• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Industri dan Lingkungan 1. Tinjauan Makro Ekonomi

Dalam dokumen KJPP ISKANDAR DAN REKAN 2020 (Halaman 26-30)

ANALISIS KUALITATIF

3.2. Analisis Industri dan Lingkungan 1. Tinjauan Makro Ekonomi

Prakiraan Kondisi Ekonomi Makro Triwulanan

Survei Proyeksi Indikator Makro Indonesia (SPIME) triwulan II-2020 mengindikasikan perekonomian Indonesia triwulan II-2020 diprakirakan mengalami kontraksi -1,26% (yoy), turun dibandingkan realisasi triwulan I-2020 sebesar 2,97 (yoy). Kinerja perekonomian pada triwulan III-2020 diprakirakan mengalami perbaikan meskipun masih kontraksi sebesar -0,82% (yoy).

Responden memprakirakan kinerja perekonomian akan terus membaik hingga tercatat tumbuh 2,86% (yoy) pada triwulan II-2021 (Grafik 1).

Grafik 1. Prakiraan Pertumbuhan PDB Triwulanan Sumber: SPIME Tw-II 2020, Bank Indonesia

Jumlah Harga

Saham (Rp. Juta)

1 PT HK Metals Utama Tbk 99.000.000 99,00% 9.900.000.000 2 Ngasidjo Achmad 1.000.000 1,00% 100.000.000 Jumlah 100.000.000 100,00% 10.000.000.000

(%) Pemegang Saham

No.

Jumlah Harga

Saham (Rp. Juta)

1 PT Jaya Handal Wahana 99.000.000 99,00% 9.900.000.000 2 Ngasidjo Achmad 1.000.000 1,00% 100.000.000 Jumlah 100.000.000 100,00% 10.000.000.000

(%) Pemegang Saham

No.

Dewan Komisaris

Komisaris : Andriani

Direksi

Direktur : Ngasidjo Achmad

Responden memprakirakan inflasi pada triwulan III-2020 sebesar 2,37% (yoy), lebih tinggi dibandingkan realisasi triwulan II-2020 sebesar 1,96% (yoy), ditopang meningkatnya permintaan sejalan dengan pelonggaran PSBB yang diharapkan dapat mendorong kegiatan ekonomi pada triwulan III-2020 (Grafik 2).

Grafik 2. Prakiraan Inflasi Triwulanan Sumber: SPIME Tw-II 2020, Bank Indonesia

Hasil SPIME mengindikasikan nilai tukar Rupiah terhadap USD pada triwulan III-2020

diprakirakan akan sedikit melemah pada level Rp 14.380 per USD dibandingkan realisasi Rp 14.302 per USD pada triwulan II-2020. Responden memprakirakan penguatan nilai tukar

Rupiah akan dimulai sejak triwulan I-2021 (Grafik 3).

Grafik 3. Prakiraan Nilai Tukar Triwulanan Sumber: SPIME Tw-II 2020, Bank Indonesia

Tabel 1. Perkiraan Indikator Ekonomi Triwulanan Sumber: SPIME Tw-II 2020, Bank Indonesia

Prakiraan Kondisi Ekonomi Makro Tahun 2020

Berdasarkan hasil SPIME triwulan II-2020, responden menyatakan kinerja perekonomian Indonesia tahun 2020 tumbuh 0,03% (yoy), lebih rendah dibandingkan realisasi tahun 2019 sebesar 5,02% (yoy). Hal ini disebabkan antara lain oleh lesunya perekonomian dunia, terjadinya penurunan daya beli masyarakat, dan masih berlanjutnya penyebaran pandemik Corona Virus Disease (COVID-19) di Indonesia. Hasil survei kinerja perekonomian tahun 2020 tersebut sejalan dengan perkiraan Bank Indonesia terhadap pertumbuhan ekonomi tahun 2020 yang berada di kisaran 0,9% s.d 1,9% dan dengan revisi asumsi makro APBN 2020 yang berada di kisaran -0,4%

s.d 1,0%.

Terkait dengan perkembangan harga, responden SPIME memprakirakan inflasi pada akhir tahun 2020 sebesar 2,51% (yoy), lebih rendah dari realisasi inflasi tahun 2019 sebesar 2,72% (yoy).

