Implementasi Kebijakan Sistem Informasi dan
Manajemen Pertanahan Nasional (SIMTANAS)
Di Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru
Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1)
SKRIPSI
Pada Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Disusun Oleh :
Rahmat Novian
NIM: 080903008
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRAKSI
Nama : Rahmat Novian
NIM : 080903008
Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Arlina, SH, M.Hum
Implementasi Kebijakan Sistem Informasi dan Manajemen Pertanahan Nasional (SIMTANAS) Di Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru
Bagi bangsa Indonesia, tanah merupakan unsur vital dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hubungan bangsa Indonesia dengan tanah adalah hubungan yang bersifat abadi. Seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan kesatuan tanah air dari keseluruhan Bangsa Indonesia. Tanah merupakan perekat NKRI. Oleh karena itu tanah perlu dikelola dan diatur secara nasional untuk menjaga keberlanjutan sistem kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam kerangka ini, kebijakan pertanahan diarahkan untuk mewujudkan tanah untuk "sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menggambarkan pelaksanaan Implementasi Kebijakan sistem informasi manajemen pertanahan (SIMTANAS) di kantor Pertanahan Kota Pekanbaru.Dalam penelitiaan ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan penelitian kualitatif, dengan melakukan wawancara dan observasi dan menggunakan metode analisis kualitatif.Informan kunci dan informan utama dari penelitian ini berasal dari Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa terdapat dua hal yang menjadi perhatian yaitu sumber daya manusia dan sarana dan prasarana.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Implementasi Kebijakan Sistem Informasi dan Manajemen
Pertanahan Nasional (SIMTANAS) di Kantor Pertanahan Kota
Pekanbaru”.
Penyusunan skripsi ini diajukan sebagai salah salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Sosial dalam proses peniliaian untuk menyelesaikan
Program Pendidikan S1 pada Departemen Ilmu Administrasi Negara.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bantuan
dan bimbingan, baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Teristimewa
penulis ucapkan rasa cinta, sayang dan terimakasih sebesar-besarnya kepada Ayah
tersayang Nazaruddin . Beliau merupakan “motivator” penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini dan ibu tercinta Rusmaini yang telah melahirkan
penulis,serta kepada adik saya Rafika Ulfa yang juga memotivasi penulis dalam
menyusun skripsi ini.
Tak lupa juga seluruh pihak yang telah membantu dengan sepenuh hati,
sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan, yaitu :
1. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera
Utara Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M. Si.
2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin NST, M. Si., selaku Ketua Departemen
3. Ibu Dra. Elita Dewi, selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi
Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
4. Ibuk Arlina SH,M.Hum selaku Dosen Pembimbing yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis dalam proses penyelesaian skripsi
ini.
5. Om Ir.Syafrudin yang selalu setia menemani saya mengurus segala
kepentingan pengurusan penelitian ini saya ucapkan terima kasih.
6. Bapak Befriyano Syawir,SH, yang telah membantu penulis selama
penelitian
7. Bapak Prof.Dr.Marlon Sihombing.MA selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang telah memberikan arahan dan membimbing penulis
selama masa perkuliahan.
8. Untuk Dosen-dosen Ilmu Administrasi Negara
9. Untuk Kak Dian dan juga Kak Mega yang telah membantu penulis dalam
urusan surat menyurat sampai Skripsi ini selesai dan juga kepada seluruh
pegawai administrasi FISIP USU.
10. Kepada Risha Stevania D yang telah banyak membantu penulis karena
telah memberikan cinta dan kasih sayang kepada penulis dan yang
membimbing, memberi dukungan baik moril dan materil sehingga penulis
dapat menyelesaikan Skripsi ini.
11. Kepada Kawan kawan Administrasi negara 08 Bembeng,Zikri
Cendol,Zipang,Nawir,Bro Dermawan,Jhon Ricky,Ifri,Senang Bisa Kenal
namanya hehehehe.Buat adik Junior Administrasi Negara 10 yang juga
memberikan dukungannya. Khususnya Aditya ”pep” Hariadi hahahaha
junior pelawak dan kawan main PB hahahaha
Penulis menyadari bahwa dalam Skripsi ini mempunyai banyak
kekurangan, baik dari segi isi maupun bahasa dan penulisan yang digunakan. Oleh
sebab itu, penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan Skripsi ini.Akhir kata penulis berharap Skripsi ini membawa
manfaat dan dapat berguna bagi semua pihak yang membaca.
Medan, Juli 2012 Penulis
DAFTAR ISI
1.3 Tujuan Penelitian... 8
1.4 Manfaat Penelitian ... 9
1.5 Kerangka Teori... 10
1.5.1 Kebijakan Publik ... 10
BAB II METODE PENELITIAN 2.1 Bentuk Penelitian ... 43
2.2 Lokasi Penelitian ... 44
2.3Informan Penelitian ...44
2.4 Teknik Pengumpulan Data ...45
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
3.1 Gambaran Kota Pekanbaru ... 48
3.1.1 Sejarah Kota Pekanbaru ...48
3.1.2 Visi Kota Pekanbaru ... 49
3.1.3 Keadaan Geografi ... 50
3.2.Kedudukan,Tugas Pokok Dan Fungsi Kantor Pertanahan ... 55
3.3 Visi,Misi Dan Motto ... 56
3.4 Agenda Kebijakan ... 57
3.5 Struktur Organisasi ... 58
3.6 Sumber Daya Manusia... 64
3.7 Kegiatan Pelayanan Kantor Pertanahan ... 67
3.8 Mekanisme Pelayanan ... 67
3.9 Basis Data Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru ... 74
3.10 Komputerisasi Kantor Peratanahan Kota Pekanbaru ... 76
3.11 Larasita... 79
BAB IV PENYAJIAN DATA 4.1 Proses Implementasi Kebijakan Sistem Informasi dan Manajemen Pertanahan Nasional ... 82
BAB V ANALISIS DATA 5.1 Proses Implementasi Kebijakan Sistem Informasi dan Manajemen Pertanahan Nasional ... 99
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ...114
6.2 Saran ...114
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jumlah Pegawai Kantror Pertanahan Kota Pekanbaru Berdasarkan
Golongan ... 10
Tabel 2. Jumlah Pegawai Kantror Pertanahan Kota Pekanbaru Berdasarkan
Pendidikan ... 10
Tabel 3. Jumlah Pegawai Kantror Pertanahan Kota Pekanbaru Berdasarkan Jenis
ABSTRAKSI
Nama : Rahmat Novian
NIM : 080903008
Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Arlina, SH, M.Hum
Implementasi Kebijakan Sistem Informasi dan Manajemen Pertanahan Nasional (SIMTANAS) Di Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru
Bagi bangsa Indonesia, tanah merupakan unsur vital dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hubungan bangsa Indonesia dengan tanah adalah hubungan yang bersifat abadi. Seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan kesatuan tanah air dari keseluruhan Bangsa Indonesia. Tanah merupakan perekat NKRI. Oleh karena itu tanah perlu dikelola dan diatur secara nasional untuk menjaga keberlanjutan sistem kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam kerangka ini, kebijakan pertanahan diarahkan untuk mewujudkan tanah untuk "sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menggambarkan pelaksanaan Implementasi Kebijakan sistem informasi manajemen pertanahan (SIMTANAS) di kantor Pertanahan Kota Pekanbaru.Dalam penelitiaan ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan penelitian kualitatif, dengan melakukan wawancara dan observasi dan menggunakan metode analisis kualitatif.Informan kunci dan informan utama dari penelitian ini berasal dari Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa terdapat dua hal yang menjadi perhatian yaitu sumber daya manusia dan sarana dan prasarana.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bagi bangsa Indonesia, tanah merupakan unsur vital dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Hubungan bangsa Indonesia dengan tanah adalah
hubungan yang bersifat abadi. Seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) merupakan kesatuan tanah air dari keseluruhan Bangsa
Indonesia. Tanah merupakan perekat NKRI. Oleh karena itu tanah perlu dikelola
dan diatur secara nasional untuk menjaga keberlanjutan sistem kehidupan
berbangsa dan bernegara. Dalam kerangka ini, kebijakan pertanahan diarahkan
untuk mewujudkan tanah untuk “sebesar-besar kemakmuran rakyat”. Arah
kebijakan pertanahan haruslah sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009 yang didasarkan atas Visi Negara
Indonesia, yaitu: “terwujudnya negara kebangsaan Indonesia modern yang aman
dan damai, adil dan demokratis, serta sejahtera dengan menjunjung tinggi nilai
nilai kemanusiaan, kemerdekaan dan persatuan berdasarkan Pancasila dan UUD
1945”.
Amanat konstitusi di bidang pertanahan menuntut agar politik dan
kebijakan pertanahan dapat memberikan kontribusi nyata dalam proses
mewujudkan “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” ( sebagaimana
diamanatkan pada Sila kelima Pancasila dalam pembukaan UUD 1945 ) dan
pada Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 ). Nilai-nilai dasar ini mensyaratkan dipenuhinya
hak rakyat untuk dapat mengakses berbagai sumber kemakmuran, terutama tanah.
