• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM INFORMASI DAN MANAJEMEN PERTANAHAN NASIONAL (SIMTANAS) DI KANTOR PERTANAHAN KOTA BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM INFORMASI DAN MANAJEMEN PERTANAHAN NASIONAL (SIMTANAS) DI KANTOR PERTANAHAN KOTA BANDAR LAMPUNG"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN PERTANAHAN NASIONAL (SIMTANAS) DI KANTOR PERTANAHAN KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh : Sepa Gustaria

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar SARJANA ADMINISTRASI NEGARA

Pada

Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(2)

ABSTRACT

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM INFORMASI DAN MANAJEMEN PERTANAHAN NASIONAL (SIMTANAS) DI KANTOR PERTANAHAN KOTA

BANDAR LAMPUNG

By : Sepa Gustaria

In line with the current globalization is happening all over the world at the moment information needs more important and urgent. According to Robert Murdick, the Sutabri (2005: 114) information analogous to the blood for the organization. Furthermore He argued that information is one of a very important resource for public organizations.

To meet the need for more efficient information systems and can be relied upon in making decisions management, omputerized technology is a main element or influential . The computer concept has helped the development of information system management ( SIM ) Because it is hardware and software has opened a new dimension used in the conceptualization of an organization's information system. And the Office of the city of Bandar Lampung Land was one of the organizations that use SIM In information systems and national land management (SIMTANAS), A presidential decree issued in the year 2003 number 34 about the national land policy, Who commissioned national land agency for establishing and developing SIMTANAS. Thus researchers want to know how the implementation of policies of SIMTANAS in the Office of land the city of Bandar Lampung. Source data obtained from the primary data and secondary data. And qualitative research methods.

(3)
(4)

ABSTRAK

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM INFORMASI DAN MANAJEMEN PERTANAHAN NASIONAL (SIMTANAS) DI KANTOR PERTANAHAN KOTA

BANDAR LAMPUNG

Oleh : Sepa Gustaria

Sejalan dengan arus globalisasi yang terjadi diseluruh dunia pada saat ini kebutuhan informasi semakin penting dan mendesak. Menurut Robert Murdick dalam Sutabri, (2005:114) informasi dianalogikan sebagai darah bagi organisasi. Selanjutnya Ia mengemukakan bahwa informasi merupakan salah satu sumber daya yang sangat penting untuk organisasi publik.

Untuk memenuhi kebutuhan akan sistem informasi yang lebih efisien dan dapat diandalkan dalam membuat keputusan manajemen, teknologi atau komputerisasi adalah unsur utama yang berpengaruh. Kemampuan komputer telah membantu perkembangan konsep Sistem Informasi Manajemen (SIM) karena perangkat keras dan perangkat lunak telah membuka dimensi baru yang digunakan dalam konseptualisasi sistem informasi bagi sebuah organisasi. dan Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung adalah salah organisasi yang menggunakan SIM dalam Sistem Informasi dan Manajemen Pertanahan Nasional (SIMTANAS), yang dikeluarkan dalam bentuk Keputusan Presiden nomor 34 tahun 2003 tentang kebijakan nasional pertanahan, yang menugaskan Badan Pertanahan Nasional untuk membangun dan mengembangkan SIMTANAS. Maka dari itu peneliti ingin mengetahui bagaimana Implementasi kebijakan SIMTANAS di Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung. Sumber data diperoleh dari data primer dan data sekunder. Dan menggunakan metode penelitian kualitatif.

(5)

memahami tentang kebijakan SIMTANAS.

(6)
(7)
(8)
(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

RIWAYAT HIDUP ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Kegunaan Penelitian... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebijakan Publik ... 11

B. Implementasi Kebijakan ... 15

1. Pengertian Implementasi Kebijakan... 15

2. Model Implementasi Kebijakan... 18

C. Sistem Informasi Manajemen ... 27

(10)

E. Kerangka Pikir... 41

BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian ... 42

B. Fokus Penelitian ... 43

C. Lokasi Penelitian ... 45

D. Sumber Data ... 46

E. Teknik Pengumpulan Data ... 47

F. Teknik Keabsahan Data... 48

G. Analisis Data... 51

H. Identitas Informan... 52

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN A. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Kantor Pertanahan ... 54

B. Agenda Kebijakan ... 55

C. Struktur Organisasi ... 56

D. Sumber Daya Manusia ... 62

E. Kegiatan Pelayanan Bidang Pertanahan... 63

F. Mekanisme Pelayanan ... 64

G. Basis Data ... 71

H. Komputerisasi ... 73

I. Larasita ... 75

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian dan Pembahasan... 78

1. Standar Dan Sasaran Kebijakan... 80

2. Sumber Daya... 87

3. Komunikasi Antar Organisasi & Penguatan Aktivitas... 90

4. Karakteristik Agen Pelaksana... 92

(11)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 102

B. Saran ... 104

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan publik sebagai salah satu fungsi utama pemerintah adalah sebagai

upaya untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat atas pengadaan jasa yang

diperlukan masyarakat. Pemenuhan kepentingan dan kebutuhan masyarakat

sangat menentukan bagi kelangsungan dan tegaknya sistem pemerintahan.

Disadari bahwa kondisi aparatur negara masih dihadapkan pada sistem

manajemen pemerintahan yang belum efisien dan lemah yang antara lain

menghasilkan kualitas pelayanan publik yang rendah dan terjadi berbagai praktek

korupsi, kolusi dan nepotisme serta mengakibatkan inefisiensi dalam

penyelenggaraan pemerintahan. Upaya perbaikan dan peningkatan kinerja

aparatur, diharapkan dapat mewujudkan pelayanan yang cepat, murah, mudah,

berkeadilan, berkepastian hukum, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan

sesuai dengan perkembangan dinamika masyarakat.

Pelayanan publik yang banyak dikenal dengan sifat birokratis dan banyak

mendapat keluhan dari masyarakat pelanggannya, antara lain disebabkan masih

(13)

dipergunakan para pengelola pelayanan publik cenderung lebih bersifat direktif

yang hanya memperhatikan/mengutamakan kepentingan pimpinan organisasinya

saja. Masyarakat sebagai penggguna seperti tidak memiliki kemampuan apapun

wujud berkreasi, suka tidak suka, mau tidak mau, mereka harus tunduk kepada

pengelolahnya. Seharusnya, pelayanan publik dikelolah dengan paradigma yang

bersifat supportif dimana lebih memfokuskan diri kepada kepentingan

masyarakatnya, pengelolah pelayanan harus mampu bersikap menjadi pelayan

yang sadar untuk melayani dan bukan dilayani. (Larasati, 2007:36)

Sejalan dengan arus globalisasi yang terjadi diseluruh dunia pada saat ini

kebutuhan informasi semakin penting dan mendesak. Bahkan menurut Robert

Murdick informasi dianalogikan sebagai darah bagi organisasi. Selanjutnya Ia

mengemukakan bahwa informasi merupakan salah satu sumber daya yang sangat

penting untuk organisasi publik (Sutabri, 2005:114). Informasi pada dasarnya

adalah data yang diolah menjadi bentuk yang berguna bagi para pemakainya.

Agar dapat mencapai tujuannya maka dibentuklah suatu sistem informasi. Dengan

demikian pada dasarnya sistem informasi manajemen merupakan sebuah sistem

informasi yang selain melakukan semua pengolahan transaksi yang diperlukan

oleh suatu organisasi, juga memberi dukungan informasi dan pengolahan untuk

fungsi manajemen dan proses pengambilan keputusan. (Jogiyanto, 2003:36)

Pesatnya perkembangan organisasi publik yang ada saat ini, jika ditinjau dari segi

administrasi negara, membuat usaha untuk merumuskan kerangka kerja

(framework) Sistem Informasi Manajemen (SIM) pada organisasi publik

(14)

3

Lebih lanjut Sutabri mengatakan bahwa pentingnya SIM dalam konteks

organisasi publik ini salah satu penyebabnya adalah bahwa organisasi sekarang

sudah cenderung mendasarkan pengambilan keputusannya pada sistem informasi,

dan bukan pada struktur hierarkhi wewenang/tanggung jawab yang statis.

Pemimpin-pemimpin strategik dalam sektor publik modern memberdayakan para

manager dan karyawan mereka untuk membuat keputusan yang berkaitan dengan

peningkaan kinerja pelayanan publik. Terkait dengan hal ini para pemimpin dalam

sektor publik membutuhkan desain sistem perencanaan strategik yang tepat

(Garsperz, 2004:2). disamping itu, dalam ilmu manajemen, para

manajer/pimpinan umumnya diwajibkan menyatakan masalah dan asumsi secara

teliti, biasanya dalam bentuk kuantitas atau suatu ukuran agar mereka dapat

memperoleh uraian lebih baik tentang masalahnya.

