• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PERANCANGAN

4.1. Analisis Kawasan Perancangan

Tujuan dari analisis site adalah untuk menentukan ketepatan perletakan bangunan pada site sehingga tersedia cukup ruang untuk tata hijau. Analisis ini berupa analisis kondisi-kondisi tapak yang ada.

4.1.1. Gambaran Umum Kawasan Tapak Perancangan

Palembang merupakan ibukota Provinsi Sumatera Selatan dan sekaligus sebagai kota terbesar serta pusat kegiatan sosial ekonomi di wilayah Sumatera Selatan. Luas wilayah Kota Palembang adalah sebesar 400,61 km2 atau 40.061 Ha. Secara geografis, posisi Kota Palembang terletak antara 20 52’ sampai 30 5’

Lintang Selatan dan 1040 37’ sampai 1040 52’ Bujur Timur dengan ketinggian

rata-rata 8 meter dari permukaan laut. Letak Kota Palembang ini cukup strategis karena dilalui oleh jalur jalan Lintas Pulau Sumatera yang menghubungkan antar daerah di Pulau Sumatera. Selain itu, di Kota Palembang juga terdapat Sungai Musi yang berfungsi sebagai sarana transportasi dan perdagangan antar wilayah dan merupakan Kota Air.

Bandar Udara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang sebagai pintu gerbang dan ujung tombak lalu lintas udara yang berlokasi di bagian Barat Laut kota Palembang, terletak antara garis 02’54” Lintang Selatan dan 104’42” Bujur Timur, berbatasan dengan :

 Sebelah Barat, dengan Desa Sukajadi Kecamatan Talang Kelapa

Kabupaten Banyuasin

 Sebelah Selatan, dengan Desa Bakung Kecamatan Indralaya

Kabupaten Ogan Ilir dan Kecamatan Gelumbang Kabupaten Muara Enim

 Sebelah Timur, dengan Balai Makmur Kecamatan Banyuasin I

Kabupaten Banyuasin

 Sebelah Utara, dengan Desan Pangkalan Benteng, Desa Gasing

dan Desa Kenten, Kecamatan Talang Kelapa Banyuasin. (Kota Palembang, 2019)

Secara geografis letak kota Palembang memiliki potensi sangat strategis, antara lain :

 Palembang sebagai Ibukota Propinsi Sumatera Selatan merupakan

pusat pemerintahan, perekonomian, politik dan sosial budaya.

 Letak strategis karena dilalui oleh jalur Lintas Pulau Sumatera

124

 Palembang juga terdapat Sungai Musi yang dilintasi oleh Jembatan

Ampera yang berfungsi sebagai sarana transportasi dan perdagangan antar wilayah.

Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang (kode IATA: PLM) adalah bandar udara internasional yang melayani kota Palembang, Sumatera Selatan dan sekitarnya. Bandara ini terletak di wilayah KM. 10 Kecamatan Sukarame. Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II dioperasikan oleh PT. Angkasa Pura 2. Nama Bandara ini diambil dari nama Sultan Mahmud Badaruddin II (1767-1862 M), seorang pahlawan daerah yang pernah memimpin Kesultanan Palembang Darussalam (1803-1819 M). (Bandara SMB II, 2009)

Bandara ini pada awalnya dibangun oleh penjajah Jepang pada tahun 1942-1943. Pada 15 Juli 1963, bandara ini menjadi lapangan udara bersama sipil dan militer. Kemudian pada 21 Agustus 1975 status bandara ini menjadi pelabuhan udara (Pelud) sipil Talang Betutu. Pada 3 April 1985, bandara ini berganti nama menjadi Pelud Sultan Mahmud Badaruddin II. Tak lama kemudian istilah Pelud Sultan Mahmud Badaruddin II diubah menjadi Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II pada 1 September 1985.

Terhitung 1 April 1991, bandara ini resmi dikelola Perum Angkasa Pura II. Pada 2 Januari 1993, Manajemen Perum Angkasa Pura II berganti status menjadi PT (Persero) Angkasa Pura II.

Pada saat Propinsi Sumatera Selatan resmi terpilih menjadi tuan rumah PON XVI tahun 2004, maka pemerintah berupaya untuk memperbesar kapasitas bandara sekaligus merubah status bandara menjadi bandara internasional. Gedung terminal baru Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II akhirnya rampung dan diresmikan pada 27 September 2005.

Bandara ini telah resmi menjadi bandara bertaraf internasional dan bisa didarati oleh pesawat yang berbadan besar pada 27 September 2005. Pengembangan bandara tersebut mulai dilakukan pada 18 September 2003 dengan total biaya Rp. 366,7 milyar yang berasal dari Japan Internasional Bank

Corporation Rp. 251,9 milyar dan dana pendamping dari APBN sebesar Rp.

