 47.4 persen. Sementara, responden dengan kegiatan produktif tinggi, tingkat pendapatan cenderung sedang dan tinggi, dengan persentase sebesar 56.2 persen dan 37.5 persen. Hal ini berarti, jika perempuan mempunyai peran dalam kegiatan produktif dan terlibat dalam kegiatan mencari nafkah, maka semakin meningkatkan pendapatan rumah tangga

Tabel 39 Distribusi responden perempuan berdasarkan curahan waktu kerja kegiatan produktif dan tingkat pendapatan rumah tangga

Tingkat pendapatan

Curahan waktu kegiatan produktif Jumlah n (%) Rendah n (%) Tinggi n (%) Rendah 7 (36.8) 1 (6.2) 8 (22.9) Sedang 9 (47.4) 9 (56.2) 18 (51.4) Tinggi 3 (15.8) 6 (37.5) 9 (25.7) Jumlah n (%) 19 (100.0) 16 (100.0) 35 (100.0) Curahan waktu kegiatan reproduktif mempunyai hubungan yang signifikan dengan kesempatan usaha dengan nilai p-value sebesar 0.036 dan nilai korelasi sebesar -0.360. Hal ini berarti antara curahan waktu kegiatan reproduktif dan kesempatan usaha memiliki hubungan yang negatif. Artinya, curahan waktu kegiatan reproduktif responden perempuan yang tinggi, maka kemampuan responden dalam membuka usaha baru semakin tidak mudah. Kemampuan responden perempuan untuk membuka usaha baru membutuhkan lebih banyak jumlah jam kerja pada kegiatan produktif, sedangkan jumlah jam kerja pada kegiatan reproduktif yang semakin tinggi, menyebabkan jam kerja kegiatan produktif perempuan semakin rendah. Oleh karena itu, selain karena belum cukupnya dana untuk membuka usaha baru, jam kerja kegiatan reproduktif perempuan yang masih tinggi, menyebabkan tidak mudahnya kemampuan perempuan untuk membuka usaha baru. Beberapa responden menyatakan bahwa mereka belum mampu untuk membuka usaha kembali karena masih mempunyai tanggungan untuk mengurus rumah tangga, misalnya keajiban untuk mengurus anak dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Tabel 40 menunjukkan bahwa responden dengan curahan waktu kegiatan reproduktif yang tinggi, sebagian besar tidak mudah untuk membuka usaha baru.

Tabel 40 Distribusi responden perempuan berdasarkan curahan waktu kerja kegiatan reproduktif dan kesempatan usaha

Kesempatan usaha

Curahan waktu kerja kegiatan

reproduktif Jumlah n (%) Rendah n (%) Tinggi n (%) Tidak mudah 5 (55.6) 23 (88.5) 28 (80.0) Mudah 4 (44.4) 3 (11.5) 7 (20.0) Jumlah n (%) 9 (100.0) 26 (100.0) 35 (100.0) Curahan waktu kerja produktif tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan pola konsumsi, kesempatan usaha, dan kepemilikan asset. Pola konsumsi rumah tangga lebih dipengaruhi oleh tingkat pendapatan rumah tangga. Semakin meningkat pendapatan rumah tangga, konsumsi terhadap bahan makanan semakin rendah. Curahan waktu kerja kegiatan produktif responden yang tinggi, tidak mempengaruhi kesempatan usaha. Baik responden yang memiliki curahan waktu

kerja rendah maupun tinggi, sama-sama menyatakan bahwa tidak mudah untuk membuka peluang usaha baru. Curahan waktu kerja produktif responden tidak berhubungan dengan kepemilikan asset. Sebagian besar kegiatan produktif responden adalah rendah, akan tetapi tingkat kepemilikan asset nya adalah tinggi.

