• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISIS DATA

V.1 Implementasi Program Larasita (Layanan Rakyat Untuk Sertifikasi Tanah)

V.1.3 Disposisi

Disposisi atau kecenderungan-kecenderungan adalah sikap yang ditunjukkan oleh seorang implementor terhadap penerimaan suatu kebijakan atau penolakan untuk melaksanakannya. Lewat sikap yang ditunjukkan oleh seorang implementor akan memberikan pengaruh terhadap proses pelaksanaan kebijakan secara efektif. Menurut George Edward III, banyak kebijakan masuk ke dalam “zona ketidakacuhan”. Hal ini dikarenakan ada kebijakan yang dilaksanakan secara efektif karena mendapat dukungan dari pelaksananya dan ada kebijakan yang tidak mendapat tanggapan yang baik dari pelaksananya. Berdasarkan uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa disposisi merupakan faktor krusial lainnya dalam implementasi kebijakan.

Sejak diterapkannya kebijakan program nasional yaitu program LARASITA oleh BPN Pusat, Kantor Pertanahan Kota Binjai meresponnya dengan baik. Dimana pada pelaksanaan program LARASITA ini dibentuk suatu tim pelaksana dengan dikeluarkan SK Kepala Kantor Pertanahan Kota Binjai yang akan bertangggung jawab terhadap berjalannya program LARASITA ini. Selain penerimaan dari kepala kantor, secara keseluruhan tim pelaksana LARASITA juga memberikan respon yang baik yaitu dengan menaati jadwal kunjungan LARASITA yang telah disusun dan bersikap terbuka serta ramah kepada masyarakat saat melayani. Walau masih ada dari tim LARASITA yang tidak

pernah ikut turun ke lapangan berdasarkan hasil wawancara dengan informan tetapi tetap mengambil bagian dengan mengerjakan proses kelanjutan berkas pemohon di kantor dikarenakan tugas kantor yang masih banyak.

Hal ini juga diperkuat berdasarkan hasil observasi peneliti, dimana tim pelaksana sangat ramah dalam memberikan pelayanan yang bertujuan untuk mempermudah dan mendekatkan pelayanan publik kepada masyarakat. Sehingga masyarakat yang berkunjung tidak memiliki ketakutan dan rasa malas untuk berhadapan dengan pegawai kantor pertanahan yang dianggap selama ini mempersulit urusan mereka. Antusias masyarakat pun terlihat semakin tinggi sejak dilaksanakannya program ini yang dibarengi dengan rasa ingin tahu akan pentingnya sertifikat tanah sebagai bukti kuat yang beralaskan hukum.

Dengan sikap yang baik yang ditunjukkan oleh implementor kebijakan memberikan dampak yang positif kepada masyarakat untuk mengikuti prosedur atau aturan yang berlaku lewat program larasita ini. Sekalipun dalam pelaksanaannya sering sekali masyarakat kurang paham akan prosedur yang sudah dijelaskan dan terkadang tidak mendapatkan hasil ketika turun lapangan, tidak membuat semangat tim pelaksana surut dalam mengerjakannya.

V.1.4 Struktur Birokrasi

Pada dasarnya struktur organisasi akan memberikan suatu gambaran tanggung jawab dan tugas kepada seorang birokrat berdasarkan jabatan atau kedudukan yang ia miliki. Dengan adanya struktur organisasi tersebut, akan mempermudah seseorang dalam menjalankan apa yang menjadi bagiannya.

Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Semakin panjang struktur organisasi cenderung semakin rumit prosedur yang akan dilalui.

Salah satu dari aspek struktur yang penting dari setiap organisasi adalah

Standard Operating Procedures (SOP). SOP ini akan menjadi pedoman bagi setiap implementor dalam bertindak. Dengan menggunakan SOP para implementor dapat memanfaatkan waktu yang tersedia dengan baik dalam mengerjakan apa yang menjadi bagiannya. Untuk pelaksanaan program larasita di kota Binjai, tim pelaksana mengikuti SOP yang berlaku pada Kantor Pertanahan pada umumnya.

Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan para informan yang menyatakan bahwa untuk pelaksanaan program larasita tidak jauh beda dengan pelaksanaan di kantor yang menggunakan SOP yang sama. Hanya saja yang membedakannya adalah larasita sebagai kantor berjalan. Setiap persyaratan yang berlaku di kantor berlaku juga dengan program larasita dan untuk penyelesaian berkas sampai tahap akhir disesuaikan dengan SOP yang ada.

