• Tidak ada hasil yang ditemukan

Trimming I Absolut Fit

3. Analisis Jalur Setelah Trimming

Pengaruh Variabel Estimasi Probabilitas Kesimpulan Inflasi - - > DPK -0.308 0.000 Signifikan Kurs - - > DPK -0.145 0.000 Signifikan SBI - - > DPK 0.412 0.000 Signifikan M2 - - > DPK 1.029 0.000 Signifikan Inflasi - - > PUAB 0.901 0.000 Signifikan SBI - - > PUAB -0.809 0.002 Signifikan M2 - - > PUAB -1.095 0.000 Signifikan DPK - - > PUAB 1.310 0.000 Signifikan (Sumber: Data diolah)

Dikarenakan terjadi trimming yaitu dengan membuang bagian jalur

yang tidak signifikan, maka dari itu penelitian selanjutnya bertujuan sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis pengaruh Inflasi, Suku Bunga SBI dan Jumlah Uang Beredar (M2) terhadap DPK.

2. Untuk menganalisis pengaruh Inflasi, Nilai Tukar (Kurs), Suku Bunga SBI, Jumlah Uang Beredar (M2) dan DPK terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB).

3. Analisis Jalur Setelah Trimming

Pengujian analisis jalur setelah trimming terdiri dari 2 (dua) sub

struktur. Yang pertama adalah menganalisis pengaruh antara pengaruh Inflasi, Suku Bunga SBI dan Jumlah Uang Beredar (M2) terhadap DPK

94 baik secara simultan maupunparsial. Yang kedua menganalisis pengaruh Inflasi, Nilai Tukar (Kurs), Suku Bunga SBI, Jumlah Uang Beredar (M2) dan DPK terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB) baik secara simultan maupun parsial. Dari hasil perhitungan setelah trimming dengan menggunakan AMOS 16, maka dapat digambarkan

diagram jalur setelah trimming sebagai berikut.

Gambar 4.11

Hasil Perhitungan Diagram Jalur Setelah Trimming

(Sumber : Output Amos 16)

Tabel 4.14

Hasil Korelasi antara Inflasi, Kurs, SBI dan M2 setelah Trimming Korelasi Antar Variabel Estimasi Probabilitas Inflasi < - - > M2 -0.543 0.000

M2 < - -> Kurs 0.266 0.038 M2 < - -> SBI -0.578 0.000 Inflasi < - -> SBI 0.890 0.000 (Sumber : Data diolah)

INFLASI

KURS

SBI

M2

.89

DPK

.28

PUAB

-.54 .27 -.58 .89 -.31 -.15 .41 1.03 .90 -1.10 1.31 -.81

e1 e2

95 Korelasi antara Inflasi, Nilai Tukar (Kurs), Suku Bunga SBI dan Jumlah Uang Beredar (M2) kelompok Bank Pembangunan Daerah (BPD) di Indonesia tidak berbeda dengan analisis korelasi sebelum trimming.

a. Analisis Jalur Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar (Kurs), Suku Bunga SBI dan Jumlah Uang Beredar (M2) Terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) Secara Simultan dan Parsial

Adapun gambar hasil analisis diagram jalur sub struktur pertama adalah sebagai berikut.

Gambar 4.12

Diagram Jalur Sub Struktur I Setelah Trimming

(Sumber : Output Amos 16)

Agar lebih jelas diagram jalur tersebut disajikan dalam bentuk ringkasan tabel sebagai berikut.

INFLASI

KURS

SBI

M2

.89

DPK

-.54 .27 -.58 .89 -.31 -.15 .41 1.03

e1

96 Tabel 4.15

Hasil Uji Pengaruh antara Inflasi, Kurs, SBI dan M2 terhadap DPK Pengaruh antar variable Estimasi Probabilitas R Square Inflasi - - > DPK -0.308 0.000

0.891 Kurs - - > DPK -0.145 0.000

SBI - - > DPK 0.412 0.000 M2 - - > DPK 1.029 0.000 (Sumber : Data diolah)

Besarnya pengaruh variabel Inflasi, Suku Bunga SBI dan Jumlah Uang Beredar (M2) terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) secara simultan adalah 89,1%, sedangkan sisanya sebesar 10,9% (100%-89,1%) dipengaruhi oleh variabel-variabel lain diluar model ini.

1) Pengaruh Antara Variabel Inflasi Terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK)

Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,000 < 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel Inflasi dengan Dana Pihak Ketiga (DPK). Besarnya pengaruh Inflasi dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar -0.308 atau -30,8%.

Inflasi memiliki pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK). Artinya, apabila Inflasi mengalami kenaikan, maka jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) akan mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Patria Yunita (2007) bahwa inflasi memiliki pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap dana pihak ketiga. Ini berarti apabila terjadi peningkatan inflasi, maka Dana

97 Pihak Ketiga akan mengalami penurunan diakibatkan oleh penarikan dana oleh nasabah untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya. Selain tingkat suku bunga, besarnya saving

masyarakat juga dipengaruhi oleh tingkat inflasi ekonomi negara.

Hasil tersebut juga sejalan dengan penelitian Rossar Maries (2008:65) yang menyatakan bahwa dampak yang ditimbulkan dari inflasi adalah berkurangnya pendapatan riil masyarakat yang diakibatkan turunnya nilai riil uang. Dengan turunnya nilai riill uang tersebut mengakibatkan pendapatan riil yang diperoleh menjadi berkurang. Berkurangnya pendapatan yang diperoleh mengakibatkan kemampuan nasabah untuk menabung atau untuk menyimpan uangnya di bank menjadi turun, karena pendapatan yang diperoleh habis digunakan untuk konsumsi.

2) Pengaruh Antara Variabel Nilai Tukar (Kurs) Terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK)

Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,000 < 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel Nilai Tukar (Kurs) dengan Dana Pihak Ketiga (DPK). Besarnya pengaruh Nilai Tukar (Kurs) dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar -0.145 atau -14,5%.

Nilai Tukar (Kurs) memiliki pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK). Artinya, apabila nilai tukar mengalami kenaikan, maka jumlah DPK akan mengalami

98 penurunan, begitu juga sebaliknya. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Darna (2006:80) bahwa nilai tukar (exchange rate) berpengaruh signifikan dan negatif terhadap

jumlah DPK. Menurutnya, depresiasi nilai tukar diikuti dengan kenaikan tingat bunga yang akan berpengaruh langsung terhadap menurunnya kegiatan ekonomi di sektor riil yang merupakan sektor utama bagi penyaluran dana perbankan syariah. Selain itu, kenaikan suku bunga dapat mendorong para nasabah kelompok rasional pada perbankan syariah untuk menarik dana simpanannya untuk dipindahkan ke bank konvesional. Alasannya adalah dengan tingkat bunga yang tinggi dan nilai tukar rupiah yang terdepresiasi secara tajam, tingkat bagi hasil perbankan syariah tidak mungkin dapat bersaing dengan tingkat bunga bank konvensional. Sehingga saat rupiah terdepresiasi akan berpengaruh secara langsung pada peningkatan jumlah DPK bank konvensional. Hasil tersebut juga sejalan dengan penelitian Pariyo (2004) apabila Rupiah mengalami depresiasi (penurunan nilai mata uang dalam negeri/Rupiah terhadap mata uang luar negeri/USD), maka DPK mengalami kenaikan, sebaliknya jika Rupiah mengalami Apresiasi maka DPK akan mengalami penurunan.

99 3) Pengaruh Antara Suku Bunga SBI Terhadap Dana Pihak Ketiga

(DPK)

Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,000 < 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel suku bunga SBI dengan Dana Pihak Ketiga (DPK). Besarnya pengaruh suku bunga SBI dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 0.412 atau 41,2%.

