• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA DAN PEMBAHASAN

5.2 Analisis Karakteristik Signage Di Jalan Gatot Subroto

Berdasarkan hasil pengamatan langsung di lapangan terdapat data-data yang berguna dalam menganalisa signage di jalan Gatot Subroto Medan ke dalam beberapa karakteristik, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada analisis mengenai kondisi signage yang sebenarnya di jalan Gatot Subroto berikut ini:

5.2.1 Berdasarkan isi pesannya

Bila ditinjau dari isi pesannya signage di jalan Gatot Subroto dapat dibedakan atas media signage komersial dan media signage non komersial. Signage komersial yang ada di jalan Gatot Subroto sebagian besar dari isi pesannya ingin menyampaikan informasi suatu barang atau jasa untuk kepentingan produk dagang. Jenis signage komersial secara umum lebih mendominasi visual ruang kota jalan Gatot Subroto Medan, keadaan ini merupakan suatu hal yang sangat wajar sebab koridor jalan ini merupakan lokasi yang sangat potensial untuk menyampaikan pesan atau informasi suatu produk kepada masyarakat yang berada di kawasan tersebut. Kondisi ini diperjelas dengan menjamurnya signage komersial di setiap ruang kota yang memiliki nilai strategis untuk menyampaikan pesannya kepada masyarakat (Gambar 5.1).

Gambar 5.1 Signage komersial yang memberikan informasi barang dan jasa lebih mendominasi visual ruang kota jalan Gatot Subroto Medan

Sedangkan signage non komersial yang berada di kawasan jalan Gatot Subroto merupakan media yang memberikan pelayanan informasi kepada masyarakat seperti papan nama jalan, tanda petunjuk arah dan rambu-rambu lalu lintas (Gambar 5.2). Namun sebagian besar jenis signage non komersial seperti traffic sign dan petunjuk arah yang berada pada jalan Gatot Subroto Medan kurang maksimal memberikan pesan sebagaimana fungsinya kepada pengguna jalan karena tertutupi oleh signage komersial yang berukuran lebih besar di dekatnya. Padahal rambu-rambu lalu lintas juga merupakan elemen penting di dalam kota yaitu sebagai penanda bagi suatu kawasan (Rubenstain,1992), diantaranya tanda petunjuk atau informasi untuk menuntun pengguna jalan dimana suatu lokasi berada, mengarahkan pemakai jalan menuju ke suatu tempat, menginformasikan audience berhati-hati serta menginformasikan mengenai apa yang tidak boleh dikerjakan atau dilarang di kawasan tersebut.

Keadaan ini jelas mempengaruhi legibilitas informasi (keterbacaan dan kejelasan) yang ingin disampaikan oleh signage non komersial tersebut sehingga salah satu syarat yang dibutuhkan ruang kota untuk mengakomodir kebutuhan masyarakatnya tidak mampu dipenuhi. Seharusnya signage dapat memenuhi aspek responsive, yakni untuk melayani kebutuhan penggunanya agar mudah melakukan aktivitas di dalam ruang kota tanpa harus mengalami kesulitan ketika mengindentifikasi rambu-rambu lalu lintas, petunjuk arah maupun tanda larangan tanpa harus tertutupi oleh persaingan signage komersial pada suatu lokasi yang dianggap cukup strategis oleh pemiliknya.

Gambar 5.2 Signage non komersial yang seharusnya memberikan pelayanan informasi kepada masyarakat di jalan Gatot Subroto saling tumpang tindih dengan

signage komesial akibat penataan yang tidak benar. Sumber: Analisis Peneliti, 2012

Peta Kawasan Penelitian 5.2.2 Berdasarkan bahan yang digunakan

Ditinjau dari bahannya signage dapat dikategorikan atas signage permanen dan signage non-permanen. Secara umum signage permanen ditempatkan atau menggunakan struktur pondasi dan kebanyakan jenis signage ini dipasang dengan melewati proses izin terlebih dahulu dari Dinas Pertamanan Kota Medan (Gambar 5.3).

Gambar 5.3 Signage permanen dan non permanen yang ditempatkan di ruang terbuka hijau jalan Gatot Subroto Medan tidak ditata secara baik sehingga

mengganggu visual ruang kota. Sumber: Analisis Peneliti, 2012

Signage permanen yang ditempatkan pada jalan Gatot Subroto Medan menggunakan struktur pondasi dan kebanyakan jenis signage ini dipasang dengan melewati proses izin terlebih dahulu dari Dinas Pertamanan Kota Medan.