Tanah adalah sesuatu yang sangat vital bagi sebagian besar rakyat Indonesia yang
susunan masyarakat dan perekonomiannya bercorak agraris. Tanah adalah
kehidupan.Dengan terbukanya akses rakyat kepada tanah dan dengan kuatnya hak
rakyat atas tanah, maka kesempatan rakyat untuk memperbaiki sendiri
kesejahteraan social - ekonominya akan semakin besar. Martabat sosialnya akan
meningkat. Hak-hak dasarnya akan terpenuhi. Rasa keadilan rakyat sebagai
warganegara akan tercukupi. Harmoni sosial akan tercipta. Kesemuanya ini akan
menjamin keberlanjutan sistem kemayarakatan, kebangsaan dan kenegaraan
Indonesia.Selain Pancasila dan UUD 1945, nilai-nilai dasar di bidang pertanahan
juga dinyatakan oleh TAP MPR No. IX/2001 tentang Pembaruan Agraria dan
Pengelolaan Sumber daya Alam dan UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok-pokok Agraria. Perpres No. 10 Tahun 2006 mengenai Badan
Pertanahan Nasional RI merupakan bentuk penguatan kelembagaan pertanahan
nasional untuk mewujudnyatakan amanat konstitusi di bidang pertanahan.
Disamping merupakan perekat NKRI, tanah berpotensi besar untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat
Adapun Semboyan BPN-RI adalah: “Lihat ke depan, lakukan sesuatu yang
dibutuhkan, dipikirkan dan dirasakan rakyat.” Dengan melihat Visi BPN-RI, yaitu
Menjadi lembaga yang mampu mewujudkan tanah dan pertanahan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat, serta keadilan dan keberlanjutan sistem
Pelayanan publik sebagai salah satu fungsi utama pemerintah adalah
sebagai upaya untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat atas pengadaan jasa yang
diperlukan masyarakat. Pemenuhan kepentingan dan kebutuhan masyarakat
sangat menentukan bagi kelangsungan dan tegaknya sistem pemerintahan.
Disadari bahwa kondisi aparatur negara masih dihadapkan pada sistem
manajemen pemerintahan yang belum efisien dan lemah yang antara lain
menghasilkan kualitas pelayanan publik yang rendah dan terjadi berbagai praktek
korupsi, kolusi dan nepotisme serta mengakibatkan inefisiensi dalam
penyelenggaraan pemerintahan. Upaya perbaikan dan peningkatan kinerja
aparatur, diharapkan dapat mewujudkan pelayanan yang cepat, murah, mudah,
berkeadilan, berkepastian hukum, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan
sesuai dengan perkembangan dinamika masyarakat.
Pelayanan publik yang banyak dikenal dengan sifat birokratis dan banyak
mendapat keluhan dari masyarakat pelanggannya, antara lain disebabkan masih
belum memperhatikan kepentingan masyarakat penggunanya. Paradigma yang
dipergunakan para pengelola pelayanan publik cenderung lebih bersifat direktif
yang hanya memperhatikan / mengutamakan kepentingan pimpinan organisasinya
saja. Masyarakat sebagai penggguna seperti tidak memiliki kemampuan apapun
wujud berkreasi, suka tidak suka, mau tidak mau, mereka harus tunduk kepada
pengelolanya. Seharusnya, pelayanan publik dikelola dengan paradigma yang
bersifat supportif dimana lebih memfokuskan diri kepada kepentingan
masyarakatnya, pengelola pelayanan harus mampu bersikap menjadi pelayan yang
Sejalan dengan arus globalisasi yang terjadi diseluruh dunia pada saat ini
kebutuhan informasi semakin penting dan mendesak. Bahkan menurut Robert
Murdick (dalam Sutabri, 2005:114) informasi dianalogikan sebagai darah bagi
organisasi. Selanjutnya Sutabri (2005:114) mengemukakan bahwa informasi
merupakan salah satu sumber daya yang sangat penting untuk organisasi publik.
Informasi pada dasarnya adalah data yang diolah menjadi bentuk yang berguna
bagi para pemakainya (Jogiyanto, 2003:36). Agar dapat mencapai tujuannya maka
dibentuklah suatu sistem informasi. Dengan demikian pada dasarnya sistem
informasi manajemen merupakan sebuah sistem informasi yang selain melakukan
semua pengolahan transaksi yang diperlukan oleh suatu organisasi, juga memberi
dukungan informasi dan pengolahan untuk fungsi manajemen dan proses
pengambilan keputusan.
Pesatnya perkembangan organisasi publik yang ada saat ini, jika ditinjau
dari segi administrasi negara, membuat usaha untuk merumuskan kerangka kerja
(framework) Sistem Informasi Manajemen (SIM) pada organisasi publik
merupakan kebutuhan yang mendesak (Sutabri, 2005:117). Lebih lanjut Sutabri
(2005:54)mengatakan bahwa pentingnya SIM dalam konteks organisasi publik ini
salah satu penyebabnya adalah bahwa organisasi sekarang sudah cenderung
mendasarkan pengambilan keputusannya pada sistem informasi, dan bukan pada
struktur hirarkhi wewenang / tanggung jawab yang statis. Pemimpin-pemimpin
strategik dalam sector publik modern memberdayakan para manager dan
karyawan mereka untuk membuat keputusan yang berkaitan dengan peningkaan
publik membutuhkan desain sistem perencanaan strategik yang tepat (Garsperz,
2004:2). disamping itu, dalam ilmu manajemen, para manajer / pimpinan
umumnya diwajibkan menyatakan masalah dan asumsi secara teliti, biasanya
dalam bentuk kuantitas atau suatu ukuran agar mereka dapat memperoleh uraian
lebih baik tentang masalahnya.
Sementara itu untuk memenuhi kebutuhan akan sistem informasi yang
lebih efisien dan dapat diandalkan dalam membuat keputusan manajemen,
teknologi atau komputerisasi adalah unsur utama yang berpengaruh. Kemampuan
komputer telah membantu perkembangan konsep SIM karena perangkat keras dan
perangkat lunak telah membuka dimensi baru yang digunakan dalam
konseptualisasi sistem informasi bagi sebuah organisasi. Penggunaan komputer di
dalam SIM sangat banyak membantu para manajer dalam proses pengambilan
keputusan.
Berkaitan dengan tugas yang harus dilaksanakan, maka penyediaan
pelayanan pemerintah harus difokuskan pada pemenuhan kebutuhan masyarakat,
baik secara kualitas maupun kuantitas sebagai upaya pemberian kepuasan
masyarakat penggunanya. Perhatian akan pemberian kepuasan masyarakat ini
sangatlah penting, mengingat kepuasan masyarakat merupakan tolok ukur dan
keberhasilan pelayanan yang diberikan oleh pemerintah.
Kepuasan masyarakat / pelanggan adalah terpenuhinya keinginan dan
kebutuhan pelanggan. Suatu pelayanan dinilai memuaskan bila pelayanan tersebut
tidak puas terhadap suatu pelayanan yang disediakan, maka pelayanan tersebut
dapat dipastikan tidak efektif dan tidak efisien.
Keberadaan sistem informasi sangat penting untuk mendukung para
pemakai dalam melaksanakan tugasnya. Pada sebagian besar organisasi, pusat
informasi secara fisik memberikan fasilitas pada para pemakai ( user ) agar dapat
mengakses hardware dan software, meminta dukungan pengembangan aplikasi
dan memperoleh pelatihan. Unit organisasi yang ingin berhasil baik, perlu adanya
identitas atas informasi yang diperlukan oleh manajemen yang lebih
memfokuskan pada pelaksanaan pekerjaan dengan baik. Hal ini menunjukkan
pentingnya pemahaman sistem informasi dalam melaksanakan tugas. Kriteria
tugas yang pasti akan mendorong pencapaian tugas secara tepat, sehingga
berfungsi dalam pengambilan keputusan.
Pemerintah berupaya untuk mengelola sumber daya tanah secara utuh dan
terpadu dengan memanfaatkan teknologi sistem inforamasi dan manajemen
modern melalui Sistem Informasi dan Manajeman Pertanahan Nasional
(SIMTANAS).Pada pasal 1 huruf b Keputusan Presiden Nomor 34 tahun 2003
tentang Kebijaksanaan Pertanahan Nasional,Badan Pertanahan Nasional (BPN)
mengemban tugas sebagai lembaga pelaksana untuk membangun dan mengemban
SIMTANAS.Salah satunya meliputi penyiapan aplikasi data tekstual dan spasial
dalam pelayanan pendaftaran tanah dan penyusunan basis data penguasaan dan
pemilikan tanah,yang dihubungakan dengan
operasi,manajemen,dan pengambilan keputusan BPN sehubung dengan
pengelolaan bidang bidang tanah dan pelayana kepada mayarakat.