Suku bunga SBI memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK). Artinya, apabila suku bunga SBI mengalami kenaikan, maka jumlah DPK juga akan mengalami kenaikan. Teorinya, tingkat suku bunga SBI mempengaruhi perbankan konvensional dalam menentukan tingkat bunga simpanan dan kredit. Semakin tinggi tingkat suku bunga SBI maka tingkat suku simpanan dan kredit yang ditawarkan oleh bank juga akan semakin tinggi. Pada umumnya, nasabah bank di Indonesia sangat tertarik terhadap suku bunga simpanan yang ditawarkan oleh bank. Saat suku bunga simpanan tinggi, para nasabah lebih memilih untuk menyimpan uangnya di bank. Oleh karena itu, jumlah DPK bank juga mengalami peningkatan. Teori ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hamid Ponco (2006) dalam Ilman Rahdiyat (2009:92) bahwa dari sisi konsumen (deposan) meningkatnya suku bunga akan menyebabkan dana pihak ketiga (DPK) perbankan meningkat.

100 4) Pengaruh Antara Jumlah Uang Beredar (M2) Terhadap Dana Pihak

Ketiga (DPK).

Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,000 < 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara Jumlah Uang Beredar (M2) terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK). Besarnya pengaruh Jumlah Uang Beredar (M2) terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar atau 1,029 atau 102,9%.

Jumlah Uang Beredar (M2) memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK). Artinya, apabila Jumlah Uang Beredar (M2) mengalami kenaikan, maka jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rossar Maries (2008:78) bahwa jumlah M2 memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap DPK. Ini berarti apabila jumlah M2 mengalami peningkatan menyebabkan jumlah DPK yang dihimpun juga mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan karena dengan peningkatan jumlah M2, memberikan tambahan dana segar bagi perbankan nasional secara umum. Peningkatan jumlah M2 juga menandakan kenaikan minat dan kepercayaan masyarakat untuk menabung atau melakukan investasi pada deposito berjangka. Maka jumlah DPK meningkat seiring

101 dengan minat dan kepercayaan masyarakat untuk menabung atau melakukann investasi pada deposito berjangka di bank.

b. Analisis Jalur Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar (Kurs), Suku Bunga SBI, Jumlah Uang Beredar (M2) dan Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB) Secara Simultan dan Parsial

Adapun gambar hasil analisis diagram jalur sub struktur kedua adalah sebagai berikut.

Gambar 4.13

Diagram Jalur Sub Struktur II Setelah Trimming

(Sumber : Output Amos 16)

Agar lebih jelas diagram jalur tersebut disajikan dalam bentuk ringkasan tabel sebagai berikut.

INFLASI

SBI

M2

DPK

.28

PUAB

-.54 -.58 .89 .90 -1.10 1.31 -.81

e2

102 Tabel 4.16

Hasil Uji Pengaruh Inflasi, SBI, M2 dan DPK terhadap Volume Transaksi PUAB

Pengaruh antar variable Estimasi Probabilitas R Square Inflasi - - > PUAB 0.901 0.000

0.279 SBI - - > PUAB -0.809 0.002

M2 - - > PUAB -1.095 0.000 DPK - - > PUAB 1.310 0.000

(Sumber : Data diolah)

Besarnya pengaruh variabel Inflasi, Nilai Tukar (Kurs), Suku Bunga SBI, Jumlah Uang Beredar (M2) dan Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB) secara simultan adalah 27,9%, sedangkan sisanya sebesar 72,1% (100%-27,9%) dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar model ini. Besarnya pengaruh Inflasi terhadap Volume Transaksi PUAB sebesar 0,901 atau 90,1%, pengaruh Suku Bunga SBI terhadap Volume Transaksi PUAB sebesar -0,809 atau -80,9%, pengaruh Jumlah Uang Beredar (M2) terhadap Volume Transaksi PUAB sebesar -1,095 atau -109,5%, dan pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Volume Transaksi PUAB sebesar 1,310 atau 131%.

1) Pengaruh Pengaruh Antara Variabel Inflasi Terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB)

Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,000 < 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel Inflasi terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB). Besarnya pengaruh Inflasi

103 terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB) sebesar 0,891 atau 89,1%.

Inflasi memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB). Artinya, apabila Inflasi mengalami kenaikan, maka volume transaksi PUAB juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tony Hidayat (2007:112) bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dan positif antara inflasi dan PUAS. Dampak dari kenaikan inflasi salah satunya adalah menurunkan pendapatan riil masyarakat. Menurunnya pendapatan riil masyarakat menyebabkan Non

Performing Financing (NPF) bank meningkat. Sehingga, dalam hal

ini perilaku perbankan cenderung risk averse dengan menaruh

kelebihan likuiditasnya di pasar uang antar bank, dari pada menyalurkannnya ke kredit saat tingkat inflasi meningkat. Di sisi lain, kenaikan inflasi akan direspon oleh Bank Indonesia dengan menaikan suku bunga SBI, hal ini juga menyebabkan kenaikan tingkat suku bunga kredit. Saat tingkat suku bunga kredit naik, akan mengurangi minat masyarakat untuk mengajukan kredit kepada bank. Sehingga bank akan cenderung menaruh kelebihan likuditasnya di pasar uang antar bank dari pada menyalurkannya dalam bentuk kredit kepada masyarakat saat tingkat inflasi tinggi.

104 2) Pengaruh Antara Variabel Suku Bunga SBI Terhadap Volume

Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB)

Hasil perhitungan menunjukkan angka 0.004 < 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel Suku Bunga SBI terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB). Besarnya pengaruh Suku Bunga SBI terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB) sebesar -0,782 atau -78,2%.

Suku bunga SBI memiliki pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap volume transaksi PUAB. Artinya, apabila suku bunga SBI meningkat maka volume transaksi PUAB akan menurun. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Zulmi (2002:62) bahwa suku bunga SBI memiliki pengaruh signifikan dan negatif terhadap volume transaksi PUAB. Transaksi keuangan yang terjadi di pasar uang antar bank (PUAB) lebih banyak digunakan untuk memanfaatkan kelebihan atau menutupi kekurangan likuiditas. Alternative penanam dalam PUAB merupakan suatu hal yang perlu dipertimbangkan, karena selain untuk tujuan likuiditas, juga harus mempertimbangkan tingkat resiko dan tingkat income yang akan

diperoleh dari transaksi tersebut. Apabila suku bunga PUAB lebih tinggi dari suku bunga SBI, maka bank-bank lebih cenderung untuk menempatkan dananya di PUAB. Sebaliknya, apabila suku bunga SBI lebih tinggi dari suku bunga PUAB, bank-bank lebih

105 cenderung menempatkan dananya di SBI. Hasil tersebut juga sejalan dengan penelitian Zainuddin H. Nasution (2002:80) bahwa suku bunga akan naik sebagai respon dari melemahnya nilai tukar rupiah. Kecenderungan suku bunga tercermin dari naiknya suku bunga SBI. Meningkatnya suku bunga SBI, berdampak pada naiknya suku bunga jangka pendek seperti PUAB. Saat suku bunga PUAB mengalami kenaikan, maka pihak bank yang kelebihan dana (kredior) akan menempatkan dananya di pasar uang antar bank, guna memperoleh pendapatan daripada membiarkan dananya menganggur (idle fund).

3) Pengaruh Antara Variabel Jumlah Uang Beredar (M2) Terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB)

Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,004 < 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel Jumlah Uang Beredar (M2) terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB). Besarnya pengaruh Jumlah Uang Beredar (M2) terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB) sebesar -1,028 atau -102,8%.