Sementara itu untuk memenuhi kebutuhan akan sistem informasi yang lebih

efisien dan dapat diandalkan dalam membuat keputusan manajemen, teknologi

atau komputerisasi adalah unsur utama yang berpengaruh. Kemampuan komputer

telah membantu perkembangan konsep SIM karena perangkat keras dan perangkat

lunak telah membuka dimensi baru yang digunakan dalam konseptualisasi sistem

informasi bagi sebuah organisasi. Penggunaan komputer di dalam SIM sangat

banyak membantu para manajer dalam proses pengambilan keputusan.

Tugas terpenting dari setiap instansi pemerintah adalah memberikan pelayanan.

Bahkan pada dasarnya pembentukan instansi-instansi Pemerintah ditujukan

sebagai perangkat utama dalam memberikan pelayanan. Oleh karena itu sebagai

(15)

dipengaruhi dan ditentukan oleh prosedur dan kebijakan tertentu, untuk

kemudian di pertanggungjawabkan kinerjanya kepada masyarakat sebagai

pemberi mandat.

Berkaitan dengan tugas yang harus dilaksanakan, maka penyediaan pelayanan

pemerintah harus difokuskan pada pemenuhan kebutuhan masyarakat, baik secara

kualitas maupun kuantitas sebagai upaya pemberian kepuasan masyarakat

penggunanya. Perhatian akan pemberian kepuasan masyarakat ini sangatlah

penting, mengingat kepuasan masyarakat merupakan tolok ukur dan keberhasilan

pelayanan yang diberikan oleh pemerintah. Kepuasan masyarakat/pelanggan

adalah terpenuhinya keinginan dan kebutuhan pelanggan. Suatu pelayanan dinilai

memuaskan bila pelayanan tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan harapan

pelanggan. Apabila pelanggan merasa tidak puas terhadap suatu pelayanan yang

disediakan, maka pelayanan tersebut dapat dipastikan tidak efektif dan tidak

efisien.

Sistem informasi mempunyai peranan yang penting dalam menyediakan informasi

bagi manajemen dalam semua tingkatan, supaya informasi yang dihasilkan oleh

sistem informasi dapat digunakan bagi manajemen, maka analisis untuk

perancangan sistem haruslah memenuhi kebutuhan informasi yang diinginkan

oleh manajemen. Pengembangan dan analisis sistem informasi (SI) pada suatu

organisasi bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas informasi

yang akan dihasilkan, meningkatkan kontrol pada organisasi dan penghematan

(16)

5

membuat banyak peneliti tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang

mempengaruhi baik tidaknya kinerja sistem informasi tersebut.

Pada sebagian besar organisasi, pusat informasi secara fisik memberikan fasilitas

pada para pemakai (user) agar dapat mengakses perangkat keras (hardware) dan

perangkat lunak (software), meminta dukungan pengembangan aplikasi dan

memperoleh pelatihan. Unit organisasi yang ingin berhasil baik, perlu adanya

identitas atas informasi yang diperlukan oleh manajemen yang lebih

memfokuskan pada pelaksanaan pekerjaan dengan baik. Hal ini menunjukkan

pentingnya pemahaman sistem informasi dalam melaksanakan tugas.

Sebagai komponen dari sistem informasi, teknologi informasi memainkan peranan

dalam banyak aspek dalam organisasi, mulai dari pengembangan produk baru

sampai dengan mendukung penjualan dan pelayanan kepada pelanggan, sebagai

alat bantu pengambilan keputusan. Keberadaan teknologi informasi dengan

perencanaan dan implementasi strategi yang tepat akan memungkinkan organisasi

berperan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Hal ini disebabkan

sebuah organisasi akan mampu mendapatkan dan mengetahui informasi kondisi

internal organisasi, posisi perusahaan dalam persaingan, serta perubahan

lingkungan eksternal lainnya.

Menghadapi dunia bisnis yang semakin kompetitif, organisasi yang ingin

bertahan harus dapat membangun daya saing secara berkelanjutan. Daya saing

organisasi lahir dari keunggulan dalam efisiensi, keunggulan dalam mutu,

keunggulan dalam inovasi (proses dan produk), serta keunggulan dalam pelayanan

(17)

pengelolaan asset berwujud/fisikal (tangible assets) ke pengelolaan strategi

berbasis pengetahuan yang menampilkan asset tak-berwujud/intelektual

(intangible assets) organisasi terutama kapabilitas, ketrampilan, dan motivasi

karyawan (Kaplan & Norton, 2001:2).

Dengan demikian nilai keunggulan bersaing organisasi dapat diciptakan melalui

manajemen SDM (sumber daya manusia) yang efektif. Sumber daya manusia

merupakan asset perusahaan (human capital) yang paling dapat diandalkan dalam

penciptaan nilai keunggulan bersaing yang berkelanjutan karena memiliki semua

ciri-ciri dari suatu faktor keunggulan bersaing organisasi yaitu: sulit ditiru oleh

para pesaing, berdurasi panjang, dan dapat dikembangkan secara berkelanjutan.

Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja dari individu tenaga kerja diantaranya

adalah kemampuan, motivasi, dukungan yang diterima, kepuasan kerja dan

komitmen organisasi, serta hubungan mereka dengan organisasi. Komitmen

organisasi bisa diukur dengan dua indikator, yaitu kedisiplinan dan keluar-masuk

(turn over) pegawai, sedangkan hubungan dengan organisasi bisa diukur dengan

indikator kontrak psikologis (kesetiaan, perlakuan adil, keamanan kerja dan

lain-lain).

Hal yang sangat mendasar dalam keberhasilan suatu organisasi dipengaruhi oleh

tindakan sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi tersebut (Arthur,

1994:110). Pada dasarnya untuk mendapatkan suatu sumber daya sesuai dengan

kebutuhan diperlukan suatu strategi dalam mengelola sumber daya manusia.

Pengelolaan sumber daya manusia yang baik akan memberikan kemajuan bagi

(18)

7

dan berkembang. Strategi fungsional sumber daya manusia haruslah berpedoman

pemanfaatan efektif terhadap sumber daya manusia untuk mencapai sasaran

tahunan organisasi maupun kepuasan dan pengembangan karyawan.

Kinerja BPN dalam fungsinya untuk penyelenggaraan pelayanan pertanahan juga

tidak luput dari perhatian berbagai pihak, karena dalam pelaksanaan pelayanan

pertanahan, masih banyak terdapat permasalahan yang di keluhkan oleh

masyarakat, diantaranya prosedur yang rumit, berbelit belit, mahal, tidak ada

kepastian waktu penyelesaian, dan sebagainya. Hal ini seperti yang terjadi di

Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung.

Peningkatan volume pekerjaan dalam pelayanan pendaftaran tanah dan

penyusunan basis data penguasaan dan pemilikan tanah yang semakin meningkat,

menimbulkan permasalahan baru pada pelayanan pertanahan pada Kantor

Pertanahan Kota Bandar Lampung, yaitu proses pelayanan menjadi lama. Kualitas

dan kuantitas petugas yang cukup baik, diperlukan untuk menciptakan kondisi

kerja yang efektif dan efesien. Baik dalam pengumpulan, penelitian, pengolahan

data maupun dalam penyajian informasi pertanahan. Kondisi itu menimbulkan

kebutuhan akan suatu sistem kerja yang mampu membentuk suatu tata kerja yang

efektif dan efesien khususnya dalam bidang administrasi, yaitu mengenai

pelayanan pertanahan (www.bpn.go.id/berita.aspx. diakses 15 Maret 2013).

Sebelumnya pelayanan yang dilakukan di Kantor Pertanahan Kota Bandar

Lampung dilakukan secara manual menggunakan mesin ketik dan beberapa

peralatan manual yang sederhana lainnya. Pelayanan yang dilaksanakan secara

(19)

data tekstual dan data grafisnya tidak terintegrasi dalam suatu sistem informasi

yang berbasis komputerisasi, sehingga terdapat kesulitan dalam pencarian data

maupun pemeliharaan data.

Guna mengatasi masalah pelayanan yang tidak efisien tersebut, aparatur

pemerintah di lingkungan Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung perlu

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sehingga dapat menguasai bidang

tugasnya. Setelah berkembangnya teknologi komputer, pelayanan Kantor

Pertanahan Kota Bandar Lampung memanfaatkan aplikasi komputer seperti

aplikasi micrsoft word dan microsoft excel untuk pengolahan data tekstual dan

software autocad untuk pengolahan data grafisnya, dalam pemograman yang

sederhana. (http://www.bpn.go.id/berita.aspx, diakses 15 Maret 2013).

Sehubungan dengan permasalahn tersebut, Kantor Pertanahan Kota Bandar

Lampung untuk mengatasi permasalahan di atas berupaya meningkatkan

pelayanannya dengan memanfaatkan teknologi sistem informasi dan manajemen

modern melalui kebijakan Sistem Informasi dan Manajeman Pertanahan Nasional

(SIMTANAS). Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk meneliti kinerja

aparat pelayanan pada Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung dalam mengatasi

permasalahan yang ada melalui program SIMTANAS.

Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung dalam pelaksanaan program

SIMTANAS meliputi penyiapan aplikasi data tekstual dan spasial dalam

pelayanan pendaftaran tanah dan penyusunan basis data penguasaan dan

pemilikan tanah, yang dihubungakan dengan goverment, commerce,

(20)

9

operasi, manajemen, dan pengambilan keputusan BPN sehubung dengan

pengelolaan bidang bidang tanah dan pelayanan kepada mayarakat.

(www.bpn.go.id/.layanan-pertanahan.aspx, diakses 15 Maret 2013).

Sehubungan dengan hal-hal yang telah dipaparkan tersebut di atas maka penulis

tertarik untuk melakukan penelitian dengan Judul : “Implementasi Kebijakan

Sistem Informasi Dan Manajemen Pertanahan Nasional Di Kantor Pertanahan

Kota Bandar Lampung”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas,maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah :

Bagaimana implementasi kebijakan Sistem Informasi dan Manajeman Pertanahan

Nasional (SIMTANAS) di Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung?

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini :

Untuk mengetahui dan memberikan gambaran bagaimana pelaksanaan Kebijakan

Sistem Informasi dan Manajemen Pertanahan Nasional (SIMTANAS) di Kantor

Pertanahan Kota Bandar Lampung.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mencapai beberapa manfaat diantaranya

(21)

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan bagi

penulis dan pembaca tentang konsep Sistem Informasi dan Manajemen

Pertanahan Nasional (SIMTANAS).

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi kantor

Pertanahan Kota Bandar Lampung untuk meningkatkan Implementasi

Kebijakan Sistem Informasi dan Manajemen Pertanahan Nasional

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kebijakan Publik

Kebijakan publik harus diturunkan dalam serangkaian petunjuk pelaksanaan dan

petunjuk teknis yang berlaku internal dalam birokrasi. Sedangkan dari sisi

masyarakat, yang penting adalah adanya suatu standar pelayanan publik, yang

menjabarkan pada masyarakat apa pelayanan yang menjadi haknya, siapa yang

bisa mendapatkannya, apa persyaratannnya, juga bagaimana bentuk layanan itu.

Hal ini akan mengikat pemerintah (negara) sebagai pemberi layanan dan

masyarakat sebagai penerima layanan.

Kebijakan menurut James E. Anderson, yaitu : serangkaian tindakan yang

mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seseorang pelaku

atau kelompok pelaku guna memecahkan suatu masalah tertentu. Istilah kebijakan

publik lebih sering dipergunakan dalam kaitannya dengan tindakan-tindakan atau

kegiatan pemerintah (Islamy 2001:17).

Pendapat George C. Edwads III dan Ira Sharkansky yang menyatakan bahwa

“Kebijakan Negara adalah suatu tindakan yang dilakukan atau tidak dilakukan

(23)

tetapi juga yang tidak dilaksanakan (Islamy, 2001:18). Demikian pula pendapat

Thomas Dye yang mengatakan kebijakan publik adalah apapun pilihan

pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan, definisi tersebut mengandung

makna bahwa (1) kebijakan publik tersebut dibuat oleh badan pemerintah, bukan

organisasi swasta; (2) kebijakan publik menyangkut pilihan yang harus dilakukan

atau tidak dilakukan oleh pemerintah (Subarsono, 2005:2).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas menunjukkan bahwa kebijakan publik

merupakan suatu tindakan yang dilakukan pemerintah dalam rangka mencapai

tujuan dan sasaran untuk kepentingan seluruh masyarakat, yang mampu

mengakomodasi nilai-nilai yang berkembang di dalam masyarakat, baik dilakukan

atau tidak dilakukan, pemahaman tersebut sejalan dengan pendapat (Islamy

2001:20) menyatakan “Kebijakan negara adalah serangkaian tindakan yang

ditetapkan dan dilaksanakan atau tidak dilaksanakan oleh pemerintah yang

mempunyai tujuan atau berorientasi pada tujuan demi kepentingan seluruh

masyarakat.” Kebijakan Negara tersebut dapat berupa peraturan

perundang-undangan yang dipergunakan untuk tujuan, sasaran dari program-program dan

tindakan yang dilakukan oleh pemerintah.

Berdasarkan beberapa pengertian kebijakan publik di atas, maka disimpulkan

bahwa kebijakan adalah serangkaian tindakan pemerintah yang bersifat mengatur

dalam rangka merespon permasalahan yang dihadapi masyarakat dan mempunyai

tujuan tertentu, berorientasi kepada kepentingan publik (masyarakat) dan

bertujuan untuk mengatasi masalah, memenuhi keinginan dan tuntutan seluruh

(24)

13

yang dilakukan maupun tidak dilakukan oleh pemerintah yang dalam

pelaksanaanya terdapat unsur pemaksaan kepada pelaksana atau pengguna

kebijakan agar dipatuhi, hal ini sejalan dengan pendapat Easton (Islamy,

2001:19) bahwa kebijakan mengandung nilai paksaan yang secara sah dapat

dilakukan pemerintah sebagai pembuat kebijakan.

Tidaklah mudah membuat kebijakan publik yang baik dan benar, namun

bukannya tidak mungkin suatu kebijakan publik akan dapat mengatasi

permasalahan yang ada, untuk itu harus memperhatikan berbagai faktor,

sebagaimana dikatakan Amara Raksasataya dalam (Islamy 2001:17)

mengemukakan bahwa suatu kebijakan harus memuat elemen-elemen yaitu :

a. Identifikasi dari tujuan yang ingin dicapai.

b. Taktik atau strategi dari berbagai langkah untuk mencapai tujuan yang

diinginkan.

c. Penyediaan berbagai input untuk memungkinkan pelaksanaan secara nyata

dari taktik atau strategi.

Mengidentifikasi dari tujuan yang ingin dicapai haruslah memahami isu atau

masalah publik, dimana masalahnya bersifat mendasar, strategis, menyangkut

banyak orang, berjangka panjang dan tidak bisa diselesaikan secara perorangan,

dengan taktik dan startegi maupun berbagai input untuk pelaksanaan yang

dituangkan dalam rumusan kebijakan publik dalam rangka menyelesaikan

masalah yang ada, rumusan kebijakan merupakan bentuk perundang-undangan,

setelah dirumuskan kemudian kebijakan publik di implementasikan baik oleh

(25)

Mendasari pengertian kebijakan di atas maka dapat dikatakan bahwa kebijakan

SIMTANAS termasuk kebijakan publik yang bertujuan untuk memberikan

pelayanan kepada masyarakat dalam bidang pertanahan. Dalam pelaksanaan

kebijakan SIMTANAS di Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung mengalami

beberapa kendala dalam pelaksanaannya dalam rangka mencapai tujuan yang

lebih baik, hal tersebut sejalan dengan pendapat (Riant Nugroho 2003:51) bahwa

kebijakan publik adalah jalan mencapai tujuan bersama yang dicita-citakan.

Sehingga kebijakan publik mudah untuk dipahami dan mudah diukur, disamping

itu harus mengandung beberapa hal sebagaimana yang disampaikan oleh

(Kismartini 2005:16), bahwa terdapat beberapa hal yang terkandung dalam

kebijakan yaitu :

a. Tujuan tertentu yang ingin dicapai. Tujuan tertentu adalah tujuan yang

berpihak kepada kepentingan masyarakat (interest public).

b. Serangkaian tindakan untuk mencapai tujuan. Serangkaian tindakan untuk

mencapai tujuan adalah strategi yang disusun untuk mencapai tujuan dengan

lebih mudah yang acapkali dijabarkan ke dalam bentuk program dan proyek.

c. Usulan tindakan dapat berasal dari perseorangan atau kelompok dari dalam

ataupun luar pemerintahan,

d. Penyediaan input untuk melaksanakan strategi. Input berupa sumber daya baik

manusia maupun bukan manusia.

e. Penyediaan berbagai input untuk memungkinkan pelaksanaan secara nyata

(26)

15

B. Implementasi Kebijakan

1. Pengertian Implementasi Kebijakan

Ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli, mengenai Implementasi

Kebijakan. Menurut Mazmanian dan Sabatier yang dimaksud dengan

implementasi adalah pelaksanaan keputusan kebijaksanaan dasar, biasanya dalam

bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau

keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan.

Lazimnya, keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yang ingin diatasi,

menyebutkan secara tegas tujuan/sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai cara

untuk menstrukturkan/mengatur proses implementasinya dalam (Wahab,

2004:68).

Pengertian tentang implementasi kebijakan yang sangat sederhana menurut

(Nyimas 2004:9) : Implementasi kebijakan dapat dipandang sebagai suatu proses

melaksanakan keputusan kebijaksanaan, biasanya dalam bentuk Undang-Undang,

Peraturan Pemerintah, Keputusan Peradilan, Perintah Eksekutif, atau Instruksi

Presiden. Sedangkan menurut (Wibawa 1994:42), implementasi kebijakan

merupakan pengejahwantahan keputusan mengenai kebijakan yang mendasar,

biasanya tertuang dalam suatu Undang-Undang namun juga dapat berbentuk

instruksi instruksi eksekutif yang penting atau keputusan perundangan. Idealnya

keputusan-keputusan tersebut menjelaskan masalah-masalah yang hendak

ditangani, menentukan tujuan yang hendak dicapai dan dalam berbagai cara

(27)

kebijakan adalah untuk menetapkan arah agar tujuan kebijakan publik dapat

direalisasikan sebagai hasil dari kegiatan pemerintah.

Implementasi kebijakan yang merupakan major strategis dari proses kegiatan

perumusan kebijakan perlu untuk dikupas dalam penelitian ini. Dipandang perlu,

karena implementasi kebijakan merupakan aspek yang sangat penting dari

keseluruhan proses kebijakan. Bahkan Udoji secara jelas menyatakan bahwa

pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang penting bahkan mungkin jauh lebih

penting daripada pembuatan kebijakan. Kebijakan-kebijakan akan sekedar berupa

impian atau rencana bagus yang tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak

diimplementasikan (Wahab, 1997:59).

Implementasi Kebijaksanaan sesungguhnya bukanlah sekedar bersangkut paut

dengan mekanisme penjabaran keputusan-keputusan politik kedalam

prosedur-prosedur rutin lewat saluran birokrasi, melainkan lebih dari itu, ia menyangkut

konflik, keputusan dan siapa yang memperoleh apa dari suatu kebijakan. Oleh

karena itu dapat dikatakan bahwa implementasi kebijaksanaan merupakan aspek

yang penting dari keseluruhan proses kebijaksanaan. Grindle (1980:51)

Dalam kaitannya dengan konsep implementasi (Wahab 1997:64) secara jelas

menyimpulkan “Implementasi kebijakan dapat dipandang sebagai suatu proses

melaksanakan keputusan kebijakan (biasanya dalam bentuk undang-undang,

peraturan pemerintah, keputusan peradilan, pemerintah eksekutif atau dekrit

presiden)”.

Bahkan Daniel A Mazmanian dan Paul A Sabatier di dalam buku yang sama

(28)

17

sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus

perhatian Implementasi kebijakan yakni kejadian-kejadian dan kegiatan yang

timbul sesudah disahkannya pedoman-pedoman kebijakan negara, yang mencakup

baik usaha-usaha untuk mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan

akibat atau dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian.

Menurut Anderson dalam (Islamy, 1992:79), dampak kebijakan memiliki

beberapa dimensi yaitu:

1) Dampak kebijakan yang diharapkan (intended consequences) atau tidak

diharapkan (Unintended Consequences) baik pada problemnya maupun pada

masyarakat.

2) Limbah kebijakan terhadap situasi atau orang-orang (kelompok) yang bukan

menjadi sasaran/tujuan utama dari kebijakan tersebut, biasanya disebut

“externalities”.

3) Dampak kebijakan dapat terjadi atau berpengaruh pada kondisi sekarang atau

kondisi yang akan datang.

4) Dampak kebijakan terhadap “biaya” langsung atau direct cost dari kebijakan

terhadap“biaya”tidak langsung (indirect cost) sebagaimana yang dialami oleh

anggota-anggota masyarakat.

Berdasarkan pandangan yang diuraikan oleh para ahli tersebut di atas dapat kita

simpulkan bahwa proses implementasi kebijaksanaan itu sesungguhnya tidak

hanya menyangkut perilaku badan-badan administrative yang bertanggung jawab

untuk melaksanakan program dan menimbulkan ketaatan pada diri kelompok

(29)

dan sosial yang langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku dari

semua yang terlibat dan akhirnya berpengaruh terhadap dampak baik yang

diharapkan maupun yang tidak diharapkan.

2. Model Implementasi Kebijakan

Implementasi merupakan suatu proses mengubah gagasan atau program menjadi

tindakan dan bagaimana kemungkinan cara menjalankan perubahan tersebut.

Untuk menganalisis bagaimana proses implementasi kebijakan itu berlangsung

secara efektif, maka dapat dilihat dari berbagai model implementasi kebijakan.

Sekalipun benyak dikembamgkan model-model yang membahas tentang

implementasi kebijakan, namun dalam hal ini hanya akan menguraikan beberapa

model implementasi kebijakan yang relatif baru dan banyak mempengaruhi

berbagai pemikiran maupun tulisan para ahli.

Berikut beberapa model-model implementasi kebijakan dari berbagai ahli :

1. Model yang dikembangkan oleh Brian W. Hogwood dan Lewis A. Gunn.

Model mereka ini kerap kali oleh para ahli disebut sebagai ”The top dwon

approach”. Menurut Hogwood dan Gunn, untuk dapat mengimplementasikan

kebijakan secara sempurna maka diperlukan beberapa persyaratan tertentu.

Syarat-syarat itu adalah sebagai berikut:

a. Kondisi eksternal yang dihadapi oleh badan atau instansi pelaksana tidak akan

menimbulkan gangguan atau kendala yang serius.

Beberapa kendala atau hambatan pada saat implementasi kebijakan seringkali

(30)

19

memang di luar jangkauan wewenang kebijakan dan badan pelaksana.

Hambatan-hambatan tersebut tersebut diantaranya mungkin bersifat fisik.

adapula kemungkinan hambatan tersebut bersifat politis, dalam artian bahwa

baik kebijakan maupun tindakan-tindakan yang diperlukan untuk

melaksanakannya tidak diterima atau tidak disepakati oleh berbagai pihak

yang kepentingannya terkait. Kendala-kendala semacam itu cukup jelas dan

mendasari sifatnya, sehingga sedikit sekali yang bisa diperbuat oleh para

administrator guna mengatasinya. Dalam hubungan ini yang mungkin dapat

dilakukan para administrator ialah mengingatkan bahwa

kemungkinan-kemungkinan semacam itu perlu dipikirkan matang-matang sewaktu

merumuskan kebijakan.

b. Untuk pelaksanaan program tersedia waktu dan sumber-sumber yang cukup

memadai.

Syarat kedua ini sebagian tumpang tindih dengan syarat pertama, dalam

pengertian bahwa kerap kali ia muncul diantara kendala-kendala yang bersifat

eksternal. Jadi, kebijakan yang memiliki tingkat kelayakan fisik dan politis

tertentu bisa saja tidak berhasil mencapai tujuan yang diinginkan. Alasan yang

biasanya dikemukakan ialah terlalu banyak berharap dalam waktu yang terlalu

pendek, khususnya jika persoalannya menyangkut sikap dan perilaku. Alasan

lainnya ialah bahwa para politis kadangkala hanya peduli dengan pencapaian

tujuan, namun kurang peduli dengan penyediaan sarana untuk mencapainya,

sehingga tindakan-tindakan pembatasan terhadap pembiayaan program

mungkin akan membahayakan upaya pencapaian tujuan program karena

(31)

c. Perpaduan sumber-sumber yang diperlukan benar-benar tersedia.

Persyaratan ketiga ini lazimnya mengikuti persyaratam kedua, dalam artian

bahwa di satu pihak harus dijamin tidak terdapat kandala-kendala pada semua

sumber-sumber yang diperlukan dan di lain pihak pada setiap tahapan proses

implementasinya perpaduan diantara sumber-sumber tersebut harus

benar-benar dapat disediakan.

d. Kebijakan yang akan diimplementasikan didasari oleh suatu hubungan

kausalitas yang handal.

Kebijakan kadangkala tidak dapat diimplementasikan secara efektif bukan

lantaran ia telah diimplementasikan secara sembrono atau asal-asalan,

melainkan karena kebijakan itu sendiri tidak tepat penempatannya.

e. Hubungan kausalitas bersifat langsung dan hanya sedikit mata rantai

penghubungnya.

Pada kenyataannya program Pemerintah, sesungguhnya teori yang mendasari

kebijakan jauh lebih kompleks dari pada sekedar berupa jika X dilakukan,

maka terjadi Y dan mata rantai kualitas hubungannya hanya sekedar jika X,

maka terjadi Y, dan Jika Y terjadi maka akan diikuti oleh Z. Dalam hubungan

ini Pressman dan Wildavski memperingatkan, bahwa kebijakan-kebijakan

yang hubungan sebab-akibatnya tergantung pada mata rantai yang amat

panjang maka ia akan mudah sekali mengalami keretakan, sebab semakin

panjang mata rantai kausalitas, semakin besar hubungan timbal balik diantara

(32)

21

f. Hubungan saling ketergantungan harus kecil

Implementasi yang sempurna menurut adanya persyaratan bahwa hanya

terdapat Badan pelaksana tunggal untuk keberhasilan misi yang diembannya,

tidak perlu tergantung pada Badan-badan lain kalaupun dalam pelaksanaannya

harus melibatkan Badan-badan atau Instansi-instansi lainnya, maka hubungan

ketergantungan dengan organisasi-organisasi ini haruslah pada tingkat yang

minimal, baik dalam artian jumlah maupun kadar kepentingannya. Jika

implementasi suatu program tenyata tidak hanya membutuhkan serangkaian

tahapan dan jalinan hubungan tertentu melainkan juga kesepakatan terhadap

setiap tahapan diantara sejumlah besar pelaku yang terlibat, maka peluang

bagi keberhasilan implementasi program bahkan hasil akhir yang diharapkan

kemungkinan akan semakin berkurang.

g. Pemahaman yang mendalam dan kesepakatan terhadap tujuan.

Persyaratan ini mengharuskan adanya pemahaman yang menyeluruh mengenai

dan kesepakatan terhadap tujuan atau sasaran yang akan dicapai dan yang

penting keadaan ini harus dapat dipertahankan selama proses implementasi.

Tujuan tersebut haruslah dirumuskan dengan jelas, spesifik dan lebih baik lagi

apabila dapat dipahami,serta disepakati oleh seluruh pihak yang terlibat dalam

organisasi, bersifat saling melengkapi dan mendukung serta mampu berperan

selaku pedoman dengan mana pelaksanaan program dapat dimonitor.

h. Tugas-tugas diperinci dan ditempatkan dalam urutan yang tepat.

Persyaratan ini mengandung makna bahwa dalam langkah menuju tercapainya

(33)

dan menyusun dalam urutan-urutan yang tepat seluruh tugas yang harus

dilaksanakan oleh setiap pihak yang terlibat. Kesukaran-kesukaran untuk

mencapai kondisi implementasi yang sempurna ini tidak dapat kita sangsikan

lagi. Disamping itu juga diperlukan bahkan dapat dikatakan tidak dapat

dihindarkan keharusan adanya ruangan yang cukup bagi kebebasan bertindak

dan melakukan improvisasi, sekalipun dalam program yang telah dirancang

secara ketat.

i. Komunikasi dan koordinasi yang sempurna.

Persyatratan ini menggariskan bahwa harus ada komunikasi dan koordinasi yang

sempurna diantara berbagai unsur atau badan yang terlibat dalam program. Hood

dalam hubungan ini menyatakan bahwa guna mencapai implementasi yang

sempurna barangkali diperlukan suatu sistem administrasi tunggal.

j. Pihak-pihak yang memiliki wewenang kekuasaan dapat menuntut dan

mendapatkan kepatuhan yang sempurna.

Persyaratan terakhir ini menjelaskan bahwa harus terdapat kondisi loyalitas

penuh dan tidak ada penolakan sama sekali terhadap perintah dari siapapun

dalam sistem administrasi itu. Apabila terdapat potensi penolakan terhadap

perintah itu maka iya harus dapat diidentifikasikan oleh kecanggihan sistem

informasinya dan dicegah sedini mungkin oleh sistem pengendalian yang

handal.

2. Model yang dikembangkan oleh George C. Edwards III

Sementara menurut George Edwards III ada empat faktor yang mempengaruhi

(34)

23

a. Komunikasi

Secara umum, Edwards membahas tiga hal penting dalam komunikasi, yakni

transmisi, konsistensi dan kejelasan (clarity). Transmisi adalah

keputusan-keputusan kebijakan dan perintah-perintah telah diteruskan kepada personil

yang tepat. Kejelasan adalah perintah-perintah yang akan dilaksanakan

tersebut haruslah jelas misalkan melalui petunjuk-petunjuk pelaksanaan.

Konsistensi adalah perintah-perintah tersebut harus jelas dan tidak

bertentangan dengan para pelaksana kebijakan agar proses implementasi dapat

berjalan lebih efektif.

b. Sumber-sumber

Perintah-perintah implementasi mungkin diteruskan secara cermat, jelas dan

konsisten, tetapi jika para pelaksana kekurangan sumber-sumber yang

diperlukan untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan, maka implementasi ini

pun cenderung tidak efektif.

c. Kecenderungan

Yaitu dimana para pelaksana memiliki kecenderungan tidak sepakat dengan

suatu kebijakan sehingga mengabaikan beberapa persyaratan yang tidak sesuai

pandangan mereka. Oleh karena para pelaksana memegang peran penting

dalam implementasi kebijakan publik, maka usaha-usaha untuk memperbaiki

kecenderungan-kecenderungan mereka menjadi penting. Salah satu hal yang

(35)

d. Struktur Birokrasi

Menurut Edward, ada dua karakteristik utama dari birokrasi, yakni

prosedur-prosedur kerja ukuran-ukuran dasar atau sering disebut sebagai Standard

Operating Procedure (SOP) berkembang sebagai tanggapan internal terhadap

waktu yang terbatas dan sumber-sumber dari para pelaksana serta keinginan

untuk keseragaman dalam bekerjasamanya organisasi-organisasi yang

kompleks dan tersebar luas. Fragmentasi adalah tekanan-tekanan di luar

unitunit birokrasi, seperti komite-komite legislative, kelompok-kelompok

kepentingan, pejabat-pejabat eksekutif, konstitusi Negara dan sifat kebijakan

yang mempengaruhi organisasi birokrasi-birokrasi pemerintah.

3. Model yang dikembangkan oleh Van Meter dan Van Horn

Meter dan Horn dalam teorinya ini beranjak dari suatu argumen bahwa

perbedaan-perbedaan dalam proses implementasi akan dipengaruhi oleh sifat kebijakan yang

akan dilaksanakan. Selanjutnya mereka menawarkan suatu pendekatan yang

mencoba untuk menghubungkan antara isu kebijakan dengan implementasi dan

suatu model konseptual yang mempertalikan kebijakan dengan prestasi kerja.

Kedua ahli ini menegaskan pula pendiriannya bahwa perubahan, kontrol dan

kepatuhan bertindak merupakan konsep-konsep penting dalam prosedur-prosedur

implementasi.

Van Meter dan Van Horn dalam (Subarsono 2005:99) ada enam variabel yang

mempengaruhi kinerja implementasi, yaitu:

(36)

25

Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat

direalisasikan. Apabila standar dan kebijakan kabur, maka akan terjadi miti

interpretasi dan mudah menimbulkan konflik diantara para agen implementasi.

b. Sumber Daya

Implementasi kebijakan perlu dukungan sumber daya, baik sumber daya

manusia maupun sumber daya non manusia.

c. Komunikasi Antar Organisasi dan Penguatan Aktivitas

Dalam implementasi program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi

lain. Untuk itu perlu koordinasi dan kerja sama antara instansi bagi

keberhasilan suatu program.

d. Karakteristik Agen Pelaksana

Agen pelaksana mancakup struktur birokrasi, norma-norma, dan pola-pola

hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya akan mempengaruhi

implementasi suatu program.

e. Kondisi Sosial, Ekonomi dan Politik

Variabel ini mencakup sumber daya ekonomi, lingkungan yang dapat

mendukung keberhasilan implementasi kebijakan, sejauh mana

kelompokkelompok kepentingan daoat memberikan dukungan bagi

implementasi kebijakan, karakteristik para partisipan, yakni mendukung atau

menolak, bagaimana sifat opini publik yang ada di lingkungan, dan apakah elit

(37)

f. Disposisi Implementor

Disposisi implementor ini mencakup tiga hal, yakni: a) respon implementor

terhadap kebijakan yang akan dipengaruhi kemauannya untuk melaksanakan

kebijakan, b) kognisi, yakni pemahamannya terhadap kebijakan, dan c)

intensitas disposisi implementor, yakni prefansi nilai yang dimiliki oleh

implementor.

Variabel-variabel kebijakan bersangkutan dengan tujuan-tujuan yang telah

digariskan dan sumber-sumber yang tersedia. Pusat perhatian pada badan-badan

pelaksana meliputi baik organisasi formal maupun informal, sedangkan

komunikasi antara organisasi terkait beserta kegiatan-kegiatan pelaksanaannya

mencakup antara hubungan di dalam lingkungan sistem politik dan dengan para

pelaksana mengantarkan kita pada pemahaman mengenai orientasi dari mereka

yang mengoperasionalkan program di lapangan ( Subarsono, 2005:99).

Model implementasi inilah yang akan digunakan penulis di lapangan untuk

menganalisis proses implementasi kebijakan Sistem Informasi dan Manajemen

Pertanahan Nasional (SIMTANAS) di Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung.

Alasan penulis menggunakan model ini karena variabel ataupun indikator yang

dikemukakan oleh Van Meter dan Van Horn merupakan variabel yang bisa

menjelaskan secara komprehensif tentang kinerja implementasi dan dapat lebih

(38)

27

C. Sistem Informasi Manajemen

Keberadaan sistem informasi sangat penting untuk mendukung para pemakai

dalam melaksanakan tugasnya. Pada sebagian besar organisasi, pusat informasi

secara fisik memberikan fasilitas pada para pemakai (user) agar dapat mengakses

perangkat keras (hardware)dan perangkat lunak (software), meminta dukungan

pengembangan aplikasi dan memperoleh pelatihan.Unit organisasi yang ingin

berhasil baik, perlu adanya identitas atas informasi yang diperlukan oleh

manajemen yang lebih memfokuskan pada pelaksanaan pekerjaan dengan baik .

Hal ini menunjukkan pentingnya pemahaman sistem informasi dalam

melaksanakan tugas. Kriteria tugas yang pasti akan mendorong pencapaian tugas

secara tepat, sehingga berfungsi dalam pengambilan keputusan.

Sistem informasi mempunyai peranan yang penting dalam menyediakan informasi

bagi manajemen dalam semua tingkatan, supaya informasi yang dihasilkan oleh

sistem informasi dapat digunakan bagi manajemen, maka analisis untuk

perancangan sistem haruslah memenuhi kebutuhan informasi yang diinginkan

oleh manajemen . Pengembangan dan analisis sistem informasi (SI) pada suatu

organisasi bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas informasi

yang akan dihasilkan, meningkatkan kontrol pada organisasi dan penghematan

biaya perolehan informasi. Begitu pentingnya perkembangan sistem informasi

membuat banyak peneliti tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang

mempengaruhi baik atau tidaknya kinerja sistem informasi tersebut.

Sistem Informasi memberikan nilai tambah terhadap proses, produksi, kualitas,

(39)

kompetitif yang tentu saja sangat berguna bagi kegiatan bisnis .Hal-hal yang bisa dikerjakan oleh sistem informasi tentu saja terkait dengan kemampuan yang dapat

dilakukannya, antara lain menyediakan komunikasi dalam organisasi atau antar

organisasi yang murah, akurat dan cepat, mempercepat pengetikan, penyuntingan,

dan pembiayaan yang jauh lebih murah daripada pengerjaan secara manual.

Kesempatan untuk mengembangkan suatu organisasi akan lebih besar jika

ditunjang dengan adanya sistem informasi yang memadai dan dikelola dengan

baik, mengingat sistem informasi pada saat ini telah ditunjang oleh sistem

komputer dimana telah kita ketahui bahwa kecepatan dan keakuratan perangkat

komputer lebih bisa diandalkan dibanding dengan cara manual. Demikian juga

dengan Kebijakan Sistem Informasi dan Mananjemen Pertanahan Nasional

(SIMTANAS). Dalam menerima suatu kebijakan pemerintah, sikap para

pelaksana memegang peranan yang sangat penting. Sikap pelaksanan dalam hal

ini para pegawai yang mendukung atau tidak mendukung kebijakan tersebut akan

berpengaruh pada efektivitas kebijakan itu sendiri. Jika pelaksana berpandangan

positif terhadap suatu kebijakan, maka kemungkinan besar mereka akan

melaksanakan apa yang dikendaki oleh pembuat kebijakan. Tetapi bila sikap atau

perspektifnya berbeda, maka proses implementasi menjadi terancam

kesuksesannya.

Sistem dalam lingkup informasi didefinisikan sebagai sekumpulan komponen

yang saling bekerja sama untuk mencapai tujuan atau sasaran.

Komponen-komponen yang saling berhubungan untuk mengumpulkan, memproses dan

(40)

29

koordinasi dan pengambilan keputusan organisasi. Sistem informasi merupakan

suatu kerangka kerja di mana sumber daya (manusia dan komputer)

dikoordinasikan untuk mengubah masukan (data) menjadi keluaran (informasi)

guna mencapai sasaran-sasaran perusahaan. Fungsi sistem yang utama adalah

menerima masukan, mengolah masukan, dan menghasilkan keluaran. Agar dapat

menjalankan fungsi ini , sistem akan memiliki komponen-komponen input,

proses, keluaran dan kontrol untuk menjamin bahwa semua fungsi dapat berjalan

dengan baik. Informasi adalah data yang sudah diolah sehingga dapat untuk

pembuatan keputusan. Data adalah representasi suatu obyek. Data yang belum

diolah belum dapat dipergunakan untuk pengambilan suatu keputusan.

Apabila masing-masing pengertian di atas digabung, akan diperoleh pengertian

sistem informasi adalah sekumpulan komponen yang saling bekerja sama, yang

digunakan untuk mencatat data, mengolah data dan menyajikan informasi untuk

para pembuat keputusan agar dapat diperoleh suatu keputusan yang terbaik.

Menurut OBrien dalam (Husein dan Wibowo 2002:8) di dalam sistem informasi

terdapat 4 (empat) komponen utama. Keempat komponen utama tersebut adalah:

1. Sumber daya manusia

Yang termasuk dalam sumber daya manusia dalam sistem informasi adalah end

user dan IT specialist. End user adalah orang-orang yang menggunakan sistem

informasi, sedangkan IT specialist adalah orang-orang yang mengembangkan dan

mengoperasikan. Yang termasuk dalam kalangan ini adalah system analyst,

programer, operator komputer dan staf sistem informasi yang lainnya. Secara

singkat, system analyst merancang system informasi berdasar permintaan

(41)

spesifikasi dari system analyst, sedangkan operator komputer mengoperasikan

sistem informasi.

2. Sumber daya perangkat keras

Perangkat keras meliputi semua perangkat fisik dan material yang digunakan

dalam pemrosesan informasi. Secara khusus, perangkat keras tidak hanya meliputi

mesin-mesin seperti komputer, tetapi juga semua media penyimpanan data.

Contoh dari perangkat keras dalam sebuah sistem informasi yang berbasis

komputer adalah:

a. Sistem komputer. Misalnya komputer personal,mainframedanserver.

b. Periperal komputer. Misalnya alat input seperti mouse dan keyboard serta

perangkat output seperti monitor, printer dan media penyimpanan data seperti

disket danharddisk.

c. Jaringan telekomunikasi. Jaringan telekomunikasi meliputi komputer, kartu

jaringan dan perangkat lain yang saling terhubung oleh berbagai media

telekomunikasi dalam sebuah organisasi.

3. Sumber daya perangkat lunak

Sumber daya perangkat lunak meliputi semua kumpulan perintah-perintah

pemrosesan informasi. Konsep ini tidak hanya meliputi suatu kumpulan perintah

bernama program yang mengatur dan mengontrol perangkat keras komputer,

tetapi juga kumpulan perintah pemrosesan informasi untuk sumber daya

manusianya. Hal tersebut disebut dengan prosedur. Contoh dari perangkat lunak

(42)

31

a. Perangkat lunak sistem. Berfungsi untuk mengontrol dan mendukung operasi

dari sebuah system komputer. Misalnya sistem operasi (Linux, Windows dan

lain-lain).

b. Perangkat lunak aplikasi. Hal ini meliputi program-program yang secara

langsung mengatur penggunaan komputer untuk keperluan tertentu oleh end

users. Contohnya antara lain software pengolah data, ,spreadsheet, dan

pengolah gambar.

c. Prosedur. Adalah instruksi-instruksi kepada pengguna sistem informasi.

Contohnya petunjuk penggunaan sebuah perangkat lunak.

4. Data.

Data lebih dari sekedar bahan mentah dari sebuah sistem informasi. Konsep dari

data telah menjadi luas bagi manajer dan profesional sistem informasi. Mereka

menyadari bahwa sumber daya berharga bagi organisasinya. Sumber daya data

dari sebuah sistem informasi biasanya dibagi menjadi 2, yaitu:

a. Database.Memproses dan mengorganisasi data

b. Knowledge bases. Terdiri dari berbagai macam bentuk seperti fakta dan aturan

tentang sebuah subyek tertentu.

D. Sistem Informasi dan Manajemen Pertanahan Nasional (SIMTANAS)

Perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat telah merambah ke berbagai

sektor termasuk pertanahan. Meskipun bidang pertanahan merupakan bidang yang

sangat penting, akan tetapi adopsi teknologi informasi relative tertinggal. Sebagai

contoh, dari sebagian banyak kantor pertanahan diseluruh Indonesia belum

(43)

tanah air yang masih menggunakan sistem analog. Dan kebanyakan masih bersifat

paper oriented. Disisi lain, masyarakat menyadari bahwa teknologi informasi

marupakan salah satu tool penting dalam peradaban manusia untuk mengatasi

sebagian masalah derasnya arus manajemen informasi.

Teknologi informasi dan komunikasi saat ini adalah bagian penting dalam

manajemen informasi. Nampaknya penerapan teknologi informasi dalam bidang

pertanahan mutlak diterapkan dalam era serba digitalisasi seperti sekarang ini.

Seperti diketahui bahwa sebagian besar tanah di tanah air banyak yang belum

memiliki sertifikat. Oleh sebab itu, maka Badan Pertanahan Nasional merupakan

pihak yang paling berperan untuk mengatasi hal tersebut. Sebagai jalan keluar dari

masalah tersebut adalah penerapan teknologi informasi. Teknologi informasi

memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan sistem manual, diantaranya

seperti memiliki kemampuan dalam penyimpanan data dalam jumlah yang lebih

besar berkali-kali lipat dibandingkan dengan sistem manual, serta memiliki

konektivitas antardaerah maupun antara daerah dan pusat secara lebih cepat.

Disamping itu hal ini berkaitan dengan karakteristik data pertanahan itu sendiri

yang bersifat multidimensi yang terkait dengan masalah ekonomi, politik,

pertanahan dan keamanan dan sosial budaya. (http://eleveners.wordpress.com).

Pengelolaan data pertanahan dengan menggunakan teknologi informasi

merupakan sesuatu yang mutlak harus dilakukan hal ini berkaitan dengan

karakteristik data pertanahan itu sendiri yang bersifat multidimensi yang terkait

(44)

33

Pengelolaan data pertanahan itu sendiri harus terintegrasi suatu Sistem Informasi

dan Manajemen Pertanahan Nasional (SIMTANAS) yang mengalirkan informasi

antar seluruh unit organisasi baik di tingkat Kantor Pusat, Kantor Wilayah, dan

Kantor Pertanahan. Disamping sifat data pertanahan tersebut, juga pengelolaan

pertanahan secara elektronik ini untuk memenuhi tuntutan masyarakat yang

semakin meningkat untuk mewujudkan good governance yang akhirnya akan

berkaitan keterbukaan informasi untuk masyarakat dan pertukaran informasi antar

instansi pemerintah ( http://suyuswindayana.blogspot.com/).

Pada pasal 1 huruf b Keputusan Presiden Nomor 34 tahun 2003 tentang

Kebijaksanaan Pertanahan Nasional, Badan Pertanahan Nasional (BPN)

mengemban tugas sebagai lembaga pelaksana untuk membangun dan mengemban

SIMTANAS.Salah satunya meliputi penyiapan aplikasi data tekstual dan spasial

dalam pelayanan pendaftaran tanah dan penyusunan basis data penguasaan dan

pemilikan tanah,yang dihubungakan dengan e-goverment,e-commerce,epayment.

SIMTANAS merupakan suatu sistem terpadu yang mendukung fungsi operasi,

manajemen dan pengambilan keputusan BPN sehubung dengan pengelolaan

bidang-bidang tanah dan pelayanan kepada mayarakat.

1. Basis Data Pertanahan

Basis data merupakan kumpulan data dalam suatu organisasi, skala kecil, sedang

maupun skala besar dalam konteks kelembagaan maupun kenegaraan. Basis data

kepegawaian merupakan himpunan data manusia-manusia yang bekerja dan

terhimpun dalam suatu organisasi yang meliputi data entitas (masuk dalam divisi

(45)

atau value data (masing-masing nama pegawai, berapa umurnya dan seterusnya).

Merujuk pada Peraturan Kepala BPN nomor 3 tahun 2006 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, terdapat perubahan

yang cukup monumental menyangkut tugas – tugas pertanahan. Hal ini bertujuan

untuk lebih mengoptimalkan tugas-tugas yang diemban oleh BPN RI dalam

mengelola sumber daya alam, khususnya bidang-bidang tanah dan

masalah-masalah pertanahan, seperti yang yang dimanatkan dalam UUD 1945, yaitu untuk

sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat Indonesia.

Dengan adanya penambahan tugas dan fungsi tersebut maka data pertanahan

mencakup beberapa hal yang berkaitan dengan :

a. survei, pengukuran dan pemetaan,

b. pelayanan administrasi pertanahan,

c. pendaftaran tanah,

d. penetapan hak-hak atas tanah,

e. penatagunaan tanah, reformasi agraria, penataan wilayah-wilayah khusus,

f. pengawasan dan pengendalian penguasaan pemilikan tanah,

g. pemberdayaan masyarakat di bidang pertanahan,

h. penanganan sengketa, konflik dan perkara pertanahan.

Basis data pertanahan secara operasional banyak dikelola oleh Kantor Pertanahan

sebagai perwakilan Pemerintah dalam tingkat Kabupaten atau Kota dan sebagian

dihasilkan oleh Kantor Wilayah pada tingkat Provinsi dan pada tingkat Pusat oleh

BPN RI. Beberapa produk Kantor Pertanahan yang merupakan data utama

(46)

35

a. Buku Tanah, yaitu dokumen dalam bentuk daftar yang memuat data yuridis

dan data fisik suatu obyek pendaftaran tanah yang sudah ada haknya.

b. Surat Ukur, yaitu dokumen yang memuat data fisik suatu bidang tanah dalam

bentuk peta dan uraian.

c. Gambar Ukur, yaitu dokumen tempat mencantumkan gambar suatu bidang

tanah atau lebih dan situasi sekitarnya serta data hasil pengukuran bidang

tanah baik berupa jarak, sudut,ataupun sudut jurusan.

d. Peta Pendaftaran Tanah, yaitu peta yang menggambarkan bidang atau

bidang-bidang tanah untuk keperluan pembukuan tanah.

e. Peta Tematik Pertanahan, yaitu gambaran permukaan bumi pada bidang datar

yang menyajikan tema tertentu.

f. Warkah, yaitu dokumen yang merupakan alat pembuktian data fisik dan data

yuridis bidang tanah yang telah dipergunakan sebagai dasar pendaftaran

bidang tanah tersebut.

g. Surat Keputusan Pemberian Hak, yaitu penetapan Pemerintah yang

memberikan suatu hak atas tanah Negara, perpanjangan jangka waktu hak,

pembaharuan hak, perubahan hak, termasuk pemberian hak diatas Hak

Pengelolaan.

Data pertanahan di simpan dalam bentuk daftar, berkas, buku dan peta – peta

(paper base). Sertifikat merupakan bukti kepemilikan atas sebidang tanah yang

disimpan pemilik. Sesuai dengan prinsip pendaftaran, (mirror principle) pemilik

tanah memiliki copy bukti yang aslinya tersimpan di Kantor Pertanahan. Konsep

basis data bermula dari semakin banyak volume yang terhimpun dalam

(47)

konvensional memicu kreatifitas dalam pemanfaatan teknologi informasi yang

dapat membantu dalam mengelola data tersebut. Biasanya salah satu ciri nya

adalah datanya terstruktur. Sistem basis data mengacu pada sistem pengumpulan,

penyusunan, dan pencatatan (record) serta menyimpan dengan memanfaatkan

komputer sebagai mesin mengolah dengan tujuan dapat menyediakan informasi

setiap saat untuk berbagai kepentingan. Dengan mengacu pada konsep di atas,

komponen basis data meliputi unsur-unsur yang berperan dalam membangun

suatu sistem yang terdiri dari perangkat keras (hardware), perangkat lunak

(software), (sistem operasi, aplikasi, database / DBMS) dan pengguna (user).

2. Komputerisasi Kantor Pertanahan

Pelayanan pertanahan pada Kantor Pertanahan pada prinsipnya adalah pelayanan

data dan informasi pertanahan. Data yang tersimpan di Kantor Pertanahan

merupakan data yang diperoleh dan diolah melalui proses yang rumit dan panjang

mengikuti aturan yang tertuang pada Peraturan Kepala BPN nomor 1 tahun 2005

tentang Standar Prosedur Opersional Pelayanan Pertanahan (SPOPP). Pembaruan

data selalu dilakukan apabila terjadi perubahan pada subyek atau obyek hak atas

tanah. Karena sifatnya yang sangat dinamis, maka data pertanahan mempunyai

tingkat pengambilan ( retrievel ) dan pembaruan ( up dated ) yang cukup tinggi.

Di satu sisi membutuhkan kecepatan dengan standar yang sudah ditetapkan dalam

menarik/mengambil data, di sisi lain akan membutuhkan persyaratan dalam

penyimpanan data (storage) yang dapat mendukung proses pengambilan data

(48)

37

Proses pengambilan, penyimpanan, pengolahan dan penyajian data merupakan

proses yang dengan sangat mudah dilakukan teknologi informasi dengan mudah

dan cepat. Dengan demikian dapat dibayangkan apabila data pertanahan disimpan

dalam suatu penyimpanan yang berbasis teknologi informasi atau database,

sedangkan pengolahan dilakukan dengan kecanggihan aplikasi perangkat lunak,

semua proses pelayanan data pertanahan dapat dilakukan secara cepat dan tepat.

Kemajuan teknologi merupakan salah satu cara untuk mengakses basis data dalam

upaya membentuk terwujudnya pelayanan pemerintah yang berbasis elektronik (

e-Gov). Salah satu usaha untuk mengotimalkan tugas-tugas pelayanan pertanahan

dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi adalah pembangunan dan

pengembangan komputerisasi kantor pertanahan (KKP). Kantor Pertanahan

merupakan basis terdepan dalam kegiatan pelayanan. Dikembangkan model

pelayanan yang berbasis on-line system. Pembangunan pelayanan on-line,

membangun database elektronik, pembangunan infrastruktur perangkat keras dan

jaringan koneksi, peningkatan sumber daya manusia dalam kemampuan

penguasaan Informasi Teknologi (IT) serta sosialisasi kegiatan di kalangan intern

dan ekstren merupakan tahap-tahap kegiatan yang harus dilakukan pada

kantor-kantor yang sedang dan sudah menerapakan KKP.

Beberapa keuntungan dalam pelaksanaan KKP antara lain :

a. Transparansi pelayanan, karena masyarakat dapat memperoleh informasi

secara langsung dalam hal biaya, waktu pelaksanaan dan kepastian

(49)

b. Efisiensi waktu, prinsip one captured multi used merupakan kunci utama

dalam optimalisasi pemanfaatan database elektronik.

c. Kualitas data dapat diandalkan karena pemberian nomor-nomor Daftar Isian

dilakukan oleh sistem secara otomatis.

d. Sistem Informasi Eksekutif yang memungkinkan para pengambil keputusan

untuk dapat memperoleh dan menganalisa data sehingga menghasilkan

informasi yang terintegrasi.

e. Pertukaran data dalam rangka membangun pelayanan pemerintah secara

terpadu (one stop services) dan memgembangkan perencanaan pembangunan

berbasis data spasial (spatial planning).

Pembangunan Komputerisasi Kantor Pertanahan tidak hanya memberikan

pelayanan dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi secara

on-line system,tetapi sekaligus membangun basis data digital. Dalam kurun waktu 10

tahun terakhir melalui program KKP telah dilakukan digitalasisasi data pertanahan

(Buku Tanah, Surat Ukur, Gambar Ukur dan Peta Pendaftaran Tanah) yang

mencakup bidang tanah sejumlah ± 15 juta bidang (25% dari bidang tanah

terdaftar.

3. Larasita

Pelayanan pertanahan di Kantor Pertanahan yang berbasis elektronik sangat

membantu bagi pengguna. Pengguna dari sisi pemberi pelayanan akan

memberikan informasi yang berasal satu sumber sehingga akan menjamin

keakuratannya. Di sisi lain, pengguna yang mendapatkan pelayanan dimanjakan

(50)

39

yang berada di loket-loket pelayanan. Namun demikian masih dirasakan adanya

kekurangan terhadap segmen „pelanggan' tertentu, yaitu pemohon atau

pihak-pihak lain yang mempunyai kepentingan dengan data pertanahan yang tidak bisa

atau terhambat karena tidak mempunyai kemampuan untuk akses secara langsung

di Kantor Pertanahan.

Bentuk pelayanan seperti apa yang dapat diberikan kepada pelanggan seperti ini,

Dalam kenyataannya segmen „pelanggan' seperti disebutkan di atas adalah

masyarakat yang tinggal di pedesaan dan berada jauh dari lokasi kantor

pelayanan. Komunikasi data secara elektronik merupakan salah satu bentuk

kemajuan teknologi informasi yang sangat sangat membantu bagi pengguna.

Salah satu bentuk pemanfaatan teknologi pengiriman data dengan koneksi

jaringan, merupakan kata kunci dalam inovasi pelayanan berbasis IT yang

dikembangkan dalam Larasita. Melalui Larasita pelayanan di kantor pertanahan

akan menjadi lebih dekat dengan „pelanggan' yang tidak berada di Kantor

Pertanahan. Karena karakteristik penggunaan teknologi informasi dalam bentuk

pelayanan yang diberikan, program Larasita dilaksanakan pada lokasi kantor

pertanahan yang sudah menggunakan pelayanan yang berbasis elektronik (KKP).

Pada awalnya Larasita teknologi komunikasi yang berbasis wifi, memanfaatkan

komunikasi gelombang radio yang bekerja pada gelombang dengan frekuensi 2,4

MHz.

Kemajuan teknologi yang terus berkembang dan karena alasan lain, saat ini

digunakan teknologi koneksi yang berbasis file transfer protocol (FTP) yaitu

(51)

memberikan penawaran dalam percepatan pelayanan data antar pengguna semakin

memperkuat penggunaan internet dalam koneksi data. Larasita adalah Kantor

Pertanahan yang bergerak. Dengan adanya pelayanan ini akan terwujud bentuk

persamaan pelayanan untuk semua lapisan masyarakat, khususnya masyarakat

yang rendah aksesibilitas untuk datang ke Kantor Pertanahan. Percepatan

pendaftaran diharapkan dapat terwujud apabila bentuk pelayanan Larasita dapat

menjangkau semua wilayah tanah air.

Tujuan kegiatan pelayanan Larasita antara lain :

a. menyiapkan masyarakat dalam pelaksanaan pembaruan agraria nasional

(reforma agrarian).

b. melaksanakan pendampingan dan pemberdayaan masyarakat di bidang

pertanahan.

c. melakukan pendeteksian awal atas tanah-tanah terlantar.

d. melakukan pendeteksian awal atas tanah-tanah yang diindikasikan

bermasalah.

e. memfasilitasi penyelesaian tanah yang bermasalah yang mungkin diselesaikan

di lapangan.

f. menyambungkan program BPN-RI dengan aspirasi yang berkembang

dimasyarakat.

(52)
[image:52.595.237.404.107.658.2]

41

Gambar 1. Kerangka Pikir Pengolahan Data Pertanahan

Perkembangan Teknologi Informasi

Pasal 1 huruf b Kepeutusan Presiden

no. 34 Tahun 2003

Implementasi kebijakan ( SIMTANAS)

• Standar kebijakan

• Sumber daya

• Disposisi

• Komunikasi

• Kondisi

(53)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metodologi artinya pengetahuan tentang berbagai cara kerja yang disesuaikan

dengan objek studi ilmu yang bersangkutan. Dengan kata lain metodologi itu

menjelaskan tata cara dan langkah yang akan ditempuh utuk mencapai tujuan dari

penelitian.

A. Tipe Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Krik and

Miller mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam

ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantungan dengan

orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya (Moleong, 2002 : 3).

Oleh karena itu, strategi penelitian ini terarah pada penelitian kualitatif yang

bersifat deskriptif. Bogdan dan taylor mengatakan metodelogi kualitatif sebagai

prosedur-prosedur penelitian yang digunakan untuk menghasilkan data deskriptif,

yang ditulis atau yang diucapkan orang dan perilaku-perilaku yang dapat diamati

(Pawito, 2007 : 84). Studi deskriptif kualitatif adalah suatu metode untuk

menggambarkan suatu gejala-gejala sosial atau berusaha mendiskripsikan

(54)

43

B. Fokus Penelitian

Menurut (Sugiyono 2011:207), batasan masalah dalam penelitian kualitatif

dinamakan fokus, yang berisi pokok masalah yang masih bersifat umum.

Penetapan fokus dalam penelitian kualitatif sangat penting karena untuk

membatasi studi dan mengarahkan pelaksanaan atau pengamatan. Fokus

penelitian dalam penelitian ini adalah implementasi Kebijakan Sistem Informasi

dan Manajeman Pertanahan Nasional (SIMTANAS) di Kantor Pertanahan Kota

Bandar Lampung, sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian ini.

Faktor-faktor yang berpengaruh dalam implementasi menurut Van Meter dan Van

Horn dalam (Subarsono 2005:99) ada enam variabel yang mempengaruhi kinerja

implementasi, yaitu:

a. Standar dan Sasaran Kebijakan .

Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat

direalisasikan. Apabila standar dan kebijakan kabur, maka akan terjadi miti

interpretasi dan mudah menimbulkan konflik diantara para agen implementasi.

b. Sumber Daya

Implementasi kebijakan perlu dukungan sumber daya, baik sumber daya

manusia maupun sumber daya non manusia.

(55)

Dalam implementasi program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi

lain. Untuk itu perlu koordinasi dan kerja sama antara instansi bagi

keberhasilan suatu program.

d. Karakteristik Agen Pelaksana

Agen pelaksana mancakup struktur birokrasi, norma-norma, dan pola-pola

hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya akan mempengaruhi

implementasi suatu program.

e. Kondisi Sosial, Ekonomi dan Politik

Variabel ini mencakup sumber daya ekonomi, lingkungan yang dapat

mendukung keberhasilan implementasi kebijakan, sejauh mana kelompok

kelompok kepentingan dapat memberikan dukungan bagi implementasi

kebijakan, karakteristik para partisipan, yakni mendukung atau menolak,

bagaimana sifat opini publik yang ada di lingkungan, dan apakah elit politik

mendukung implementasi kebijakan

f. Dispo

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pikir
Tabel 1. Identitas Informan

Referensi

Dokumen terkait

Trans Halmahera- Maba, Panitia Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah pada Dinas Kesehatan Kabupaten Halmahera Timur yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala

Sedangkan tahap keempat adalah dengan magang (Prakerin), yaitu belajar melalui perbuatan sesuatu, sebab hal ini keliru untuk menganggap bahwa segala sesuatu yang

“ Give the African nations a cost effective, self managed, self sustaining ICT.. architecture and they can be empowered to address the social and

"Co nve ntio nal" Peo ple Kno wled ge B ased Soc iety Indonesia Transformation Application Computer Network Telecommunication Infrastructure Tech nica l Co re Reg ulato

The specific pattern of volumetric changes in the temporal area has been observed (fig.1). The area with volume excess has the evident limit below over the zygomatic

[r]

This work is focused on identification of human emotions evoked by musical pieces using human face tracking and optical flow analysis.. Facial feature tracking algorithm used for

Berikan SATU CONTOH kecacatan genetic disebabkan oleh mutasi kromosom dan nyatakaan satu ciri..