Ruang terbuka hijau yang berada di tengah persimpangan jalan Gatot Subroto tepatnya di bundaran SIB pada waktu-waktu tertentu sering dimanfaatkan untuk lokasi pemasangan signage yang bersifat temporer, baik itu berupa umbul-umbul ataupun signage sejenisnya.

Daun signage permanen pada umumnya terbuat dari material logam ringan dan fiber, sedangkan struktur penyangga signage atau tiang signage hampir seluruhnya menggunakan pipa besi dengan diameter 2 inchi sampai dengan 30 inchi. Beberapa signage permanen berukuran besar ada juga yang memanfaatkan konstruksi dinding jembatan penyeberangan. Pada umumnya signage yang menggunakan struktur adalah jenis pole sign atau signage yang menggunakan tiang mandiri.

Jenis signage yang kedua adalah signage yang sifatnya temporer atau hanya digunakan pada waktu-waktu tertentu saja, misalnya ketika ada suatu even atau pertunjukan dan setelah itu tidak digunakan lagi. Jenis signage ini mempunyai ciri mudah untuk dipindahkan atau di bongkar dan sering dijumpai pada ruang terbuka hijau Gatot Subroto tepatnya pada pulau jalan persimpangan jalan S.Parman atau depan bangunan Graha Nokia, selain itu signage jenis ini juga dapat dijumpai di sepanjang zona pedestrian dan di depan bangunan yang berfungsi bukan sebagai pertokoan. Signage dengan sifat temporer yang berada di jalan Gatot Subroto biasanya terbuat dari material kain atau bahan sintetis yang dipasang tanpa menggunakan struktur permanen dan biasanya menggunakan tonggak dari kayu, bahkan tidak jarang signage ini hanya diikatkan pada lokasi-lokasi yang bukan tempatnya.

Ketinggian signage temporer yang berada di jalan Gatot Subroto pada umumnya tidak lebih dari 1 meter dan pola penempatannya tidak menggunakan jarak yang konsisten. Biasanya signage ini berupa umbul-umbul yang dikumpulkan pada suatu area saja dengan jarak 1-2 m, sehingga kelihatan ramai membentuk suatu

Peta Kawasan Penelitian

kelompok signage dalam sebuah ruangan terbuka yang lokasinya strategis, salah satu lokasi tersebut berada di bundaran SIB.

5.2.3. Berdasarkan sifat informasi

Dalam penyampaian informasi sifat signage dibedakan atas signage langsung dan signage tidak langsung. Signage langsung berkaitan erat dengan bangunan atau lingkungan tempat signage tersebut diletakkan. Jalan Gatot Subroto sebagai pusat bisnis dan perkantoran berimbas kepada banyaknya jenis signage yang menempel pada bangunan (wall signs) dan signage di zona pedestrian (Gambar 5.4).

Gambar 5.4 Signage dengan sifat informasi langsung di jalan Gatot Subroto pada umumnya memberikan informasi mengenai identitas bangunan

Sumber: Analisis Peneliti, 2012

Media signage yang bersifat langsung di jalan Gatot Subroto Medan pada umumnya memberikan informasi mengenai jati diri bangunan tempatnya berada,

Roof signs yang berada

di atas atap gedung Bank Mestika merupakan salah satu kategori signage

langsung

Logo Matahari pada bangunan plaza medan fair menjadi mall

identity yang memberikan

informasi langsung tentang identitas gedung tersebut.

Signage Nokia yang

berada di atap gedung memberikan informasi langsung tentang identitas gedung tempatnya berada

salah satunya adalah mall identity yang terletak pada bangunan Plaza Medan Fair berupa logo Matahari.

Berdasarkan sifat informasi jenis signage tidak langsung pada umumnya memuat informasi yang tidak mempunyai kaitan langsung dengan kegiatan dalam bangunan atau lingkungan di mana signage tersebut ditempatkan. Pada koridor jalan Gatot Subroto jenis signage dengan sifat informasi tidak langsung banyak terpasang pada bangunan pertokoan yang bertujuan untuk memasarkan suatu produk dan jasa. Jenis signage ini dipasang dengan berbagai tipe agar mudah dilihat oleh setiap orang yang melintas di jalan Gatot Subroto Medan (Gambar 5.5).

Gambar 5.5 Signage dengan sifat tidak langsung pada umumnya hanya bersifat memberikan informasi yang tidak ada hubungan dengan identitas bangunan

tempatnya berada. Sumber: Analisis Peneliti, 2012

5.2.4. Berdasarkan teknis pemasangan

Bila ditinjau dari teknis pemasangan signage di jalan Gatot Subroto cukup beragam jenisnya, yakni terdiri dari signage yang berdiri sendiri (free standing signs), signage pada atap bangunan (roof signs), signage yang diletakkan pada dinding bangunan (projected signs), signage yang menempel pada dinding (wall sign), signage yang digantung (suspended sign), signage diatas pintu keluar (marque signs), dan signage pada jendela atau pintu (window/door sign).

5.2.4.1 Signage yang berdiri sendiri (free standing signs)

Ditinjau dari teknis pemasangannya, jenis signage ini terdiri dari signage yang terletak di atas permukaan tanah (ground signs), atau terpisah dari bangunan dan struktur jenis lainnya. Jenis kedua yaitu signage dengan menggunakan tiang (pole signs), signage tipe ini didukung oleh satu tiang atau lebih sebagai konstruksi penahannya. Konstruksi pada signage ini biasanya dipasang secara permanen yakni dengan menanam struktur tiang penahan daun signage ke dalam tanah dengan menggunakan cor beton bertulang, baik itu signage dengan struktur tiang yang berukuran besar ataupun dengan tiang signage yang berukuran kecil. Jenis free standing signs yang berukuran besar biasanya disewakan oleh pengelola kepada pemilik produk yang ingin memasang iklannya dalam jangka waktu tertentu, sehingga penggunaan signage jenis ini hanya mengalami perubahan pada iklan produk atau jasanya saja pada tempo waktu tertentu, tetapi tidak kepada bentuk dan struktur utama dari pole signs tersebut.

Namun yang cukup disayangkan dalam pemasangan signage jenis ini tidak terlihat usaha dari pengelola signage dan pemerintah untuk menghiasi konstruksi-konstruksi media signage dengan berbagai variasi dan ornamen guna menciptakan passive engagement berupa rasa dan kenikmatan tersendiri bagi orang yang melihat atau mengamati bentuk fisik dari signage tersebut (Stephen Car,1992). Padahal passive engagement merupakan elemen penting dan sebagai syarat yang dibutuhkan ruang kota dalam mengakomodir kebutuhan masyarakatnya, dan untuk memenuhi hal tersebut salah satu upaya yang dapat dilakukan diantaranya dengan memberikan ornamen-ornamen ethnic lokal pada elemen signage sehingga mampu memberikan kesan berbeda pada kawasan tersebut.

Keberadaan jenis free standing signs di jalan Gatot Subroto Medan cukup dominan yakni lebih dari 23% dari keseluruan signage yang ada di kawasan penelitian. Jenis signage ini pada umumnya memiliki dimensi yang cukup besar sehingga membutuhkan struktur dan konstruksi yang kuat untuk menopang daun signage, akibatnya dibutuhkan ruang yang cukup untuk dapat menempatkan struktur signage tanpa mengganggu kenyamanan orang yang beraktifitas di kawasan tersebut. Comfortable merupakan salah satu syarat yang dibutuhkan kota manusiawi dalam mengakomodir kebutuhan masyarakatnya dalam beraktifitas dengan nyaman dan aman, tetapi syarat ini belum dapat dipenuhi oleh sebagian besar dari jenis free standing signs yang berada di kawasan penelitian. Pemasangan jenis free standing signs lebih cenderung mengganggu aktifitas pejalan kaki di jalan Gatot Subroto karena tiang-tiang signage yang berukuran besar di tanam di atas trotoar jalan

sehingga menghalangi aktifitas pejalan kaki di kawasan tersebut. Penempatan tiang signage berdiameter kurang lebih 30 inchi di atas trotoar pejalan kaki dengan lebar antara 1,6 – 2,1 m sangatlah tidak relevan dengan aktifitas pejalan kaki yang cukup sibuk pada kawasan tersebut dan penempatan ground signs pada trotoar pejalan kaki bukanlah cerminan ruang kota democratic yang memberikan kebebasan manusia dalam melakukan sesuatu.