Jumlah Uang Beredar (M2) memiliki pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB). Artinya, apabila terjadi kenaikan Jumlah Uang Beredar (M2), maka Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB)

106 akan mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya. Menurut teori Sadono Sukirno (2005:233) salah satu kebijakan moneter yang dilakukan pemerintah dalam mengatur jumlah uang yang beredar adalah dengan operasi pasar terbuka, yaitu Bank Sentral membuat perubahan-perubahan ke atas jumlah uang yang beredar dengan cara melakukan jual beli surat-surat berharga. Pada waktu perekonomian sedang mengalami resesi, untuk mendorong kegiatan ekonomi, maka uang beredar perlu ditambah. Bank Sentral dapat menciptakan keadaan seperti itu dengan membeli surat-surat berharga. Uang beredar akan bertambah karena apabila Bank Sentral melakukan pembayaran atas pembeliannya itu, maka cadangan pada bank-bank akan bertambah tinggi. Dengan adanya kelebihan cadangan tersebut mereka dapat memberi pinjaman lebih banyak kepada nasabah.

4) Pengaruh Antara Variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) Terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB)

Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,000 < 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) dengan Volume Transaksi PUAB. Besarnya pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) dengan Volume Transaksi PUAB sebesar 1,262 atau 126,2%.

107 Dana Pihak Ketiga (DPK) memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap Volume Transaksi PUAB. Artinya, apabila terjadi kenaikan terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK), maka volume transaksi PUAB juga akan mengalami kenaikan. Hasil ini sesuai dengan teori Selamet Riyadi (2006:26) bahwa semua sumber dana yang diperoleh dari Simpanan Giro, Tabungan dan Deposito akan dikumpulkan kemudian dialokasikan berurutan sesuai dengan kebutuhannya. Mula-mula dari Primary Reserve, Secondary

Reserve kemudian penempatan pada Inter Bank Money Market

(Pasar Uang Antar Bank). Menurut Dahlan Siamat (2005:441) salah satu fungsi adanya pasar uang antar bank adalah untuk menjembatani adanya kesenjangan antara penerimaan dan pengeluaran dana. Secara teori, kenaikan inflasi akan direspon oleh Bank Indonesia dengan menaikkan suku bunga SBI, hal ini juga menyebabkan kenaikan suku bunga perbankan baik suku bunga DPK maupun kredit. Kenaikan suku bunga DPK mengakibatkan naiknya DPK sehingga menyebabkan likuiditas perbankan meningkat. Bank akan menaruh likuiditasnya di pasar uang antar bank saat terdapat kelebihan likuiditas guna memperoleh pendapatan lebih daripada membiarkan dananya menganggur (idle fund).

108 c. Uji Kesesuaian Model (Goodness of Fit) Setelah Trimming

Untuk mengetahui apakah model tersebut sudah sesuai atau belum, maka dilakukan uji kesesuaian model (Goodness of Fit) sebagai

berikut:

Tabel 4.17

Hasil Uji Goodness of Fit Setelah Trimming

(Sumber : Data diolah)

Dilihat dari nilai chi-square sebesar 0.154 dengan probabilitas

0,694 yang jauh diatas 0,05 dapat disimpulkan bahwa data empiris sesuai dengan model. Begitu juga apabila dilihat dari kriteria fit lainnya seperti CMIN/DF ( 2

χ /df) sebesar 0,154 yang dapat disimpulkan bahwa model sangat baik karena berada dibawah 2. Laporan Statistik Nilai yang Direkomendasikan (Imam Ghozali, 2008) Hasil Keterangan Absolut Fit 2

χ

(prob.) Tidak signifikan (p > 0.05) 0.154(0.694) Model cocok

Df 1 2 χ /df 5 < 2 0.154 Good fit RMSEA < 0.1 < 0.05 < 0.01 0.05 ≤x≤ 0.08 0.000 Good fit

