• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGALAMAN USAHATAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.4. Perilaku Pasar

Perilaku pasar adalah strategi produksi dan konsumsi dari lembaga tataniaga dalam struktur pasar tertentu yang meliputi kegiatan pembelian, penjualan, penentuan harga serta kerjasama antar lembaga tataniaga.

6.4.1. Praktek Pembelian dan Penjualan

Sistem tataniaga kayu manis di Kabupaten Kerinci melibatkan beberapa lembaga dalam proses pembelian dan penjualan. Proses pemasaran dimulai dari petani hingga akhirnya nanti sampai di tangan eksportir yang melakukan pengolahan hasil. Petani melakukan proses penjualan dengan tiga cara yaitu menjual kepada pedagang pengumpul desa, menjual ke pedagang pengumpul kecamatan, dan menjual langsung ke pedagang besar kabupaten. Setelah barang tersebut sampai di tangan pedagang kabupaten, barang tersebut dijual kepada eksportir di berbagai daerah dianatanya Padang, Jakarta, Jambi, Lampung, Medan, dan Surabaya. Selain dijual kepada eksportir ada juga kayu manis yang dijual dari petani ke pedagang pengumpul kecamatan dan selanjutnya dijual kepada pabrik pengolahan sirup kayu manis di Kecamatan Siulak, Kabupaten Kerinci.

Petani menjual hasil panen kayu manisnya ke pedagang langganannya, tapi tidak ada kontrak yang mengikat sehingga petani sewaktu-waktu nantinya juga bisa menjual ke pedagang lain yang dinilai yang lebih menguntungkan. Hal yang sama juga berlaku untuk pembelian dan penjualan dari pedagang pengumpul ke pedagang kabupaten, dan pedagang kabupaten ke eksportir. Hal ini dinilai lebih efektif, karena jika menjual atau membeli kepada langganan transaksinya lebih gampang dan lebih cepat apalagi dengan adanya saling percaya diantara dua belah pihak.

Pedagang pengumpul desa pada umumnya lebih bersifat seperti spekulan atau perantara antara petani dan pedagang pengumpul kecamatan, sehingga mengambil keuntungan dari perbedaan harga di tingkat petani dan pedagang pengumpul kecamatan. Petani biasanya menjual kepada pedagang pengumpul desa karena biasanya mereka menjual dengan jumlah sedikit dan karena mereka membutuhkan uang kas secara cepat untuk memenuhi kebutuhan hidup. Pedagang pengumpul kecamatan biasanya menjemput kayu manis yang akan dibelinya ke

70 lokasi pedagang pengumpul desa. Biasanya pedagang ini menggunakan mobil

“pick up” sebagai sarana transportasi.

Penjualan dari pedagang besar kabupaten ke eksportir biasanya menggunakan truk yang kapasitasnya 10-13 ton. Kuota ini bisa lebih dan bisa saja kurang jika tergantung kepada produksi kayu manis dan permintaan dari eksportir itu sendiri. Biasanya pedagang besar kabupaten bisa mengirim ke eksportir dua truk tiap minggu. Eksportir yang paling banyak dituju adalah eksportir Padang, sementara untuk eksportir lain hanya sebagian kecil saja. Pedagang kabupaten yang menjual selain ke Padang merupakan pedagang kabupaten yang mencoba untuk memperluas pasar, agar tidak terjadi kejenuhan pasar eksportir Padang.

6.4.2. Sistem Penentuan Harga

Sistem penentuan harga penjualan dan pembelian kayu manis di Kabupaten Kerinci ditentukan melalui proses tawar-menawar antara penjual dan pembeli. Tawar-menawar ini disesuaikan dengan tingkat harga di masing-masing lembaga pemasaran dan berpatokan kepada harga yang diterima oleh pedagang kabupaten dari eksportir. Pada awalnya, harga kayu manis jauh lebih rendah, namun setelah adanya kebijakan untuk meningkatkan harga kayu manis, barulah harga yang berlaku mulai cukup stabil dalam beberapa tahun belakangan ini. Permintaan kayu manis yang melebihi penawaran juga mempengaruhi harga kayu manis itu sendiri. Ketika barang yang diminta tidak sesuai kuota, dan pedagang perlu tambahan untuk memenuhi kekurangan kuota tersebut, maka harga kayu manis akan naik dibanding biasanya.

Terdapat beberapa komponen yang mempengaruhi pertimbangan dalam penentuan harga kayu manis yaitu

1. Persentase kadar air kulit kayu manis. Semakin tinggi persentase nilai kadar air kayu manis, maka harga per kilogram kayu manis yang diterima petani akan semakin rendah. Dalam praktek jual beli umumnya pedagang memotong harga dengan memperhitungkan kadar air sebesar 10%.

2. Harga yang ditentukan oleh eksportir mengacu pada harga kayu manis sebelumnya. Struktur pasar yang tidak bersaing sempurna, dimana rantai

71 pasar dikuasai oleh sedikit pedagang, dan ini memungkinkan terjadinya kolusi dalam penentuan hargakayu manis.