Kinerja BPN dalam penyelenggaraan pelayanan pertanahan tidak luput
dari perhatian berbagai pihak,karena dalam pelaksanaan pelayanan
pertanahan,masih banyak terdapat permasalahan yang di keluhkan oleh
masyarakat,diantaranya prosedur yang rumit,berbelit belit,mahal,tidak ada
kepastian waktu penyelesaian,dan sebagainya.Hal ini seperti yang terjadi di
Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru.
Peningkatan volume pekerjaan menimbulkan permasalahan baru pada
pelayanan pertanahan pada Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru,yaitu proses
pelayanan menjadi lama.Kualitas dan kuantitas petugas yang cukup
baik,diperlukan untuk menciptakan kondisi kerja yang efektif dan efesien.Baik
dalam pengumpulan,penelitian,pengolahan data maupun dalam penyajian
informasi pertanahan.Kondisi itu menimbulkan kebutuhan aka suatu sistem kerja
yang mampu memebentuk suatu tata kerja yang efektif dan efesien khususnya
dalam bidang administrasi,yaitu menegnai pelayanan pertanahan.Hal ini perlu di
tempuh mengingat permasalahan diatas dan masih adanya keluhan masyarakat
yang masih merasa kurang puas terhadap pelayanan yang di berikan oleh Kantor
Pertanahan Kota Pekanbaru
Sebelumnya pelayanan yang dilakukan di Kantor Pertanahan Kota
Pekanbaru dilakukan secara manual menggunakan mesin ketik dan beberapa
peralatan manual yang sederhana lainnya.Setelah berkembangnya teknologi
micrsoft word dan microsoft excel untuk pengolhan data tekstual dan software
autocad untuk pengolahan data grafisnya,dalam pemograman yang
sederhana.Pelayanan yang dilaksanakan secara manual tersebut banyak
mengalami kendala dan dirasakan tidak efesien,karena data tekstual dan data
grafisnya tidak terintegrasi dalam suatu sisteminformasi yang berbasis
komputerisasi,sehingga terdapat kesulitan dalam pencarian data maupun
pemeliharaan data
Guna memenuhi tuntutan masyarakat dan arus globalisasi, aparatur
pemerintah di lingkungan Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru perlu meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan sehingga dapat menguasai bidang tugasnya dengan
rasa tanggung jawab.
Sehubungan dengan hal-hal yang telah dipaparkan tersebut di atas maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan Judul : “Implementasi
Kebijakan Sistem Informasi dan Manajemen Pertanahan Nasional
(SIMTANAS) Di KantorPertanahan Kota Pekanbaru”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas,maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Implementasi Kebijakan Sistem
Informasi dan Manajeman Pertanahan Nasional (SIMTANAS) di Kantor
Pertanahan Kota Pekanbaru”.
Penelitian ini bertujuan :
Untuk mengetahui dan memahami bagaimana penerapan Sistem Informasi
dan Manajemen Pertanahan Nasional ( SIMTANAS ) di Kantor Pertanahan Kota
Pekanbaru.
1.4 Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat mencapai beberapa manfaat diantaranya
adalah :
1. Secara teoritis,penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan
bagi penulis dan pembaca tentang konsep Sistem Informasi dan Manajemen
Pertanahan Nasional (SIMTANAS).
2. Secara praktis,penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan atau
referensi bagi aparat Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru dalam hal
pelaksanaan SIMTANAS.
3. Secara akademis,penelitian ini diharapkan dapat memeperkaya khazanah
ilmiah dan sebagai bahan referensi maupun pembanding bagi mahasiswa
1.5 Kerangka Teori
1.5.1 Kebijakan Publik
Dalam pelaksanaannya, kebijakan publik ini harus diturunkan dalam
serangkaian petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang berlaku internal
dalam birokrasi. Sedangkan dari sisi masyarakat, yang penting adalah adanya
suatu standar pelayanan publik, yang menjabarkan pada masyarakat apa
pelayanan yang menjadi haknya, siapa yang bisa mendapatkannya, apa
persyaratannnya, juga bagaimana bentuk layanan itu. Hal ini akan mengikat
pemerintah (negara) sebagai pemberi layanan dan masyarakat sebagai penerima
layanan.
Kebijakan menurut James E. Anderson (dalam Islamy 2001:17), yaitu : “ A
purposive course of action followed by an actor or set of factor in dealing with a
problem or matter of concern” (serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan
tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seseorang pelaku atau kelompok
pelaku guna memecahkan suatu masalah tertentu ). Istilah kebijakan publik lebih
sering dipergunakan dalam kaitannya dengan tindakan-tindakan atau kegiatan
pemerintah.
Pendapat George C. Edwads III dan Ira Sharkansky dalam Islamy (
2001:18-19) yang menyatakan bahwa “Kebijakan Negara adalah suatu tindakan
yang dilakukan atau tidak dilakukan pemerintah”, sehingga suatu kebijakan tidak
hanya suatu tindakan yang diusulkan tetapi juga yang tidak dilaksanakan,
demikian pula pendapat Thomas Dye dalam Subarsono (2005:2)yang mengatakan
melakukan, definisi tersebut mengandung makna bahwa (1) kebijakan publik
tersebut dibuat oleh badan pemerintah, bukan organisasi swasta; (2) kebijakan
publik menyangkut pilihan yang harus dilakukan atau tidak dilakukan oleh
pemerintah.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas menunjukkan bahwa kebijakan
publik merupakan suatu tindakan yang dilakukan pemerintah dalam rangka
mencapai tujuan dan sasaran untuk kepentingan seluruh masyarakat, yang mampu
mengakomodasi nilainilai yang berkembang di dalam masyarakat, baik dilakukan
atau tidak dilakukan, pemahaman tersebut sejalan dengan pendapat Islamy
(2001:20) menyatakan “Kebijakan negara adalah serangkaian tindakan yang
ditetapkan dan dilaksanakan atau tidak dilaksanakan oleh pemerintah yang
mempunyai tujuan atau berorientasi pada tujuan demi kepentingan seluruh
masyarakat.” Kebijakan Negara tersebut dapat berupa peraturan
perundang-undangan yang dipergunakan untuk tujuan, sasaran dari program program dan
tindakan yang dilakukan oleh pemerintah.
Dengan pengertian-pengertian kebijakan publik di atas disimpulkan bahwa
kebijakan adalah serangkaian tindakan pemerintah yang bersifat mengatur dalam
rangka merespon permasalahan yang dihadapi masyarakat dan mempunyai tujuan
tertentu, berorientasi kepada kepentingan publik (masyarakat) dan bertujuan untuk
mengatasi masalah, memenuhi keinginan dan tuntutan seluruh anggota
masyarakat. Kebijakan juga memuat semua tindakan pemerintah baik yang
dilakukan maupun tidak dilakukan olehpemerintah yang dalam pelaksanaanya
dipatuhi, hal ini sejalan dengan pendapat Easton (Islamy,2001:19) bahwa
kebijakan mengandung nilai paksaan yang secara sah dapat dilakukan pemerintah
sebagai pembuat kebijakan.
Namun demikian tidaklah mudah membuat kebijakan publik yang baik
dan benar, namun bukannya tidak mungkin suatu kebijakan publik akan dapat
mengatasi permasalahan yang ada, untuk itu harus memperhatikan berbagai
faktor, sebagaimana dikatakan Amara Raksasataya dalam Islamy (2001:17)
mengemukakan bahwa suatu kebijakan harus memuat elemen-elemen yaitu :
1. Identifikasi dari tujuan yang ingin dicapai.
2. Taktik atau strategi dari berbagai langkah untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
3. Penyediaan berbagai input untuk memungkinkan pelaksanaan secara nyata
dari taktik atau strategi.
Dengan mengidentifikasi tujuan yang ingin dicapai haruslah memahami
isu atau masalah publik, dimana masalahnya bersifat mendasar, strategis,
menyangkut banyak orang, berjangka panjang dan tidak bisa diselesaikan secara
perorangan, dengan taktik dan startegi maupun berbagai input untuk pelaksanaan
yang dituangkan dalam rumusan kebijakan publik dalam rangka menyelesaikan
masalah yang ada, rumusan kebijakan merupakan bentuk perundang-undangan,
setelah dirumuskan kemudian kebijakan publik di implementasikan baik oleh
pemerintah, masyarakat maupun pemerintah bersama-sama masyarakat.
Mendasari pengertian kebijakan di atas maka dapat dikatakan bahwa
memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam bidang pertanahan. Dalam
pelaksanaan kebijakan SIMTANAS di Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru
mengalami beberapa kendala dalam pelaksanaannya dalam rangka mencapai
tujuan yang lebih baik, hal tersebut sejalan dengan pendapat Riant Nugroho
(2003:51) bahwa kebijakan publik adalah jalan mencapai tujuan bersama yang
dicita-citakan. Sehingga kebijakan publik mudah untuk dipahami dan mudah
diukur, disamping itu harus mengandung beberapa hal sebagaimana yang
disampaikan oleh Kismartini (2005:16), bahwa terdapat beberapa hal yang
terkandung dalam kebijakan yaitu :
1. Tujuan tertentu yang ingin dicapai. Tujuan tertentu adalah tujuan yang
berpihak kepada kepentingan masyarakat ( interest public ).
