• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS INTERNAL DAN EKSTERNAL

PROGRAM UMUM PARMUSI TAHUN 2020 - 2025

PERSAUDARAAN MUSLIMIN INDONESIA ( PARMUSI )

IV. ANALISIS INTERNAL DAN EKSTERNAL

2.5.2. Misi :

Untuk mewujudkan visi, PARMUSI melaksanakan misi sebagai berikut :

a. Meningkatkan kualitas iman, taqwa dan tawakal ummat Islam pada Allah SWT.

b. Menanamkan akhlak mulia pada ummat

c. Memperkokoh persatuan dan pergerakan ummat

d. Meningkatkan kualitas kepemimpinan ummat, sosial-politik dan kemasyarakatan.

2.5.3. Nilai Dasar :

Untuk melaksanakan visi dan misi tersebut, anggota keluarga besar Persaudaraan Muslimin Indonesia (PARMUSI) senantiasa berpegang pada nilainilai dasar, antara lain : a. Akhlaq al karimah

b. Integritas iman dan taqwa

c. Kritis, kooperatif, demokratis, dan bertanggungjawab

d. Amar ma’ruf nahi munkar

e. Semangat untuk maju, mandiri, dan disiplin

f. Ukhuwwah dan kepeloporan

III. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud:

Program Umum ini dimaksudkan sebagai pedoman dan arahan dalam menjalankan roda organisasi, sehingga terdapat gerak langkah yang sama bagi segenap jajaran PARMUSI di setiap tingkatan.

Tujuan:

1. Untuk terlaksananya program dan kegiatan PARMUSI di setiap tingkatan organisasi, sehingga dapat memperkokoh eksistensi PARMUSI.

2. Untuk dapat mewujudkan masyarakat madani yang Islami, berorientasi keimanan, ketaqwaan, keilmuan, keadilan, kemajuan dan kebersamaan.

IV. ANALISIS INTERNAL DAN EKSTERNAL

4.1. INTERNAL

4.1.1. Organisasi dan Kepengurusan

Konsolidasi organisasi yang dilakukan, baik tingkat Pusat, Wilayah, Daerah, Cabang dan Ranting masih belum maksimal, ini terlihat dari jumlah Pengurus yang terbentuk di tingkat Provinsi dan Kab./ Kota per tanggal 18 Agustus 2020, yaitu:

a. Tingkat Provinsi baru terbentuk 31 PW PARMUSI, yaitu 88,26% dari

34 Provinsi yang ada di seluruh Indonesia. Jadi masih ada 3 Provinsi lagi yang belum terbentuk PARMUSI, yaitu Bengkulu, Kalimantan Utara dan Sulawesi

60

Barat

b. Tingkat Kab./Kota baru terbentuk di 242 Kab./Kota, yaitu 47,08% dari 514 Kab./Kota yang ada di seluruh Indonesia.

c. Keberadaan kepengurusan organisasi di tingkat pusat, provinsi dan kab./kota juga mengalami beberapa kali pergantian / resuffle karena ketidak aktifan personalia pengurus agar organisasi dapat berjalan dengan baik.

Masalah-masalah tersebut di atas disebabkan antara lain:

a. Sebagian pengurus PARMUSI mempunyai rangkap jabatan dengan

beberapa organisasi lain, baik organisasi sosial politik (Parpol) maupun organisasi sosial kemasyarakatan yang lain, sehingga waktu untuk mengurus organisasi (PARMUSI) sangatlah minim.

b. Dalam melaksanakan kegiatan organisasi, dibutuhkan tempat

sebagai pusat kegiatan berupa kantor sekretariat, namun sampai saat ini sebagian besar PARMUSI di semua tingkatan masih belum memiliki kantor tetap,

c. Dalam mengembangkan organisasi, PARMUSI membutuhkan

kerjasama yang baik dengan organisasi otonom, namun sampai saat ini keberadaan organisasi otonom PARMUSI yaitu Muslimah PARMUSI dan GM PARMUSI belum merata di seluruh tingkatan.

d. Dalam bidang manajemen organisasi, PP PARMUSI belum memiliki

Data Base atau Big Data yang akurat tentang keseluruhan organisasi, mulai dari data pengurus dari tingkat Pusat sampai ke tingkat Ranting.

e. Berkembangnya pandemi virus corona yang membatasi ruang gerak

dan mobilisasi pengurus pusat serta pengurus wilayah dalam menggerakkan konsolidasi ke daerah.