Informasi harga yang berlaku dan permintaan kayu manis didapat dari pedagang kabupaten. Pedagang kabupaten memiliki peran yang cukup besar karena dapat memprediksi perubahan yang terjadi di pasar kayu manis. Sumber informasi harga dan permintaan dapat dimanfaatkan untuk menekanan harga dan jumlah permintaan yang akan dipenuhi, sehingga pedagang kabupaten akan menyesuaikan jumlah permintaan pasokan dari pedagang pengumpul. Petani biasanya hanya menerima harga yang ditetapkan oleh pedagang, baik itu pedagang pengumpul maupun pedagang kabupaten. Meski dalam prosesnya tetap ada tawar-menawar, namun harga yang terbentuk biasanya tidak jauh berbeda dari yang sudah ditetapkanpara pedagang tersebut. Petani hanya bisa menerima karena petani bergantung kepada para pedagang untuk menjual dan memasarkan hasil panennya. Selain itu, jikapun petani ingin mendapatkan untung besar dengan menjual langsung kayu manis ke eksportir, petani akan mengalami kesulitan untuk mengakses pasar karena banyaknya biaya imbangan yang dikeluarkan.

6.4.3. Sistem Pembayaran

Lembaga tataniaga yang terlibat dalam saluran tataniaga kayu manis di Kabupaten Kerinci menerapkan berbagai sistem pembayaran yang beragam disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang terjadi di masing-masing lembaga tataniaga. Kondisi umum lembaga-lembaga tataniaga menghadapi proses transaksi yang beragam antara lain, sitem pembayaran tunai dan sistem pembayaran sebagian.

a. Sistem pembayaran tunai diterapkan oleh pedagang pengumpul yang mempunyai modal awal yang memadai sehingga mampu membayar tunai kepada petani di tempat transaksi jual beli kayu manis tersebut. Biasanya sistem pembayaran ini diterapkan oleh petani yang menjual kayu manisnya kepada pedagang pengumpul desa. Petani menjual ke pedagang pengumpul desa karena transaksinya cepat, dekat dengan lokasi, dan pembayarannya tunai.

72 b. Sistem pembayaran sebagian adalah sistem yang cenderung banyak dilakukan saat bertransaksi antara pedagang pengumpul, pedagang kabupaten, dan eksportir. Para pedagang tersebut membayar terlebih dahulu setengah dari harga kayu manis yang mereka beli sebelum dibawa ke pasar tujuan untuk dijual. Hal ini dilakukan ketika para pedagang kekurangan modal untuk membeli kayu manis.

6.4.4. Kerjasama Antar Lembaga

Kerjasama telah dilakukan oleh lembaga tataniaga dalam mendistribusikan kayu manis dari produsen dan konsumen. Lembaga tataniaga melakukan kerjasama atas dasar lamanya mereka melakukan jual beli dan adanya rasa saling percaya. Namun, penetapan harga tetap dilakukan berdasarkan harga yang terjadi di tingkat eksportir.

Kerjasama ditingkat petani belum berjalan cukup baik dilihat dari tidak adanya kelompok yang mewadahi para petani. Kerjasama di tingkat petani hanya sebatas sharing antara satu petani dengan petani lain, belum melembaga, dan kerjasama tersebut juga masih sebatas memberikan informasi mengenai harga yang berlaku.

Kerjasama di tingkat pedagang belum berjalan dengan baik karena kerjasama disini hanya sebatas memberikan informasi pasar maupun harga. Belum ada kelembagaan yang concern terhadap kegiatan ini dan mewadahi mereka dalam satu wadah. Adanya kerjasama diharapkan mampu mengefisienkan sistam tataniaga karena informasi tersebar secara merata dan transparan. Jikapun ada kendala, misalnya modal dapat teratasi dengan adanya kerjasama. Namun, pedagang cenderung untuk menyelesaikan permasalahannya sendiri, kecuali ada beberapa pedagang yang bekerjasama dengan pedagang yang leih besar karena sudah terikat kontrak.

Kerjasama di tingkat eksportir belum berjalan dengan maksimal. Meskipun sebenarnya sudah ada asosiasi yang mewadahi mereka, misalnya AECI (Asosiasi Eksportir Cassiavera Indonesia) yang berlokasi di Padang, namun eksportir tetap mengaku bahwa mereka tidak mengetahui secara transparan harga

73 di pasar internasional. Sehingga harga yang terjadi merupakan hasil tawar- menawar dengan pembeli di luar negeri.

Kerjasama antar lembaga tataniaga yang terjadi mulai dari tingkat petani sampai pedagang kabupaten untuk komoditi kayu manis sampai dengan pengambilan sampel dinilai cukup berjalan dengan baik. Pelaku-pelaku pemasaran sudah menjalin kerjasama cukup lama dan baik. Petani berlangganan dengan pedagang pengumpul dan pedagang kabupaten untuk mengurangi biaya pengangkutan dan tidak perlu melakukan pencarian pasar lagi. Bahkan ada pedagang yang meminjam modal kepada petani, karena sudah saling percaya antara kedua belah pihak. Selain itu, diharapkan juga eksportir bisa membantu dalam hal keterbatasan modal di tingkat petani, maupun pedagang perantara dan pedagang besar sehingga sistem tataniaga tetap bisa berjalan dan lebih efisien.

Dokumen terkait