GFI > 0.9 0.999 Good fit

Incremental Fit

AGFI ≥ 0.9 0.983 Good fit

TLI ≥ 0.9 1.044 Good fit

NFI ≥ 0.9 0.999 Good fit

Parsimonious Fit

PNFI 0-1.0 0.067 Lebih besar

lebih baik

PGFI 0-1.0 0.048 Lebih besar

109 Begitu juga apabila dilihat dari krteria fit lainnya seperti GFI, TLI, NFI, AGFI yang berada di atas 0,90 yang dapat disimpulkan bahwa model sangat baik. Nilai PNFI dan PGFI masih relatif kecil yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan model yang signifikan. Menurut Imam Ghozali (2008:71) apabila salah satu kriteria tidak fit maka dapat melihat kriteria fit yang lainnya.

d. Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung

Beberapa pengaruh langsung dan tidak langsung (melalui Dana Pihak Ketiga (DPK) ; Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB) serta melaui Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB)) dan pengaruh total dari Inflasi, Nilai Tukar (Kurs), Suku Bunga SBI, Jumlah Uang Beredar (M2) dan Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB) dapat dilihat pada tabel dan uraian sebagai berikut:

i. Pengaruh antara variabel Inflasi terhadap Dana Pihak Ketiga

(DPK)

Inflasi memiliki pengaruh langsung/pengaruh total terhadap DPK sebesar -0,308.

ii. Pengaruh antara Inflasi terhadap Volume Transaksi Pasar Uang

Antar Bank (PUAB).

Inflasi memiliki pengaruh langsung pada Volume Transaksi PUAB sebesar 0,901. Pengaruh tidak langsung Inflasi terhadap Volume Transaksi PUAB melalui DPK sebesar -0,403 ( -0,308 x 1,310 ).

110 Pengaruh Total Inflasi terhadap Volume Transaksi PUAB sebesar 0,498 ( 0,901 + (-0,403)).

iii. Pengaruh Nilai Tukar (Kurs) terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK)

Kurs memiliki pengaruh langsung/pengaruh total terhadap DPK sebesar -0,145.

iv. Pengaruh Suku Bunga SBI terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK)

Suku Bunga SBI memiliki pengaruh langsung/pengaruh total pada DPK sebesar 0,412.

v. Pengaruh Suku Bunga SBI terhadap Volume Transaksi Pasar Uang

Antar Bank (PUAB)

Suku Bunga SBI memiliki pengaruh langsung terhadap Volume Transaksi PUAB sebesar -0,809. Pengaruh tidak langsung Suku Bunga SBI terhadap Volume Transaksi PUAB melalui DPK sebesar 0,54 ( 0,412 x 1,310 ). Pengaruh Total Suku Bunga SBI terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB) sebesar -0,269 ( -0.809 + 0,54).

vi. Pengaruh Jumlah Uang Beredar (M2) terhadap Dana Pihak Ketiga

(DPK)

Jumlah Uang Beredar (M2) memiliki pengaruh langsung/pengaruh total terhadap DPK sebesar 1,029.

vii. Pengaruh Jumlah Uang Beredar (M2) terhadap Volume Transaksi

111 Jumlah Uang Beredar (M2) memiliki pengaruh langsung terhadap Volume Transaksi PUAB sebesar -1,095. Pengaruh tidak langsung Jumlah Uang Beredar (M2) terhadap Volume Transaksi PUAB melalui DPK sebesar 1,348 ( 1,029 x 1,310 ). Pengaruh Total Jumlah Uang Beredar (M2) terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB) sebesar 0,253 ( -1,095 + 1,348).

viii. Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Volume Transaksi

Pasar Uang Antar Bank (PUAB)

DPK memiliki pengaruh langsung/pengaruh total terhadap Volume Transaksi PUAB sebesar 1,310.