Berdasarkan hasil data sekunder terkait dengan SOP yang diatur dalam Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan Dan Pengaturan Pertanahan yang telah mengalami pembaharuan dari SOP sebelumnya, dinyatakan bahwa SOP ini berlaku untuk semua jenis kegiatan layanan pertanahan yang ada. Dengan tujuan untuk mewujudkan kepastian hukum, keterbukaan dan akuntabilitas pelayanan

publik. Hal ini lah yang terwujud dalam pelaksanaan program larasita. Dimana tim pelaksana sangat terbuka kepada masyarakat akan syarat atau prosedur yang berlaku untuk program ini dan bekerja sesuai SOP yang berlaku.

Sekalipun SOP yang berlaku sama untuk program larasita dengan yang ada di kantor, program ini ternyata memberikan manfaat yang cukup signifikan bagi masyarakat. Dimana masyarakat akhirnya merasakan proses pengajuan berkas tidak begitu sulit. Hal dikarenakan terjadinya pemangkasan birokrasi oleh tim pelaksana larasita dalam pengurusan berkas. Dimana berkas yang masuk lewat program LARASITA langsung dikoordinir proses pengurusannya oleh tim pelaksana LARASITA dengan menggunakan sistem quick count. Hal ini lah yang menjadi pembeda antara kantor berjalan (LARASITA) dengan kantor tetap (Kantor Pertanahan). Jika mengurus berkas permohonan langsung ke Kantor Pertanahan melalui proses pengurusan rutin maka proses yang dilalui cukup panjang. Mulai dari memasukkan berkas, pencekkan berkas apakah sesuai dengan syarat yang telah ditentukan di loket Pertanahan dan kemudian diproses melewati semua seksi yang ada di Kantor Pertanahan. Sedangkan melalui program LARASITA, berkas yang masuk langsung diperiksa apakah sesuai dengan persyaratan atau tidak. Jikalau sesuai maka akan masuk tahapan pembayaran biaya yang diembankan dan kemudian masuk kepada tahapan pengukuran untuk pemecahan hak misalnya, hingga akhirnya masyarakat menerima berkas yang dimohonkan dalam bentuk sertifikat yang akan diberikan oleh tim pelaksana pada saat turun lapangan. Hal ini sesuai dengan istilah yang berlaku bagi program larasita yaitu “jemput bola”, dimana berkas yang diambil langsung dari lapangan,

akan dikembalikan ketika turun lapangan juga. Selain itu melihat kenyataan di lapangan berdasarkan hasil observasi, masyarakat juga diberikan keuntungan dari segi waktu. Dimana masyarakat tidak perlu mengorbankan waktunya terlalu banyak hanya untuk berkunjung ke kantor dengan kondisi pengurusan sertifikat yang belum tentu siap dalam waktu yang singkat lewat pengurusan rutin. Melalui program larasita ini, masyarakat dapat memanfaatkan waktu bekerjanya sebentar untuk berkunjung dan memasukkan berkasnya tanpa menunggu waktu yang lama.

Aspek kedua yang mempengaruhi struktur organisasi yaitu fragmentasi. Fragmentasi yang dimaksud yaitu penyebaran tanggung jawab kepada badan yang terlibat. Didalam penyebaran tanggung jawab ini diperlukan jalinan komunikasi dan koordinasi yang baik antar bagian yang terlibat dalam mengimplementasi kebijakan atau program. Untuk koordinasi dalam pelaksanaan program larasita ini telah terjalin dengan baik. Dimana tim ini terbentuk dari masing-masing seksi yang ada pada Kantor Pertanahan untuk mempermudah pelaksanaan program larasita. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan para informan yang menyatakan bahwa tim yang terlibat dalam pelaksanaan program larasita ini dibentuk sesuai dengan seksi yang ada dan tidak semua dari anggota seksi tersebut dilibat. Dengan tujuan agar pekerjaan di kantor tidak terganggu dan tanggung jawab dari setiap pelaksana disesuaikan dengan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia No. 4 tahun 2006 tentang organisasi dan tata kerja kantor wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kantor Pertanahan. Walaupun tim yang terlibat berjumlah sembilan orang namun pada kenyataannya

tim ini terbagi dua, yaitu tim yang turun ke lapangan untuk mengambil berkas dan tim yang memproses berkas.

Berdasarkan peraturan yang ada dengan hasil wawancara yang telah dilakukan, peneliti menarik suatu kesimpulan bahwa pemaknaan dari program larasita yaitu “kantor berjalan” tidak menjadikan suatu pembedaan baik dari SOP dan fragmentasi yang berlaku. Karena setiap peraturan yang berlaku di Kantor Pertanahan berlaku juga bagi program larasita dan hal ini dipahami betul oleh tim pelaksana dengan menyadari bahwa pekerjaan yang dilakukan tidak berbeda dengan yang ada di kantor.

V.2 Analisis Hubungan Semua Variabel dalam Implementasi Program

Dokumen terkait