2. Serangkaian tindakan untuk mencapai tujuan. Serangkaian tindakan untuk
mencapai
tujuan adalah strategi yang disusun untuk mencapai tujuan dengan lebih
mudah yang
acapkali dijabarkan ke dalam bentuk program dan proyek.
3. Usulan tindakan dapat berasal dari perseorangan atau kelompok dari dalam
ataupun
luar pemerintahan,
4. Penyediaan input untuk melaksanakan strategi. Input berupa sumber daya
baik manusia maupun bukan manusia.
5. Penyediaan berbagai input untuk memungkinkan pelaksanaan secara nyata
taktik atau strategi.
1.5.2 Implementasi
Menurut Mazmanian dan Sabatier dalam Wahab (2004:68) yang dimaksud
dengan implementasi adalah pelaksanaan keputusan kebijaksanaan dasar,
biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk
perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan
peradilan. Lazimnya, keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yang ingin
diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan/sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai
cara untuk menstrukturkan/mengatur proses implementasinya. Proses ini
berlangsung setelah melalui sejumlah tahapan tertentu, biasanya diawali dengan
tahapan pengesahan undang-undang, kemudian output kebijaksanaan dalam
bentuk pelaksanaan keputusan oleh badan (instansi) pelaksanaan, kesediaan
dilaksanakannya keputusan-keputusan tersebut oleh kelompok-kelompok sasaran,
dampak nyata, baik yang dikehendaki atau yang tidak, dari output tersebut,
dampak keputusan sebagai dipersepsikan oleh badan-badan yang mengambil
keputusan, dan akhirnya perbaikan-perbaikan penting (atau upaya untuk
melakukan perbaikan-perbaikan) terhadap undang-undang/peraturan yang
bersangkutan.
Sedangkan menurut Pressman dan Wildavsky dalam Tangkilisan (2003 :
17), implementasi diartikan sebagai interaksi antara penyusunan tujuan dengan
sarana-sarana tindakan dalam mencapai tujuan tersebut, atau kemampuan untuk
untuk mencapainya. Implementasi mengatur kegiatan-kegiatan yang mengarah
pada penempatan suatu program ke dalam tujuan kebijakan yang diinginkan.
Tiga kegiatan utama yang paling penting dalam implementasi keputusan menurut
Tangkilisan (2003 : 18) adalah :
1. Penafsiran, yaitu merupakan kegiatan yang menerjemahkan makna
program ke dalam pengaturan yang dapat diterima dan dapat dijalankan.
2. Organisasi, yaitu merupakan unit atau wadah untuk menempatkan program
ke dalam tujuan kebijakan.
3. Penerapan yang berhubungan dengan perlengkapan rutin bagi pelayanan,
upah, dan lain-lainnya.
Dalam setiap perumusan kebijakan apakah menyangkut program maupun
kegiatan-kegiatan selalu diiringi dengan suatu tindakan pelaksanaan atau
implementasi. Betapa pun baiknya suatu kebijakan tanpa implementasi maka tidak
akan banyak berarti. Implementasi kebijakan bukanlah sekedar bersangkut paut
dengan mekanisme penjabaran keputusan-keputusan politik ke dalam prosedur
rutin lewat saluran-saluran birokrasi, melainkan lebih dari itu, ia menyangkut
masalah konflik, keputusan dan siapa yang memperolehapa dari suatu kebijakan (
Wahab, 2004:59). Oleh sebab itu, tidak berlebihan jika dikatakan implementasi
kebijakan merupakan aspek yang penting dari keseluruhan proses kebijakan. Ini
menunjukkan adanya keterkaitan yang erat antara perumusan kebijakan dengan
implementasi kebijakan dalam arti walaupun perumusan dilakukan dengan
sempurna namun apabila proses implementasi tidak bekerja sesuai persyaratan,
Dalam kaitan ini, seperti dikemukakan oleh Wahab (2004:51), menyatakan bahwa
pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang penting, bahkan jauh lebih penting
daripada pembuatan kebijaksanaan. Kebijaksanaan hanya sekedar impian atau
rencana bagus yang tersimpan dalam arsip kalau tidak mampu diimplementasikan
1.5.2.1 Implementasi Kebijakan
Menurut Carl. J. Friedrich kebijakan publik adalah suatu arah tindakan
yang diusulkan pada seseorang, golongan, atau pemerintah dalam suatu
lingkungan dengan halangan-halangan dan kesempatan-kesempatannya, yang
diharapkan dapat memenuhi dan mengatasi halangan tersebut di dalam rangka
mencapai suatu cita-cita atau mewujudkan suatu kehendak serta tujuan tertentu.
Sedangkan menurut Dimock, kebijakan publik adalah perpaduan dan kristalisasi
daripada pendapat-pendapat dan keinginan-keinginan banyak orang atau golongan
dalam masyarakat (Soenarko, 2003:42).
Menurut Anderson dalam Nyimas (2004:7) kebijakan publik adalah
kebijakan-kebijakan yang dibangun oleh badan-badan dan pejabat-pejabat
pemerintah, di mana implikasi dari kebijakan itu adalah :
1. Kebijakan publik selalu mempunyai tujuan tertentu atau mempunyai
tindakan-tindakan yang berorientasi pada tujuan.
2. Kebijakan publik berisi tindakan-tindakan pemerintah. Kebijakan publik
merupakan apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah, jadi bukan
3. Kebijakan publik yang diambil bisa bersifat positif dalam arti merupakan
tindakan pemerintah mengenai segala sesuatu masalah tertentu atau bersifat
negatif dalam arti merupakan keputusan pemerintah untuk tidak melakukan
sesuatu.
4. Kebijakan pemerintah setidak-tidaknya dalam arti yang positif didasarkan
pada peraturan perundangan yang bersifat mengikat dan memaksa (otoritatip).
Maka berikut ini adalah pengertian tentang implementasi kebijakan yang
sangat sederhana menurut Nyimas (2004:9) : Implementasi kebijakan dapat
dipandang sebagai suatu proses melaksanakan keputusan kebijaksanaan, biasanya
dalam bentuk Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Peradilan,
Perintah Eksekutif, atau Instruksi Presiden.
Menurut Wibawa (1994), implementasi kebijakan merupakan
pengejahwantahan keputusan mengenai kebijakan yang mendasar, biasanya
tertuang dalam suatu Undang-Undang namun juga dapat berbentuk instruksi
instruksi eksekutif yang penting atau keputusan perundangan. Idealnya
keputusan-keputusan tersebut menjelaskan masalah-masalah yang hendak ditangani,
menentukan tujuan yang hendak dicapai dan dalam berbagai cara
“menggambarkan struktur” proses implementasi tersebut. Tujuan implementasi
kebijakan adalah untuk menetapkan arah agar tujuan kebijakan publik dapat
1.5.2.2 Model-Model implementasi Kebijakan Publik
Implementasi merupakan suatu proses mengubah gagasan atau program
menjadi tindakan dan bagaimana kemungkinan cara menjalankan perubahan
tersebut. Untuk menganalisis bagaimana proses implementasi kebijakan itu
berlangsung secara efektif, maka dapat dilihat dari berbagai model implementasi
kebijakan.
Sekalipun benyak dikembamgkan model-model yang membahas tentang
implementasi kebijakan, namun dalam hal ini hanya akan menguraikan beberapa
model implementasi kebijakan yang relatif baru dan banyak mempengaruhi
berbagai pemikiran maupun tulisan para ahli.
Berikut beberapa model-model implementasi kebijakan dari berbagai ahli :
1.Model yang dikembangkan oleh Brian W. Hogwood dan Lewis A. Gunn.
Model mereka ini kerap kali oleh para ahli disebut sebagai ”The top dwon
approach”. Menurut Hogwood dan Gunn, untuk dapat mengimplementasikan
kebijakan secara sempurna maka diperlukan beberapa persyaratan tertentu.
Syarat-syarat itu adalah sebagai berikut:
a. Kondisi eksternal yang dihadapi oleh badan/instansi pelaksana tidak akan
menimbulkan gangguan atau kendala yang serius.
Beberapa kendala/hambatan pada saat implementasi kebijakan seringkali
berada di luar kendali para administrator, sebab hambatan-hambatan itu
memang di luar jangkauan wewenang kebijakan dan badan pelaksana.
Hambatan-hambatan tersebut tersebut diantaranya mungki bersifat fisik.
baik kebijakan maupun tindakan-tindakan yang diperlukan untuk
melaksanakannya tidak diterima/tidak disepakati oleh berbagai pihak yang
kepentingannya terkait. Kendala-kendala semacam itu cukup jelas dan
mendasari sifatnya, sehingga sedikit sekali yang bisa diperbuat oleh para
administrator guna mengatasinya. Dalam hubungan ini yang mungkin dapat
dilakukan para administrator ialah mengingatkan bahwa
kemungkinan-kemungkinan semacam itu perlu dipikirkan matang-matang sewaktu
merumuskan kebijakan.
b. Untuk pelaksanaan program tersedia waktu dan sumber-sumber yang cukup
memadai.
Syarat kedua ini sebagian tumpang tindih dengan syarat pertama, dalam
pengertian bahwa kerap kali ia muncul diantara kendala-kendala yang bersifat
eksternal. Jadi, kebijakan yang memiliki tingkat kelayakan fisik dan politis
tertentu bisa saja tidak berhasil mencapai tujuan yang diinginkan. Alasan
yang biasanya dikemukakan ialah terlalu banyak berharap dalam waktu yang
terlalu pendek, khususnya jika persoalannya menyangkut sikap dan perilaku.
Alasan lainnya ialah bahwa para politis kadangkala hanya peduli dengan
pencapaian tujuan, namun kurang peduli dengan penyediaan sarana untuk
mencapainya, sehingga tindakan-tindakan pembatasan terhadap pembiayaan
program mungkin akan membahayakan upaya pencapaian tujuan program
c. Perpaduan sumber-sumber yang diperlukan benar-benar tersedia.
Persyaratan ketiga ini lazimnya mengikuti persyaratam kedua, dalam artian
bahwa di satu pihak harus dijamin tidak terdapat kandala-kendala pada semua
sumber-sumber yang diperelukan dan di lain pihak pada setiap tahapan proses
implementasinya perpaduan diantara sumber-sumber tersebut harus
benar-benar dapat disediakan.
d. Kebijakan yang akan diimplementasikan didasari oleh suatu hubungan
kausalitas yang handal.
Kebijakan kadangkala tidak dapat diimplementasikan secara efektif bukan
lantaran ia telah diimplementasikan secara sembrono/asal-asalan, melainkan
karena kebijakan itu sendiri tidak tepat penempatannya.
e. Hubungan kausalitas bersifat langsung dan hanya sedikit mata rantai
penghubungnya.
Pada kenyataannya program Pemerintah, sesungguhnya teori yang mendasari
kebijakan jauh lebih kompleks dari pada sekedar berupa jika X dilakukan,
maka terjadi Y dan mata rantai kualitas hubungannya hanya sekedar jika X,
maka terjadi Y, dan Jika Y terjadi maka akan diikuti oleh Z. Dalam hubungan
ini Pressman dan Wildavski memperingatkan, bahwa kebijakan-kebijakan
yang hubungan sebab-akibatnya tergantung pada mata rantai yang amat
panjang maka ia akan mudah sekali mengalami keretakan, sebab semakin
panjang mata rantai kausalitas, semakin besar hubungan timbal balik diantara
mata rantai penghubungnya dan semakin menjadi kompleks
f. Hubungan saling ketergantungan harus kecil
Implementasi yang sempurna menurut adanya persyaratan bahwa hanya
terdapat Badan pelaksana tunggal untuk keberhasilan misi yang diembannya,
tidak perlu tergantung pada Badan-badan lain kalaupun dalam
pelaksanaannya harus melibatkan Badan-badan/Instansi-instansi lainnya,
maka hubungan ketergantungan dengan organisasi-organisasi ini haruslah
pada tingkat yang minimal, baik dalam artian jumlah maupun kadar
kepentingannya. Jika implementasi suatu program tenyata tidak hanya
membutuhkan serangkaian tahapan dan jalinan hubungan tertentu meleinkan
juga kesepakatan terhadap setiap tahapan diantara sejumlah besar pelaku yang
terlibat, maka peluang bagi keberhasilan implementasi program bahkan hasil
akhir yang diharapkan kemungkinan akan semakin berkurang.
g. Pemahaman yang mendalam dan kesepakatan terhadap tujuan.
Persyaratan ini menharuskan adanya pemahaman yang menyeluruh mengenai
dan kesepakatan terhadap tujuan atau sasaran yang akan dicapai dan yang
penting keadaan ini harus dapat dipertahankan selama proses omplementasi.
Tujuan tersebut haruslah dirumuskan dengan jelas, spesifik dan lebih baik
lagi apabila dapat dikuantifikasikan, dipahami,serta disepakati oleh seluruh
pihak yang terlibat dalam organisasi, bersifat saling melengkapi dan
mendukung serta mampu berperan selaku pedoman dengan mana pelaksanaan
h. Tugas-tugas diperinci dan ditempatkan dalam urutan yang tepat.
Persyaratan ini mengandung makna bahwa dalam mengfayunkan langkah
menuju tercapainya tujuan-tujuan yang telah disepakati, masih dimungkinkan
untuk memerinci dan menyusun dalam urutan-urutan yang tepat seluruh tugas
yang harus dilaksanakan oleh setiap pihak yang terlibat. Kesukaran-kesukaran
untuk mencapai kondisi implementasi yang sempurna ini tidak dapat kita
sngsikan lagi. Disamping itu juga duiperlukan bahkan dapat dikatakan tidak
dapat dihindarkan keharusan adanya ruangan yang cukup bagi kebebasab
bertindak dan melakukan improvisasi, sekalipun dalam program yang telah
dirancang secara ketat.
i. Komunikasi dan koordinasi yang sempurna.
Persyatratan ini menggariskan bahwa harus ada komunikasi dan koordinasi
yang sempurna diantara berbagai unsur atau badan yang terlibat dalam
program. Hood dalam hubungan ini menyatakan bahwa guna mencapai
implementasi yang sempurna barangkali diperlukan suatu sistem administrasi
tunggal.
j. Pihak-pihak yang memiliki wewenang kekuasaan dapat menuntut dan
mendapatkan kepatuhan yang sempurna.
Persyaratan terakhir ini menjelaskan bahwa harus terdapat kondisi loyalitas
penuh dan tidak ada penolakan sama sekali terhadap perintah dari siapapun
dalam sistem administrasi itu. Apabila terdapat potensi penolakan terhadap
informasinya dan dicegah sedini mungkin oleh sistem pengendalian yang
handal.
2.Model yang dikembangkan oleh George C. Edwards III
Sementara menurut George Edwards III ada empat faktor yang
mempengaruhi proses implementasi kebijakan, antara lain (Winarno, 2002:125) :
a. Komunikasi
Secara umum, Edwards membahas tiga hal penting dalam komunikasi, yakni
transmisi, konsistensi dan kejelasan (clarity). Transmisi adalah
keputusan-keputusan kebijakan dan perintah-perintah telah diteruskan kepada personil
yang tepat. Kejelasan adalah perintah-perintah yang akan dilaksanakan
tersebut haruslah jelas misalkan melalui petunjuk-petunjuk pelaksanaan.
Konsistensi adalah perintah-perintah tersebut harus jelas dan tidak
bertentangan dengan para pelaksana kebijakan agar proses implementasi
dapat berjalan lebih efektif.
b. Sumber-sumber
Perintah-perintah implementasi mungkin diteruskan secara cermat, jelas dan
konsisten, tetapi jika para pelaksana kekurangan sumber-sumber yang
diperlukan untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan, maka implementasi ini
pun cenderung tidak efektif. Adapun sumber-sumber yang penting meliputi :
c. Kecenderungan
Yaitu dimana para pelaksana memiliki kecenderungan tidak sepakat dengan
suatu kebijakan sehingga mengabaikan beberapa persyaratan yang tidak
penting dalam implementasi kebijakan publik, maka usaha-usaha untuk
memperbaiki kecenderungan-kecenderungan mereka menjadi penting. Salah
satu hal yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan insentif.
d. Struktur Birokrasi
Menurut Edwards, ada dua karakteristik utama dari birokrasi, yakni
prosedur-prosedur kerja ukuran-ukuran dasar atau sering disebut sebagai Standard
Operating Procedure (SOP) berkembang sebagai tanggapan internal terhadap
waktu yang terbatas dan sumber-sumber dari para pelaksana serta keinginan
untuk keseragaman dalam bekerjasamanya organisasi-organisasi yang
kompleks dan tersebar luas. Fragmentasi adalah tekanan-tekanan di luar
unit-unit birokrasi, seperti komite-komite legislative, kelompok-kelompok
kepentingan, pejabat-pejabat eksekutif, konstitusi Negara dan sifat kebijakan
yang mempengaruhi organisasi birokrasi-birokrasi pemerintah.
3.Model yang dikembangkan oleh Van Meter dan Van Horn
Meter dan Horn dalam teorinya ini beranjak dari suatu argumen bahwa
perbedaan-perbedaan dalam proses implementasi akan dipengaruhi oleh sifat
kebijakan yang akan dilaksanakan. Selanjutnya mereka menawarkan suatu
pendekatan yang mencoba untuk menghubungkan antara isu kebijakan dengan
implementasi dan suatu model konseptual yang mempertalikan kebijakan dengan
prestasi kerja. Kedua ahli ini menegaskan pula pendiriannya bahwa perubahan,
kontrol dan kepatuhan bertindak merupakan konsep-konsep penting dalam
Van Meter dan Van Horn dalam Subarsono (2005:99) ada enam variabel yang
mempengaruhi kinerja implementasi, yaitu:
a. Standar dan Sasaran Kebijakan .
Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat
direalisasikan. Apabila standar dan kebijakan kabur, maka akan terjadi miti
interpretasi dan mudah menimbulkan konflik diantara para agen
implementasi.
b. Sumber Daya
Implementasi kebijakan perlu dukungan sumber daya, baik sumber daya
manusia maupun sumber daya non manusia.
c. Komunikasi Antar Organisasi dan Penguatan Aktivitas
Dalam implementasi program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi
lain. Untuk itu perlu koordinasi dan kerja sama antara instansi bagi
keberhasilan suatu program.
d. Karakteristik Agen Pelaksana
Agen pelaksana mancakup struktur birokrasi, norma-norma, dan pola-pola
hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya akan mempengaruhi
implementasi suatu program.
e. Kondisi Sosial, Ekonomi dan Politik
Variabel ini mencakup sumber daya ekonomi, lingkungan yang dapat
mendukung keberhasilan implementasi kebijakan, sejauh mana kelompok-
kelompok kepentingan daoat memberikan dukungan bagi implementasi
bagaimana sifat opini publik yang ada di lingkungan, dan apakah elit politik
mendukung implementasi kebijakan
f. Disposisi Implementor
Disposisi implementor ini mencakup tiga hal, yakni: a) respon implementor
terhadap kebijakan yang akan dipengaruhi kemauannya untuk melaksanakan
kebijakan, b) kognisi, yakni pemahamannya terhadap kebijakan, dan c)
intensitas disposisi implementor, yakni prefansi nilai yang dimiliki oleh
implementor.
Variabel-variabel kabijakan bersangkutan dengan tujuan-tujuan yang telah
digariskan dan sumber-sumber yang tersedia. Pusat perhatian pada badan-badan
pelaksana meliputi baik organisasi formal maupun informal, sedamgkan
komunikasi antara organisasi terkait beserta kegiatan-kegiatan pelaksanaannya
mencakup antara hubungan di dalam lingkungan sistem politik dan dengan para
pelaksana mengantarkan kita pada pemahaman mengenai orientasi dari mereka
yang mengoperasionalkan program di lapangan ( Subarsono, 2005:99).
Model implementasi inilah yang akan digunakan penulis di lapangan untuk
menganalisis proses implementasi kebijakan Sistem Informasi dan Manajemen
Pertanahan Nasional (SIMTANAS) di Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru. Alasan
penulis menggunakan model ini karena variabel ataupun indikator yang
dikemukakan oleh Van Meter dan Van Horn merupakan variabel yang bisa
menjelaskan secara komprehensif tentang kinerja implementasi dan dapat lebih
1.5.3 Sistem Informasi Manajemen
Keberadaan sistem informasi sangat penting untuk mendukung para
pemakai dalam melaksanakan tugasnya. Pada sebagian besar organisasi, pusat
informasi secara fisik memberikan fasilitas pada para pemakai (user) agar dapat
mengakses hardware dan software, meminta dukungan pengembangan aplikasi
dan memperoleh pelatihan.Unit organisasi yang ingin berhasil baik, perlu adanya
identitas atas informasi yang diperlukan oleh manajemen yang lebih
memfokuskan pada pelaksanaan pekerjaan dengan baik . Hal ini menunjukkan
pentingnya pemahaman sistem informasi dalam melaksanakan tugas. Kriteria
tugas yang pasti akan mendorong pencapaian tugas secara tepat, sehingga
berfungsi dalam pengambilan keputusan.
Sistem informasi mempunyai peranan yang penting dalam menyediakan
informasi bagi manajemen dalam semua tingkatan, supaya informasi yang
dihasilkan oleh sistem informasi dapat digunakan bagi manajemen, maka analisis
untuk perancangan sistem haruslah memenuhi kebutuhan informasi yang
diinginkan oleh manajemen . Pengembangan dan analisis sistem informasi (SI)
pada suatu organisasi bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas
informasi yang akan dihasilkan, meningkatkan kontrol pada organisasi dan
penghematan biaya perolehan informasi. Begitu pentingnya perkembangan sistem
informasi membuat banyak peneliti tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang
mempengaruhi baik tidaknya kinerja sistem informasi tersebut.
Sistem Informasi memberikan nilai tambah terhadap proses, produksi,
keunggulan kompetitif yang tentu saja sangat berguna bagi kegiatan bisnis .
Hal-hal yang bisa dikerjakan oleh sistem informasi tentu saja terkait dengan
kemampuan yang dapat dilakukannya, antara lain menyediakan komunikasi dalam
organisasi atau antar organisasi yang murah, akurat dan cepat, mempercepat
pengetikan, penyuntingan, dan pembiayaan yang jauh lebih murah daripada
pengerjaan secara manual.
Kesempatan untuk mengembangkan suatu organisasi akan lebih besar jika
ditunjang dengan adanya sistem informasi yang memadai dan dikelola dengan
baik, mengingat sistem informasi pada saat ini telah ditunjang oleh sistem
komputer dimana telah kita ketahui bahwa kecepatan dan keakuratan perangkat
komputer lebih bisa diandalkan dibanding dengan cara manual.
Demikian juga dengan Kebijakan Sistem Informasi dan Mananjemen
Pertanahan Nasional (SIMTANAS). Dalam menerima suatu kebijakan
pemerintah, sikap para pelaksana memegang peranan yang sangat penting. Sikap
pelaksanan dalam hal ini para pegawai yang mendukung atau tidak mendukung
kebijakan tersebut akan berpengaruh pada efektivitas kebijakan itu sendiri.Jika
pelaksana berpandangan positif terhadap suatu kebijakan, maka kemungkinan
besar mereka akan melaksanakan apa yang dikendaki oleh pembuat kebijakan.
Tetapi bila sikap atau perspektifnya berbeda, maka proses implementasi menjadi
terancam kesuksesannya.
Sistem dalam lingkup informasi didefinisikan sebagai sekumpulan
komponen yang saling bekerja sama untuk mencapai tujuan atau sasaran.
dan menyimpan informasi untuk tujuan membantu perencanaan, pengendalian,
koordinasi dan pengambilan keputusan organisasi.Sistem informasi merupakan
suatu kerangka kerja di mana sumber daya (manusia dan komputer)
dikoordinasikan untuk mengubah masukan (data) menjadi keluaran (informasi)
guna mencapai sasaran-sasaran perusahaan. Fungsi sistem yang utama adalah
menerima masukan, mengolah masukan, dan menghasilkan keluaran. Agar dapat
menjalankan fungsi ini , sistem akan memiliki komponen-komponen input,
proses, keluaran dan kontrol untuk menjamin bahwa semua fungsi dapat berjalan
dengan baik. Informasi adalah data yang sudah diolah sehingga dapat untuk
pembuatan keputusan. Data adalah representasi suatu obyek. Data yang belum
diolah belum dapat dipergunakan untuk pengambilan suatu keputusan.
Apabila masing-masing pengertian di atas digabung, akan diperoleh
pengertian sistem informasi adalah sekumpulan komponen yang saling bekerja
sama, yang digunakan untuk mencatat data, mengolah data dan menyajikan
informasi untuk para pembuat keputusan agar dapat diperoleh suatu keputusan
yang terbaik.
Menurut O’Brien (dalam Husein dan Wibowo 2002) di dalam sistem
informasi terdapat 4 (empat) komponen utama. Keempat komponen utama
tersebut adalah:
1. Sumber daya manusia
Yang termasuk dalam sumber daya manusia dalam sistem informasi
adalah end user dan IT specialist. End user adalah orang-orang yang
mengembangkan dan mengoperasikan. Yang termasuk dalam kalangan ini adalah
system analyst, programer, operator komputer dan staf sistem informasi yang
lainnya. Secara singkat, system analyst merancang system informasi berdasar
permintaan informasi dari end user. Programer menyiapkan program komputer
berdasarkan spesifikasi dari system analyst, sedangkan operator computer
mengoperasikan sistem informasi.
2. Sumber daya perangkat keras
Perangkat keras meliputi semua perangkat fisik dan material yang
digunakan dalam pemrosesan informasi. Secara khusus, perangkat keras tidak
hanya meliputi mesinmesin seperti komputer, tetapi juga semua media
penyimpanan data. Contoh dari perangkat keras dalam sebuah sistem informasi
yang berbasis komputer adalah:
a. Sistem komput er
Misalnya komputer personal, mainframe dan server.
b. Periperal komputer
Misalnya alat input seperti mouse dan keyboard serta perangkat output seperti
monitor, printer dan media penyimpanan data seperti disket dan harddisk.
c. Jaringan telekomunikasi
Jaringan telekomunikasi meliputi komputer, kartu jaringan dan perangkat lain
yang saling terhubung oleh berbagai media telekomunikasi dalam sebuah
3. Sumber daya perangkat lunak
Sumber daya perangkat lunak meliputi semua kumpulan perintah-perintah
pemrosesan informasi. Konsep ini tidak hanya meliputi suatu kumpulan perintah
bernama program yang mengatur dan mengontrol perangkat keras komputer,
tetapi juga kumpulan perintah pemrosesan informasi untuk sumber daya
manusianya. Hal tersebut disebut dengan prosedur. Contoh dari perangkat lunak
antara lain:
a. Perangkat lunak sistem
Berfungsi untuk mengontrol dan mendukung operasi dari sebuah sistem
komputer. Misalnya sistem operasi (Linux, Windows dan lain-lain).
b. Perangkat lunak aplikasi
Hal ini meliputi program-program yang secara langsung mengatur
penggunaan komputer untuk keperluan tertentu oleh end users. Contohnya
antara lain software pengolah data, ,spreadsheet, dan pengolah gambar.
c. Prosedur
Adalah instruksi-instruksi kepada pengguna sistem informasi. Contohnya
petunjuk penggunaan sebuah perangkat lunak.
