Dalam bab ini akan dianalisis semua data yang diperoleh dari hasil penelitian seperti yang disajikan dalam bab sebelumnya. Adapun analisa yang dilakukan adalah teknik analisa kualitatif deskriptif dengan tetap mengacu pada hasil interprestasi data dan informasi sesuai rumusan masalah dalam penelitian.
Dari seluruh data dan informasi yang telah di kumpulkan, baik melalui studi pustaka, wawancara dengan informan dari Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru sebagai pelaksana Implementasi Sistem Informasi dan Manajemen Pertanhan Nasional (SIMTANAS) dan masyarakat sebagai penerima kebijakan, observasi melalui catatan-catatan penulis sewaktu melakukan penelitian di lapangan, maka dapat diberikan analisis tentang proses Implementasi Kebijakan Sistem Informasi dan Manajemen Pertanahan Nasional Pertanahan (SIMTANAS) di Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru. Di dalam menganalisis data yang telah penulis sajikan pada bab sebelumnya, penulis akan menyesuaikan dengan teori- teori tentang model implementasi dengan variabel sebelumnya.
Kebijakan Implementasi Sistem Pertanahan Nasional (SIMTANAS) merupakan salah satu kebijakan sesuai dengan pasal 1 huruf b Keputusan Presiden Nomor 34 tahun 2003 tentang Kebijaksanaan Pertanahan Nasional,Badan Pertanahan Nasional (BPN) mengemban tugas sebagai lembaga pelaksana untuk membangun dan mengemban SIMTANAS.Salah satunya meliputi penyiapan aplikasi data tekstual dan spasial dalam pelayanan pendaftaran tanah dan
penyusunan basis data penguasaan dan pemilikan tanah,yang dihubungakan dengan e-goverment,e-commerce,e-payment.SIMTANAS merupakan suatu sistem terpadu yang mendukung fungsi operasi,manajemen,dan pengambilan keputusan BPN sehubung dengan pengelolaan bidang bidang tanah dan pelayana kepada mayarakat.
Maka berkaitan dengan penelitian yaitu Implementasi Kebijakan Sistem Informasi dan Manajemen Pertanahan Nasional (SIMTANAS) di Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru, penulis telah mengajukan beberapa pertanyaan berdasarkan indikator yang telah ditentukan dalam bab sebelumnya. Dan pada bab ini akan dianalisis data-data yang berhubungan dengan variabel pembuat kebijakan dalam proses impelementasi.
Dari seluruh informasi dan data yang telah dikumpulkan, baik mulai dari studi pustaka,wawancara dengan informan, studi dokumentasi maupun catatan- catatan penulis tentang Implementasi Kebijakan Sistem Informasi dan Manajemen Peratanahan Nasional (SIMTANAS) di Kantor Pertanahan Kota Pekanbar, maka dapat dianalisis hasilnya sebagai berikut :
5.1 Proses Implementasi Kebijakan Sistem Informasi Dan Manajemen Pertanahan Nasional (SIMTANAS)
a. Standar dan Sasaran Kebijakan.
Standar dan sasaran kebijakan merupakan sesuatu yang harus diterapkan dalam setiap proses implementasi sebuah kebijakan. Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat direalisasikan. Ketika standar dan sasaran kebijakan terlalu ideal maka akan sulit direalisasikan. Standar dan
sasaran kebijakan tersebut juga harus dipahami dengan baik oleh para pelaksana pelaksana kebijakan (implementors).
Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru sebagai organisasi pelaksana Sistem Informasi Dan Manajemen Pertanahan Nasional (SIMTANAS) di Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru memiliki standar dan sasaran yang telah dipahami oleh semua elemen di lingkungan Kantor Pertanhan Kota Pekanbaru sendiri. Sasaran yang ingin dicapai oleh Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru adalah denganterwujudnya Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru menjadi Kantor Pelayanan yang cepat dan transparan.Untuk mewujudkan sasaran tersebut maka dibuatlah Standar Operasi Pengaruran dan Pelayanan (SPOPP) tentang Standar Operasional Pelayanan Pertanahan.
