• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Jalur Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar (Kurs), Jumlah Uang Beredar (M2) dan Suku Bunga SBI terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) serta

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

2. Analisis Jalur Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar (Kurs), Jumlah Uang Beredar (M2) dan Suku Bunga SBI terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) serta

Implikasinya terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB) Pada Bank Pembangunan Daerah (BPD)

Analisis jalur ini dibagi menjadi dua substruktur. Substruktur yang pertama menganalisis pengaruh inflasi, Nilai Tukar (Kurs), suku bunga SBI dan jumlah uang beredar (M2) sebagai variabel eksogen terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) sebagai variabel endogen. Substruktur yang kedua menganalisis pengaruh inflasi, Nilai Tukar (Kurs), suku bunga SBI, jumlah uang beredar (M2) dan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebagai variabel eksogen terhadap volume transaksi PUAB sebagai variabel endogen. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan AMOS 16, maka dapat digambarkan diagram jalur sebagai berikut.

70 Gambar 4.8

Diagram Jalur dengan Hasil Perhitungan

(Sumber: Data diolah) a. Analisis Korelasi

Korelasi antara Inflasi, Nilai Tukar (Kurs), Suku Bunga SBI dan Jumlah Uang Beredar (M2) dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.7

Hasil Korelasi Inflasi, Nilai Tukar (Kurs), Suku Bunga SBI dan Jumlah Uang Beredar (M2)

Korelasi Antar Variabel Estimasi Probabilitas Inflasi < - - > M2 -0.543 0.000 M2 < - -> Kurs 0.266 0.038 M2 < - -> SBI -0.578 0.000 Inflasi < - -> Kurs 0.057 0.644 Kurs < - -> SBI 0.049 0.692 Inflasi < - -> SBI 0.890 0.000

(Sumber: Data diolah)

INFLASI

KURS

SBI

M2

.89

DPK

.28

PUAB

-.54 .27 -.58 .05 .06 .89 -.31 -.15 .41 1.03 .89 -1.03 1.26 -.05 -.78

e1 e2

71 1) Korelasi antara Inflasi terhadap Jumlah Uang Beredar (M2)

Berdasarkan perhitungan, diperoleh angka korelasi antara variabel Inflasi terhadap Jumlah Uang Beredar (M2). Untuk menafsirkan angka tersebut digunakan kriteria sebagai berikut: 0 – 0,25 : Korelasi sangat lemah (dianggap tidak ada) > 0,25 – 0,5 : Korelasi cukup kuat

> 0,5 – 0,75 : Korelasi kuat > 0,75 – 1 : Korelasi sangat kuat

Untuk pengujian lebih lanjut, maka diajukan hipotesis:

Ho : Tidak ada hubungan korelasi yang signifikan antara dua variabel.

Ha : Ada hubungan korelasi yang signifikan antara dua variabel. Pengujian berdasarkan signifikan:

• Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima

• Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak

Korelasi sebesar -0,543 mempunyai maksud hubungan antara variabel inflasi terhadap jumlah uang beredar kuat dan berlawanan. Berlawanan artinya apabila terjadi kenaikan inflasi, maka jumlah uang beredar akan mengalami penurunan, dan sebaliknya. Korelasi dua variabel tersebut mempunyai probabilitas sebesar 0,000 < 0,05 maka telah cukup bukti untuk menolak Ho dan menerima Ha sehingga korelasi signifikan.

72 2) Korelasi antara Jumlah Uang Beredar (M2) terhadap Nilai Tukar

(Kurs)

Berdasarkan perhitungan, diperoleh angka korelasi antara variabel jumlah uang beredar (M2) terhadap Nilai Tukar (Kurs) sebesar 0,266. Korelasi sebesar 0,266 mempunyai maksud hubungan antara variabel jumlah uang beredar (M2) terhadap Nilai Tukar (Kurs) cukup kuat dan searah. Searah artinya jika jumlah uang beredar (M2) mengalami kenaikan maka Nilai Tukar (Kurs) juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Korelasi dua variabel tersebut mempunyai probabilitas sebesar 0,038 < 0,05 maka telah cukup bukti untuk menolak Ho dan menerima Ha sehingga korelasi signifikan.

