• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2. Analisis Kawasan Ekowisata

5.2.1. Analisis Objek/Atraksi Ekowisata

Kecamatan Paloh memiliki sepuluh (10) titik wisata yang potensial untuk dikembangkan menjadi objek dan atraksi ekowisata pesisir. Penilaian kesesuaian objek dan atraksi wisata dilakukan untuk mengetahui sejauh mana potensi pengembangan kawasan ekowisata di kecamatan Paloh. Secara umum, hasil dari analisis kelayakan objek dan atraksi ekowisata di kecamatan Paloh menunjukkan bahwa objek dan atraksi ekowisata tersebut mempunyai potensi untuk dikembangkan.

Berdasarkan hasil penilaian yang telah dilakukan, bahwa kecamatan Paloh secara aktual memiliki 6 (60 %) objek dan atraksi ekowisata dengan kategori cukup potensial (S2) dan 4 (40 %) objek dan atraksi ekowisata dengan kategori kurang potensial (S3). Penilaian kelayakan objek dan atraksi wisata di kecamatan Paloh disajikan dalam Tabel 25, sedangkan peta sebaran objek/atraksi ekowisata di lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.

Kecamatan Paloh merupakan wilayah pesisir yang sangat luas, sehingga objek dan atraksi wisata di kecamatan Paloh dapat mewakili berbagai karakteristik berdasarkan lingkungan (akuatik dan teresterial), ketinggian (pantai hingga gunung), dan sumber daya (alam dan budaya). Pantai di kecamatan Paloh juga memiliki beragam karakteristik yang alami, yaitu pantai berpasir (pasir putih, pasir hitam, pasir coklat), pantai berbatu, tebing pantai, teluk dan tanjung. Demikian pula halnya dengan perairan laut kecamatan Paloh yang memiliki beragam jenis ikan karang dan terumbu karang jenis hard coral dan soft coral.

Berdasarkan ketersediaan objek/atraksi ekowisata, lokasi penelitian terdapat dua (2) zona yaitu klasifikasi zona cukup atraktif (S2) dan zona kurang atraktif (S3). Zona objek/atraksi cukup atraktif berada di zona II, III dan IV yang meliputi desa Sebubus (sebagian) dan Temajuk. Sedangkan zona objek/atraksi kurang atraktif berada di zona I yang meliputi desa Kalimantan, Matang Danau, Tanah Hitam, Mentibar, Malek, Nibung, dan Sebubus (sebagian).

Tabel 25. Penilaian Kelayakan Objek dan Atraksi Ekowisata di Kecamatan Paloh

No. Objek/Atraksi Wisata Parameter Le ta k d a ri ja la n u ta m a Es te tik a d a n k e a slia n A tr a k si d a n ke uni ka n F a si li ta s pe ndukung K e ter sed ia an ai r b er si h T ra ns por ta si da n a k se sib ilita s D ukun ga n m a sy ar a k a t Sko r K at e go r i

1 Pantai Tanah Hitam 32 16 25 24 24 32 32 185 S2 2 Hutan Mangrove 32 18 9 9 24 16 32 140 S2 3 Pantai Selimpai 24 27 32 24 8 10 32 157 S2 4 Pantai Tanjung

Kemuning

24 24 25 17 16 10 32 158 S2 5 Pantai Sungai Belacan 8 24 24 8 22 8 32 126 S3 6 Pantai Tanjung Bendera 8 24 19 8 24 8 32 123 S3 7 Pantai Bayuan 8 24 24 8 16 8 32 120 S3 8 Pantai Camar Bulan 8 24 21 8 16 8 32 117 S3 9 Pantai Mauludin 8 26 27 16 32 8 32 149 S2 10 Pantai Tanjung Datok 8 32 32 10 32 8 32 154 S2 Sumber : Hasil Analisis Data (2011)

Keterangan : Nilai penjumlahan skoring tiap kepala desa (n = 8) S1= Sangat Potensial (nilai 193 – 256)

S2 = Cukup Potensial (nilai 129 – 192) S3 = Kurang Potensial (nilai 65 – 128) N = Tidak Potensial (nilai ≤ 64)

Kawasan ekowisata potensial di kecamatan Paloh didominasi oleh objek dan atraksi wisata yang berada di wilayah desa yang sarana dan prasarana transportasinya sudah cukup baik. Sedangkan kawasan ekowisata kurang potensial didominasi oleh objek dan atraksi wisata alam akuatik dan teresterial yang kondisi prasarana jalannya kurang baik. Namun, jika dilihat dari segi estetika, keaslian, atraksi dan keunikan objek dan atraksi yang ada di kawasan ini sangatlah potensial untuk dikembangkan sebagai kawasan ekowisata. Secara keseluruhan, kawasan kecamatan Paloh didominasi oleh objek dan atraksi wisata alam dan kurang pada objek dan atraksi wisata budaya.

5.2.2. Kesesuaian Kawasan Ekowisata

Penilaian kesesuaian kawasan ekowisata di kecamatan Paloh baik teresterial maupun akuatik menggunakan data primer dan sekunder sebagai atribut pada peta-peta tematik berdasarkan parameter kesesuaian kawasan ekowisata untuk setiap kategori sesuai dengan standar Bakosurtanal (1996). Berdasarkan hasil analisis kesesuaian kawasan wisata, maka dihasilkan tiga (3) kelas kesesuaian untuk wisata pantai dan tiga (3) kelas untuk wisata bahari.

PETA

Sebaran Objek dan Atraksi Ekowisata di Kecamatan Paloh Cukup Potensial Kurang Potensial Keterangan : 1. Pantai Tanjung Datok 2. Pantai Mauludin 3. Pantai Camar Bulan 4. Pantai Bayuan 5. Pantai Tj. Bendera 6. Pantai Sungai Belacan 7. Pantai Tj. Kemuning 8. Pantai Selimpai 9. Hutan Mangrove 10. Pantai Tanah Hitam

Sumber : Hasil Analisis

1 2 3 4 7 6 5 8 9 10

Beberapa faktor pembatas utama yang terdapat pada zona kawasan ekowisata di lokasi penelitian adalah kecepatan arus dan kecerahan perairan untuk wisata pantai zona I dan II. Sedangkan untuk wisata bahari tutupan karang dan kecerahan perairan menjadi faktor pembatas utama terutama pada zona wisata bahari I. Beberapa kendala ini umumnya dapat dikurangi dengan memasukkan beberapa penerapan teknologi. Kecepatan arus yang tinggi misalnya dapat dikurangi dengan memasang pemecah gelombang di dekat pantai. Pada topografi laut yang curam dapat dilakukan pemasangan batas (bouy) untuk aktivitas wisata. Perairan yang cerah dengan terumbu karang yang bagus dapat dikembangkan untuk aktivitas menyelam (diving). Lebar pantai menentukan jumlah wisatawan yang dapat ditampung. Dengan demikian, aktivitas wisata dapat tetap dilakukan namun dengan jumlah fasilitas dan jumlah wisatawan yang dibatasi.

Dari hasil analisis kesesuaian diperoleh hasil bahwa untuk kategori wisata pantai di lokasi penelitian memiliki tiga kelas kesesuaian yaitu kelas sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), dan sesuai bersyarat (S3), sedangkan untuk kategori wisata bahari terdapat tiga kelas yang berbeda yaitu kelas cukup sesuai (S2), sesuai bersyarat (S3), dan tidak sesuai (N). Sebaran masing-masing kelas kesesuaian kawasan wisata pantai dan bahari di lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 5 dan 6.

Wisata Pantai

Wisata pantai merupakan aktivitas wisata yang dilaksanakan pada daerah pesisir dengan kegiatan wisata berupa olah raga, pengamatan satwa, berkemah, memotret, berjemur, melihat pemandangan alam, dan lain-lain. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat tiga kelas kesesuaian untuk wisata pantai di lokasi penelitian yaitu kelas sangat sesuai (S1) seluas 158,3 hektar, cukup sesuai (S2) seluas 297, 3 hektar dan sesuai bersyarat (S3) seluas 177,2 hektar. Hasil penilaian kesesuaian untuk wisata pantai dapat dilihat pada Lampiran 4. Sedangkan peta kesesuaian wisata pantai di kecamatan Paloh dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Peta Kesesuaian Wisata Pantai di Kecamatan Paloh

Wisata Bahari

Wisata bahari adalah wisata yang objek dan daya tariknya bersumber dari potensi bentang laut (seascape), antara lain, memancing (fishing), bersampan yang meliputi mendayung (boating) dan berlayar (sailing), menyelam yang meliputi diving dan snorkeling, berselancar yang meliputi selancar air tawar (wave surfing) dan selancar angin (wind surfing), serta berpadu dengan parasit (parasailing) (Sunarto, 1998).

Sifat oseanografi dari setiap perairan dan bagian perairan itu berbeda-beda satu dengan lainnya. Namun, umumnya perairan di Nusantara termasuklah juga perairan di wilayah kecamatan Paloh dipengaruhi oleh faktor monsoon dan samudera-samudera di sekitarnya. Bagi perairan pedalaman yang dibatasi oleh pulau-pulau, terutama di perairan pantainya, pengaruh daratan, topografi dasar laut dan garis pantai serta iklim setempat sangat menonjol (Birowo, 1980). Birowo menyebutkan daratan dan proses yang terjadi di daratan seperti aliran sungai besar dengan zat-zat atau partikel yang dibawanya ke laut akan mempengaruhi salinitas, turbiditas (kekeruhan), kesuburan, dan kecerahan air

pantai. Iklim setempat seperti curah hujan akan mempengaruhi salinitas dan angin yang kencang akan menyebabkan berkembangnya arus dan gelombang laut. Secara umum, pembahasan tentang sejumlah sifat oseanografi yang terkait secara langsung dengan wisata bahari di lokasi penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut: