• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Hubungan Semua Variabel dalam Implementasi Program Larasita

BAB V ANALISIS DATA

V.2 Analisis Hubungan Semua Variabel dalam Implementasi Program Larasita

Pertanahan Kota Binjai

Berdasarkan analisis variabel yang telah dilakukan menunjukkan suatu kesinambungan bahwa setiap variabel yang ada tidak dapat berdiri sendiri. Dengan kata lain keempat variabel yang telah diuraikan oleh George Edward III yang merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi suatu kebijakan publik memiliki keterkaitan satu sama lainnya dan saling mempengaruhi. Keempat variabel dari faktor-faktor penentu implementasi kebijakan ini harus dapat dimanfaatkan secara baik agar menunjang keberhasilan dari suatu implementasi kebijakan. Jikalau tidak, maka besar kemungkinan implementasi kebijakan tersebut tidak mencapai sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 5.1 Faktor Penentu Implementasi Menurut Edward III

Sumberdaya

implementasi

Sama hal nya dengan implementasi program LARASITA yang dilakukan oleh Kantor Pertanahan Kota Binjai. Dimana sumber daya manusia yaitu staf merupakan faktor penting dan penentu dalam pelaksanaan program ini. Karena jumlah yang staf yang memadai dan didukung dengan kualitas dari staf yang ada akan mempengaruhi bagaimana pemanfaatan sumber-sumber yang ada untuk pencapaian tujuan dari program larasita ini.

Dengan kualitas yang dapat dikatakan baik, akan menunjang juga kepada terjalinnya komunikasi yang baik dan koordinasi. Karena dengan kualitas yang dimiliki, tim pelaksana larasita yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan

Komunikasi

Disposisi

Kepala Kantor Pertanahan Kota Binjai Nomor : 5 / KEP. 12. 75 / I / 2014 tentang Penunjukan Pelaksana Program Layanan Rakyat Untuk Sertifikasi Tanah (LARASITA) Kantor Pertanahan Kota Binjai Tahun 2014 dengan jumlah sembilan orang mampu memahami dengan benar latar belakang, tujuan serta mekanisme kerja dari program ini sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor : 18 Tahun 2009 Tentang LARASITA.

Jikalau melihat dari jumlah tim pelaksana larasita yang bekerja, dapat dikatakan kurang namun pada kenyataanya jumlah yang sedikit tidak memberikan pengaruh yang signifikan kepada pelaksanaan program ini. Karena jumlah tidak selamanya memberikan pengaruh namun kualitas sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan program ini. Dengan kualitas kemampuan yang memadai akan mampu mengoptimalkan dan memanfaatkan setiap fasilitas yang ada untuk pencapaian target dari program LARASITA ini. Fasilitas yang ada juga sudah memadai dan mendukung pelaksanaan program ini. Dimana fasilitas yang ada seperti mobil dan sepeda motor sangat membantu tim pelaksana LARASITA untuk bergerak dan menjangkau wilayah masyarakat yang jauh dari Kantor Pertanahan kota Binjai. Walaupun untuk pengentrian data sering sekali terkendala yang diakibatkan oleh jaringan yang tidak terhubung.

Selain itu, komunikasi juga merupakan faktor yang berpengaruh besar terhadap pelaksanaan program ini. Jika komunikasi yang terjalin tidak baik, maka tim pelaksana LARASITA akan kebingungan dalam melaksanakannya. Dengan

yang ingin dicapai dan akan berdampak kepada koordinasi antar tim pelaksana. Untuk program LARASITA sendiri, penyampaian maksud, tujuan serta mekanisme dari pelaksanaan program ini telah disampaikan dengan jelas kepada implementor. Terlihat dari surat kepala BPN yang berisikan akan pembentukan tim larasita dan dasar hukum larasita untuk segera melaksanakan program ini.

Dimana pada pelaksanaan program ini, tim pelaksana sangat memahami apa yang menjadi wewenang dan tugasnya. Karena pada dasarnya pelaksanaan program ini tidak berbeda dengan pelaksanaan di kantor. Hal ini juga ditunjang dengan SOP yang jelas . Selain itu, disposisi dari implementor juga sangat mempengaruhi berjalannya program ini. Dimana sikap dari tim larasita ini menerima adanya program ini dan memberikan sikap yang terbuka bagi masyarakat dan struktur birokrasi yang ada tidak mempersulit pelaksanaan program ini. Karena dengan adanya program ini, pengurusan sertifikat hanya melalui petugas lapangan dan hasil akhirnya tetap diserahkan kepada kepala kantor yang memiliki wewenang penuh terhadap setiap jenis kegiatan pelayanan yang berlakuk pada Kantor Pertanahan.

Secara keseluruhan pelaksanaan program LARASITA telah sesuai dengan peraturan yang terkait dengan program ini yaitu Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor : 18 Tahun 2009 Tentang LARASITA, pemungutan biaya yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2010 Tentang Jenis Dan Tarif Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Badan Pertanahan Nasional dan SOP

yang disesuaikan SOP terbaru demi terwujudnya pelayanan yang memberikan keterbukaan dan kepastian kepada masyarakat.

BABVI

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian analisis yang telah penulis kemukakan di bab-bab sebelumnya, maka pada bab ini penulis akan menarik suatu kesimpulan berdasarkan penelitian lapangan yang telah dilakukan dan memberikan saran atas implementasi program larasita (layanan rakyat untuk sertifikasi tanah) pada kantor pertanahan kota binjai.

VI. 1 Kesimpulan

1. Kantor Pertanahan kota Binjai merupakan salah satu Kantor Pertanahan yang melaksanakan program LARASITA berdasarkan PP Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia No. 18 Tahun 2009. Program ini merupakan program nasional dan merupakan salah satu program inovasi yang dilakukan oleh BPN untuk mendekatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan reforma agraria. Untuk kota Binjai sendiri telah menyusun tim pelaksana sebagai penanggung jawab untuk program LARASITA ini sejak tahun 2010. Tim pelaksana ini disusun berdasarkan Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kota Binjai. Dimana Kepala Kasi Pengendalian dan Pemberdayaan Masyarakat merupakan penanggung jawab dari terlaksananya programnya. Hal ini dikarenakan salah satu tugas dari Kasi Pengendalian dan Pemberdayaan Masyarakat adalah meningkatkan partisipasi masyarakat. Namun pada pelaksanaannya program ini berlangsung pada tahun 2011. Pemahaman tim pelaksana dari program ini dapat dikatakan baik. Terlihat dari pemahaman

yang sama akan isi program yang dilaksanakan, tujuan serta teknis pelaksanaannya. Tingkat antius masyarakat dalam mengurus sertifikat dan permasalahannya, dari tahun ke tahun meningkat berdasarkan target dan pencapaiannya setiap tahun.

2. Implementasi program larasita pada Kantor Pertanahan Kota Binjai dapat dilihat berdasarkan empat variabel dari model implementasi George Edward III yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

a. Komunikasi. Dalam melaksanakan program LARASITA ini komunikasi yang terjalin cukup baik. Hal ini dapat dilihat dengan dikeluarkannya SK oleh Kepala Kantor Pertanahan Kota Binjai untuk membentuk tim pelaksana programLARASITA. Dimana dalam pelaksanaannya, tim yang terdiri dari sembilan petugas pelaksana ini membagi tugas ke dalam dua kelompok yaitu tim yang turun ke lapangan untuk mengambil data dari masyarakat dan tim yang mengerjakan berkas masyarakat di dalam kantor. Dengan pembagian tugas seperti ini, pekerjaan kantor lainnya tidak terganggu. Selain itu juga terjalin koordinasi yang baik antar seksi dalam pengerjaan program larasita ini. Komunikasi antar instansi pemerintah juga terjalin dengan baik. Terbukti dari adanya surat yang diajukan kepada kantor Walikota untuk memberitahukan kepada camat ataupun lurah terkait adanya pelaksanaan program larasita ini sesuai dengan daerah yang akan dikunjungi.

b. Sumber daya. Sumber daya yang dimaksud terdiri dari tiga yaitu staf, finansial, fasilitas. Dari segi jumlah staf yang melaksanakan program

larasita ini dapat dikatakan memadai. Karena jumlah tim pelaksana program ini disesuaikan dengan jumlah pegawai yang ada di kantor pertanahan masing-masing. Untuk kota Binjai sendiri, jumlah staf yang ada sudah cukup dan mampu mengoptimalkan jumlah staf yang ada untuk keperluan program ini dan staf yang terlibat dalam program larasita secara bergantian turun ke lapangan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan tanpa menutup kemungkinan untuk ikut turun bersama dengan pelaksanaan program strategis yang lainnya. Dilihat dari segi finansial cukup mendukung berjalannya program ini. Karena pendanaan yang ada sangat menunjang keberlangsungan program ini. Dimana pendanaannya berasal dari DIPA. Pendanaan yang ada digunakan untuk kebutuhan operasional demi menunjang keberlangsungan program ini. Untuk fasilitas yang ada, sudah memadai dan berfungsi dengan baik secara keseluruhan. Fasilitas yang tersedia untuk program larasita tidak semata digunakan untuk program larasita saja tetapi bisa juga digunakan untuk pelaksanaan program strategis dari BPN lainnya seperti prona untuk mencapai target yang telah ditetapkan. Jadi pada pelaksanaannya seluruh program strategis bekerja sama.

c. Disposisi. Untuk pegawai kantor pertanahan yang menanggungjawabi program ini, sudah menunjukkan sikap yang baik, berkomitmen, terbuka dan jujur dalam menjalankan dan melayani masyarakat ketika turun lapangan. Sehingga tidak jarang masyarakat datang berbondong-bondong untuk bertanya terkait sertifikat tanah yang ia miliki dan merasakan

kehadiran pegawai yang sangat membantu mereka dalam menyelesaikan masalah yang mereka. Selain itu, Pegawai Kantor Pertanahan juga mampu memberikan penjelasan dengan rinci dan sopan ketika berhadapan dengan masyarakat yang layak mendapatkan program ini tanpa membeda- bedakannya serta mampu menolak secara sopan permohonan masyarakat dari kalangan menengah ke atas yang tidak termasuk dalam kelompok sasaran dalam program ini.

d. Struktur Birokrasi. Untuk melaksanakan program ini, Kantor Pertanahan Kota Binjai sudah memiliki SPOPP dalam pelaksanaannya dan pemungutan biaya yang berasal dari masyarakat tertuang dalam PP 13 tahun 2010 yang menjadi panduan dalam melaksanakan program ini. Selain SPOPP yang ada, program ini juga merupakan tanggung jawab kasi IV pengendalian dan pemberdayaan masyarakat yang menjalin kerja sama dengan staf bidang pengukuran dalam menyelesaikan berkas masyarakat yang masuk lewat layanan program larasita ini. Dari kondisi ini terlihat bahwa koordinasi antar setiap bagian yang terlibat dalam larasita terjalin dengan baik. Walau terkadang pengukuran tanah sering dilakukan setelah berkas masuk yang diakibatkan oleh kesibukan dari juru ukur dalam menyelesaikan tugas dan mencapai target pengukuran tanah yang telah disusun. Lewat program larasita ini terjadi yang namanya “pemangkasan birokrasi”. Dimana berkas yang seharusnya melalui meja yang cukup panjang, kini diproses dengan cepat tanpa melalui proses yang lama tetapi dengan prosedur yang sama. Hanya saja berkas yang masuk lewat program

larasita berjalan dengan dikoordinir oleh tim pelaksana. Sehingga masyarakat tinggal menunggu hasil dari permohonan yang diajukan.

