• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPUTUSAN RUMAH TANGGA RESPONDE

N

Curahan Waktu Kerja

Curahan waktu kerja berkaitan dengan peran dan pembagian kerja antara suami dan istri dalam rumah tangga yang dibagi menjadi tiga kegiatan, yaitu (1) kegiatan produktif, (2) kegiatan reproduktif, (3) kegiatan sosial/kemasyarakatan. Kegiatan produktif adalah kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan barang dan jasa yang dapat digunakan untuk menghasilkan pendapatan. Kegiatan produktif responden dalam penelitian ini diukur berdasarkan kegiatan responden dalam mencari sumber penghasilan (nafkah). Berdasarkan jenis pekerjaan, sebagian besar responden perempuan bekerja di sektor usaha, sementara responden laki-laki sebagian besar bekerja di sektor non usaha. Kegiatan reproduktif adalah kegiatan yang berkaitan dengan melakukan aktivitas rumah tangga yang diukur dari kegiatan memasak, mencuci, membersihkan rumah, belanja kebutuhan rumah tangga, dan mengasuh anak.

Kegiatan sosial/kemasyarakatan dalam penelitian ini diukur berdasarkan kegiatan sosial yang berkaitan dengan masyarakat seperti pengajian, musyawarah desa/RT/RW, membantu hajatan, menghadiri undangan hajatan, kerja bakti, takziah, dan mengikuti kegiatan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Curahan waktu kerja responden dihitung berdasarkan curahan waktu selama satu hari dalam melakukan kegiatan produktif, kegiatan reproduktif, dan kegiatan sosial/kemasyarakatan. Curahan waktu kerja dapat menentukan peran gender dalam keluarga. Berdasarkan hasil penelitian Putri dan Yuliaty (2009), terhadap peran gender pada usaha perikanan budidaya rumput laut di Klungkung, menunjukkan bahwa peran perempuan di sana bukan hanya mencakup peran domestik yang mencakup peran sebagai istri dan ibu rumah tangga, namun juga sebagai pendukung kegiatan ekonomi keluarga.

Berdasarkan kegiatan produktif, dapat disimpulkan bahwa curahan waktu kerja suami lebih besar dibandingkan dengan curahan waktu kerja istri dengan jumlah masing-masing sebesar 10.0 jam/hari dan 7.6 jam/hari (lihat Tabel 11). Kegiatan produktif suami lebih besar jumlahnya pada sektor non-usaha dengan jumlah 6.3 jam/hari, sedangkan kegiatan produktif istri lebih besar jumlahnya pada sektor usaha dengan jumlah 6.9 jam/hari. Kegiatan produktif istri yang bekerja di sektor usaha terdiri dari kegiatan menjual produk/jasa, serta berbelanja dan mempersiapkan kebutuhan untuk usaha. Kegiatan menjual produk/jasa misalnya seperti menjual gorengan, menjual mainan, membuka warung, dan menawarkan barang kepada pembeli. Responden dengan jenis usaha makanan, menjual makanannya dengan menyediakan tempat di rumah, ataupun di luar rumah. Kegiatan responden yang memiliki jenis usaha makanan, pada umumnya mempersiapkan usahanya (dagangannya) mulai pukul 01.00 hingga pukul 05.00. Persiapan yang dilakukan seperti membuat adonan kue, menggoreng, dan mengemas makanan. Beberapa responden membuat adonan kue pada sore hari hingga malam hari. Ibu YUM (49 tahun) menyatakan bahwa setiap hari Senin

hingga Jumat ia menjual gorengan dan kue di depan PT Pintu Mas. Ia mulai berjualan pukul 05.00 hingga pukul 08.00. Setelah itu, ia kembali berjualan pada sore hari di daerah tempat tinggalnya hingga pukul 15.00. Setiap hari Ibu YUM membuat adonan kue dan memasaknya mulai pukul 01.00, kemudian setelah selesai menjual gorengan ia kembali membuat adonan kue pada pukul 19.00 hingga pukul 21.00. Sementara, responden yang memiliki warung pada umumnya membuka usahanya pada pagi hari hingga malam hari. Berikut ini adalah pernyataan dari Ibu JAM ( 45 tahun):

“ Warung kita buka jam enam pagi, tutupnya itu jam sebelas malam. Kalau mencuci? ya paling jam sepuluhan sampe jam dua belas, ya mencuci sambil jaga warung lah (tertawa)”.