3) Korelasi antara Jumlah Uang Beredar (M2) terhadap Suku Bunga SBI

Berdasarkan perhitungan, diperoleh angka korelasi antara variabel jumlah uang beredar (M2) terhadap suku bunga SBI sebesar -0,578. Korelasi sebesar -0,578 mempunyai maksud hubungan antara variabel jumlah uang beredar (M2) terhadap suku bunga SBI kuat dan berlawanan. Berlawanan artinya apabila terjadi kenaikan jumlah uang beredar (M2) maka tingkat suku bunga SBI akan mengalami penurunan, dan sebaliknya. Korelasi dua variabel tersebut mempunyai probabilitas sebesar 0,000 < 0,05 maka telah

73 cukup bukti untuk menolak Ho dan menerima Ha sehingga korelasi signifikan.

4) Korelasi antara Inflasi terhadap Nilai Tukar (Kurs)

Berdasarkan perhitungan, diperoleh angka korelasi antara variabel inflasi terhadap Nilai Tukar (Kurs) sebesar 0,057. Korelasi sebesar 0,057 mempunyai maksud hubungan antara inflasi terhadap variabel Nilai Tukar (Kurs) sangat lemah dan searah. Searah artinya apabila terjadi kenaikan tingkat inflasi maka Nilai Tukar (Kurs) juga akan mengalami peningkatan, dan sebaliknya. Korelasi dua variabel tersebut mempunyai probabilitas sebesar 0,644 > 0,05 maka tidak cukup bukti untuk menolak Ho dan menerima Ha sehingga korelasi tidak signifikan.

5) Korelasi antara Nilai Tukar (Kurs) terhadap Suku Bunga SBI Berdasarkan perhitungan, diperoleh angka korelasi antara variabel Nilai Tukar (Kurs) terhadap suku bunga SBI sebesar 0,049. Korelasi sebesar 0,049 mempunyai maksud hubungan antara variabel Nilai Tukar (Kurs) terhadap suku bunga SBI sangat lemah dan searah. Searah artinya apabila terjadi kenaikan Nilai Tukar (Kurs) maka suku bunga SBI juga akan mengalami peningkatan, dan sebaliknya. Korelasi dua variabel tersebut mempunyai probabilitas sebesar 0,692 > 0,05 maka tidak cukup bukti untuk menolak Ho dan menerima Ha sehingga korelasi tidak signifikan.

74 6) Korelasi antara Inflasi terhadap Suku Bunga SBI

Berdasarkan perhitungan, diperoleh angka korelasi antara variabel inflasi terhadap suku bunga SBI sebesar 0,890. Korelasi sebesar 0,890 mempunyai maksud hubungan antara variabel inflasi dan suku bunga SBI sangat kuat dan searah. Searah artinya apabila terjadi kenaikan tingkat inflasi, maka suku bunga SBI juga akan mengalami kenaikan, dan sebaliknya. Korelasi dua variabel tersebut mempunyai probabilitas sebesar 0,000 < 0,05 maka telah cukup bukti untuk menolak Ho dan menerima Ha sehingga korelasi signifikan.

b. Analisis Jalur Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar (Kurs), Suku Bunga SBI dan Jumlah Uang Beredar (M2) terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK)

Gambar hasil analisis diagram jalur Substruktur pertama adalah: Gambar 4.9

Diagram Jalur Substruktur I

(Sumber : Output AMOS 16)

INFLASI

KURS

SBI

M2

DPK

-.54 .27 -.58 .05 .06 .89 -.31 -.15 .41 1.03

e1

.89

75 Analisis jalur substruktur yang pertama adalah menganalisis pengaruh Inflasi, Nilai Tukar (Kurs), suku bunga SBI dan jumlah uang beredar (M2) terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) baik secara simultan maupun secara parsial. Untuk melihat besarnya pengaruh secara simultan dapat terlihat pada kolom estimasi pada tabel Square Multiple

Correlation. Besarnya pengaruh antara variabel secara individu dapat

terlihat dari besarnya angka estimasi pada tabel Standardized

Regression Weight. Sedangkan untuk melihat signifikansi pengaruh

antar variabel dapat terlihat pada angka di tabel Regression Weight

kolom Probability (lihat lampiran). Adapun hasil perhitungan dengan

menggunakan AMOS 16 adalah sebagai berikut. Tabel 4.8

Pengaruh antara Inflasi, Kurs, SBI dan M2 terhadap DPK Pengaruh antar variabel Estimasi Probabilitas R Square Inflasi - - > DPK -0.308 0.000

0.891 Kurs - - > DPK -0.145 0.000

SBI - - > DPK 0.412 0.000 M2 - - > DPK 1.029 0.000

(Sumber : Data diolah)

Untuk melihat pengaruh Inflasi, Nilai Tukar (Kurs), Suku Bunga SBI dan Jumlah Uang Beredar (M2) secara gabungan terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK), kita dapat melihat hasil perhitungan pada tabel 4.8 khususnya angka R square.

Besarnya angka R square (r2) adalah 0,891. Angka tersebut digunakan untuk melihat besarnya pengaruh variabel Inflasi, Nilai

76 Tukar (Kurs), Suku Bunga SBI dan Jumlah Uang Beredar (M2) secara gabungan terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) dengan cara menghitung koefisien determinasi (KD) dengan menggunakan rumus berikut: KD = r2 x 100%

KD = 0,891x 100% KD = 89,1%

Angka tersebut mempunyai maksud bahwa pengaruh variabel Inflasi, Nilai Tukar (Kurs), Suku Bunga SBI dan Jumlah Uang Beredar (M2) terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) secara simultan adalah 89,1%, sedangkan sisanya sebesar 10,9% (100%-89,1%) dipengaruhi oleh faktor lain. Dengan kata lain, variabilitas kepuasan yang dapat diterangkan dengan menggunakan variabel Inflasi, Nilai Tukar (Kurs), Suku Bunga SBI dan Jumlah Uang Beredar (M2) adalah sebesar 89,1%, sementara pengaruh yang disebabkan oleh variabel-variebel lain di luar model ini adalah sebesar 10,9%.

Untuk melihat besarnya pengaruh Inflasi, Nilai Tukar (Kurs), Suku Bunga SBI dan Jumlah Uang Beredar (M2) secara parsial, digunakan kolom estimasi pada tabel 4.8, sedangkan untuk melihat signifikansi digunakan kolom probabilitas.

77 1) Pengaruh Antara Variabel Inflasi Terhadap Dana Pihak Ketiga

(DPK).

Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara variabel inflasi dengan dana pihak ketiga (DPK), dapat melakukan langkah-langkah analisis sebagai berikut:

Ketentuan Hipotesis:

Ho : Tidak ada hubungan linier antara Inflasi terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK).

Ha : Ada hubungan linier antara Inflasi terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK).

Dengan kriteria sebagai berikut:

• Jika probabilitas penelitian < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima.

• Jika probabilitas penelitian > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak.

Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,000 < 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel Inflasi dengan Dana Pihak Ketiga (DPK). Besarnya pengaruh Inflasi dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar -0.308 atau -30,8%.

Inflasi memiliki pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK). Artinya, apabila Inflasi mengalami kenaikan, maka jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) akan mengalami

78 penurunan, begitu juga sebaliknya. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Patria Yunita (2007) bahwa inflasi memiliki pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap dana pihak ketiga. Ini berarti apabila terjadi peningkatan inflasi, maka Dana Pihak Ketiga akan mengalami penurunan diakibatkan oleh penarikan dana oleh nasabah untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya. Selain tingkat suku bunga, besarnya saving

masyarakat juga dipengaruhi oleh tingkat inflasi ekonomi negara.

Hasil tersebut juga sejalan dengan penelitian Rossar Maries (2008:65) yang menyatakan bahwa dampak yang ditimbulkan dari inflasi adalah berkurangnya pendapatan riil masyarakat yang diakibatkan turunnya nilai riil uang. Dengan turunnya nilai riill uang tersebut mengakibatkan pendapatan riil yang diperoleh menjadi berkurang. Berkurangnya pendapatan yang diperoleh mengakibatkan kemampuan nasabah untuk menabung atau untuk menyimpan uangnya di bank menjadi turun, karena pendapatan yang diperoleh habis digunakan untuk konsumsi.

2) Pengaruh Antara Variabel Nilai Tukar (Kurs) Terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK)

Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,000 < 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel Nilai Tukar (Kurs) dengan Dana

79 Pihak Ketiga (DPK). Besarnya pengaruh Nilai Tukar (Kurs) dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar -0.145 atau -14,5%.

Nilai Tukar (Kurs) memiliki pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK). Artinya, apabila nilai tukar mengalami kenaikan, maka jumlah DPK akan mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Darna (2006:80) bahwa nilai tukar (exchange rate) berpengaruh signifikan dan negatif terhadap

jumlah DPK. Menurutnya, depresiasi nilai tukar diikuti dengan kenaikan tingat bunga yang akan berpengaruh langsung terhadap menurunnya kegiatan ekonomi di sektor riil yang merupakan sektor utama bagi penyaluran dana perbankan syariah. Selain itu, kenaikan suku bunga dapat mendorong para nasabah kelompok rasional pada perbankan syariah untuk menarik dana simpanannya untuk dipindahkan ke bank konvesional. Alasannya adalah dengan tingkat bunga yang tinggi dan nilai tukar rupiah yang terdepresiasi secara tajam, tingkat bagi hasil perbankan syariah tidak mungkin dapat bersaing dengan tingkat bunga bank konvensional. Sehingga saat rupiah terdepresiasi akan berpengaruh secara langsung pada peningkatan jumlah DPK bank konvensional. Hasil tersebut juga sejalan dengan penelitian Pariyo (2004) apabila Rupiah mengalami depresiasi (penurunan nilai mata uang dalam negeri/Rupiah terhadap mata uang luar negeri/USD), maka DPK mengalami

80 kenaikan, sebaliknya jika Rupiah mengalami Apresiasi maka DPK akan mengalami penurunan.

3) Pengaruh Antara Suku Bunga SBI Terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK)

Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,000 < 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel suku bunga SBI dengan Dana Pihak Ketiga (DPK). Besarnya pengaruh suku bunga SBI dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 0.412 atau 41,2%.

Suku bunga SBI memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK). Artinya, apabila suku bunga SBI mengalami kenaikan, maka jumlah DPK juga akan mengalami kenaikan. Teorinya, tingkat suku bunga SBI mempengaruhi perbankan konvensional dalam menentukan tingkat bunga simpanan dan kredit. Semakin tinggi tingkat suku bunga SBI maka tingkat suku simpanan dan kredit yang ditawarkan oleh bank juga akan semakin tinggi. Pada umumnya, nasabah bank di Indonesia sangat tertarik terhadap suku bunga simpanan yang ditawarkan oleh bank. Saat suku bunga simpanan tinggi, para nasabah lebih memilih untuk menyimpan uangnya di bank. Oleh karena itu, jumlah DPK bank juga mengalami peningkatan. Teori ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hamid Ponco (2006) dalam Ilman Rahdiyat (2009:92) bahwa dari sisi konsumen

81 (deposan) meningkatnya suku bunga akan menyebabkan dana pihak ketiga (DPK) perbankan meningkat.

4) Pengaruh Antara Jumlah Uang Beredar (M2) Terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK).

Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,000 < 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara Jumlah Uang Beredar (M2) terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK). Besarnya pengaruh Jumlah Uang Beredar (M2) terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar atau 1,029 atau 102,9%.

Jumlah Uang Beredar (M2) memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK). Artinya, apabila Jumlah Uang Beredar (M2) mengalami kenaikan, maka jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rossar Maries (2008:78) bahwa jumlah M2 memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap DPK. Ini berarti apabila jumlah M2 mengalami peningkatan menyebabkan jumlah DPK yang dihimpun juga mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan karena dengan peningkatan jumlah M2, memberikan tambahan dana segar bagi perbankan nasional secara umum. Peningkatan jumlah M2 juga menandakan kenaikan minat dan kepercayaan masyarakat untuk menabung atau melakukan investasi

82 pada deposito berjangka. Maka jumlah DPK meningkat seiring dengan minat dan kepercayaan masyarakat untuk menabung atau melakukann investasi pada deposito berjangka di bank.

c. Analisis Jalur Pengaruh Variabel Inflasi, Nilai Tukar (Kurs), Suku Bunga SBI, Jumlah Uang Beredar (M2) dan Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB)

Adapun gambar hasil analisis diagram jalur Substruktur Kedua adalah sebagai berikut:

Gambar 4.10

Diagram Jalur Substruktur II

(Sumber : Output AMOS 16)

Analisis jalur sub struktur yang kedua adalah menganalisis pengaruh Inflasi, Nilai Tukar (Kurs), Suku Bunga SBI, Jumlah Uang Beredar (M2), dan Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB) baik secara simultan

INFLASI

KURS

SBI

M2

DPK

.28

PUAB

-.54 .27 -.58 .05 .06 .89 .89 -1.03 1.26 -.05 -.78

e2

83 maupun secara parsial. Untuk melihat besarnya pengaruh secara simultan dapat terlihat pada kolom estimasi pada tabel Square Multiple

Correlation. Besarnya pengaruh antara variabel secara individu dapat

terlihat dari besarnya angka estimasi pada tabel Standardized

Regression Weight. Sedangkan untuk melihat signifikansi pengaruh

antar variabel dapat terlihat pada angka di tabel Regression Weight

kolom Probability (lihat pada lampiran). Adapun Ringkasan hasil

perhitungan dengan menggunakan Software AMOS 16 adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.9

Pengaruh antara Inflasi, Kurs, SBI, M2 dan DPK terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB)

Pengaruh antar variabel Estimasi Probabilitas R Square Inflasi - - > PUAB 0.891 0.000 0.281 Kurs - - > PUAB -0.048 0.694 SBI - - > PUAB -0.782 0.004 M2 - - > PUAB -1.028 0.004 DPK - - > PUAB 1.262 0.000

(Sumber : Data diolah)

Untuk melihat pengaruh variabel Inflasi, Nilai Tukar (Kurs), Suku Bunga SBI, Jumlah Uang Beredar (M2) dan Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB) secara gabungan dapat dilihat pada tabel 4.9 kolom R Square.

Besarnya angka R square (r2) adalah sebesar 0,281. Angka tersebut menjelaskan bahwa pengaruh Inflasi, Nilai Tukar (Kurs), Suku Bunga SBI, Jumlah Uang Beredar (M2) dan Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB) secara

84 simultan adalah 28,1% (0,281 x 100%), sedangkan sisanya sebesar 71,9% (100% - 28,1%) dipengaruhi oleh faktor lain. Dengan kata lain, variabilitas kepuasan yang dapat diterangkan dengan menggunakan variabel Inflasi, Nilai Tukar (Kurs), Suku Bunga SBI, Jumlah Uang Beredar (M2) dan Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB) sebesar 28,1%, sementara pengaruh 71,9% disebabkan oleh variabel-variabel lain di luar model ini.

Untuk melihat besarnya pengaruh Inflasi, Nilai Tukar (Kurs), Suku Bunga SBI, Jumlah Uang Beredar (M2) dan Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB) secara parsial, digunakan kolom estimasi pada tabel 4.9, sedangkan untuk melihat signifikansi digunakan kolom probabilitas.

1) Pengaruh Antara Variabel Inflasi Terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB)

Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,000 < 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel Inflasi terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB). Besarnya pengaruh Inflasi terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB) sebesar 0,891 atau 89,1%.

Inflasi memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB). Artinya,

85 apabila Inflasi mengalami kenaikan, maka volume transaksi PUAB juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tony Hidayat (2007:112) bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dan positif antara inflasi dan PUAS. Dampak dari kenaikan inflasi salah satunya adalah menurunkan pendapatan riil masyarakat. Menurunnya pendapatan riil masyarakat menyebabkan Non

Performing Financing (NPF) bank meningkat. Sehingga, dalam hal

ini perilaku perbankan cenderung risk averse dengan menaruh

kelebihan likuiditasnya di pasar uang antar bank, dari pada menyalurkannnya ke kredit saat tingkat inflasi meningkat. Di sisi lain, kenaikan inflasi akan direspon oleh Bank Indonesia dengan menaikan suku bunga SBI, hal ini juga menyebabkan kenaikan tingkat suku bunga kredit. Saat tingkat suku bunga kredit naik, akan mengurangi minat masyarakat untuk mengajukan kredit kepada bank. Sehingga bank akan cenderung menaruh kelebihan likuditasnya di pasar uang antar bank dari pada menyalurkannya dalam bentuk kredit kepada masyarakat saat tingkat inflasi tinggi. 2)Pengaruh antara variabel Nilai Tukar (Kurs) terhadap Volume

Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB)

Hasil perhitungan menunjukkan angka 0.694 > 0,05. Maka tidak cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, tidak ada hubungan linier antara variabel Nilai Tukar (Kurs)

86 terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB). Besarnya pengaruh Nilai Tukar (Kurs) terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB) sebesar -0,048 atau -4,8%.

Nilai Tukar (Kurs) memiliki pengaruh yang tidak signifikan dan negatif terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB). Artinya, tidak ada hubungan antara Nilai Tukar (Kurs) terhadap Volume Transaksi PUAB. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Eep Syaefullah Fatah (2010:81) bahwa nilai tukar rupiah tidak signifikan dan negatif terhadap volume transaksi PUAS. Secara teori, nilai tukar rupiah tidak berhubungan secara langsung dengan transaksi yang terjadi di pasar uang antar bank. Fungsi dari pasar uang antar bank adalah untuk memfasilitasi bank-bank dalam memlihara likuiditasnya. Salah satu faktor utama bangkrutnya suatu bank bukanlah karena kerugian yang dideritanya, melainkan karena bank tidak mampu dalam mengelola likuiditasnya.