3. Dalam pelaksanaan program larasita oleh kantor pertanahan kota Binjai ini terdapat kendala yaitu koneksi jaringan internet yang menghubungkan data ke kantor. Sehingga sering sekali data masyarakat yang sudah diterima di lapangan, tidak dapat langsung dientri oleh pegawai karena koneksi jaringan internet yang sulit dijangkau di daerah pelosok yang dikunjungi. Akhirnya data yang sudah masuk, harus menunggu proses setibanya pekerjaan di lapangan selesai.

VI. 2 Saran

Saran yang dapat diberikan oleh peneliti atas implementasi program larasita (layanan rakyat untuk sertifikasi tanah) pada kantor pertanahan kota binjai adalah :

1. Perlunya pembenahan fasilitas terkhususnya dalam hal koneksi data ke kantor untuk memudahkan dan memperlancar layanan ini.

2. Untuk jadwal pelaksanaan program larasita ini, diharapkan tetap menjalin komunikasi yang baik dengan pihak pemerintah daerah setempat agar informasi kedatangan layanan ini diketahui oleh masyarakat luas.

3. Perlunya diadakan sosialisasi yang lebih lagi untuk masyarakat dalam hal pentingnya sertifikat tanah supaya pada pelaksanaannya program ini, masyarakat tinggal melanjutkan permohonan dan mempercepat pelaksanaan program ini.

4. Secara keseluruhan, peneliti memberikan saran agar program ini benar- benar disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing. Supaya setiap kantor dapat mengoptimalkan dan memaksimalkan tenaga yang ada untuk menjalankan program yang telah dibuat.

DAFTAR PUSTAKA

Anshari, Tampil Siregar. 2007. Pendaftaran Tanah Kepastian Hak. Multi Grafik Medan. Medan

Tehupeiroy, Aartje. 2012. Pentingnya Pendaftaran Tanah DI Indonesia. Depok Raih Asa Sukses.

Bungin, Burhan. 2008.Penelitian Kualitatif. Jakarta Kencana Prenada Media Group.

Suyanto, Bagong. 2011. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta. Kencana Predana Media Group

Chandra, S. 2005. Sertifikat Kepemilikan Hak Atas Tanah. Medan. Grasindo. Kusumanegara, Sclahuddin. 2009. Model dan Aktor Dalam Proses Kebijakan

Publik. Yogyakarta. Penerbit Gava Media

Santoso, Urip. 2005. Hukum Agraria & Hak-Hak Atas Tanah. Jakarta Prenada Media.

Subarsono, AG.2005. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta. Penerbit Pustaka Pelajar

Moleong. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung PT. Remaja Rosdakarya.

Tangkilisan. 2003. Kebijakan Publik Yang Membumi. Yogyakarta. Lukman Offset

Winarno , Budi. 2002. Kebijakan Publik Teori & Proses. Yogyakarta. MedPress Nugroho, Riany. 2008. Kebijakan Publik. Jakarta. PT. Elex Media Komputin

Sumber Perundang-undangan

Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia No. 4 tahun 2006 tentang organisasi dan tata kerja kantor wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kantor Pertanahan

Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor : 18 Tahun 2009 Tentang LARASITA

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2010 Tentang Jenis Dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Badan Pertanahan Nasional

Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan Dan Pengaturan Pertanahan

Sumber Internet

diakses pada 18 September 2013, Pukul 19.30 wib

http://diskominfo.sumutprov.go.id/berita_isi.php?kodenya=76 diakses pada 20 September 2013, Pukul 16.00 wib

http://medanbisnisdaily.com/news/read/2014/03/11/83890/program_larasita_kera p_terkendala_infrastruktur_dan_teknologi/ diakses pada 4 April 2014, Pukul 17.45 wib

Dokumen terkait