Berdasarkan kegiatan reproduktif dapat disimpulkan bahwa curahan waktu kerja istri lebih besar dibandingkan dengan curahan waktu kerja suami dengan jumlah masing-masing sebesar 5.53 jam/hari dan 0.92 jam/hari. Curahan waktu kerja istri paling besar adalah pada kegiatan memasak sebesar 1.7 jam/hari, kemudian kegiatan mengasuh anak sebsesar 1.5 jam/hari, dan kegiatan mencuci sebesar 1.4 jam/hari. Curahan waktu kerja suami paling besar adalah pada kegiatan membersihkan rumah dan mengasuh anak sebesar 0.3 jam/hari, kemudian kegiatan mencuci sebesar 0.2 jam/hari. Berikut adalah hasil wawancara dengan responden:

“ Kalau Bapak, ya suka kadang-kadang. Dia kadang-kadang kalau pagi sebelum berangkat kerja suka cuci piring, pulang kerja juga

kalau ngga capek”.(YOH, 38 tahun)

“ Bapak mah engga neng, jarang, yah namanya juga laki-laki atuh neng. Bapak mah ngurusin kerjaan aja, ngurusin bisnisnya”. (IIH, 36 tahun)

“ Ngga pernah saya mah, jarang, paling bantu-bantu ngurus anak aja neng, udah gitu kan saya ketua RT jadi sering-sering di luar rumah. Kemarin aja saya bantuin warga sini yang lagi sakit nganterin dia ke rumah sakit sampe jagain di rumah nya neng, kasian juga, ntar besok saya juga mau bantuin yang hajatan

Tabel 11 Distribusi responden berdasarkan curahan waktu kerja

Kegiatan Curahan waktu Jumlah

Suami Istri Kegiatan produktif (jam) per hari

Bekerja di sektor non usaha 6.3 0.7 7.0

Bekerja di sektor usaha 3.7 6.9 10.6

Jumlah 10.0 7.6 17.6

Kegiatan reproduktif (jam) per hari

Membersihkan rumah 0.3 0.9 1.2

Mencuci 0.2 1.4 1.6

Mengambil air di kali 0.06 0.03 0.09

Memasak 0.06 1.7 1.76

Mengasuh anak 0.3 1.5 1.8

Jumlah 0.92 5.53 6.45

Kegiatan sosial/kemasyarakatan (jam) per hari

Pengajian 0.3 0.5 0.8

Kerja Bakti 0.1 0.05 0.15

Membantu hajatan 0.02 0.08 0.1

Menghadiri undangan hajatan 0.05 0.05 0.1

Kematian 0.002 0.001 0.03

PKK/Posyandu 0.002 0.001 0.03

Musyawarah Desa/RT/RW 0.05 0.001 0.05

Jumlah 0.52 0.68 0.73

Berdasarkan kegiatan sosial/kemasyarakatan dapat disimpulkan bahwa curahan waktu kegiatan sosial/kemasyarakatan istri lebih besar dibandingkan dengan suami masing-masing sebesar 0.68 jam/hari dan 0.52 jam/hari. Kegiatan sosial istri lebih besar jumlahnya dibandingkan dengan suami pada kegiatan pengajian, membantu hajatan, kematian, dan PKK/Posyandu. Curahan waktu kegiatan sosial istri yang paling besar ialah pada kegiatan pengajian. Responden istri menyatakan bahwa pengajian selalu diadakan minimal satu kali dalam seminggu. Semantara, beberapa responden menyatakan mengikuti pengajian tiga kali dalam seminggu. Hasil wawancara dengan Ibu WIA (31 tahun) dan Ibu PET (37 tahun), menunjukkan bahwa Ibu WIA menghadiri pengajian sebanyak tiga kali dalam seminggu, yaitu setiap hari Senin, Selasa, dan Kamis dengan durasi waktu maksimal tiga jam. Sementara ibu PET menghadiri pengajian sebanyak tiga kali dalam seminggu, yaitu setiap hari Rabu, Kamis, dan Jumat dengan durasi waktu satu jam.

Kegiatan sosial suami lebih besar jumlahnya dibandingkan dengan istri pada kegiatan kerja bakti, dan musyawarah desa/RT/RW. Curahan waktu kegiatan sosial/kemasyarakatan responden suami dan responden istri memiliki jumlah yang rendah, hal ini karena responden memang jarang melakukan kegiatan sosial ataupun karena kegiatan sosial seperti kerja bakti, rapat RW/RT, dan musyawarah desa jarang dilaksanakan bahkan kegiatan kerja bakti tidak ada di salah satu RT di Desa Ciherang. Berikut hasil wawancara dengan responden:

“ Aduh, saya jarang ikutan kerja bakti, suami juga engga, sibuk dagang saya mah. Pengajian juga jarang, abis saya jualan, suami

jualan (tertawa), kita nyari duit aja deh.” (STR, 56 tahun)

“ Saya ngga pernah kerja bakti, kan disini emang ga ada kerja

bakti”. (YET, 40 tahun)

Tabel 11 menunjukkan bahwa istri melakukan pekerjaan ganda dan mengalami beban berlebih (overburden) terhadap tiga kegiatan aktivitas. Selain melakukan pekerjaan produktif, istri juga melakukan pekerjaan reproduktif (domestik) dan kegiatan sosial/kemasyarakatan. Oleh karena itu, jika perempuan diikutsertakan dalam kegiatan produktif, maka perempuan akan melakukan kegiatan produktif sekaligus melakukan kegiatan rumah tangga. Jumlah curahan waktu kerja istri berdasarkan ketiga aktivitas tersebut jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan jumlah curahan waktu kerja suami. Jumlah curahan waktu kerja dari tiga aktivitas istri sebesar 13.81 jam/hari sedangkan jumlah curahan waktu kerja suami dari tiga aktivitas sebesar 11.44 jam/hari, lebih rendah dari istri. Tabel 12 menunjukkan distribusi responden berdasarkan kegiatan produktif.

Tabel 12 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin dan curahan waktu kerja kegiatan produktif

Kegiatan produktif

Jenis kelamin Jumlah

n (%) Laki-laki n (%) Perempuan n (%)

Rendah 10 (28.6) 19 (54.3) 29 (41.4)

Tinggi 25 (71.4) 16 (45.7) 41 (58.6)

Jumlah n (%) 35 (100.0) 35 (100.0) 70 (100.0) Curahan waktu kerja kegiatan produktif dikategorikan menjadi dua: (1) rendah, apabila rata-rata curahan waktu kerja kegiatan produktif responden < 8 jam/hari; (2) tinggi, apabila rata-rata curahan waktu kerja kegiatan produktif responden ≥ 8 jam/hari. Sebagian besar responden memiliki kegiatan produktif yang tinggi dengan jumlah sebanyak 41 orang. Sebesar 71.4 persen responden laki-laki memiliki curahan waktu kegiatan produktif yang tinggi, sementara sebesar 54.3 persen responden perempuan memiliki curahan waktu kegiatan produktif yang rendah.

Tabel 13 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin dan curahan waktu kerja kegiatan sosial

Kegiatan sosial Jenis kelamin Jumlah

n (%) Laki-laki n (%) Perempuan n (%)

Rendah 17 (48.6) 8 (22.9) 25 (35.7)

Tinggi 18 (51.4) 27 (77.1) 45 (64.3)

Jumlah n (%) 35 (100.0) 35 (100.0) 70 (100.0) Curahan waktu kerja kegiatan sosial dikategorikan menjadi dua: (1) rendah, apabila rata-rata curahan waktu kegiatan sosial responden < 0.2 jam/hari;

(2) tinggi, apabila rata-rata curahan waktu kegiatan sosial responden ≥ 0.2 jam/hari. Tabel 13 menunjukkan jumlah dan persentase responden berdasarkan curahan waktu kegiatan sosial. Baik responden laki-laki maupun responden perempuan memiliki kegiatan sosial yang tergolong tinggi, akan tetapi persentase kegiatan sosial lebih besar dibandingkan dengan laki-laki. Besarnya kegiatan sosial perempuan dibandingkan dengan laki-laki karena mayoritas perempuan mengikuti pengajian yang frekuensi kegiatannya minimal satu kali dalam satu minggu. Kegiatan sosial yang diadakan di masjid maupun majelis di Desa Ciherang memang banyak diadakan untuk perempuan khususnya ibu rumah tangga. Sementara, kegiatan sosial yang pada umumnya dilakukan oleh laki-laki seperti kerja bakti, musyawarah desa, dan rapat Rukun Tetangga (RT)/Rukun Warga (RW) jarang dilaksanakan di Desa Ciherang. Kerja bakti dilaksanakan minimal satu kali dalam satu bulan, sementara di beberapa wilayah RT tidak sama sekali diadakan kerja bakti. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, yaitu Bapak EDJ (40 tahun) yang merupakan ketua RT 01 di daerah Ciherang Hegarasa, mengatakan bahwa kegiatan rapat RT memang jarang dilaksanakan. Rapat RT diadakan minimal satu kali dalam enam bulan, ataupun diadakan ketika ada kegiatan insidental maupun kegiatan dan masalah penting yang harus diselesaikan dengan rapat.

Tabel 14 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin dan curahan waktu kerja kegiatan reproduktif

Kegiatan reproduktif

Jenis kelamin Jumlah

n (%) Laki-laki n (%) Perempuan n (%)

Rendah 29 (82.9) 9 (25.7) 38 (54.3)

Tinggi 6 (17.1) 26 (74.3) 32 (45.7)

Jumlah n (%) 35 (100.0) 35 (100.0) 40 (100.0) Curahan waktu kegiatan reproduktif dikategorikan menjadi dua: (1) rendah, apabila rata-rata curahan waktu kegiatan reproduktif responden < 3 jam/hari; (2) tinggi, apabila rata-rata curahan waktu kegiatan reproduktif responden ≥ 3 jam/hari. Berdasarkan Tabel 14, sebesar 54.3 persen kegiatan reproduktif responden tergolong rendah, dan sebesar 45.7 persen tergolong tinggi. Responden laki-laki sebagian besar memiliki curahan waktu kegiatan reproduktif yang rendah dengan jumlah sebanyak 29 orang (82.9%), sebaliknyacurahan waktu kegiatan reproduktif perempuan sebagian besar tergolong tinggi yaitu dengan jumlah sebanyak 26 orang (74.3%).

Pola Pengambilan Keputusan dalam Rumah Tangga terhadap Pemanfaatan Dana Pinjaman dan Pengelolaan Usaha

Pola pengambilan keputusan dalam rumah tangga adalah kontrol atau kuasa siapa diantara suami dan istri yang lebih cenderung dalam pengambilan keputusan. Menurut Sajogyo (1981) dalam Saleha (2003) terdapat lima tingkat dalam pengambilan keputusan rumah tangga, yaitu:

1. Keputusan dibuat oleh istri seorang diri tanpa melibatkan sang suami.

2. Keputusan dibuat bersama oleh suami-istri, tetapi dengan pengaruh yang lebih besar dari istri.

3. Keputusan dibuat bersama dan senilai oleh suami-istri (dengan tidak ada tanda- tanda bahwa salah satu mempunyai pengaruh yang relatif lebih besar).