Angka prakiraan tersebut berada pada revisi sasaran inflasi tahun 2020 sebesar 2,0% - 4,0% yang dilakukan Pemerintah. Responden menyatakan bahwa penurunan tekanan inflasi tersebut terutama diindikasi disebabkan oleh kecenderungan penurunan harga komoditas dunia serta adanya keyakinan harga barang dijaga oleh pemerintah.

Adapun dalam aspek nilai tukar, hasil SPIME triwulan II-2020 memperkirakan nilai tukar Rupiah terhadap USD pada akhir tahun 2020 akan melemah hingga Rp 14.395 per USD dibandingkan realisasi akhir tahun 2019 sebesar Rp 13.901 per USD. Responden memprakirakan bahwa pelemahan nilai tukar Rupiah tersebut dipengaruhi faktor kondisi perekonomian global maupun regional tahun 2020 serta menurunnya perekonomian Indonesia. Prakiraan nilai tukar tahun 2020 tersebut berada di bawah kisaran revisi kedua asumsi makro dalam APBN 2020 yang berada dalam rentang Rp 14.900 s.d Rp 15.500 per USD (Tabel 2).

Tabel 2. Prakiraan Indikator Ekonomi Tahun 2020 dan 2021 Sumber: SPIME Tw-II 2020, Bank Indonesia

3.2.2. Perkembangan Industri

Perkembangan industri aluminium di Indonesia

Aluminium dikenal sebagai salah satu unsur kimia yang memiliki segala keunggulan dari karakteristik sifat kimianya. Sejalan dengan cadangannya yang melimpah di kerak bumi, aluminium mendapatkan permintaan global yang terus meningkat. Hal tersebut dipengaruhi oleh semakin majunya teknologi dan inovasi, serta bertambahnya jumlah penduduk. Aluminium sebagai unsur kimia, dapat dijadikan sebagai bahan dasar pembuat barangbarang yang diperlukan di segala aspek kehidupan sehari-hari, baik untuk keperluan industri maupun rumah tangga. Selain itu, aluminium memiliki beberapa keunggulan, seperti tahan karat ringan namun dapat menahan beban berat, dapat didaur ulang, dan harganya yang relatif murah.

Produksi rata-rata aluminium dunia pada tahun 2015 adalah sebesar 60 juta ton, sementara konsumsi aluminium dunia rata-rata sebesar 55 juta ton. Pada tahun 2025, produksi aluminium

dunia diprediksi mencapai 77 juta ton, sementara konsumsi aluminium dunia rata-rata sebesar 80 juta ton. Namun, permintaan aluminium pada tahun 2019 mengalami penurunan. Alcoa Corp, produsen aluminium terbesar AS, memperkirakan bahwa permintaan aluminium global hanya akan tumbuh sekitar 1,25% hingga 2,25%, lebih kecil jika dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya yang optimis tumbuh dari 2-3%.

Industri aluminium adalah industri logam dasar di samping industri besi, tembaga dan lain-lain yang sangat dibutuhkan, terutama untuk pembangunan infrastruktur dan pendukung sektor industri lainnya seperti mesin, suku cadang otomotif, konstruksi pesawat terbang, konstruksi bangunan, komponen dan perangkat elektronik serta peralatan rumah tangga.

Aluminium dihasilkan pabrik peleburan aluminium melalui proses terhadap bahan baku berupa alumina di dalam tungku yang dikenal sebagai pot reduksi. Produk yang dihasilkan berupa aluminium primer yang selanjutnya akan diproses lanjut menjadi bahan setengah jadi atau bahan jadi seperti: batangan ingot, pelet, butiran, serbuk, slab/pelat, billet/pipa pejal dan pipa berlubang.

Indonesia adalah salah satu produsen dunia aluminium primer dalam bentuk ingot. Selama ini jenis produk sesuai kesepakatan antara pihak Jepang dan Indonesia hanya terbatas dalam bentuk ingot saja. Hal ini tentunya tidak menguntungkan pihak Indonesia karena tidak memberikan nilai tambah yang lebih besar.

Industri hilir aluminium sebagian besar berlokasi di Pulau Jawa dan sebagian di Sumatera Utara.

Sebagian industri hilir aluminium tersebut melebur ingot untuk diubah bentuk menjadi billet/alloy dilanjutkan proses ekstrusi untuk mendapatkan produk akhir. Sementara sebagian lainnya mengimpor billet/alloy kemudian melakukan proses ekstrusi untuk mendapatkan produk akhir.

Aluminium telah menjadi logam yang luas penggunaannya setelah baja. Hal itu didasarkan pada sifat-sifatnya yang ringan, tahan korosi, memiliki kekuatan dan ductility yang cukup baik, serta mudah diproduksi dan cukup ekonomis karena aluminium mudah didaur ulang. Aluminium mampu didaur ulang tanpa mengalami degradasi kualitas. Proses daur ulang tidak mengubah struktur mikro aluminium. Daur ulang terhadap aluminium dapat dilakukan berkali-kali. Proses daur ulang aluminium hanya mengkonsumsi energi sebesar 5 % dari yang digunakan dalam memproduksi aluminium dari bahan tambang.

3.2.3. Analisis Operasional Dan Prospek Perusahaan

Pada periode triwulan kedua tahun 2020, Perseroan mencatatkan penurunan kinerja dan mencatatkan rugi bersih ditengah pandemi Covid-19, berdasarkan laporan keuangan per Juni 2020, penjualan Perseroan terdiri dari pendapatan aluminium, aluminium coated steel and coil, galvalum, baja ringan, stainless steel, mesin dan peralatan, pipa pvc, toilet dan sanitary wares, aksesoris dan lain-lain dengan total penjualan sebesar Rp 458.500 juta.

Banyak faktor dari luar Perseroan yang mempengaruhi penjualan tersebut, antara lain kondisi wabah Covid-19 yang tengah melanda dunia sehingga mempengaruhi iklim usaha. Perseroan optimis konsumsi aluminium di tahun depan diperkirakan membaik dan terus meningkat, didorong membaiknya pertumbuhan ekonomi di Kawasan Asia ataupun global. Permintaan tahun depan akan didukung oleh peningkatan penggunaan aluminium di sektor transportasi.

Penggunaan aluminium di sektor transportasi bakal meningkat seiring komitmen para pelaku Industri transportasi untuk meningkatkan produksi NEV (New Energy Vehicle) dengan penggunaan aluminium sebagai salah satu bahan baku materialnya.

Tak hanya itu, kini sektor konstruksi bangunan juga diperkirakan akan lebih banyak menggunakan komponen aluminium ekstrusi. Terutama untuk sekat pembatas dan rangka jendela untuk sirkulasi udara dalam rangka antisipasi penyebaran virus. HKMU ke depan akan lebih fokus pada produksi aluminium ekstrusi. Sebab perseroan melihat demand-nya masih lebih baik dibandingkan bahan bangunan lainnya.

Strategi lainnya, HKMU akan lebih fokus pada segmen midstream dan downstream dari aluminium. HKMU fokus pada kegiatan Fabrikasi dan manufaktur yang memiliki struktur margin yang baik, sehingga mampu meningkatkan margin usaha. HKMU akan fokus pada pangsa pasar aluminium ekstrusi untuk bahan bangunan dan konstruksi seperti High rise building dan residensial dengan hasil akhir produk seperti pintu, jendela dan bingkai jendela, panel, dan produk lainnya.

Secara umum, perekonomian Indonesia akan tumbuh, realistis sebesar 2,8% pada tahun 2021.

Sektor aluminium berada pada posisi moderat, tetap bagus walau laba turun, diwakili sektor otomotif yang akan tumbuh secara bertahap dan recovery secara baik pada tahun 2022.

Selain itu, permintaan aluminium juga diproyeksi mengalami peningkatan. Permintaan aluminium China dipaparkan tumbuh 1,8% (>0,66 ton) pada tahun 2020 dan kembali tumbuh 4,5% (>1,66 ton) pada tahun 2021. Sementara itu, pemintaan aluminium ex. China (diluar China) turun 13,1% (3,7 ton) pada tahun 2020 dan akan tumbuh sebesar 10,2% (2,5 ton) pada tahun 2021. Dengan prediksi LME 3 Bulanan akan mencapai $1828/t pada tahun 2021.

Dalam dokumen KJPP ISKANDAR DAN REKAN 2020 (Halaman 26-30)

Dokumen terkait