• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN

3. Survei Lapangan

4.3.2. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian ini meliputi tiga tahapan yang meliputi:

1. Persiapan, tahapan ini merupakan tahapan yang dilakukan sebelum melaksanakan riset. Hal-hal yang dilakukan dalam tahapan ini berupa penentuan sasaran dan tujuan penelitian, serta penyiapan perangkat-perangkat penelitian.

2. Riset, tahapan ini mecakup kegiatan inventarisasi, analisis dan sintesis data. Tahapan ini dilakukan terhadap data yang diperoleh berdasarkan studi pustaka, wawancara, dan pengamatan secara langsung di lapangan. Selain itu juga dibuat peta tematik digital yang berdasarkan faktor-faktor dasar yang terdiri dari sumber daya ekowisata di lokasi penelitian. Pemetaan dilakukan dengan perangkat lunak SIG (Arc View GIS 3,3).

3. Perencanaan kawasan, merupakan tahapan yang dilakukan untuk membuat konsep dan penentuan zona-zona potensial ekowisata pesisir berbasis masyarakat di kecamatan Paloh kabupaten Sambas Kalimantan Barat.

Ketiga tahapan penelitian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Persiapan

Tahapan persiapan ini bertujuan untuk menentukan sasaran, tujuan, dan penyiapan perangkat-perangkat penelitian. Kegiatan yang dilakukan dalam tahapan ini meliputi :

a) Menyusun rancangan penelitian

Penelitian yang akan dilakukan berangkat dari permasalahan dalam lingkup peristiwa yang sedang terus berlangsung dan bisa diamati serta diverifikasi secara nyata pada saat berlangsungnya penelitian. Peristiwa-peristiwa yang diamati dalam konteks kondisi fisik kawasan dan kegiatan masyarakat di lokasi penelitian. b) Memilih lokasi

Sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian, maka dipilih lokasi penelitian yang digunakan sebagai sumber data, dengan mengasumsikan bahwa dalam penelitian kualitatif, jumlah (informan) tidak terlalu berpengaruh dari pada konteks. Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan oleh beberapa hal diantaranya kemudahan dalam mendapatkan data dan informasi serta besarnya potensi yang dimiliki kawasan yang akan dijadikan lokasi penelitian.

c) Mengurus perizinan

Mengurus berbagai hal yang diperlukan untuk kelancaran kegiatan penelitian. Terutama kaitannya dengan metode yang digunakan yaitu kualitatif, maka perizinan dari birokrasi yang bersangkutan biasanya dibutuhkan karena hal ini akan mempengaruhi keadaan lingkungan dengan kehadiran seseorang yang tidak dikenal atau diketahui. Dengan perizinan yang dikeluarkan akan mengurangi sedikitnya ketertutupan lapangan atas kehadiran kita sebagai peneliti.

d) Menjajaki dan menilai keadaan

Setelah kelengkapan administrasi diperoleh sebagai bekal legalisasi pelaksanaan penelitian, maka hal yang sangat perlu dilakukan adalah proses penjajakan lapangan dan sosialisasi diri dengan keadaan, karena penelitilah yang

menjadi alat utamanya maka penelitilah yang akan menentukan apakah lapangan merasa terganggu oleh kegiatan penelitian yang dilakukan sehingga banyak data yang tidak dapat digali/tersembunyikan/disembunyikan, atau sebaliknya bahwa lapangan menerima kita sebagai bagian dari anggota mereka sehingga data apapun dapat digali karena mereka tidak merasa terganggu.

e) Memilih dan memanfaatkan informan

Ketika melakukan penjajakan dan mensosialisasikan diri di lapangan, hal penting lainnya yang perlu dilakukan yaitu menentukan patner kerja sebagai informan yang dapat memberikan informasi banyak tentang keadaan lapangan sesuai dengan kebutuhan dalam penelitian.