3)Pengaruh Antara Variabel Suku Bunga SBI Terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB)

Hasil perhitungan menunjukkan angka 0.004 < 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel Suku Bunga SBI terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB). Besarnya pengaruh

87 Suku Bunga SBI terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB) sebesar -0,782 atau -78,2%.

Suku bunga SBI memiliki pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap volume transaksi PUAB. Artinya, apabila suku bunga SBI meningkat maka volume transaksi PUAB akan menurun. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Zulmi (2002:62) bahwa suku bunga SBI memiliki pengaruh signifikan dan negatif terhadap volume transaksi PUAB. Transaksi keuangan yang terjadi di pasar uang antar bank (PUAB) lebih banyak digunakan untuk memanfaatkan kelebihan atau menutupi kekurangan likuiditas. Alternative penanam dalam PUAB merupakan suatu hal yang perlu dipertimbangkan, karena selain untuk tujuan likuiditas, juga harus mempertimbangkan tingkat resiko dan tingkat income yang akan

diperoleh dari transaksi tersebut. Apabila suku bunga PUAB lebih tinggi dari suku bunga SBI, maka bank-bank lebih cenderung untuk menempatkan dananya di PUAB. Sebaliknya, apabila suku bunga SBI lebih tinggi dari suku bunga PUAB, bank-bank lebih cenderung menempatkan dananya di SBI. Hasil tersebut juga sejalan dengan penelitian Zainuddin H. Nasution (2002:80) bahwa suku bunga akan naik sebagai respon dari melemahnya nilai tukar rupiah. Kecenderungan suku bunga tercermin dari naiknya suku bunga SBI. Meningkatnya suku bunga SBI, berdampak pada naiknya suku bunga jangka pendek seperti PUAB. Saat suku bunga

88 PUAB mengalami kenaikan, maka pihak bank yang kelebihan dana (kredior) akan menempatkan dananya di pasar uang antar bank, guna memperoleh pendapatan daripada membiarkan dananya menganggur (idle fund).

4)Pengaruh Antara Variabel Jumlah Uang Beredar (M2) Terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB)

Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,004 < 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel Jumlah Uang Beredar (M2) terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB). Besarnya pengaruh Jumlah Uang Beredar (M2) terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB) sebesar -1,028 atau -102,8%.

Jumlah Uang Beredar (M2) memiliki pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB). Artinya, apabila terjadi kenaikan Jumlah Uang Beredar (M2), maka Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB) akan mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya. Menurut teori Sadono Sukirno (2005:233) salah satu kebijakan moneter yang dilakukan pemerintah dalam mengatur jumlah uang yang beredar adalah dengan operasi pasar terbuka, yaitu Bank Sentral membuat perubahan-perubahan ke atas jumlah uang yang beredar dengan cara melakukan jual beli surat-surat berharga. Pada waktu

89 perekonomian sedang mengalami resesi, untuk mendorong kegiatan ekonomi, maka uang beredar perlu ditambah. Bank Sentral dapat menciptakan keadaan seperti itu dengan membeli surat-surat berharga. Uang beredar akan bertambah karena apabila Bank Sentral melakukan pembayaran atas pembeliannya itu, maka cadangan pada bank-bank akan bertambah tinggi. Dengan adanya kelebihan cadangan tersebut mereka dapat memberi pinjaman lebih banyak kepada nasabah.

5) Pengaruh Antara Variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) Terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB)

Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,000 < 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) dengan Volume Transaksi PUAB. Besarnya pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) dengan Volume Transaksi PUAB sebesar 1,262 atau 126,2%.

Dana Pihak Ketiga (DPK) memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap Volume Transaksi PUAB. Artinya, apabila terjadi kenaikan terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK), maka volume transaksi PUAB juga akan mengalami kenaikan. Hasil ini sesuai dengan teori Selamet Riyadi (2006:26) bahwa semua sumber dana yang diperoleh dari Simpanan Giro, Tabungan dan Deposito akan dikumpulkan kemudian dialokasikan berurutan sesuai dengan

Dokumen terkait