4.1.2. Sumber Daya Manusia

Ditinjau dari kualitas SDM, kepengurusan PARMUSI dari tingkat Pusat sampai Daerah, cukup memadai, tetapi secara kuantitas belum sesuai dengan paradigma baru parmusi “Conecting Moslem” dengan

gerakkan dakwahnya. Hal ini disebabkan beberapa hal :

a. PARMUSI merupakan organisasi yang lahir dari partai politik yaitu Partai Muslimin Indonesia oleh karena itu iklim organisasi sangat bernuansa politik, stigma politik yang ada membuat kader-kader yang tidak atau kurang menyukai ranah politik, tidak berkenan untuk bergabung dengan PARMUSI.Sebaliknya, kader-kader politik yang kurang menyukai dakwah, enggan aktif di Parmusi.

b. Pada awalnya, kedekatan PARMUSI dengan salah satu partai

seperti PPP, mengakibatkan perkembangan PARMUSI sangat dipengaruhi oleh perkembangan Partai tersebut, hal ini terlihat apabila pengurus PPP di setiap tingkatan banyak terdapat kader PARMUSI, maka PARMUSI akan berkembang, begitu juga

61

sebaliknya. Akan tetapi apabila terjadi konflik di PPP, maka akan terbawa ke PARMUSI.

c. Sejak paradigma baru Parmusi sebagai connecting moslem

dikembangkan pasca muktamar III tahun 2015, rekruitmen dan pengembangan sumber daya manusia lebih diarahkan ke para dai, ustadz, mubaligh dan ulama, baik di tingkat dai pembina, dai pengelola, dan dai pelaksana. Semakin berkembangnya rekruitmen dai di semua tingkatan kepengurusan, diharapkan dapat benar-benar menjadikan Parmusi sebag ormas islam yang eksis dalam gerakan dakwah ilallah melaui realisasi program Gerakan Dakwah Desa Madani. 4.2. ANALISIS EKSTERNAL 4.2.1. Agama

Dampak dari globalisasi dan berkembangnya teknologi informasi hingga menembus tembok-tembok perbatasan antarnegara sampai tingkat desa, berakibat pada mengikisnya nilai-nilai sosial dan budaya di kalangan masyarakat, sehingga akan mengancam identitas diri dan budaya bangsa Indonesia. Selain itu, terjadinya pergeseran orientasi nilai agama yang akan membuat masyarakat cenderung pada kehidupan materialisik, sekularistik serta hedonistik yang dapat menjadi penyebab meningkatnya kriminalitas, sadisme akibatnya rendahnya akhlak manusia.

Kondisi Kehidupan beragama akhir – akhir ini, semakin terasa

mengkhawatirkan, bahkan dapat dikatakan tidak menguntungkan dakwah Islamiyah di tengah-tengah umat Islam sendiri. Berbagai regulasi dan kebijakan dalam kehidupan beragama, khususnya bagi kegiatan dakwah dan ibadah umat Islam, seperti pengaturan materi khotbah jum’at, ceramah pengajian, pengintaian kegiatan dakwah sampai sertifikasi dai hingga pembiaran kekerasan terhadap ulama sungguh memprihatinkan.