4. Keputusan dibuat bersama oleh suami-istri, tetapi dengan pengaruh suami lebih besar.

5. Keputusan dibuat oleh suami seorang diri tanpa melibatkan sang istri.

Menurut acuan Saleha (2003), pola pengambilan keputusan dalam rumah tangga dibedakan menjadi tiga, yaitu: (1) pengambilan keputusan yang didominasi oleh istri; (2) pengambilan keputusan oleh suami istri senilai; (3) pengambilan keputusan yang didominasi oleh suami. Pola pengambilan keputusan dalam penelitian ini dilihat berdasarkan pengambilan keputusan terhadap pemanfaatan dana pinjaman dan pengelolaan usaha (lihat Tabel 15).

Tabel 15 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pola pengambilan keputusan rumah tangga terhadap pemanfaatan dana pinjaman dan pengelolaan usaha

Pola pengambilan keputusan N %

Dominan istri 28 80.0

Bersama-setara 2 5.7

Dominan suami 5 14.3

Jumlah 35 100.0

Sebagian besar pengambilan keputusan didominasi oleh istri dengan jumlah sebanyak 27 orang (77.1%). Sebanyak 6 orang (17.1%) pengambilan keputusan didominasi oleh suami dan sebanyak 2 orang (5.7%) pengambilan keputusan setara. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar keputusan rumah tangga peserta SPP terhadap pemanfaatan dana pinjaman dan pengelolaan usaha lebih didominasi oleh istri. Berikut adalah wawancara dengan responden:

“ Semua nya saya yang memutuskan, kan saya yang dagang, kalau

suami saya terserah saya saja dia hanya mendukung”. (YOH, 38

tahun)

“ Ibu yang mutusin buat ikut pinjam dana di SPP, yang ngurusin dagangan nya juga Ibu, Bapak mah ngurusin dagangan nya di

Tabel 16 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pengambilan keputusan terhadap pemanfaatan dana pinjaman dan pengelolaan usaha

Aktivitas Pengambilan keputusan n (%)

Suami Bersama Istri Keputusan meminjam dana 2 (2.9) 30 (42.9) 38 (54.3) Keputusan pemanfaatan

dana 10 (14.3) 22 (31.4) 38 (54.3)

Pemilihan jenis usaha 10 (14.3) 14 (20.0) 46 (65.7) Pengelolaan usaha 6 (8.6) 14 (20.0) 50 (71.4) Penetapan harga 8 (11.4) 10 (14.3) 52 (74.3)

Berdasarkan lima aktivitas pengambilan keputusan, aktivitas yang paling dominan diputuskan oleh istri adalah penetapan harga produk dengan jumlah responden sebanyak 52 orang (74.3%). Aktivitas yang paling rendah diputuskan oleh istri adalah keputusan meminjam dana dan keputusan pemanfaatan dana dengan jumlah masing-masing sebanyak 38 orang (54.3%). Pengambilan keputusan bersama (suami dan istri) yang paling dominan adalah pada aktivitas keputusan meminjam dana dan yang paling rendah adalah pada aktivitas penetapan harga. Pengambilan keputusan oleh suami yang paling dominan adalah pada aktivitas keputusan dalam pemanfaatan dana dan keputusan dalam pemilihan jenis usaha, sedangkan yang paling rendah adalah keputusan dalam meminjam dana pinjaman.

Pada aktivitas keputusan meminjam dana, istri menyatakan bahwa walaupun dalam proses pengajuan dana harus melalui izin dan melampirkan fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) suami, namun hal tersebut hanya formalitas dan pada akhirnya istri yang mengambil keputusan secara penuh. Berikut wawancara dengan responden:

“ Saya yang mutusin buat pinjem dana, kalo suami saya sih teserah saya aja, dia mengizinkan aja, tapi saya harus tanggung jawab

katanya”. (YEN, 30 tahun)

“ Ibu neng yang mutusin, waktu itu kan ada tetangga yang nawarin ke Ibu, katanya ada program dari desa tapi syaratnya disuruh buat proposal pengajuan dana sama buat kelompok, yaudah Ibu

ikutan aja, Bapak mah ngizinin aja”. (WIA, 36 tahun)