Belum lagi ketinggian pole signs di jalan Gatot Subroto ada yang melebihi 16 kaki dengan luasannya lebih dari 72 kaki dan jarak signage tidak melebihi dari 7 kaki mengakibatkan visibilitas pengamat yang berada di jalan Gatot Subroto tidak maksimal karena terbatasnya sudut pandang normal manusia yang hanya 27°. Signage dengan dimensi seperti itu akan dapat dilihat pengamat dari jarak kurang lebih 32 kaki atau 10 meter dari lokasi signage berdiri. Artinya jarak satu pole signs dengan pole signs lainnya tidak kurang dari 10 meter (D/H=2), sehingga kesan umum di dalam ruang kota dapat dirasakan pengamat dan free standing signs akan efektif untuk dilihat dan mudah dibaca walaupun sambil lalu (Ashihara,1983). Pole signs yang menempel di jembatan penyeberangan orang (JPO) rata-rata berukuran sangat besar dan pada penempatan bagian bawah signage di rancang berjarak minimal 1,5 meter dari lantai dasar jembatan, hal ini dilakukan agar pengguna jembatan penyeberangan orang bisa terlihat dari bawah, sehingga jembatan penyeberangan tersebut memberikan rasa nyaman dan tidak disalahgunakan oleh orang-orang yang berniat tidak baik. Keadaan free standing signs yang berada di jalan Gatot Subroto Medan dapat dilihat pada Gambar 5.6.

Gambar 5.6. Konstruksi tipe free standing signs yang di tanam di jalur pejalan kaki Gatot Subroto Medan tidak mencerminkan ruang kota yang democratic dalam

memberikan kebebasan pengguna jalan melakukan aktivitasnya Sumber: Analisis Peneliti, 2012

Peta Kawasan Penelitian Deretan free standing signs yang

berada di persimpangan bundaran SIB dengan skala yang tidak manusiawi D/H<1 memberi kesan ruang sempit.

Pole signs yang menempel di jembatan penyeberangan orang (JPO) rata-rata berukuran sangat besar sehingga skala yang tercipta dari keberadaan signage inimemberikan kesan tertekan kepada ruas jalan.

Ground sign di atas trotoar pejalan kaki tidak mencerminkan sifat Comfortable yakni salah satu syarat yang dibutuhkan kota dalam mengakomodir kebutuhan masyarakatnya untuk beraktifitas dengan nyaman dan aman.

Tiang signage yang berukuran besar di tanam di atas trotoar jalan sehingga menghalangi aktifitas pejalan kaki di kawasan koridor jalanGatot Subroto.

5.2.4.2 Signage pada atap bangunan (Roof Signs)

Keberadaan signage pada atap bangunan (roof signs) dibedakan atas signage yang tidak menyatu dengan atap, yaitu memiliki ciri-ciri dibangun diatas atap bangunan, disangga oleh struktur atap dan berada tinggi diatas atap. Pada jalan Gatot Subroto tipe signage ini dapat dijumpai diantaranya; di atas gedung Graha Nokia, gedung Capella, gedung Bank Mestika, Bank Permata, toko Dunkin Donat dan rumah makan Simpang Raya. Jenis roof signs yang menyatu dengan atap bangunan sangat jarang di jumpai kawasan penelitian, karena tidak ada jenis roof signs yang dipasang tidak melebihi ketinggian atap dan dipasang pararel tidak lebih 21 cm dari atap bangunan. Pemasangan tipe roof signs di jalan Gatot Subroto Medan pada umumnya dipasang pararel menghadap arus jalan sehingga diharapkan dapat dilihat oleh pengamat searah lalu lintas jalan yang ada di kawasan penelitian.