114,8 milyar.

Antara perkembangan yang dilaksanakan adalah perpanjangan landas pacu sepanjang 300 meter x 60 meter menjadi 3.000 meter x 60 meter, pembangunan tempat parkir kendaraan seluas 20.000 meter yang dapat menampung 1.000 kendaraan serta pembangunan gedung terminal penumpang tiga lantai seluas 13.000 meter persegi yang dapat menampung 1250

125

penumpang, dilengkapi garbata dan terminal kargo dan bangunan penunjang lainnya seluas 1.900 meter persegi.

Hasil pengembangan ini membuat Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II dapat didarati pesawat Airbus A330 dan sejenisnya serta Boeing 747. Selain itu, arus penumpang diproyeksikan akan naik dari 7.720 penumpang menjadi 16.560 penumpang. Setelah itu akan ada pembangunan jalan tol Kayu Agung- Palembang-Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II untuk mempermudah akses ke Bandara.

Stasiun LRT SMB II adalah stasiun yang melayani angkutan LRT Palembang yang terletak di kompleks Bandar Udara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang. Stasiun ini menjadi terminus barat dari layanan LRT Palembang. Stasiun ini menjadi satu di antara enam stasiun yang dibuka pada pengoperasian perdana LRT Palembang pada tanggal 1 Agustus 2018 (beritasatu.com).

4.1.2. Sosial Budaya Masyarakat Sekitar Lokasi

Masyarakat Kota Palembang terbentuk dari beberapa suku asli dan para pendatang, dengan kondisi seperti ini, di dalam menjalani kehidupan bermasyarakat, selama ini tidak terjadi konflik yang serius dan menyebar seperti yang terjadi di daerah-daerah lain di tanah air. Hal ini disebabkan tingginya rasa saling menghargai dan menghormati satu sama lainnya. kondisi seperti ini modal dalam menciptakan iklim yang kondusif bagi kegiatan pembangunan.

Warga asli Palembang yang sering dikenal dengan istilah 'Wong Palembang'. Bahasa pengantar yang banyak dipergunakan antar suku yaitu Bahasa Palembang yang berakar dari bahasa Melayu. Rumah adat Palembang adalah rumah Limas, yang mengandung pengertian lima emas, ”Di mana emas pertama hingga emas kelima merupakan simbol norma-norma masyarakat, yaitu keanggunan dan kebenaran, rukun damai, sopan santun, aman sentosa, serta makmur dan sejahtera.”

Kepercayaan dan agama penduduk Kota Palembang beragam, namun mayoritas warga masyarakat memeluk agama Islam. Kehidupan beragama antar penganut agama yang berlainan di Kota Palembang cukup baik dan dalam situasi rukun serta damai, dimana masing-masing tokoh agama berperan aktif dalam usaha pembinaan kehidupan religius.

Dilihat dari status sosial ekonomi masyarakat kota Palembang, cenderung mengalami peningkatan. Secara umum pengeluaran perkapita penduduk dikota Palembang dan propinsi Sumatera Selatan berkisar antara 500.000-1.000.000 rupiah perbulan yang berarti pendapatan perkapita masyarakat sekarang ini masih rendah. Mata pencaharian penduduk sebagian besar pedagang, nelayan, buruh, karyawan, wiraswasta dan sebagian kecil adalah PNS,TNI/Polri, pensiunan dan lain

126

sebagainya. Penduduk usia angkatan kerja dikota Palembang sekitar 72.79% dari total penduduk kota Palembang. Sejalan dengan pesatnya kemajuan pembangunan di kota Palembang, tingkat pendidikan masyarakat juga semakin meningkat dan kualitas sumber daya manusia secara umum sudah mulai menunjukkan perkembangan ke arah yang lebih baik.

4.1.3. Syarat/Ketentuan Lokasi pada Objek Perancangan

Kriteria penentuan lokasi Bandar Udara yang dijadikan pedoman dalam pemilihan tapak dipengaruhi oleh faktor – faktor berikut (Horonjeff & X.McKelvey, 1993):

Tipe pengembangan daerah sekitarnya, terkait dengan kebsingan yang

dhasilkan oleh aktivitas bandar udara, lokasi site dihindari berdekatan dengan area komersial, sekolah dan permukiman. Perlu adanya tataguna lahan agar terhindari perselisihan di masa yang akan datang.

Kondisi atmosfer dan meteorologi, hal yang perlu dihindari dari kondisi

atmosfer dan meteorologi adalah terkait dengan kabut dan asap. Site yang memiliki tingkat kabut yang rendah memiliki tingkat sirkulasi angin yang tinggi, selain itu site tidak boleh berada di kawasan industri karea akan mengahasilakn asap yang dapat mengganggu penerbangan.