Begitu juga sampai pada materi pelajaran pendidikan agama Islam mengenai semangat dan penumbuhan Ruhul Jihad dan pemahaman terhadap kepemimpinan Islam, akan dihilangkan, di tengah-tengan kegaduhan discursus Deradikalisasi. Dalam pandangan dan penilaian PARMUSI, kebijakan Kementerian Agama yang demikian, justru memicu tumbuhnya benih-benih radikalisme akibat berkembangnya rasa ketidakadilan dan kebencian yang tertanam sangat dalam pada kelompok tertentu.

Sejatinya Kementerian Agama RI dapat memberikan keharmonisan dan ketenangan pada setiap warga negara dalam melaksanakan dakwah

62

yang menebar ketakutan dan kegaduhan dalam melaksanakan kehidupan beragama.

Sebaliknya, segenap ormas islam khususnya dai-dai Parmusi, hendaknya semakin giat dan bersemangat untuk menggerakkan dakwah islamiyah sampai kepelosokpelosok desa, juga menempatkan setidaknya lima dai di satu kecamatan (one village five dais) untuk membentengi aqidah ummat dengan berbenteng di hati ummat.

4.2.2. Pendidikan

Kebijakan dunia pendidikan dan sistem pendidikan di Indonesia, dari hari kehari, tahun ke tahun, dari satu menteri berganti menteri yang lain, semakin tidak pernah menemukan sistem pendidikan yang

suistainable dalam waktu yang cukup panjang. Sistem pendidikan

Indonesia sepertinya hanya dijadikan laboratorium percobaan dari satu sistem ke sistem yang lain. Uji coba yang berbalut kebijakan ini, sangat membuang-buang engergi, bukan saja membuang energi waktu dan pikiran tapi juga energi keuangan yang menjadi beban APBN.

Salah satu strategi pembangunan pendidikkan Indonesia secara jelas dan nyata terumuskan dalam Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu pelaksanaan pendidikan agama serta akhlak mulia agar tujuan pendidikan nasional dapat terwujud yaitu peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Apalagi ada upaya upaya kelompok tertentu yang akan menghapus ketentuan dan peraturan Pendidikan Agama wajib di Sekolah.

Oleh karena itu PARMUSI mendorong pemerintah untuk secara sungguh sungguh melaksanakan Undang Undang SISDIKNAS dengan strategi dan perencanaan yang berkesinambungan, dengan sistem Kurikulum yang sesuai dan tepat untuk digunakan di Indonesia sebagai negara yang luas dengan belasan ribu pulau dan desa desa terpencil. Parmusi memandang penting mengenai kurikulum, dengan kurikulum yang tepat akan menghasilkan kualitas anak bangsa sesuai dengan yang diharapkan untuk membawa Indonesia ke arah yang lebih baik lagi.

Selain itu, sistem kurikulum yang tepat dan sesuai dengan kondisi alam Indonesia secara grografis dan demografis, harus terumuskan dalam program pendidikan di Indonesia. Apalagi ketika negeri ini tengah mengalami musibah, bencana atau wabah. Seperti yang saat ini tengah terjadi pandemi COVID-19 yang melanda bukan saja Indonesia tapi hampir dibeberapa belahan dunia.

Selama pandemi COVID-19 masih melanda Indonesia, proses belajar mengajar dalam sistem pendidikan dilakukan secara online (daring). Dengan sistem pendidikan online (daring) ini, timbul dampak positif dan negatif. Dampak positifnya, pendidikan online, secara signifkan dapat

63

membatu pemerintah melakukan pencegahan dari penularan virus corona yang lebih meluas. Akan tetapi, berdasarkan fakta di lapangan, penyelenggaraan sistem pembelajaran jarah jauh (online) ini, dalam pandangan dan analisis Parmusi justru menimbulkan banyak negatifnya ketimbang positifnya, bila sistem pembelajaran online ini diterapkan dalam waktu yang sangat panjang dan lama.