2. Riset

Tahapan ini mencakup tahapan inventarisasi, analisis dan sintesis data. Inventarsasi merupakan kegiatan pengumpulan dan penyediaan data/informasi yang dibutuhkan sesuai dengan ruang lingkup penelitian. Keseluruhan data, baik data primer maupun sekunder dikumpulkan untuk diedit dan ditabulasi sebelum dilakukan pengolahan dan analisis data. Data primer yang bersifat kualitatif dianalisis secara deskriptif dan tabulatif sesuai dengan tujuan penelitian.

Penelitian ini secara umum menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif terdiri dari metode identifikasi yang merupakan kegiatan yang dilakukan setelah semua informasi dan data terkumpul yang didasarkan atas fokus penelitian yang telah disebutkan di atas. Identifikasi sederhana dilakukan berdasarkan poin-poin penting dan hal-hal yang menarik maupun kesamaan informasi maupun pandangan responden melalui wawancara dan kuisioner. Metode inventarisasi, yaitu pengelompokan data berdasarkan hasil identifikasi yang disandingkan dalam satu kesatuan data yang didasarkan fokus studi serta sumber informasi. Inventarisasi juga dilakukan sebagai dasar penyusunan kerangka kerja penelitian. Interpretasi/penafsiran dilakukan setelah pengaitan antar data, interpretasi juga dilakukan dengan disertai teori yang relevan. Sesuai dengan kaidah penelitian kualitatif, melalui metode analisis yang dipilih, peneliti dapat membuat interpretasi dan dapat mempunyai kekuatan argumentasi didasarkan data yang diperoleh di lapangan.

Zonasi adalah pendekatan yang dapat membantu menjaga nilai konservasi dan keberlanjutan suatu kawasan wisata. Penentuan zona kawasan ekowisata dilakukan berdasarkan kriteria tertentu sesuai dengan potensi yang dimiliki masing-masing zona kawasan tersebut.

Analisis data meliputi analisis deskriptif dan analisis spasial. Metode analisis data potensi ekowisata yang digunakan dalam penelitian ini didukung oleh analisis potensi objek/atraksi, analisis kesesuaian, analisis daya dukung kawasan, pemetaan partispatif. Analisis potensi objek/atraksi mencakup analisis terhadap aspek keberadaan, estetika dan keaslian, transportasi dan aksessibilitas, atraksi dan keunikan, fasilitas pendukung, ketersediaan air bersih dan dukungan masyarakat.

Sedangkan analisis kesesuaian kawasan ekowisata dilakukan untuk menilai sejauh mana tingkat kesesuaian kawasan terhadap pemanfaatannya untuk ekowisata sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Sementara analisis daya dukung dilakukan untuk menilai kemampuan kawasan untuk menampung wisatawan (ekowisatawan) sesuai kebutuhan dalam periode waktu tertentu. Pengumpulan data profil sumber daya ekowisata, sosial dan budaya juga melibatkan partisipasi masyarakat yang dilakukan dengan metode PRA (Participatory Rural Appraisal). Teknik yang digunakan dalam metode PRA ini adalah teknik pemetaan partisipatif. Hasil keempat model analisis potensi ekowisata tersebut kemudian diinterpretasikan dalam peta potensi ekowisata (potential condition mapping) dengan menggunakan software Arc View GIS 3,3.

a. Zonasi Kawasan Ekowisata

Kriteria yang digunakan untuk menentukan zona kawasan ekowisata di lokasi penelitian adalah kriteria-kriteria yang disusun berdasarkan potensi suplai dan permintaan (Mc.Kinnon et al, 1986). Potensi suplai merupakan potensi sumber daya alam meliputi unsur fisik dan biologi yang mempunyai interaksi satu sama lain. Sedangkan potensi permintaan meliputi kondisi sosial ekonomi masyarakat serta kondisi wisatawan yang perkembangannya sangat memerlukan sumber daya alam (suplai) yang memadai dan memerlukan pengaturan pemanfaatan agar dapat menjamin kelestariannya.

Pada penelitian ini, zonasi kawasan ekowisata dibatasi hanya dengan memperhitungkan suplainya saja mengingat keterbatasan yang dimiliki karena diperlukan penelitian yang lebih komprehensip dan memakan waktu yang cukup lama bila ingin mengembangkan kawasan ini lebih jauh. Penetapan kriteria untuk menentukan zona kawasan ekowisata pesisir di kecamatan Paloh berdasarkan parameter fisik dan biologi kawasan yang meliputi tutupan lahan, tutupan terumbu karang, kecerahan perairan, dan susunan pantai.

Dalam rangka optimalisasi pemanfaatan ruang kawasan ekowisata di kecamatan Paloh maka zonasi yang dapat dikembangkan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan disajikan berdasarkan analisis potensi suplai maka secara aktual lokasi penelitian terbagi dalam empat (4) zona ekowisata. Sebaran zona ekowisata di lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 3, sedangkan deskripsi kriteria zona ekowisatanya dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Deskripsi Zona Ekowisata di Lokasi Penelitian

Karakteristik Zona I Zona II Zona III Zona IV

Tutupan Lahan (dominan) Pemukiman dan lahan pertanian Hutan cemara dan hutan mangrove Hutan campuran Lahan terbuka Tutupan Terumbu Karang

Tidak ada Sangat minim Luas Sangat luas

Kecerahan Perairan Kurang cerah Kurang cerah Cukup cerah Cerah Susunan Pantai Pasir

berlumpur

Pasir putih Pasir putih Pasir putih dan pantai berbatu

Luas (ha) 16.613 12.437 14.650 9.535

Panjang Pantai (km) 17,72 15,83 15,48 14,22 Sumber : Hasil Analisis Data (2011)

Zona ekowisata aktual ini akan dijadikan sebagai objek dasar penilaian sesuai dengan analisis yang akan dilakukan yaitu analisis objek/atraksi, kesesuaian dan daya dukung kawasan ekowisata, serta pemetaan partisipatif. Hasil analisis objek/atraksi, kesesuaian lahan, daya dukung, dan pemetaan partisipatif pada zona ekowisata aktual kemudian akan disintesis untuk menghasilkan zona pengembangan kawasan ekowisata di lokasi penelitian. Zonasi ruang pengembangan kawasan ekowisata akan menghasilkan tiga ruang yaitu ruang ekowisata utama, ruang penunjang ekowisata, dan ruang penyangga. Ketiga ruang ini ditentukan berdasarkan fungsi dan potensi yang dimiliki kawasan ekowisata di kecamatan Paloh.

Sedangkan untuk pemanfatan zona kawasan ekowisata berdasarkan sifatnya akan dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu zona dengan kategori intensif yang akan dikembangkan menjadi kawasan ekowisata yang memuat banyak aktivitas dan fasilitas wisata yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan pengunjung; dan kategori zona semi intensif yang merupakan zona pemanfaatan terbatas sekaligus dijadikan sebagai penyangga bagi kawasan ekowisata pesisir di kecamatan Paloh.

b. Analisis Objek dan Atraksi Ekowisata

Pengembangan ekowisata di suatu kawasan dimulai dengan menentukan objek dan atraksi ekowisata yang tersedia dan selanjutnya dinilai potensinya. Dalam penelitian ini, penilaian potensi kawasan ekowisata dilakukan dengan menggunakan metode modifikasi Mc Kinnon (1986) dan Gunn (1994) dengan kepala desa (n=8) sebagai penilai. Hal ini didasari oleh asumsi bahwa kepala desa merupakan penduduk asli dan dapat mewakili masyarakat serta mengetahui secara rinci kondisi desa tersebut dan sekitarnya. Penilaian objek wisata dilakukan dengan memenuhi aspek berikut, yaitu aspek keberadaan (letak dari jalan utama), estetika dan keaslian, transportasi dan aksessibilitas, atraksi dan keunikan, fasilitas pendukung, ketersediaan air bersih, dan dukungan masyarakat. Penilaian terhadap objek dan atraksi wisata sesuai dengan standar modifikasi Mc Kinnon (1986) dan Gunn (1994) dapat dilihat pada Tabel 13.

Kemudian dilakukan penilaian berdasarkan ketersediaan objek dan atraksi wisata pada masing-masing zona di lokasi penelitian. Penilaianan tersebut menghasilkan zona wisata berdasarkan ketersediaan objek dan atraksi wisata yang meliputi zona atraktif (S1), zona cukup atraktif (S2), zona kurang atraktif (S3), dan zona tidak atraktif (N).

Zona atraktif merupakan zona wisata dengan tingkat potensi tinggi, yaitu memiliki objek dan atraksi wisata >5. Zona cukup atraktif adalah zona wisata dengan potensi wisata sedang, yaitu memiliki objek dan atraksi wisata 3 – 5. Zona kurang atraktif adalah zona wisata dengan tingkat potensi rendah yang memiliki objek dan atraksi wisata 1 – 3. Sedangkan zona tidak atraktif adalah zona tanpa potensi wisata yaitu tidak memiliki objek dan atraksi wisata.

Tabel 13. Penilaian Terhadap Objek dan Atraksi Wisata No. Faktor Nilai 4 (Sangat Kuat) 3 (Kuat) 2 (Sedang) 1 (Lemah)

1 Letak dari jalan

utama

< 1 km 1-2 km 2-3 km >3 km

2 Estetika dan keaslian Keindahan alam yang masih asli Asimilasi, dominan bentuk asli Asimilasi, dominan bentuk baru Sudah berubah sama sekali 3 Atraksi dan keunikan Hanya terdapat di tapak Terdapat < 3 lokasi ditempat lain Terdapat 3-5 di tempat lain Terdapat > 5 lokasi di tempat lain

4 Fasilitas pendukung Tersedia dalam kondisi sangat baik Tersedia dalam kondisi baik Tersedia dalam kondisi kurang baik Prasarana dan sarana tidak tersedia 5 Ketersediaan air bersih < 0,5 km 0,5 – 1 km 1 -2 km Jarak > 2 km 6 Transportasi dan aksesibilitas Jalan aspal, ada kendaraan umum Jalan aspal berbatu, ada kendaraan umum Jalan aspal berbatu tanpa kendaraan umum Jalan berbatu/ tanah tanpa kendaraan umum 7 Dukungan Masyarakat Sangat mendukung Mendukung Kurang mendukung Tidak mendukung

Sumber : Modifikasi Mc Kinnon (1986) dan Gunn (1994) Penghitungan penilaian terhadap objek dan atraksi wisata :

Keterangan :

Flju = Faktor letak dari jalan utama Fek = Faktor estetika dan keaslian Fatk = Faktor atraksi dan keunikan Ffp = Faktor fasilitas pendukung Fka = Faktor ketersediaan air bersih

Fta = Faktor transportasi dan aksesibilitas Fdm = Faktor dukungan masyarakat

Skor hasil penjumlahan faktor di atas kemudian ditilai sesuai dengan kategori kelas masing-masing, dimana :

S1 = Sangat potensial mempunyai nilai 193 – 256 S2 = Cukup Potensial mempunyai nilai 129 – 192 S3 = Kurang potensial mempunyai nilai 65 – 128 N = Tidak potensial mempunyai nilai ≤ 64

Nilai interval masing-masing kelas didapatkan dari perhitungan : • Interval kelas Sangat Potensial (S1) :

Interval atas = Nilai Maksimum S1 x Jumlah Penilai (Kades) = (4 x 8) x 8

= 256

Interval bawah = Nilai Maksimun S2 x Jumlah Penilai + 1 = (3 x 8) x 8 + 1

= 193

• Interval kelas Cukup Potensial (S2) :

Interval atas = Nilai Maksimum S2 x Jumlah Penilai (Kades) = (3 x 8) x 8

= 192

Interval bawah = Nilai Maksimun S3 x Jumlah Penilai + 1 = (2 x 8) x 8 + 1

= 129

• Interval kelas Kurang Potensial (S3) :

Interval atas = Nilai Maksimum S3 x Jumlah Penilai (Kades) = (2 x 8) x 8

Interval bawah = Nilai Maksimun N x Jumlah Penilai + 1 = (1 x 8) x 8 + 1

= 65

• Kelas Tidak Potensial (N) :

Interval atas = Nilai Maksimum N x Jumlah Penilai (Kades) = (1 x 8) x 8

= 64

c. Analisis Kesesuaian Ekowisata

Kesesuaian kawasan ekowisata sangat menentukan objek/atraksi, jalur sirkulasi, aktivitas, dan fasilitas yang akan dikembangkan. Hasil analisis kesesuaian ekowisata digambarkan dalam bentuk peta sebagai dasar untuk perencanaan kawasan ekowisata yang akan dikembangkan.

Penentuan kategori kesesuaian kawasan ekowisata di kecamatan Paloh sangat dipengaruhi kondisi biofisik kawasan, penentuannya menggunakan data primer dan sekunder sebagai data atribut pada peta-peta tematik berdasarkan parameter yang diadopsi dari Bakosurtanal (1996), selanjutnya di-overlay menggunakan software Arc View GIS 3,3, sehingga dihasilkan peta kesesuaian ekowisata di lokasi penelitian. Analisis kesesuaian ekowisata ini terdiri dari analisis kesesuaian ekowisata pantai dan bahari. Untuk ekowisata pantai, batas lokasi studi terhitung 100 meter dari bibir pantai ke darat. Sedangkan untuk ekowisata bahari disesuaikan dengan luasan tutupan terumbu karang.

Untuk kesesuaian kawasan ekowisata ditentukan dengan menghitung lebar kelasnya yang menggunakan rumus :

Kemudian ditentukan nilai limit dari masing-masing kelas tersebut dengan menggunakan rumus :

Lebar Kelas

Adapun kelas-kelas kesesuaian ekowisata tersebut adalah sebagai berikut : S1 : Sangat sesuai (Highly suitabel), nilai 350-400

Daerah yang tidak mempunyai pembatas yang serius untuk menterapkan pengelolaan yang diberikan atau hanya mempunyai pembatas yang tidak berarti atau berpengaruh secara nyata terhadap penggunaannya.

S2 : Cukup sesuai (Moderately suitabel), nilai 250 – 349

Daerah yang mempunyai pembatas agak serius untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus diterapkan.

S3 : Sesuai bersyarat (Marginally suitabel), nilai 150 - 249

Daerah yang mempunyai pembatas yang serius untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus diterapkan.

N : Tidak sesuai ( Non suitabel), nilai ≤ 149

Daerah yang mempunyai pembatas permanen sehingga mencegah segala kemungkinan penggunaan wisata berkelanjutan pada kawasan tersebut.

Nilai interval masing-masing kelas didapatkan dari perhitungan : • Interval nilai kelas sangat sesuai (S1) :

- Total nilai kelas sangat sesuai = 400 - Total nilai kelas sesuai = 300

- Lebar kelas = (400-300) / 2 = 50 - Nilai limit kelas S1 = 300 + 50 = 350 - Jadi interval nilai kelas S1 = 350 – 400 • Interval nilai kelas cukup sesuai (S2) :

- Total nilai kelas sesuai = 300

- Total nilai kelas sesuai bersyarat = 200 - Lebar kelas = (300-200) / 2 = 50 - Nilai limit kelas S2 = 200 + 50 = 250 - Jadi interval nilai kelas S2 = 250 - 349 • Interval nilai kelas sesuai bersyarat (S3) :

- Total nilai kelas sesuai bersyarat = 200 - Total nilai kelas tidak sesuai = 100 - Lebar kelas = (200-100) / 2 = 50

- Nilai limit kelas S3 = 100 + 50 = 150 - Jadi interval nilai kelas S3 = 150 - 249 • Interval nilai kelas tidak sesuai (N) = ≤ 149

Parameter yang digunakan dalam matriks kesesuaian kawasan ekowisata pantai dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Matrik Kesesuaian Kawasan Ekowisata Pantai di Kecamatan Paloh

Parameter Bobot S1 Skor S2 Skor S3 Skor N Skor

Kedalaman Dasar Perairan (m) 10 1-7 4 7-12 3 12-18 2 >18 1 Material Dasar Perairan 15 Pasir 4 Karang berpasir 3 Karang hidup 2 Lumpur 1 Kecepatan Arus (m/det) 10 0,06-0,098 4 0,098-0,105 3 0,105-0,112 2 0,112-0,12 1 Kecerahan Perairan (m) 15 <6 4 6-8 3 8-10 2 10-12 1

Tipe Pantai 20 Berpasir 4 Berpasir sedikit karang 3 Pasir dan karang sedikit terjal 2 Lumpur karang terjal 1 Penutupan Lahan Pantai 20 Kelapa, lahan terbuka 4 Semak belukar rendah, savana 3 Belukar tinggi, hutan 2 Bakau, pemukiman, pelabuhan 1 Ketersediaan Air Tawar (km) 10 <0,5 4 0,5-1 3 1-1,5 2 >1,5 1 Total 100 S1 400 S2 300 S3 200 N 100

Sumber : Modifikasi Bakosurtanal (1996) dalam Wardhani (2007)

Sedangkan parameter yang digunakan dalam matriks kesesuaian kawasan ekowisata bahari dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Matrik Kesesuaian Kawasan Ekowisata Bahari Di Kecamatan Paloh

Parameter Bobot S1 Skor S2 Skor S3 Skor N Skor Kecerahan Perairan (m) 20 10-12 4 8-10 3 6-8 2 <6 1 Tutupan Karang Hidup (%) 50 >50 4 25-50 3 20-25 2 <20 1 Kecepatan Arus (m/det) 20 0,06-0,098 4 0,098-0,105 3 0,105-0,112 2 0,112-0,12 1 Kedalaman Dasar Laut (m) 10 18-24 4 12-18 3 7-18 2 <7 1 Total 100 S1 400 S2 300 S3 200 N 100 Sumber : Modifikasi Bakosurtanal (1996) dalam Wardhani (2007)

d. Analisis Daya Dukung Ekowisata

Kawasan ekowisata merupakan kawasan yang diharapkan terjaga keberlanjutannya. Penggunaan lahan pada kawasan ekowisata yang tidak sesuai dengan kemampuannya dapat menimbulkan masalah kerusakan lahan dan masalah sosial. Oleh sebab itu, dalam perencanaan kawasan ekowisata perlu dilakukan analisis daya dukung.

Analisis daya dukung ekowisata merupakan jumlah maksimum wisatawan (ekowisatawan) yang dapat ditampung oleh suatu kawasan sesuai dengan kebutuhan individu dalam satu waktu kunjungan. Menurut Boullion (1985) dalam Bengen et al (2002) bahwa daya dukung wisatawan merupakan daya dukung fisik kawasan ekowisata untuk menerima wisatawan yang membandingkan luas area yang digunakan wisatawan dengan standar individu rata-rata yang telah ditentukan. Rumus yang digunakan adalah :

Daya dukung/tampung wisatawan untuk pariwisata berkelanjutan di kawasan pantai menurut standar WTO dihitung berdasarkan kapasitas panjang pantai berpasir, yaitu kapasitas sedang (15 m per orang), kapasitas nyaman (20 m per orang), dan kapasitas mewah (30 m per orang). Sedangkan wisata bahari dihitung berdasarkan kapasitas luasan tutupan terumbu karang sesuai dengan kebutuhan area wisata per orang dengan kategori sedang (15 m2), nyaman (20 m2), dan mewah (30 m2

Daya tampung wisatawan untuk ekowisata berdasarkan tingkat kenyamanan menggunakan modifikasi standar WTO. Pertimbangan ini diambil karena pada kawasan ekowisata suasana harus alami dan seolah-olah tidak ada wisatawan lain yang berkunjung. Jadi antara wisatawan yang satu dengan wisatawan lain tidak dapat berpapasan. Boullion (1985) dalam Bengen et al (2002) menyatakan bahwa standar area yang dibutuhkan wisatawan berdasarkan waktu kunjungan untuk wisata pantai adalah pantai pasir sepanjang 100 m per orang. Sedangkan lokasi wisata bahari merupakan area ekosistem terumbu karang, dengan standar aktivitas diving 200 m

).

2

dan snorkeling 50 m2 per wisatawan. Asumsinya bahwa dalam sehari area wisata terbuka selama 12 jam dengan rata-rata waktu satu kunjungan selama 2 jam. Jadi koefisien rotasi yang digunakan adalah enam (6).

e. Pemetaaan Partisipatif

Metode pemetaan partisipatif dilakukan dengan menganalisis dan memplot informasi yang ada di lokasi penelitian dalam suatu peta. Pemetaan ini dilakukan berdasarkan informasi langsung dari masyarakat yang dipandu oleh peneliti. Informasi tersebut dikumpulkan, dipetakan dan dianalisis untuk memberikan pemahaman tentang kondisi yang lalu, kondisi saat ini serta memperkirakan potensi atau kondisi akan datang bagi pengembangan kawasan ekowisata. Juga untuk mengidentifikasi keterbatasan serta kesempatan pemanfaatan sumber daya alam bagi pembangunan kawasan ekowisata pesisir yang berbasis masyarakat di lokasi penelitian.

Pemetaan partisipatif ini diawali dengan pembentukan kelompok masyarakat yang terdiri dari 5 – 10 orang di tiap-tiap desa. Pemilihan anggota

kelompok ini berdasarkan rekomendasi dari aparatur desa masing-masing sehingga diharapakan dapat mewakili masyarakat di desa tersebut. Bahan dan alat yang digunakan dalam pemetaan ini berupa panduan pemetaan, peta administrasi kecamatan Paloh skala 1 : 5.000 dan alat tulis. Hasil deleniasi peta dari masing-masing kelompok kemudian dipadukan menjadi satu lembar peta sebagai pembanding sekaligus masukan untuk perencanaan lanskap kawasan ekowisata berbasis masyarakat di kecamatan Paloh. Peta hasil pemetaan partisipatif memuat lokasi aktivitas wisata, fasilitas, dan jalur sirkulasi wisata di lokasi penelitian yang kemudian dianalisis sesuai dengan konsep zonasi ruang ekowisata.

f. Analisis Peta

Analisis peta dengan SIG merupakan merupakan pekerjaan penting dalam menentukan zona ekowisata potensial di lokasi penelitian, sehingga menghasilkan kemungkinan alternatif strategi pengembangan ekowisata berbasis masyarakat yang akan dikembangkan.

Analisis peta dilakukan terhadap peta topografi digital dengan skala 1 : 25.000 yang mencakup lokasi masing-masing sumber daya ekowisata dengan menggunakan SIG. Dalam analisis ini diperlukan data berupa posisi masing-masing objek/atraksi, jalur sirkulasi, dan fasilitas ekowisata yaitu koordinat titik yang didapatkan dari proses tracking dengan Global Positioning System (GPS). Selanjutnya posisi masing-masing objek/atraksi, jalur sirkulasi, dan fasilitas ekowisata tersebut dipetakan terhadap peta digital wilayah kecamatan Paloh. Peta digital ini berupa jaringan jalan, sungai, dan batas wilayah yang berguna dalam kegiatan koreksi geometrik.

Peta digital dibuat dengan cara pendigitasian peta rupa bumi lokasi penelitian dengan bantuan software ArcView GIS 3,3. Peta digital tersebut kemudian digunakan dalam analisis spasial untuk dijadikan arahan rencana pengembangan lanskap kawasan ekowisata berbasis masyarakat di kecamatan Paloh.