Hubungan Curahan Waktu Kerja Responden Laki-laki dengan Kondisi Sosial-Ekonomi Rumah Tangga

Indikator kondisi sosial-ekonomi yang memiliki hubungan yang signifikan dengan curahan waktu kerja responden laki-laki adalah pada kegiatan produktif dengan pola konsumsi dan kepemilikan asset, pada kegiatan sosial dengan tingkat pendapatan, dan pada kegiatan reproduktif dengan tingkat pendapatan (lihat Tabel 41). Curahan waktu kegiatan produktif laki-laki mempunyai hubungan yang signifikan dengan pola konsumsi dengan nilai p-value sebesar 0.035, hal ini berarti semakin tinggi curahan waktu kegiatan produktif responden, semakin tinggi pola konsumsi rumah tangga. Sebesar 60.0 persen responden dengan kegiatan produktif tinggi memiliki pola konsumsi yang tergolong tinggi (lihat Tabel 42)

Tabel 41 Hasil uji korelasi Tau Kendall’s antara curahan waktu kerja responden laki-laki dan kondisi sosial-ekonomi

Curahan waktu kerja Kondisi sosial-ekonomi Tingkat pendapatan Pola konsumsi Kesempatan usaha Kepemilikan asset Produktif 0.497 0.035* 0.357 0.014* Sosial 0.032* 0.067 0.243 0.630 Reproduktif 0.044* 0.940 0.377 0.702

Keterangan: * Signifikan pada taraf nyata 0.05

Tabel 42 Distribusi responden laki-laki berdasarkan kegiatan produktif dan pola konsumsi Pola konsumsi Kegiatan produktif Jumlah n (%) Rendah n (%) Tinggi n (%) Rendah 8 (80.0) 10 (40.0) 18 (51.4) Tinggi 2 (20.0) 15 (60.0) 17 (48.6) Jumlah n (%) 10 (100.0) 25 (100.0) 35 (100.0) Curahan waktu kerja kegiatan produktif mempunyai hubungan yang signifikan dengan kepemilikan asset dengan nilai p-value sebesar 0.014 dengan nilai koefisien korelasi sebesar -0.420. Tabel 43 menunjukkan hubungan antara kegiatan produktif responden laki-laki dengan kepemilikan asset. Kegiatan produktif responden laki-laki yang tinggi, kepemilikan asset rumah tangga semakin rendah. Sementara kegiatan produktif responden laki-laki yang semakin

rendah, kepemilikan asset rumah tangga cenderung tinggi. Akan tetapi, kondisi yang terjadi di lokasi penelitian menunjukkan keadaan yang sebaliknya. Berdasarkan kepemilikan asset rumah tangga responden yang mengalami peneningkatan setelah mengikuti program, maka seharusnya kegiatan produktif laki-laki yang tinggi akan semakin meningkatkan kepemilikan asset rumah tangga.

Tabel 43 Distribusi responden laki-laki berdasarkan kegiatan produktif dan kepemilikan asset rumah tangga

Kepemilikan asset Kegiatan produktif Jumlah n (%) Rendah n (%) Tinggi n (%) Rendah 1 (10.0) 14 (56.0) 15 (42.9) Tinggi 9 (90.0) 11 (44.0) 20 (57.1) Jumlah n (%) 10 (100.0) 25 (100.0) 35 (100.0) Berdasarkan hasil uji korelasi Tau Kendall’s, terhadap curahan waktu kerja kegiatan sosial responden laki-laki dengan tingkat pendapatan, menunjukkan bahwa kegiatan sosial berpengaruh positif terhadap tingkat pendapatan. Tabel 44 menunjukkan bahwa semakin tinggi kegiatan sosial responden laki-laki, maka semakin tinggi tingkat pendapatan. Akan tetapi, pada kondisi yang nyata di lokasi penelitian, tidak terdapat hubungan antara kegiatan sosial dengan tingkat pendapatan. Hal ini karena dalam kegiatan sosial yang diikuti oleh responden tidak ada kegiatan yang mengindikasikan dapat menambah penghasilan responden. Kegiatan sosial seperti kerja bakti, pengajian, membantu hajatan tetangga, musyawarah desa, dan rapat RT/RW sifatnya hanya sukarela dan tujuan responden untuk mengikuti kegiatan sosial bukan untuk mencari tambahan penghasilan.