Kemudahan untuk dicapai dengan transportasi darat, jalan masuk ke

Bandar udara tidak hanya dibutuhkan oleh penumpang pesawat terbang saja, tetapi juga oleh pemakai bandar udara lainnya, seperti para karyawan, tamu, pengunjung, truk angkutan barang dan hal hal lain yang berurusan dengan bandar udara.

Ketersediaan lahan untuk perluasan, perluasan lahan dibutuhkan untuk

kebutuhan dimasa depan dan harus tersedia lahan yang cukup luas untuk menampung fasilitas baru seperti perluasan terminal, perpanjangan landasan pacu dan fasilitas pendukung lainnya.

Adanya bandar udara yang lain dan ketersediaan ruang angkasa dalam

daerah tersebut, bandar udara harus terletak cukup jauh satu sama

lainnya untuk menjaga agar pesawat terbang tidak terganggu dengan pesawat terbang di bandara lainnya. Jarak minimun anatar bandar udara sangat tergantung pada volume dan tipe lalu lintas udara. Letak bandar udara harus sesuai dengan pola – pola lalu lintas jalur udara untu menghindari konflik dalam arus lalu lintas.

Halangan sekeliling, tapak bandar udara harus dipilih sedemikan

sehingga bila diadakan pengembangan bandar udara tersebut tidak ada halangan atau bila ada harus dihilangkan. Bandar udara harus dilindungi

127

dengan peraturan yang ketat dan pembatasan yang tinggi di dalam daerah putar bandar udara dan daerah yang segaris landasan pacu.

Keekonomian biaya konstruksi, bila terdapat tapak yang lain dan sama

baiknya, tapak dengan biaya pembuatan yang lebih murah yang harus dipilih. Tapak yang terletak di daerah datar dan bertanah kering akan lebih murah dibanding dengan daerah berlereng dengan tanah basah.

Ketersediaan utilitas, bandar udara, membutuhkan air, gas alam atau minyak, tenaga listrrik dn bahan bakar bagi pesawat terbang dan kendaraan darat dalam jumlah tertentu. Dalam beberapa keadaan, bandar udara menyediakan fasilitas –fasilitas pembangkit tenaga listrik yang dibutuhkan dengan dasar kesinambungan akibat efisiensi dari teknologi baru untuk pembangkit energi.

Keeratan (proximity) dengan permintaan aeronotika, tapak harus

mempunyai jalan masuk darat paling pendek. Untuk operasi penerbangan jarak pendek, waktu perjalanan darat menjadi sangat penting. Menempatkan suatu bandar udara di tempat yang jauh dari pusat permukiman dapat mengakibatkan berkurangnya jumlah penumpang.

4.1.4. Pertimbangan Pemilihan Tapak

Pemilihan tapak berada pada kawasan Bandar Udara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang. Keberadaan lokasi berada pada sebelah selatan dari landasan pacu. Dengan penggunaan landasan pacu lama merupakan salah satu metode efisensi biaya, yaitu tetap mengoptimalkan landasan pacu yang ada tanpa harus membangun landasan pacu baru.

Pemilihan tapak pada lokasi tersebut merupakan pertimbangan dari berbagai hal, diantara lain sebagai berikut:

 Pada radius 5km di sekitar bandar udara tidak boleh terdapat bangunan

yang tingginya melebihi 45m yang diukur dari permukaan landasan

 Dalam radius 15km disekitar bandar udara tidak boleh ada bangunan yang

tingginya melebihi 300m yang diukur dari permukaan landasan

 Jarak bandar udara tidak boleh terlalu dekat dengan kota. Sebaliknya juga tidak boleh terlalu jauh agar tidak ada masalah dalam hal pencapaian

 Daerah kedatangan mempunyai kemiringan 2% bagi pesawat yang

berbeban berat

 Landasaan pacu dibuat sedikit kasar untuk membantu daya pengereman,

namun tidak boleh terlalu kasar

128

 Daya dukung landasan jalan (taxi way) 15% lebih kuat dari landasan pacu,

tapi dapat juga dibuat sama kuat

 Air yang berada di landasan pacu, landasan jalan, parkir pesawat harus

dialirkan ke darinase-drainase yang selalu dikontrol

 Terdapat stasiun

LRT Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II (atau Stasiun

LRT SMB II) yang melayani angkutan LRT Palembang yang terletak di

kompleks Bandar Udara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II,

Palembang.

4.2. Analisis Perancangan

Dokumen terkait