Secara ekonomi, penerapan sistem pebelajaran online yang begitu panjang dan lama diterapkan menimbulkan ketimpangan ekonomi yang semakin melebar antara pemilik modal besar (corporasi) dengan pemilik modal keci,l seperti pedagang asongan dan usaha kecil lainnya di setiap Kantin – kantin sekolah. Ribuan usaha kecil tersebut,

kehilangan pendapatan. Sementara bagi korporasi besar – yang

bergerak dalam bidang profeder dan jasa tertentu menjadi energi memperbesar bisnis dan keuntungan segelintir masyarakat pebisnis. PARMUSI mensinyalir ada corporasi yang mengambil kesempatan dalam kesempitan selama masa pademi covid-19 ini berlangsung. Indikasi ini secara mengejutkan terungkap dari kebijakan Kementerian Pendidikan Nasional yang meluncurkan kebijakan Program Organisasi Penggerak (POP) Pendidikan yang melibatkan dua corporasi besar menjadi leading sectornya. Program Kemendiknas ini menjadi sorotan masyarakat, ketika dua organisasi besar yaitu Muhammadiyah dan NU menolak keikutsertaannya dalam program POP ini.

4.2.3. Politik

1. Sistem Politik:

Fenomena dan terbelahnya sikap politik rakyat Indonesia saat pelaksanaan Pemilu Presiden dan Legislatif (2019), merupakan catatan dan pengalaman penting bagi kehidupan politik dan kebangsaan. Fenomena tersebut tidak bisa dikatakan hanya fenomena musiman lima tahunan dalam pesta demokrasi.

PARMUSI justru melihat dan menilai, ini fenomena kehidupan politik dan kebangsaan yang sangat mengkhawatirkan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Fenomena ini bisa menjadi api yang sewaktu waktu akan membakar dan berkobar.

Dalam pandangan PARMUSI fenomena ini timbul karena sistem politik oligarki yang sedang tumbuh dan merambah pada semua sel dan struktur politik di Indonesia. Bahkan oligarki politik saat ini telah menyelimuti sistem ekonomi bangsa yang dapat menimbulkan kesenjangan kesejahteraan dan keadilan ekonomi semakin membesar.

Kondisi ini sangat mengkhawatirkan kehidupan berbangsa dan bernegara. PARMUSI mendorong kepada MPR dan DPR RI untuk kembali melakukan kajian kemungkinan sistem pemilihan umum

64

untuk kembali ke UUD 1945 yang asli (yang disahkan pada 18 Agusts 1945, tanpa amandemen), khususnya mengembalikan sistem politik kepada nilai-nilai yang terkandung dalam sila ke4 Pancasila, yaitu “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan”.

Sistem pemilihan secara langsung ini berdampak pada terjadinya konflik sosial hampir di seluruh wilayah Indonesia, terutama menjelang dan paska pemilihan presiden, gubernur sampai pada

pemilihan walikota dan bupati. Kerusuhan masa sampai

menimbulkan korban yang tidak sedikit. Ini mencerminkan bahwa partai politik masih lemah karena masih bertumpu pada kepentingan golongan.

2. Ideologi Komunisme:

Mengkaji dan mengkritisi Rancangan Undang-undang Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP) yang yang merupakan inisiatif DPR RI, ada beberapa hal yang menjadi catatan kritis, antara lain substansi RUU tersebut berpotensi mendegradasi Pancasila dan diyakini dapat dijadikan alat untuk mengembalikan paham komunisme di Indonesia. Keyakinan itu didasarkan sebagaimana tertuang dalam pasal 7 RUU HIP, ciri pokok Pancasila berupa trisila, yaitu: sosio-nasionalisme, sosio-demokrasi, serta ketuhanan yang berkebudayaan. Trisila terkristalisasi dalam ekasila, yaitu gotong-royong.

Hal tersebut nyata-nyata merupakan upaya pengaburan dan penyimpangan makna dari Pancasila dan secara terselubung melumpuhkan Sila Pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, yang sudah ditetapkan pada UUD Tahun 1945 pasal 29 ayat (1). Dengan menghilangkan Sila Pertama, maka RUU ini akan menyingkirkan peran agama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan demikian hal ini adalah bentuk pengingkaran terhadap keberadaan Pembukaan dan Batang Tubuh UUD Tahun 1945 sebagai Dasar Negara, sehingga bermakna pula sebagai pembubaran NKRI.

4.3. Bonus Demografi:

Jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Bahkan, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memproyeksikan bahwa jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2035 mendatang berjumlah 305,6 juta jiwa. Jumlah ini meningkat 14,2 persen dari tahun 2019 yang sebesar 267 juta jiwa.

Namun demikian, peningkatan jumlah penduduk Indonesia tersebut dibarengi dengan meningkatnya penduduk berusia produktif (usia 15 tahun sampai 65 tahun). Hal inilah yang menyebabkan Indonesia telah memasuki bonus

65

demografi (rasio ketergantungan terhadap penduduk tak produktif) sejak tahun 2012, yakni 49,6 persen. Atas dasar itu, penduduk Indonesia yang produktif lebih banyak daripada penduduk yang tak produktif.

Bonus demografi akan berdampak pada peningkatan tenaga kerja yang besar dan peningkatan peran perempuan dalam bidang ekonomi. Apabila hal tersebut dimanfaatkan secara maksimal maka Indonesia akan menjadi negara yang berdaya saing tinggi.

4.4. Ekonomi

Lima atau sepuluh tahun kedepan, tanah dan sumberdaya manusia bukan lagi sebagai aset yang dapat diarahkan sebagai sumber kesejahteraan dan kemakmuran suatu bangsa. Sementara politik, bukan lagi dilaksanakan dan

digunakkan untuk membuat kebijakan dalam rangka mewujudkan

kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Politik hanya sebagai alat menguat legitimasi pemegang kekuasaan yang mengendalikan kehidupan masa depan.

Dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan saat ini, tidak disadari bahwa sesungguhnya yang memegang kekuasaan dan pengendali kehidupan masa yang akan datang adalah data dan informasi yang tertata dan tersistem (itulah yang disebut big data). Big data merupakan sistem dan struktur teknologi yang mampu merubah dan menggeser aktivitas kehidupan manusia, baik kehidupan politik sosial budaya maupun ekonomi.

Dalam bidang ekonomi, big data dapat membawa aktivitas ekonomi pada era yang disebut dengan “ekonomi digital”. Ekonomi digital adalah seluruh aktivitas dan faktor faktor ekonomi dan produksi dikendalikan atau dikerjakan secara digital atau mekanis. Pelaksanaan ekonomi digital, secara alamiah akan memangkas waktu dan tenaga kerja sebagai faktor produksi, sehingga akan berdampak pada meningkatnya tingkat pengangguran.

Akan tetapi dengan ekonomi digital akan merubah dan menggeser budaya kerja masyarakat agar lebih produktif dan optimal. Teknologi – teknologi sederhana sebagai instrumen dari aktivitas ekonomi digital sangat membantu masyarakat untuk beraktivtas ekonomi dan bisnis pada setiap level kehidupan masyarakat dengan semangat ekonomi berkeadilan. Ekonomi berkeadilan adalah aktivitas dan kegiatan ekonomi yang dapat diakses dan dilakukan oleh setiap masyarakat khususnya masyarakat desa dan akar rumput.

4.5. Lingkungan Hidup

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Dalam lingkungan hidup terdapat ekosistem, yaitu tatanan

66

unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup.

Eksploitasi sumber daya alam yang tidak mempertimbangkan keberlangsungan suatu ekosistem, akan merusak lingkungan dan dampaknya akan berpengaruh pada kelangsungan hidup makhluk hidup termasuk manusia. Kerusakan ekosistem disebabkan antara lain; penambangan liar, perusakan hutan, penangkapan ikan dengan menggunakan bom,

Perusakan hutan dan penambangan secara liar dapat menyebabkan rusaknya lingkungan yang dapat menimbulkan bahaya banjir, polusi udara, polusi tanah yang berdampak pada rendahnya kualitas hidup manusia.

Dokumen terkait