Tabel 44 Distribusi responden laki-laki berdasarkan kegiatan sosial dan tingkat pendapatan rumah tangga

Tingkat pendapatan Kegiatan sosial Jumlah n (%) Rendah n (%) Tinggi n (%) Rendah 6 (35.3) 2 (11.1) 8 (22.9) Sedang 9 (52.9) 9 (50.0) 17 (51.4) Tinggi 2 (11.8) 7 (38.9) 9 (25.7) Jumlah n (%) 10 (100.0) 25 (100.0) 35 (100.0) Curahan waktu kegiatan reproduktif responden laki-laki memiliki hubungan yang signifikan dengan tingkat pendapatan rumah tangga. Hubungan antara kegiatan reproduktif laki-laki berhubungan negatif dengan tingkat pendapatan rumah tangga. Semakin tinggi kegiatan reproduktif laki-laki, maka semakin rendah tingkat pendapatan rumah tangga. Tabel 45 menunjukkan bahwa pada kegiatan reproduktif laki-laki yang tinggi, tingkat pendapatan rumah tangga cenderung rendah, dengan persentase sebesar 50.0 persen. Sementara pendapatan

tinggi hanya sebesar 0.0 persen. Sebaliknya, kegiatan reproduktif laki-laki yang semakin rendah, maka semakin tinggi tingkat pendapatan rumah tangga. Peningkatan pendapatan rumah tangga membutuhkan jam kerja yang lebih banyak (lebih produktif) dalam mencari nafkah, sedangkan apabila semakin tinggi kegiatan reproduktif responden, maka kegiatan produktif semakin rendah. Oleh karena itu, jam kerja kegiatan reproduktif laki-laki yang tinggi berpengaruh terhadap rendahnya pendapatan rumah tangga.

Tabel 45 Distribusi responden laki-laki berdasarkan kegiatan reproduktif dan tingkat pendapatan rumah tangga

Tingkat pendapatan Kegiatan reproduktif Jumlah n (%) Rendah n (%) Tinggi n (%) Rendah 5 (17.2) 3 (50.0) 8 (22.9) Sedang 15 (51.7) 3 (50.0) 18 (51.4) Tinggi 9 (31.0) 0 (0.0) 9 (25.7) Jumlah n (%) 29 (100.0) 6 (100.0) 35 (100.0) Ikhtisar

Indikator curahan waktu kerja responden perempuan yang memiliki hubungan dengan kondisi sosial-ekonomi rumah tangga adalah kegiatan produktif dengan tingkat pendapatan dan kegiatan reproduktif dengan kesempatan usaha. Disimpulkan bahwa semakin tinggi kegiatan produktif perempuan, maka semakin tinggi pendapatan rumah tangga, karena semakin bertambahnya jam kerja perempuan maka semakin menambah pengahsilan rumah tanga. Semakin tinggi kegiatan reproduktif perempuan maka semakin tidak mudah responden untuk membuka usaha baru. Kegiatan reproduktif perempuan yang tinggi karena mereka masih memiliki kewajiban dan tanggung jawab terhadap kegiatan domestik, oleh karena itu tidak mempunyai waktu lebih banyak lagi untuk membuka usaha kembali. Indikator curahan waktu kerja responden laki-laki yang memiliki hubungan dengan kondisi sosial-ekonomi rumah tangga adalah kegiatan produktif dengan pola konsumsi, kegiatan sosial dengan tingkat pendapatan, kegiatan reproduktif dengan tingkat pendapatan. Disimpulkan bahwa semakin tinggi kegiatan produktif laki-laki, maka semakin tinggi pola konsumsi rumah tangga. Semakin tinggi kegiatan reproduktif laki-laki, maka semakin rendah pendapatan rumah tangga, dan sebaliknya semakin rendah kegiatan reproduktif laki-laki makan semakin rendah pendapatan rumah tangga. Peningkatan pendapatan rumah tangga membutuhkan jam kerja yang lebih banyak (lebih produktif) dalam mencari nafkah, sedangkan apabila semakin tinggi kegiatan reproduktif responden, maka kegiatan produktif semakin rendah.