Aktivitas keputusan dalam pemanfaatan dana pinjaman adalah kontrol dan kuasa suami maupun istri untuk mengalokasikan dana pinjaman terhadap berbagai kebutuhan. Sebagian besar responden menyatakan bahwa pemanfaatan dana pinjaman adalah untuk menambah dana usaha, karena tujuan utama mereka adalah untuk dana usaha baik digunakan seluruhnya ataupun yang sebagian digunakan untuk kebutuhan lain. Terdapat beberapa responden yang menyatakan bahwa tidak seluruhnya dana pinjaman digunakan untuk dana usaha, tetapi untuk kebutuhan lain seperti biaya pendidikan anak. Berikut wawancara dengan responden:

“ Uangnya saya gunakan semua nya buat usaha, ntar kalo saya

pakai gimana saya bayar angsuran nya neng” (tertawa). (YEN,

30 tahun)

“ Sebagian saya pakai buat dana dagang, sebagian saya pakai sih

buat nambahin uang sekolah anak”. (YET, 40 tahun)

Aktivitas keputusan dalam pemilihan jenis usaha adalah kontrol dan kuasa suami maupun istri dalam memilih dan menentukan jenis usaha yang akan dikelola. Sebagian besar responden yaitu sebanyak 46 orang (65.7%) menyatakan keputusan ini lebih didominasi oleh istri. Aktivitas dalam pengelolaan usaha adalah kontrol dan kuasa suami maupun istri dalam mengelola usaha. Sebagian besar responden menyatakan usaha dikelola oleh istri yaitu dengan jumlah sebanyak 50 orang (71.4%). Sebanyak 6 orang (8.6%) menyatakan usaha dikelola oleh suami, dan sebanyak 14 orang (20.0%) menyatakan usaha dikelola bersama. Aktivitas dalam penetapan harga adalah kontrol dan kuasa suami maupun istri dalam menetapkan harga produk/barang. Sebagian besar responden menyatakan bahwa keputusan dalam menetapkan harga produk/barang lebih kepada istri, hal ini karena sebagian besar istri yang mengelola usaha. Sementara untuk keputusan penetapan harga yang diputuskan oleh suami sebagian besar adalah usaha yang dikelola secara bersama ataupun yang dikelola oleh suami seorang diri. Berikut adalah hasil wawancara dengan Bapak AMA ( 52 tahun):

“ Yang nentuin harga saya sendiri, saya dari mulai belanja ke Pasar Dramaga, sampai yang dagang keliling kampung pun saya. Cuma masalahnya kalau saya dagang sayur suka banyak yang suka hutang neng, padahal harganya udah saya kasih murah, karena saya ga tega, yaudahlah saya kasih aja (tertawa)”.

Ikhtisar

Berdasarkan curahan waktu kerja responden laki-laki dan perempuan, dapat disimpulkan bahwa pada kegiatan produktif, laki-laki memiliki curahan waktu yang lebih besar dibandingkan dengan perempuan dan mayoritas laki-laki memiliki kegiatan produktif yang tinggi. Curahan waktu kegiatan sosial perempuan lebih besar dibandingkan dengan laki-laki, dan mayoritas laki-laki dan perempuan memiliki kegiatan sosial yang tinggi. Curahan waktu kegiatan reproduktif perempuan lebih besar dibandingkan dengan laki-laki. Kegiatan reproduktif laki-laki mayoritas tergolong rendah, sementara kegiatan reproduktif perempuan tergolong tinggi. Pola pengambilan keputusan terhadap pemanfaatan dana pinjaman dan pengelolaan usaha mayoritas masih didominasi oleh istri. Istri dominan terhadap lima keputusan aktivitas yaitu keputusan untuk meminjam dana, keputusan pemanfaatan dana pinjaman, penenteuan jenis usaha, pengelolaan usaha, dan penetapan harga produk.