4. Data
Data lebih dari sekedar bahan mentah dari sebuah sistem informasi.
Konsep dari data telah menjadi luas bagi manajer dan profesional sistem
informasi. Mereka menyadari bahwa sumber daya berharga bagi organisasinya.
a. Database
Memproses dan mengorganisasi data
b. Knowledge bases
Terdiri dari berbagai macam bentuk seperti fakta dan aturan tentang sebuah
subyek tertentu.
1.5.3.1 Sistem Informasi dan Manajemen Pertanhan Nasional (SIMTANAS)
Perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat telah merambah ke
berbagai sektor termasuk pertanahan. Meskipun bidang pertanahan merupakan
bidang yang sangat penting, akan tetapi adopsi teknologi informasi relatif
tertinggal. Sebagai contoh, dari sebagian banyak kantor pertanahan diseluruh
Indonesia belum seluruhnya mengadopsi sistem komputerisasi. Masih banyak
kantor pertanahan di tanah air yang masih menggunakan sistem analog. Dan
kebanyakan masih bersifat paper oriented. Disisi lain, masyarakat menyadari
bahwa teknologi informasi marupakan salah satu tool penting dalam peradaban
manusia untuk mengatasi sebagian masalah derasnya arus manajemen informasi.
Teknologi informasi dan komunikasi saat ini adalah bagian penting dalam
manajemen informasi.
Nampaknya penerapan teknologi informasi dalam bidang pertanahan
mutlak diterapkan dalam era serba digitalisasi seperti sekarang ini. Seperti
diketahui bahwa sebagian besar tanah di tanah air banyak yang belum memiliki
sertifikat. Oleh sebab itu, maka Badan Pertanahan Nasional merupakan pihak
masalah tersebut adalah penerapan teknologi informasi. Teknologi informasi
memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan sistem manual, diantaranya
seperti memiliki kemampuan dalam penyimpanan data dalam jumlah yang lebih
besar berkali-kali lipat dibandingkan dengan sistem manual, serta memiliki
konektivitas antardaerah maupun antara daerah dan pusat secara lebih cepat.
Disamping itu hal ini berkaitan dengan karakteristik data pertanahan itu sendiri
yang bersifat multidimensi yang terkait dengan masalah ekonomi, politik,
pertanahan dan keamanan dan sosial budaya.(
Pengelolaan data pertanahan dengan menggunakan teknologi informasi
merupakan sesuatu yang mutlak harus dilakukan hal ini berkaitan dengan
karakteristik data pertanahan itu sendiri yang bersifat multidimensi yang terkait
dengan masalah ekonomi, politik, pertahanan dan keamaman dan sosial budaya.
Pengelolaan data pertanahan itu sendiri harus terintegrasi suatu Sistem Informasi
dan Manajemen Pertanahan Nasional (SIMTANAS) yang mengalirkan informasi
antar seluruh unit organisasi baik di tingkat Kantor Pusat, Kantor Wilayah, dan
Kantor Pertanahan. Disamping sifat data pertanahan tersebut, juga pengelolaan
pertanahan secara elektronik ini untuk memenuhi tuntutan masyarakat yang
semakin meningkat untuk mewujudkan good governance yang akhirnya akan
berkaitan keterbukaan informasi untuk masyarakat dan pertukaran informasi antar
instansi pemerintah (http://suyuswindayana.blogspot.com/).
Pada pasal 1 huruf b Keputusan Presiden Nomor 34 tahun 2003 tentang
mengemban tugas sebagai lembaga pelaksana untuk membangun dan mengemban
SIMTANAS.Salah satunya meliputi penyiapan aplikasi data tekstual dan spasial
dalam pelayanan pendaftaran tanah dan penyusunan basis data penguasaan dan
pemilikan tanah,yang dihubungakan dengan
e-goverment,e-commerce,e-payment.SIMTANAS merupakan suatu sistem terpadu yang mendukung fungsi
operasi,manajemen,dan pengambilan keputusan BPN sehubung dengan
pengelolaan bidang bidang tanah dan pelayana kepada mayarakat.
1.5.3.1.1 Basis Data Pertanahan
Basis data merupakan kumpulan data dalam suatu organisasi, skala kecil,
sedang maupun skala besar dalam konteks kelembagaan maupun kenegaraan.
Basis data kepegawaian merupakan himpunan data manusia-manusia yang bekerja
dan terhimpun dalam suatu organisasi yang meliputi data entitas (masuk dalam
divisi yang mana), atribut (nama, nomor kepegawaian, alamat dst) dan nilai /
value data (masing-masing nama pegawai, berapa umurnya dst).
Merujuk pada Peraturan Kepala BPN nomor 3 tahun 2006 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia,
terdapat perubahan yang cukup monumental menyangkut tugas - tugas
pertanahan. Hal ini bertujuan untuk lebih mengoptimalkan tugas-tugas yang
diemban oleh BPN RI dalam mengelola sumber daya alam, khususnya
bidang-bidang tanah dan masalahmasalah pertanahan, seperti yang yang dimanatkan
dalam UUD 45, yaitu untuk sebesar-sebarnya kemakmuran masyarakat Indonesia.
Dengan adanya penambahan tugas dan fungsi tersebut maka data pertanahan
a. survei, pengukuran dan pemetaan,
b. pelayanan administrasi pertanahan,
c. pendaftaran tanah,
d. penetapan hak-hak atas tanah,
e. penatagunaan tanah, reformasi agraria, penataan wilayah-wilayah khusus,
f. pengawasan dan pengendalian penguasaan pemilikan tanah,
g. pemberdayaan masyarakat di bidang pertanahan,
h. penanganan sengketa, konflik dan perkara pertanahan.
Basis data pertanahan secara operasional banyak dikelola oleh Kantor
Pertanahan sebagai perwakilan Pemerintah dalam tingkat Kabupaten / Kota dan
sebagian dihasilkan oleh Kantor Wilayah pada tingkat Propinsi dan pada tingkat
Pusat oleh BPN RI. Beberapa produk Kantor Pertanahan yang merupakan data
utama pertanahan yaitu:
• Buku Tanah, yaitu dokumen dalam bentuk daftar yang memuat data yuridis
dan data fisik suatu obyek pendaftaran tanah yang sudah ada haknya.
• Surat Ukur, yaitu dokumen yang memuat data fisik suatu bidang tanah dalam
bentuk peta dan uraian
• Gambar Ukur, yaitu dokumen tempat mencantumkan gambar suatu bidang
tanah atau lebih dan situasi sekitarnya serta data hasil pengukuran bidang
tanah baik berupa jarak, sudut, azimuth ataupun sudut jurusan.
• Peta Pendaftaran Tanah, yaitu peta yang menggambarkan bidang atau bidang
• Peta Tematik Pertanahan, yaitu gambaran permukaan bumi pada bidang datar
yang menyajikan tema tertentu
• Warkah, yaitu dokumen yang merupakan alat pembuktian data fisik dan data
yuridis bidang tanah yang telah dipergunakan sebagai dasar pendaftaran
bidang tanah tersebut
• Surat Keputusan Pemberian Hak, yaitu penetapan Pemerintah yang
memberikan suatu hak atas tanah Negara, perpanjangan jangka waktu
hak,pembaharuan hak, perubahan hak, termasuk pemberian hak diatas Hak
Pengelolaan.
Data pertanahan di simpan dalam bentuk daftar, berkas, buku dan peta – peta
(paper base). Sertipikat merupakan bukti kepemilikan atas sebidang tanah yang
disimpan pemilik. Sesuai dengan prinsip pendaftaran, mirror principle, pemilik
tanah memiliki copy bukti yang aslinya tersimpan di Kantor Pertanahan. Konsep
basis data bermula dari semakin banyak volume yang terhimpun dalam
pengelolaan data. Keterbatasan manusia untuk mengolah data-data tersebut secara
konvensional memicu kreatifitas dalam pemanfaatan teknologi informasi yang
dapat membantu dalam mengelola data tersebut. Biasanya salah satu ciri nya
adalah datanya terstruktur. Sistem basis data mengacu pada sistem pengumpulan,
penyusunan, dan pencatatan (record) serta menyimpan dengan memanfaatkan
komputer sebagai mesin mengolah dengan tujuan dapat menyediakan informasi
setiap saat untuk berbagai kepentingan. Dengan mengacu pada konsep di atas,
suatu sistem yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak (sistem operasi,
aplikasi, database / DBMS) dan pengguna (user).
1.5.3.1.2 Komputerisasi Kantor Pertanahan
Pelayanan pertanahan pada Kantor Pertanahan pada prinsipnya adalah
pelayanan data dan informasi pertanahan. Data yang tersimpan di Kantor
Pertanahan merupakan data yang diperoleh dan diolah melalui proses yang rumit
dan panjang mengikuti aturan yang tertuang pada Peraturan Kepala BPN nomor 1
tahun 2005 tentang Standar Prosedur Opersional Pelayanan Pertanahan (SPOPP).
Pembaruan data selalu dilakukan apabila terjadi perubahan pada subyek atau
obyek hak atas tanah. Karena yang sifatnya yang sangat dinamis, maka data
pertanahan mempunyai tingkat pengambilan ( retrievel ) dan pembaruan ( up
dated ) yang cukup tinggi. Di satu sisi membutuhkan kecepatan dengan standar
yang sudah ditetapkan dalam menarik/mengambil data, di sisi lain akan
membutuhkan persyaratan dalam penyimpanan data (storage) yang dapat
mendukung proses pengambilan data tersebut
Proses pengambilan, penyimpanan, pengolahan dan penyajian data
merupakan proses yang dengan sangat mudah dilakukan teknologi informasi
dengan mudah dan cepat.Dengan demikian dapat dibayangkan apabila data
pertanahan disimpan dalam suatu penyimpanan yang berbasis teknologi informasi
/ database, sedangkan pengolahan dilakukan dengan kecanggihan aplikasi
perangkat lunak, semua proses pelayanan data pertanahan dapat dilakukan secara
Kemajuan teknologi merupakan salah satu cara untuk mengakses basis
data dalam upaya membentuk terwujudnya pelayanan pemerintah yang berbasis
elektronik (e-Gov). Salah satu usaha untuk mengotimalkan tugas-tugas pelayanan
pertanahan dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi adalah
pembangunan dan pengembangan komputerisasi kantor pertanahan (KKP).
Kantor Pertanahan merupakan basis terdepan dalam kegiatan pelayanan.
Dikembangkan model pelayanan yang berbasis on-line system. Pembangunan
pelayanan on line, membangun data base elektronik, pembangunan infrastruktur
perangkat keras dan jaringan koneksi, peningkatan sumber daya manusia dalam
kemampuan penguasaan IT serta sosialisasi kegiatan di kalangan intern dan
ekstren merupakan tahap-tahap kegiatan yang harus dilakukan pada kantorkantor
yang sedang dan sudah menerapakan KKP.
Beberapa keuntungan dalam pelaksanaan KKP antara lain :
• Transparansi pelayanan, karena masyarakat dapat memperoleh informasi
secara langsung dalam hal biaya, waktu pelaksanaan dan kepastian
penyelesaian.
• Efisiensi waktu, prinsip one captured multi used merupakan kunci utama
dalam optimalisasi pemanfaatan database elektronik.
• Kualitas data dapat diandalkan karena pemberian nomor-nomor Daftar Isian
dilakukan oleh sistem secara otomatis.
• Sistem Informasi Eksekutif yang memungkinkan para pengambil keputusan
untuk dapat memperoleh dan menganalisa data sehingga menghasilkan
• Pertukaran data dalam rangka membangun pelayanan pemerintah secara
terpadu (one stop services) dan memgembangkan perencanaan
pembangunan berbasis data spasial (spatial planning).
Pembangunan Komputerisasi Kantor Pertanahan tidak hanya memberikan
pelayanan dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi secara
online system, tetapi sekaligus membangun basis data digital. Dalam kurun waktu
10 tahun terakhir melalui program KKP telah dilakukan digitalasisasi data
pertanahan (Buku Tanah, Surat Ukur, Gambar Ukur dan Peta Pendaftaran Tanah)
yang mencakup bidang tanah sejumlah ± 15 juta bidang (25% dari bidang tanah
terdaftar.
1.5.3.1.3 Larasita
Pelayanan pertanahan di Kantor Pertanahan yang berbasis elektronik
sangat membantu bagi pengguna. Pengguna dari sisi pemberi pelayanan akan
memberikan informasi yang berasal satu sumber sehingga akan menjamin
keakuratannya. Di sisi lain, pengguna yang mendapatkan pelayanan dimanjakan
dengan kemudahan dalam mengakses informasi secara on-line melalui fasilitas
kiosk yang berada di loket-loket pelayanan. Namun demikian masih dirasakan
adanya kekurangan terhadap segmen ‘pelanggan' tertentu, yaitu pemohon atau
pihak-pihak lain yang mempunyai kepentingan dengan data pertanahan yang tidak
bisa atau terhambat karena tidak mempunyai kemampuan untuk akses secara
langsung di Kantor Pertanahan. Bentuk pelayanan seperti apa yang dapat
sepertidisebutkan di atas adalah masyarakat yang tinggal di pedesaan dan berada
jauhdari lokasi kantor pelayanan.
Komunikasi data secara elektronik merupakan salah satu bentuk kemajuan
teknologi informasi yang sangat sangat membantu bagi pengguna. Salah satu
bentuk pemanfaatan teknologi pengiriman data dengan koneksi jaringan,
merupakan kata kunci dalam inovasi pelayanan berbasis IT yang dikembangkan
dalam Larasita. Melalui Larasita pelayanan di kantor pertanahan akan menjadi
lebih dekat ke ‘pelanggan' yang tidak berada di Kantor Pertanahan. Karena
karakteristik penggunaan teknologi informasi dalam bentuk pelayanan yang
diberikan, program Larasita dilaksanakan pada lokasi kantor pertanahan yang
sudah menggunakan pelayanan yang berbasis elektronik (KKP). Pada awalnya
Larasita teknologi komunikasi yang berbasis wifi, memanfaatkan komunikasi
gelombang radio yang bekerja pada gelombang dengan frekuensi 2,4 MHz.
Kemajuan teknologi yang terus berkembang dan karena alasan lain, saat ini
digunakan teknologi koneksi yang berbasis file transfer protocol (FTP) yaitu
internet (interconnected network). Operator selular berlomba-lomba untuk
memberikan penawaran dalam percepatan pelayanan data antar pengguna semakin
memperkuat penggunaan internet dalam koneksi data.
Larasita adalah Kantor Pertanahan yang bergerak. Dengan adanya
pelayanan ini akan terwujud bentuk persamaan pelayanan untuk semua lapisan
masyarakat, khususnya masyarakat yang rendah aksesibilitas untuk datang ke
Kantor Pertanahan. Percepatan pendaftaran diharapkan dapat terwujud apabila
Tujuan kegiatan pelayanan Larasita antara lain :
• menyiapkan masyarakat dalam pelaksanaan pembaruan agraria nasional
(reforma agrarian)
• melaksanakan pendampingan dan pemberdayaan masyarakat di bidang
pertanahan
• melakukan pendeteksian awal atas tanah-tanah terlantar;
• melakukan pendeteksian awal atas tanah-tanah yang diindikasikan bermasalah
• memfasilitasi penyelesaian tanah yang bermasalah yang mungkin diselesaikan
di lapangan
• menyambungkan program BPN-RI dengan aspirasi yang berkembang
dimasyarakat
• meningkatkan legalisasi aset tanah masyarakat
1.6 Defenisi Konsep
Konsep adalah abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas
dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik, kejadian, keadaan, kelompok, atau
individu. Untuk mendapatkan batasan yang jelas dari masing- masing konsep
yang diteliti, maka penulis mengemukakan defenisi dari beberapa konsep yang
digunakan, yaitu:
1. Implementasi kebijakan dipandang dalam pengertian yang luas merupakan
alat administrasi hukum dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur , dan
teknik yang bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna meraih
2. Sistem dalam lingkup informasi didefinisikan sebagai sekumpulan
komponen yang saling bekerja sama untuk mencapai tujuan atau sasaran.
Komponen-komponen yang saling berhubungan untuk
mengumpulkan,memproses dan menyimpan informasi untuk tujuan
membantu perencanaan, pengendalian, koordinasi dan pengambilan
keputusan organisasi.
3. Implementasi Kebijakan Sistem Informasi dan Manajemen Pertanahan
Nasional (SIMTANAS) adalah upaya pemerintah untuk mengelola sumber
daya tanah secara utuh dan terpadu dengan memanfaatkan teknologi sistem
informasi dan manajemen modern terpadu yang mendukung fungsi
operasi,manajemen,dan pengambilan keputusan BPN sehubung dengan
pengelolaan bidang bidang tanah dan pelayana kepada mayarakat.
Implementasi kebijakan Sistem Informasi Pertanahan Nasional (SIMTANAS)
dalam penelitian ini dilihat dari standar dan sasaran kebijakan,sumber
daya,komunikasi antar organisasi dan penguatan aktivitas,karakteristik agen