Berdasarkan wawancara diatas dapat dilihat bahwa Sistem Informasi dan Manajemn Pertanahan Nasional (SIMTANAS) memiliki dasar hukum yang diatur dalam keputusan presiden No.34 tahun 2003 tentang kebijakan nasional pertanahan,dimana pada ayat 1 huruf b di kemukakan menugaskan Badan Pertanahan Nasional untuk membangun dan mengembangkan Sistem Informasi Pertanahan dan Manajemen Pertanahan Nasional (SIMTANAS) angka 2 mengenai Penyiapan aplikasi data tekstual dan spasial dalam pelayanan pendaftaran tanah dan penyusunan basis data penguasaan dan pemilikan tanah, yang dihubungkan dengan e-government, ecommerce dan e-payment. Ketentuan ini dijadikan sebagai landasan bagi Badan Pertanahan Nasional dalam menyiapkan sistem elektronik dalam penggunaan sistem komputer secara luas yang mencakup perangkat keras, perangkat lunak, dan jaringan komunikasi.untuk
memperkuat pernyataan tersebut peneliti juga menanyakan tentang standar pelaksanaan Sistem Informasi dan Manajemen Pertanahan Nasional (SIMTANAS) di Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru.Standar Prosedur Operasi Pengaturan dan Pelayanan dilingkungan Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru telah dilaksanakan berdasarkan dengan Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2005 tentang Standar Prosedur Operasi Pengaturan dan Pelayanan selanjutnya disebut SPOPP. Keputusan Kepala Badan Pertanahan
Nasional ini merupakan penyempurnaaan Instruksi Menteri Negara
Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1998. Dasar hukum dari SPOPP antara lain UUPA, PP Nomor 24 Tahun 1997, dan PMNA/KBPN No 3 Tahun 1997. SPOPP wajib dilaksanakan oleh Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, Kantor Wilayah Badan Pertanahan Provinsi, dan Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota. 45 (Empat puluh lima) hari sejak dikeluarkan keputusan tersebut, masingmasing kantor pertanahan harus dapat menyesuaikan pelayanannya menurut SPOPP. Demikian halnya di Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru, SPOPP telah dilaksanakan untuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat dengan mengoptimalkan fungsi loket dan sistem komputerisasi yang ada. Dengan demikian Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru menyesuaikan dengan SPOPP yang ada sehingga pelayanan dapat memuaskan baik penerima pelayanan maupun pemberi pelayanan atau pelayanan yang sesuai dengan harapan masyarakat atau pelayanan prima.
Berdasarkan wawancara diatas kendala yang sering di jumpai dalam penerapan standar dan sasaran kebijakan Sistem Informasi dan Manajen
Pertanahan Nasional (SIMTANAS) adalah sumberdaya yang ada baik sumber daya yang ada di dalamnya maupun sumberdaya pendukung,seperti sistem komputerisasi dan server penghubung tiap komputer.Pada hakikatnya standar dan sasaran kebijakan harus didukung oleh sumber daya yang ada agar tercipta kesesuaian antara standar dan tujuan yang hendak dicapai.Tujuan yang dimaksud adalah pencapaian pelayanan Sistem Informasi dan Manajemen Pertanahan Nasional (SIMTANAS) yang sesuai dengan SPOPP.
Sesuai dengan pendapat Van Meter dan Van Horn,dinyatakan bahwa apabila standar dan kebijakan kabur maka akan menimbulkan konflik para agen implementasi,Agen implementasi yang dimaksud adalah sumber daya manusia yang ada.Oleh sebab itu,maka standar sasaran kebijakan yang ada harus mendatangkan manfaat bagi para agen implementasi.
Berdasarkan wawancara diatas bahwa Sistem Informasi dan Manajen Pertanahan Nasional (SIMTANAS) harus memeberikan manfaat bagi agen implementasi dan sasaran atau objek implementasi.Seperti kutipan wawancara diatas bahwa Sistem Informasi dan Manajemen Pertanahan Nasional
(SIMTANAS) dapat memepercepat penyelesaian persertifikasian
tanah,pengarsipan data sertifikat dan penyajian laporan,sehingga akan tercipta pencapaian yang efektif dalam waktu dan efesiensi dalam biaya.
Berdasarkan pemaparan diatas peneliti dapat melihat bahwa standar dan sasaran kebijakan yang ada dalam implementasi kebijakan Sistem Informasi dan Manajen Pertanahan Nasional (SIMTANAS) sudah cukup memadai.Hal ini dapat dilihat dengan di berlakukannya keputusan presiden No.34 tahun 2003 tentang
kebijakan nasional pertanahan,dimana pada ayat 1 huruf b, Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2005 tentang Standar Prosedur Operasi Pengaturan dan Pelayanan selanjutnya disebut SPOPP. Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional ini merupakan penyempurnaaan Instruksi Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1998. Dasar hukum dari SPOPP antara lain UUPA, PP Nomor 24 Tahun 1997, dan PMNA/KBPN No 3 Tahun 1997.Namun Berdasarkan Penelitian sasaran dan standar kebijakan yang telah di tetapkan dalam implementasi simtanas belum tercapai sepenuhnya.Hal ini diakibatkan oleh sumber daya manusia dan sumber daya pendukung yang ada.Maka daripada itu, meskipun standar dan sasaran kebijakan sudah di tetapkan,namun kendala dasar menjadi faktor penghambat.Pengamatan peneliti di lapangan server penghubung komputer tidak mendukung untuk meningkatkan pelayanan,sebab server yang ada terbatas.Hal ini tentu saja akan memepengaruhi kineja dari agen pelaksana yang berdapampak penerapan Sistem Informasi dan Manajemen Pertanahan Nasional (SIMTANAS) di Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru
Dari penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa sebenarnya Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru belum mencapai standar dan sasaran yang mereka tetapkan..
b. Sumber Daya
Dalam mengimplementasikan kebijakan Sistem Informasi Pertanahan Nasional (SIMTANAS), ketersediaan sumber daya merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan. Tanpa tersedianya sumber daya, sangat kecil
kemungkinan kebijakan Sistem Informasi Dan Manajemen Pertanhan Nasional (SIMTANAS) di Kantor PertanahanKota Pekanbaru dapat diimplementasikan dengan baik. Sumber daya yang penting itu meliputi sumber daya manusia yang memadai dengan kemampuan dan keahlian yang baik untuk melaksanakan tugas dan fungsinya dan sumber daya non manusia berupa ketersediaan sarana dan prasarana.
Ketersediaan sumber daya manusia dalam Sistem Informasi Dan Manajemen Pertanhan Nasional (SIMTANAS) di Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru merupakan hal yang sangat penting. Meskipun demikian perlu juga diketahui bahwa jumlah manusia (pegawai) tidak selalu mempunyai efek positif bagi implementasi suatu kebijakan. Hal ini berarti bahwa jumlah pegawai yang banyak tidak secara otomatis mendorong implementasi yang berhasil. Ini juga dipengaruhi oleh kemampuan yang dimiliki oleh pegawai, namun di sisi lain kurangnya pegawai juga akan menimbulkan persoalan menyangkut implementasi kebijakan yang efektif. Artinya kebutuhan akan sumber daya manusia dalam melaksanakan suatu kebijakan harus terpenuhi secara kualitas dan kuantitasnya sesuai denga wawancara dengan Bapak Befriyano Syawir,SH
Sumber daya manusia yang dimiliki oleh Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru saat ini dirasa belum cukup memadai terutama dari segi keahlian dan profesionalisme untuk menjalankan Sistem Informasi Dan Manajemen Pertanhan Nasional. Oleh karena karena itu guna meningkatkan kualitas pelayanan Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru membutuhkan tenaga ahli khususnya tenaga Operating System yang mengoperasikan Sistem Informasi Dan Manajemen
Pertanahan Kota Pekanbaru. Selain itu guna meningkatkan kualitas Operating System Sistem Informasi Dan Manajemen Pertanahan Nasional (SIMTANAS) beberapa pegawai sudah mendapatkan pelatihan dari bidang bimbingan dan penerapan komputerisasi SIMTANAS dari Pusat Data Dan Informasi Pertanahan (PUSDATIN).
Sarana dan prasarana yang ada di Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru cukup memadai. Sebagian besar kegiatan sudah memanfaatkan tekhnologi. Pegawai sudah difasilitasi dengan computer serta sever komunikasi dalam melaksanakan tugas walaupun masih dalam jumlah terbatas.
Selain itu dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru juga menyediakan papan pengumunan, baliho, atau spanduk di setiap tempat yang sudah ditentukan. Untuk menciptakan kenyamanan bagi masyarakat Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru menyediakan ruang tunggu yang nyaman dilengkapi dengan tempat duduk, AC dan juga televisi sebagi hiburan bagi masyarakat ketika menunggu antrian.
Meskipun sarana dan prasarana yang dimiliki Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru sudah cukup memadai, tetapi hal tersebut seolah-olah kurang berarti bila dihadapkan pada persoalan keterbatasan sumber daya manusianya. Tujuan pelengkapan sarana dan prasarana dengan memanfaatkan tekhnologi adalah untuk membantu para pegawai dalam melakukan tugas dan fungsi mereka sehingga dapat mewujudkan pelayanan yang optimal kepada masyarakat. Tetapi hal tersebut sulit terwujud ketika SDM masih belum memadai, karena manusia
merupakan sumber daya terpenting dalam proses pengimplementasian suatu kebijakan.
Dari hasil pemaparan di atas, dapat diketahui bahwa Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru belum bisa dikatakan memiliki sumber daya yang baik dan memadai untuk melakukan implementasi kebijakan Sistem Informasi Dan Manajemen Pertanahan Nasional (SIMTANAS).
c. Komunikasi antar organisasi dan pengutan aktivitas
Sebelum suatu kebijakan diimplementasikan, pelaksana kebijakan harus menyadari bahwa suatu keputusan yang telah dibuat dan perintah untuk melaksanakannya telah dikeluarkan, sehingga mereka bekerja dengan memiliki wewenang masing-masing. Disini peran komunikasi sangat penting untuk mensinergikan setiap aktivitas. Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi yang akurat, jelas dan konsisten dan menyeluruh serta koordinasi antara instansi-instansi yang terkait dalam proses implementasi.
Komunikasi dan koordinasi yang terjalin di dalam Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru saat ini sudah sangat berjalan dengan baik. Untuk komunikasi dan koordinasi Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru selalu bekerjasama dengan pegawai-pegawai yang ada khususnya yang bekerja yang mengurusi Sistem Informasi Dan Manajemen Pertanahan Nasional (SIMTANAS). Selain itu kami juga mengadakan diskusi dan evaluasi rutin terkait kinerja maupun masalah menyangkut Sistem Informasi Dan Manajemen Peratanahan Nasional. Diskusi dan evaluasi tersebut diluar rapat yang bersifat situasional yang diselenggarakan
ketika ada pembahasan tertentu yang berkaitan dengan Sistem Informasi Dan Manajemen Pertanahan Nasional (SIMTANAS). Selain itu Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru melakukan komunikasi dan koordinasi dengan instansi lain di luar Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru sepertidengan Kantor BPN Pusat, antara Kantor Pertanahan dengan Publik (masyarakat dan PPAT) dan antara Kantor Pertanahan dengan Instansi Lain yaitu Dirjen Pajak dan Tata Kota.Namun dalam halnya sosialisasi dengan masyarakat masih kurang,hal ini ditunjukan dengan masih banyaknya masyarakat yang kurang tahu dan memeahami apa itu kebijakan Sistem Informasi dan Manajemen Pertanahan Nasional (SIMTANAS) yang diterapkan Oleh Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru.
Jadi dapat dikatakan Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru selaku organisasi pelaksana Sistem Informasi Dan Manajemen Pertanahan Nasional (SIMTANAS) telah melakukan komunikasi dan koordinasi dengan baik antara sesama pegawai baik Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru dan juga instansi pemerintah. Tetapi dalam komunikasi dengan masyarakat belum berjalan dengan baik terutama dalam hal sosialisasi kebijakan Sistem Informasi Dan Mnajemen Pertanahan Nasional (SIMTANAS) Kota Pekanbaru.
d. Karakteristik Agen Pelaksana
Untuk mengimplementasikan suatu kebijakan diperlukan karakteristik yang baik dari para agen pelaksana kebijakan tersebut. Karakteristik tersebut mencakup struktur birokrasi, norma-norma dan SPOPP (Standar Prosedur Operasi Pengaturan dan Pelayanan).