Tabel 4.18

Rangkuman Dekomposisi dari Koefisien Jalur, Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung, dan Pengaruh Total tentang Inflasi (X1), Kurs (X2), SBI

(X3), M2 (X4), dan DPK (Y) terhadap PUAB (Z)

Pengaruh variabel

Pengaruh Kausal

Langsung Tidak Langsung Total Melalui Y X1→ Y -0.308 - -0.308 X1→ Z 0.901 -0.403 0.498 X2→ Y -0.145 - -0.145 X3→ Y 0.412 - 0.412 X3→ Z -0.809 0.54 -0.269 X4→ Y 1.029 - 1.029 X4→ Z -1.095 1.348 0.253 Y → Z 1.310 - 1.310

112 3. Interpretasi Hasil

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disusun persamaan path analysis

setelah trimming sebagai berikut :

1. Persamaan Sub Struktur I

DPK = -0,308 Inflasi – 0,145 Kurs + 0,412 SBI + 1,029 M2 + 0,109ε1 ; R square = 0,891

Hasil pengujian setalah trimming secara simultan, diketahui variabel

Inflasi, Suku Bunga SBI dan Jumlah Uang Beredar (M2) berpengaruh signifikan terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Bank Pembangunan Daerah (BPD).

Hasil pengujian secara parsial, diketahui variabel Inflasi memiliki pengaruh signifikan dan negatif terhadap DPK pada Bank Pembangunan Daerah (BPD). Artinya, apabila terjadi kenaikan tingkat inflasi, maka jumlah DPK akan mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Patria Yunita (2007) bahwa inflasi memiliki pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap dana pihak ketiga. Ini berarti apabila terjadi peningkatan inflasi, maka Dana Pihak Ketiga akan mengalami penurunan diakibatkan oleh penarikan dana oleh nasabah untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya.

Nilai Tukar (Kurs) memiliki pengaruh signifikan dan negatif terhadap jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Bank Pembangunan Daerah (BPD). Hasil ini sesuai dengan penelitian Darna (2006:80) bahwa nilai tukar (exchange rate) berpengaruh signifikan dan negatif terhadap jumlah

113 DPK. Menurutnya, depresiasi nilai tukar diikuti dengan kenaikan tingat bunga yang akan berpengaruh langsung terhadap menurunnya kegiatan ekonomi di sektor riil yang merupakan sektor utama bagi penyaluran dana perbankan syariah. Selain itu, kenaikan suku bunga dapat mendorong para nasabah kelompok rasional pada perbankan syariah untuk menarik dana simpanannya untuk dipindahkan ke bank konvesional. Alasannya adalah dengan tingkat bunga yang tinggi dan nilai tukar rupiah yang terdepresiasi secara tajam, tingkat bagi hasil perbankan syariah tidak mungkin dapat bersaing dengan tingkat bunga bank konvensional. Sehingga saat rupiah terdepresiasi akan berpengaruh secara langsung pada peningkatan jumlah DPK bank konvensional.

Suku Bunga SBI memiliki pengaruh signifikan dan positif terhadap jumlah DPK Bank Pembangunan Daerah (BPD). Artinya, apabila Suku Bunga SBI mengalami kenaikan, maka jumlah DPK juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hamid Ponco (2006) dalam Ilman Rahdiyat (2009:92) bahwa suku bunga SBI berpengaruh signifikan dan positif terhadap jumlah DPK. Tingkat suku bunga SBI mempengaruhi perbankan konvensional dalam menentukan tingkat bunga simpanan dan kredit. Semakin tinggi tingkat suku bunga SBI maka tingkat suku simpanan dan kredit yang ditawarkan oleh bank juga akan semakin tinggi. Pada umumnya, nasabah bank di Indonesia sangat tertarik terhadap suku bunga simpanan yang ditawarkan oleh bank. Saat suku bunga simpanan tinggi, para nasabah

114 lebih memilih untuk menyimpan uangnya di bank. Oleh karena itu, jumlah DPK bank juga mengalami peningkatan.

Jumlah Uang Beredar (M2) miliki pengaruh signifikan dan positif terhadap jumlah DPK. Artinya, apabila terjadi kenaikan jumlah M2, maka jumlah DPK juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rossar Maries (2008:78)

Dokumen terkait