Penempatan roof signs yang tidak menyatu dengan atap bangunan di kawasan penelitian dari aspek legibilitas cukup baik bila dilihat dari jalan Gatot Subroto karena rata-rata ukuran signage di desain cukup besar sehingga dapat dilihat oleh pengamat dari jarak kurang lebih 30 meter, selain itu legibilitas signage didukung oleh penempatannya yang berada kurang lebih 15 meter dari atas permukaan tanah. Namun secara redibilitas pesan yang ingin disampaikan signage tersebut menjadi kurang efektif karena kondisi pengamat yang statis atau dalam keadaan sedang bergerak, kecuali pengamat sedang berhenti di persimpangan lampu merah. Salah satu contoh yang dapat dilihat dari persimpangan traffic light adalah roof signs di atas gedung Nokia, roof signs di atas gedung Capella dan roof signs di atas gedung Hotel

Peta Kawasan Penelitian

1. Gedung Graha Nokia

2. Hotel Alpha

Inn 3. Bank Mestika

4. Dunkin Donuts

5. Restoran Simpang Raya

Alpha Inn yang secara legibilitas cukup jelas bila dilihat dari persimpangan jalan Adam Malik dan persimpangan jalan Guru Patimpus namun secara redibilitas masih kurang maksimal (Gambar 5.7).

Gambar 5.7. Signage yang berada di atas atap bangunan dari aspek legibilitas cukup baik karena selain posisinya yang tinggi, dimensi signage juga cukup besar sehingga dapat terlihat dari sudut tertentu atau dengan perbandingan jarak pengamat dengan

ketinggian signage D/H>2. Sumber: Analisis Peneliti, 2012

Roof signs dapat dilihat oleh pejalan kaki bila menghadap searah sirkulasi lalu lintas jalan Gatot Subroto Medan dengan jarak kurang lebih 30 meter. Bila dianalisa dari sudut pandang skala manusia terhadap signage tersebut belum dapat dikatakan baik karena posisi tempat pengamat melihat objek signage tidak memenuhi kaedah legibilitas dan redibilitas, dimana jarak pengamat tidak sampai dua kali tinggi signage (D/H=2), dimana seharusnya objek roof signs akan dapat terlihat oleh pengamat dengan baik pada sudut pandang 27°.

1

2

5.2.4.3 Projected Signs

Jumlah projected signs yang berada di jalan Gatot Subroto Medan berkisar 5% dari jumlah keseluruhan tipe signage di lokasi penelitian, pada umumnya diletakkan di dinding bangunan dengan menghadap ke arah arus kendaraan. Jarak projected signs yang dipasang antara 15 cm – 40 cm dari dinding bangunan dan dipasang tegak lurus terhadap bangunan. Jenis signage ini banyak ditemui pada toko-toko yang berada di jalan Gatot Subroto Medan dan sebagian besar bangunan di kawasan penelitian memasang projected signs lebih dari dua buah per pemilik bangunan.

Pemasangan projected signs di beberapa bangunan pertokoan jalan Gatot Subroto Medan tidak memperhatikan keharmonisan dengan lingkungan tempatnya berada sehingga terkesan semrawut. Projected signs yang dirancang memanjang dan menjorok ke area garis sempadan bangunan mengakibatkan konstruksi dan media signage berada di atas garis sempadan bangunan yang digunakan sebagai ruang sirkulasi bagi pejalan kaki dan tempat parkir kendaraan. Seharusnya projected signs didesain untuk menciptakan hubungan keindahan antara bagian-bagian kota dengan kenyamanan aktivitas kehidupan sehari-hari (Lang, 1995), dimana hal tersebut akan melahirkan symbolic aesthetic meliputi apresiasi meaning dari suatu lingkungan yang membuat perasaan pengunjung nyaman di kawasan tersebut. Namun secara realita keberadaan projected signs di jalan Gatot Subrot Medan menimbulkan rasa tidak nyaman bagi orang yang berada di bawahnya karena merasa khawatir bila

sewaktu-Peta Kawasan Penelitian waktu dapat tertimpa oleh projected signs berukuran besar yang berada di kawasan tersebut (gambar 5.8).

Gambar 5.8 Tipe Projected Signs yang menjorok lebih tiga meter ke area setback bangunan di jalan Gatot Subroto Medan memberikan kesan kurang nyaman bagi

pejalan kaki yang berada di bawahnya. Sumber: Analisis Peneliti, 2012

5.2.4.4 Signage yang menempel pada dinding (Wall Sign)

Jenis signage ini terdapat hampir di seluruh bangunan yang ada di jalan Gatot Subroto Medan dengan prosentase jumlah terbanyak dari seluruh jenis signage yang berada di kawasan penelitian yakni sekitar 46 %. Wall signs yang terdapat di kawasan penelitian tidak hanya berfungsi sebagai identitas bangunan dari tempatnya berada

Desain projected signs di depan pertokoan jalan Gatot Subroto Medan tidak menciptakan hubungan keindahan antara bagian-bagian kota dengan kenyamanan aktivitas kehidupan sehari-hari (Lang, 1995).

Symbolic Aesthetic meliputi apresiasi meaning koridor jalan Gatot Subroto Medan tepatnya di depan toko nagan jaya membuat perasaan tidak nyaman bagi pejalan kaki dan kendaraan yang parkir akibat konstruksi dan media signage yang besar berada di atas garis sempadan bangunan.

Peta Kawasan Penelitian

tetapi juga sebagai media iklan dari sebuah produk dan jasa. Pemasangan wall signs di kawasan penelitian kebanyakan tidak memenuhi kaedah-kaedah pemasangan signage yang benar karena banyak bangunan yang memasang wall signs lebih dari dua signage di setiap bangunan dan luasan wall signs didesain melebihi 15% dari luasan fasade bangunan (Gambar 5.9.).

.

Gambar 5.9 Ukuran dan jumlah wall signs yang menempel pada fasade bangunan jalan gatot subroto medan tidak terkendali karena hanya dianggap sebagai elemen

tambahan saja.

Sumber: Analisis Peneliti, 2012

Bangunan Bank Mandiri hanya menempatkan satu wall sign pada fasade bangunannya sehingga dapat memberikan karakter pada fasade bangunan.

Luasan wall signs yang berada di pertokoan simpang jalan pajak didesain melebihi 15% dari luasan fasade bangunan sehingga mempengaruhi pandangan visual ruang kota.

Deretan pertokoan di jalan Gatot Subroto Medan yang memasang wall signs lebih dari satu buah, tidak dapat mengkomunikasikan informasi penting yang terkandung di dalamnya dengan baik.

Pada kawasan penelitian memang tidak ditemui bangunan yang memiliki detail-detail arsitektur unik namun wall signs yang menutupi fasade bangunan jelas mempengaruhi pandangan visual kota karena jenis wall signs sangat dominan di kawasan ini. Kurangnya keharmonisan beberapa wall signs dengan bangunan tempatnya berada dikarenakan wall signs hanya dianggap sebagai elemen tambahan saja pada bangunan sehingga jumlah wall signs pada bangunan menjadi tidak terkendali yang pada akhirnya wall signs tersebut tidak dapat mengkomunikasikan informasi penting yang terkandung di dalamnya dengan baik. Penampilan signage seharusnya disesuaikan dengan target audiencenya (manusia yang melihat objek tersebut) sehingga tercipta keseimbangan antara pengendalian kesemrawutan dan penciptaan perhatian secara visual manusiawi terhadap wall signs yang terdapat di kawasan jalan Gatot Subrot Medan.

Berkaitan dengan signage sebagai townscape di dalam ruang kota yang merupakan suatu gambaran sebuah kota maupun bagian dari sebuah kota, maka wall signs sebagai jenis signage yang terbanyak di kawasan ini harus dapat memberikan makna di dalam koridor jalan Gatot Subroto sehingga mampu menyumbangkan karakter pada fasade bangunan serta menghidupan street space pada kawasan penelitian. Untuk menciptakan kesatuan yang baik dari elemen-elemen koridor jalan dalam jumlah besar harus dapat ditata secara keseluruhan atau utuh sehingga pemandangan yang terlihat pertama kalinya pada suatu kawasan tersebut adalah suatu pemandangan secara keseluruhan di sepanjang koridor sebelum pemandangan tertentu (Jakle, 1987).

5.2.4.5 Signage yang digantung (Suspended Sign)

Jenis signage ini biasanya digantung pada bagian bawah bidang horizontal (langit-langit) dari serambi bangunan yang ada di koridor jalan Gatot Subroto Medan. Pada umumnya signage ini berukuran lebih kecil dari papan nama atau alamat dan ditempatkan pada bagian bangunan untuk memberitahukan kepada pejalan kaki yang tidak yang tidak dapat melihat media signage yang lebih besar jika dipandang dari bagian depan bangunan. Suspended signs kebanyakan dipasang pada bangunan