Struktur organisasi pada Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru sesuai dengan ketentuan pasal 32 Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2006, Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru dipimpin oleh seorang Kepala Kantor yang mempunyai kedudukan sebagai pejabat struktural eselon III A dengan susunan organisasi Sub Bagian Tata Usaha yang terdiri dari Urusan Perencanaan dan Keuangan serata Urusan Umum dan Kepegawaian.Seksi Survei Pengukuran Dan Pemetaan yang terdiri atas Sub Seksi Pengukuran dan Pemetaan serta Sub Seksi Tematik dan Potensi Tanah.Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah yang terdiri dari Sub Seksi Penetapan Hak Tanah,Sub Seksi Pengaturan Tanah Pemerintah,Sub Seksi Pendaftaran Tanah,Sub Seksi Peralihan Pembebenan Hak dan Pejabat Pembuat Akta Tanah.Seksi Pengaturan dan Penataan Pertanahan terdiri dari Sub Seksi Penatagunaan Tanah dan Kawasan Tertentu,Sub Seksi Landreform Dan Konsolidasi Tanah.Seksi Pengeendalian Dan Pemberdayaan terdiri dari Sub Seksi Pengendalian Pertanahan,Subseksi Pemberdayaan Masyarakat.Seksi Sengketa Konflik dan Perkara terdiri dari Sub Seksi Sengketa dan Konflik Pertanahan,Sub Seksi Perkara Pertanahan.
Dari data yang didapat oleh peneliti dari lapangan,Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru telah memiliki struktur organisasi yang jelas seperti terlihat pada lampiran.
Setiap organisasi tentulah memiliki norma-norma atau nilai-nilai yang akan mengatur bagaimana setiap anggota organisasi tersebut dalam bertindak dan berperilaku di dalam lingkungan organisasi tersebut.Kantor Pertanahan
Pekanbaru, sebagai sebuah organisasi pelaksana kebijakan Sistem Informasi dan Manajemen Pertanahan Nasional (SIMTANAS) , diketahui bahwa para pegawai Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru juga di atur segala perilakunya selama berada di lingkunga melalui peraturan yang ditetapkan Mekanisme Ketatalaksanaan Kewenangan Pemerintah Di Bidang Pertanahan Yang Dilaksanakan Oleh Pemerintah Kabupaten/Kota. Peraturan tersebut menjadi norma-norma yang harus dipatuhi oleh setiap pegawai Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru dan menjadi pedoman mereka dalam berperilaku di dalam setiap pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya.
Sebenarnya untuk setiap Pegawai Negeri Sipil yang ada di Indonesia sudah ditetapkan perundang-undangan mengenai norma-norma yang mengatur tingkah dan perilaku mereka selama menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Misalnya tidak boleh korupsi, datang tepat waktu dan sebagainya. .
Standar Prosedur Operasi Pengaturan dan Pelayanan (SPOPP) dikembangkan sebagai respon internal terhadap keterbatasan waktu dan sumber daya dari pelaksana dan keinginan untuk menciptakan keseragaman dalam bekerjanya organisasi-organisasi yang kompleks dan tersebar luas.Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru memiliki SPOPP yang berdasarkan dengan Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2005 tentang Standar Prosedur Operasi Pengaturan dan Pelayanan selanjutnya disebut SPOPP. Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional ini merupakan penyempurnaaan Instruksi Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3
Tahun 1998. Dasar hukum dari SPOPP antara lain UUPA, PP Nomor 24 Tahun 1997, dan PMNA/KBPN No 3 Tahun 1997. SPOPP wajib dilaksanakan oleh Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, Kantor Wilayah Badan Pertanahan Provinsi, dan Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota. 45 (Empat puluh lima) hari sejak dikeluarkan keputusan tersebut, masingmasing kantor pertanahan harus dapat menyesuaikan pelayanannya menurut SPOPP. Demikian halnya di Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru, SPOPP telah dilaksanakan untuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat dengan mengoptimalkan fungsi loket dan sistem komputerisasi yang ada. Dengan demikian Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru menyesuaikan dengan SPOPP yang ada sehingga pelayanan dapat memuaskan baik penerima pelayanan maupun pemberi pelayanan atau pelayanan yang sesuai dengan harapan masyarakat atau pelayanan prima
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan masih banyak pegawai Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru yang tidak displin dan patuh.Hal ini terlihat banyak pegawai Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru tidak sedang berada di tempat ketika jam kerja,sebagian ada yang belum datang dan ada juga yang lagi dinas keluar kota,bahkan sebagian ada yang berbincang bincang bincang di kantin dengan santai padahal belum waktunya jam istirahat.Hal ini tentu membuat pelayanan di Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru tidak berjalan dengan maksimal dan juga tidak mencerminkan karakterisitik agen pelaksana sebagai implementor Sistem Informasi Dan manajemen Pertanahan Nasional (SIMTANAS) di Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru.
Jadi, dapat dikatakan bahwa Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru sebagai organisasi pelaksan impelemantasi kebijakan Sistem Informasi dan Manajemen Pertanahan Nasional (SIMTANAS) belum memiliki karakteristik yang baik
sebagai agen pelaksana sebuah kebijakan meliputi Struktur Birokrasi, Norma-
norma, dan Standar Prosedur Operasi Pengaturan dan Pelayanan (SPOPP)
e. Kondisi Sosial, Ekonomi, dan Politik
Dalam pengimplementasian suatu kebijakan perlu adanya dukungan positif dari setiap kondisi yang ada, baik kondisi sosial ekonomi dan politik. Dari hasil wawancara dengan masyarakat yang berada di Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru dapat diketahui bahwa kebijakan Sistem Informasi dan Manajemen Pertanahan Nasioanal (SIMTANAS) ini kurang mendapat tanggapan positif dari berbagai pihak mulai dari masyarakat.Implementasi Sistem Informasi dan Manajemen Pertanahan Nasional (SIMTANAS) kurang mendapat dukungan dari masyarakat dapat dilihat dari cukup banyaknya masyarakat masih belum paham tentang kebijakan ini dan dampak yang dirasakan dari implementasi Sistem Informasi dan Manajen Pertanahan Nasional (SIMTANAS) belum memeberikan pengaruh yang signifikan terhadap pelayanan Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru.
Jadi dapat dikatakan bahwa dalam pengimplementasian kebijakan Sistem Informasi dan Manajemen Pertanahan Nasional di Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru belum mendapat dukungan yang baik dari masyarakat.
f. Disposisi Implementor
Disposisi merupakan kecenderungan-kecenderungan yang dimiliki oleh pelaksana kebijakan. Kecenderungan yang dimaksud disini adalah watak dan karakteristik implementor seperti kejujuran, keikhlasan, komitmen, tanggung jawab, netral atau tidak pilih kasih dan demokratis. Selain itu disposisi implementor juga meliputi pemahaman para pelaksana kebijakan terhadap kebijakan yang mereka jalankan. Kecenderungan-kecenderungan implementor bisa menjadi penghambat, tetapi apabila implementor memiliki disposisi yang baik, maka ia dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti yang diinginkan oleh pembuat kebijakan.
Unit-unit organisasi yang melaksanakan kebijakn Sistem Informasi dan Manajemen Pertanahan Nasional(SIMTANAS), diketahui bahwa mereka sebagai pelaksana kebijakan memahami tentang maksud dari standar dan sasaran kebijakan yang telah ditetapkan. Dengan pemahaman tersebut mereka sangat menerima kebijakan Ssistem Informasi dan Manajemen Pertanahan Nasional (SIMTANAS) ini karena melihat banyak dampak positif yang timbul akibat kebijakan ini. Pemahaman akan standar dan sasaran kebijakan Sistem Informasi dan Manajemen Pertanahan Nasinal (SIMTANAS) dilakukan oleh semua pegawai yang ada di Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru.
Selain berdasarkan hasil pengamatan di lapangan masih ada ditemui pegawai yang melakukan tindakan kooperatif, tidak transparan,dan tidak jujur. Berdasarkan hal ini jelas terlihat para agen pelaksana kebijakan Sistem Informasi dan Manajemen Pertanahan Nasional (SIMTANAS) belum memahami isi
kebijakan sehingga adanya agen pelaksana yang melakukan perbuatan di luar isi kebijakan yang telah di atur.
Dari hasil pemaparan ini menunjukkan bahwa masih ada sebagian implementor yang belum bersikap jujur, kooperatif dan transparan dalam pelayanan di Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru