• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGALAMAN USAHATAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.5. Kinerja Pasar

6.5.5. Analisis Integrasi Pasar Kayu Manis

Integrasi atau keterpaduan pasar berguna untuk melihat keeratan hubungan pasar dengan pasar lain yang menjadi rujukan (yang mempengaruhinya), yang dilihat berdasarkan pergerakan harga yang berhubungan dengan dua pasar atau lebih. Model yang digunakan untuk menganalisis aspek keterpaduan pasar dalam tataniaga kayu manis di Kabupaten Kerinci adalah model yang dikembangkan

83 oleh Ravallion (1986) dan Heytens (1986). Model didasarkan pada hubungan hubungan bedakala (lag) bersebaran autoregresive antara harga di tingkat petani dengan harga di pasar acuan yaitu harga tingkat eksportir.

Data yang digunakan untuk analisis integrasi adalah data time series bulanan tahun 2009-2011 (Lampiran 11). Data harga di tingkat petani didapatkan dari Dinas Perdagangan Kabupaten Kerinci, sementara harga di tingkat eksportir didapatkan dari AECI (Asosiasi Eksportir Cassiavera Indonesia) di Padang. Pengolahan data dianalisis dengan menggunakan model Indeks of Market Connection (IMC) melalui pendekatan model Autoregressive Distributed Lag yang diduga dengan Metode Kuadrat Terkecil Biasa (Ordinary Least Square, OLS). Hasil olahan data keterpaduan pasar di tingkat petani kayu manis dengan tingkat eksportir (dalam penelitian ini digunakan eksportir di Padang dapat dilihat pada Tabel 18 .

Tabel 18. Hasil Olahan Data Keterpaduan Pasar Petani dengan Pasar Eksportir Kayu Manis di Padang (2009-2011)

Variabel Bebas Parameter

Dugaan

P-value

(significance)

Bedakala harga di tingkat petani ( Pt) 0,715 0,000 Selisih harga di tingkat eksportir ( Pjt-Pjt-1) -0,071 0,497 Bedakala harga di tingkat eksportir ( Pjt) 0,0434 0,161

F-hitung 40,16 0,000

Koefisien determinasi (R2) 79,5 %

R2-adjusted 77,6%

IMC 16,5

DW 2,013

thitungjangka pendek 5,36

ttabeljangka pendek 1,645

thitungjangka panjang 10,408

ttabeljangka panjang 1,645

Sumber : Data Sekunder 2012 (diolah)

Uji statisistik terhadap kesesuaian model diperoleh nilai F-hitung sangat

nyata pada taraf kepercayaan 95 persen (α = 5 persen) yang mengindikasikan bahwa model cukup baik karena variabel bebas dapat menjelaskan keragaman variabel terikat. Keragaman harga kayu manis di tingkat petani (Pt) dapat

84 dijelaskan oleh keragaman variabel bebas yang ditunjukkan oleh nilai koefisien determinasi sebesar 79,5 persen dan sisanya sebanayak 20,5 persen dijelaskan oleh faktor lain di luar model. R2-adjusted sebesar 77,6 persen. Pengujian autokorelasi hasil uji Durbin-Watson menunjukkan hasil bahwa tidak terdapat autokorelasi (error yang berpola) pada pengujian tingkat pertama. Uji multikolinearitas yang dilakukan terhadap model diduga dengan melihat Varian Inflation Factor (VIF). Hasil VIF menunjukkan bahwa semua variabelyang memiliki nilai VIF < 10, menunjukkan tidak adanya gejala multikolinearitas antar masing- masing variabel bebas.

Hasil estimasi parameter koefisien b1 adalah sebesar 0,715, dengan nilai P-

Valuenya adalah 0,000 (Lampiran 10). Model akan signifikan jika nilai P-Value lebih kecil dari nilai taraf nyata. Taraf nyata yang digunakan adalah 5 persen. Jadi, dapat dilihat bahwa berapapun harga yang terjadi di tingkat petani pada bulan lalu berpengaruh nyata pada penentuan harga bulan berikutnya, dimana peningkatan perubahan harga pada bulan lalu sebesar 100 persen, cateris paribus, akan meningkatkan harga pada bulan berikutnya sebesar 71,5% pada taraf kepercayaan 5 persen. Sedangkan nilai koefisisen b3 adalah - 0,071 dengan P-Value 0,161 (Lampiran 10) yang menunjukkan bahwa pada taraf kepercayaan 5% jika terjadi peningkatan perubahan harga di pasar acuan (tingkat eksportir) tidak berpengaruh nyata pada peningkatan harga di tingkat petani.

Keseimbangan jangka panjang sempurna ditunjukkan oleh nilai b2 = 1.

Semakin dekat nilai parameter dugaan b2 dengan satu, maka keterpaduan jangka

panjang akan semakin baik. Nilai b2 = 1 juga dapat diartikan bahwa pasar berada

dalam kondisi persaingan sempurna, sedangkan apabila nilai b2 kurang dari satu

menunjukkan pasar dalam kondisi tidak bersaing sempurna. Namun, apabila nilai b2 lebih besar dari satu maka perubahan harga pada pasar eksportir akan sangat

berpengaruh terhadap pembentukkan harga di tingkat petani. Parameter dugaan untuk nilai koefisien b3 sebesar - 0,0707 dengan P-Value 0,497 (Lampiran 10).

Hal ini berarti, perubahan harga minggu lalu di tingkat eksportir tidak akan berpengaruh di tingkat petani. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan jarak antara eksportir dengan petani tidak memberikan pengaruh terhadap besar kecilnya perubahan harga minggu lalu di tingkat eksportir terhadap minggu ini di tingkat petani.

85 Pengujian statistik dilanjutkan dengan uji-t pada masing-masing variabel independen untuk menguji faktor yang dapat menjelaskan atau faktor yang berpengaruh nyata terhadap harga kayu manis di tingkat petani. Hanya satu variabel yang signifikan pada taraf nyata pengujian α = 5 persen yaitu variabel Pjt atau bedakala harga di tingkat eksportir. Variabel lainnya tidak berpengaruh nyata terhadap harga kayu manis di tingkat petani.

Berdasarkan hipotesis uji-t, maka dapat diukur tingkat keterpaduan jangka pendek dan jangka panjang. Hipotesis uji-t untuk koefisien b1 memiliki t-hitung

lebih besar dari t-tabel, sehingga H0 diterima pada taraf nyata sebesar 5 persen,

Artinya tidak terdapat keterpaduan jangka pendek antar perubahan harga di pasar acuan. Indikator keterpaduan jangka pendek dapat dilihat dari nilai IMC. Keterpaduan pasar jangka pendek akan terjadi jika nilai IMC lebih kecil dari satu. Berdasarkan hasil analisis keterpaduan pasar pada tabel 18, diketahui nilai IMC sebesar 16,5, hal ini berarti bahwa tidak terjadi keterpaduan pasar jangka pendek. Pasar dalam kondisi persaingan tidak sempurna dan sistem pemasaran tidak efisien. Ini juga berarti bahwa dalam praktek penentuan harga kayu manis, perubahan harga di tingkat eksportir hanya sedikit yang diteruskan ke petani.

Berdasarkan hasil uji-t untuk melihat keterpaduan jangka panjang dengan melihat indikator dari variabel b2 menunjukkan bahwa H0 ditolak karena nilai t-

hitung lebih besar dari t-tabel pada taraf kepercayaan lima persen. Hal ini menunjukkan bahwa harga di tingkat petani tidak terpadu dengan harga di tingkat eksportir dalam jangka panjang. Selain itu, indikator tidak adanya keterpaduan jangka panjang dapat dilihat dari nilai koefisien b2 yang lebih kecil dari satu.

Keterpaduan jangka panjang akan terjadi apabila nilai koefisien b2 lebih besar dari

86

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

1. Sistem tataniaga kayu manis di Kabupaten Kerinci melibatkan beberapa lembaga tataniaga yaitu pedagang pengumpul desa, pedagang pengumpul kecamatan, pedagang besar kabupaten, dan eksportir, serta pabrik sirup kayu manis. Pada sistem tataniaga ini terdapat empat saluran utama yang dikelompokkan berdasarkan tujuan akhir pemasaran kayu manis yaitu penjualan ke pasar luar negeri dan penjualan kepada pabrik kayu manis di Kecamatan Siulak, Kerinci.

2. Sebagian besar lembaga tataniaga yang terlibat melakukan ketiga fungsi utama tataniaga, yaitu fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas. Fungsi pertukaran yang dilakukan adalah fungsi pembelian dan penjualan. Fungsi fisik yang dilakukan lembaga yang terlibat adalah pengangkutan, penyimpanan, dan pengemasan, sedangkan fungsi fasilitas yang dilakukan adalah fungsi sortasi dan grading, modal, penanggungan risiko dan fungsi informasi

3. Struktur pasar yang dihadapi oleh setiap lembaga tataniaga berbeda. Struktur pasar yang dihadapi petani cenderung mengarah ke pasar persaingan sempurna. Sedangkan struktur pasar yang dihadapi oleh pedagang pengumpul, pedagang grosir dan pedagang pengecer adalah mengarah ke pasar oligopoli. Sehingga secara keseluruhan pasar yang kayu manis di kabupaten Kerinci adalah pasar persaingan tidak sempurna. Perilaku pasar pada masing – masing lembaga juga berbeda. Praktek penjualan kadang terjadi di tempat penjual namun ada juga di tempat pembeli. Sistem pembayaran yang digunakan adalah sistem pembayaran tunai dan pembayaran sebagian.

4. Hasil analisis efeisiensi tataniaga menggunakan analisis margin tataniaga, farmer’s share, serta rasio keuntungan dan biaya menunjukkan bahwa saluran yang berakhir ke pasar luar negeri tidak efisien. Saluran IIb merupakan saluran yang paling efisien karena rantainya paling pendek, margin pemasaran yang kecil dan farmer’s share yang lebih besar dari saluran lain, serta rasio keuntungan terhadap biayanya yang tinggi.

87 5. Berdasarkan hasil analisis keterpaduan pasar melalui pendekatan analisis harga di tingkat petani yang berperan sebagai pasar lokal selaku pengikut harga dan tingkat eksportir yang berperan sebagai pasar acuan selaku penentu harga, dapat diketahui bahwa pasar di tingkat petani kayu manis di Kabupaten Kerinci dengan pasar eksportir (eksportir Padang) tidak terpadu baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Artinya perubahan harga di tingkat eksportir sebagai pasar acuan tidak sampai kepada pasar di tingkat petani. Hal ini menunjukkan sistem tataniaga kayu manis di lokasi penelitian belum efisien.

7.2 Saran

1. Petani hendaknya bergabung dan memanfaatkan peran dari kelompok tani dan koperasi secara maksimal. Memaksimalkan fungsi kelompok dapat mempermudah informasi dalam mengakses pasar serta mampu meningkatkan posisi tawar petani, sehingga akan tercipta sebuah sistem tataniaga yang lebih efisien dan pasar yang terintegrasi.

2. Tidak efisiennya tataniaga kayu manis di Kabupaten Kerinci disebabkan oleh belum adanya nilai tambah terhadap produk yang dijual. Oleh karena itu, pemerintah Kabupaten Kerinci sebagai pembuat kebijakan dan fasilitator mendorong berkembangnya industri pengolahan kayu manis domestik, seperti pabrik sirup kayu manis dan penyulingan minyak atsiri dari kayu manis dan mencari pasar untuk pemasaran produk industri tersebut, baik pasar domestik maupun luar negeri melalui kerja sama dengan Asosiasi Eksportir Cassiavera Indonesia dan Dewan Rempah Indonesia. Sehingga nantinya dapat menampung kayu manis dan diharapkan nantinya dapat mengurangi kebergantungan petani kepada eksportir.

3. Saluran IIb merupakan saluran yang lebih efisien, namun belum bisa dijadikan alternatif saluran. Petani dapat mengkombinasikan penjualan dengan tidak hanya menjual ke eksportir tapi juga menjual ke pabrik sirup kayu manis untuk memaksimalkan keuntungan.

Dokumen terkait