• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKAN

2.2. Tinjauan Pendekatan Desain

2.2.1. Definisi dan Penjelasan Pendekatan Desain

Biomorphic Architecture ini memiliki ciri secara visual bentuk, struktur,

sistemnya yang menyerupai sistem kehidupan alam. Selain itu, penggunaan material lokal dan material pendukung yang menggunakan struktur ringan sebagai wujud keberlanjutan untuk meminimalisir permasalahan dalam isu global.

Minimalisasi penggunaan material dangat diupayakan untuk mengurangi ketidak-manfaatan dalam perancangan yang berlebih-lebihan. Akan tetapi, penerapan kekuatan struktur yang maksimal supaya efisien terhadap struktur, material, tapak dan iklim. Sehingga, adanya kontinuitas antara konsep interior dan eksterior dalam bangunan.

Pada dasarnya Biomorphic architecture ini berbasis ekologi dan metafora, yang keduanya memiliki kesamaan dalam proses pendekatan rancangan bentuk berdasarkan analisis bentuk lain yang dikaitkan.

2.2.1.2. Latar Belakang Biomorphic Architecture

Pada tahun 1970 , kesadaran akan pentingnya alam di lingkungan yang asli itu sangat penting. Arsitek dan perancang kota tertentu menjawab tantangan itu dengan gairah baru, yaitu mendalami macam arsitektur yang mendekatkan alam dengan peradaban. Aliran ini disebut arsitektur biologi atau biotektur. Aliran ini disebut arsitektur biomorfik. Keadaan alam dapat dimanfaatkan sebagai contoh disain untuk gedung-gedung yang mempergunakan prinsip struktur dan motif alam.

Arsitektur Biomorfik kurang terfokus terhadap hubungan antara bangunan dan lingkungan dari pada terhadap proses-proses dinamik yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perubahan organisme. Arsitektur biomorfik kurang terfokus terhadap proses-proses dinamik yang berbentuk setengah-setengah bulat dan petunjuk dari bentuk biologi. Biomorfik arsitektur berkemampuan untuk berkembang dan tumbuh melalui: perluasan, penggandaan, pemisahan, regenerasi dan perbanyakan (Supardjo, 2014).

2.2.1.3. Prinsip Pendekatan Desain

Tema ini memiliki 3 prinsip secara garis besar, yakni prinsip bentuk, prinsip material dan struktur, serta prinsip keberlanjutan. Berikut deskripsi mengenai ketiga prinsip tersebut (Rasikha, 2009):

97

Bentuk yang ditampilkan dalam tema ini mewujudkan bentuk yang menyerupai suatu kehidupan yang ada pada alam. Baik itu bentuk secara mentah apa adanya atau bentuk yang diambil dari suatu transformasi/pergerakan suatu sistem kehidupan alam.

Bentuk-bentuk dalam biomorphic architecture dapat diperoleh melalui analogi atau metafora pada bentuk-bentuk alam. Selain itu, perolehan bentuk dipengaruhi oleh faktor teknologi. Perkembangan teknologi digital mampu membantu arsitek dalam membuat bentuk-bentuk yang kompleks. Karena alam tidak hanya dicontoh dari bentuknya saja, namun bagaimana prinsip alam itu bekerja, prinsip-prinsip alam dapat dipelajari dan diterapkan dalam desain arsitektur (Rasikha, 2009).

b. Material dan Struktur

Bentuk dan gaya arsitektur selalu berkaitan erat dengan sistem kontruksi dan material yang berlaku pada masa tertentu. Perkembangan ilmiah teknik dan pendidikan insinyur memberi kesempatan yang besar di mana bentuk struktur hampir tidak terbatas lagi dalam bentang lebar, dalam berbagai anek a struktur baru maupun dalam variasi material bangunan (Rasikha, 2009).

Penggunaan material dan struktur dalam tema ini juga berkaitan dengan ide dasar kehidupan alam. Seperti halnya sistem kekuatan struktur yang terdapat pada alam, dimasukkan ke dalam desain rancangan yang mengikuti pola tersebut, sehingga memiliki sistem kekuatan yang sama.

Arsitektur biomorfik dapat diaplikasikan melalui inovasi struktur dan material. Struktur dapat dibuat lebih estetis dengan menggunakan bentuk- bentuk alam. Penggunaan struktur dengan bentuk-bentuk organik dapat diterapkan pada eksterior maupun pada interior bangunan. Sistem maupun bentuk strukturnya dapat meniru struktur-struktur yang ada di alam, karena struktur alam sudah teruji kekuatannya. Sedangkan dari segi penggunaan material bangunan, arsitektur biomorfik memiliki kecenderungan dalam pemakaian material, yaitu material alami (lokal), material berbahan ringan seperti membrane, dan material lain yang mendukung bentuk-bentuk kurvilinier (Rasikha, 2009).

98

c. Prinsip Keberlanjutan

Prinsip ini seperti halnya sustainable architecture yang memiliki konsep

responsible. Wujud yang ditampilkan akan memberi manfaat pada bangunan itu

sendiri dan lingkungan untuk masa yang akan datang.

Biomorphic architecture adalah arsitektur yang memperhatikan ekologis,

seperti halnya arsitektur “hijau” yang sama –sama bertemakan alam. Keterkaitan antara bentuk organic dan arsitektur berkelanjutan memang ada, namun bukan merupakan suatu hubungan timbal balik. Kedua arsitektur ini memiliki kesamaan dalam sistem keberlanjutan, yaitu karena alam memiliki sistem untuk bertahan hidup. Kaitan konkritnya adalah dengan karakternya yang kurvilinier, arsitektur biomorfik dapat membawa manfaat dari efisiensi energi. Arsitektur biomorfik sebaiknya didesain dengan kesadaran ekologi untuk menciptakan arsitektur yang ramah lingkungan, jadi tidak hanya mempresentasikan dari segi bentuk saja namun juga mempresentasikan keberlanjutan seperti alam (Rasikha, 2009).

Bentuk bangunan tentu memiliki kaitan dengan penerimaan panas dan udara. Hubungan antara luas permukaan bangunan dan volume ruang menentukan seberapa besar panas dan udara yang dapat masuk ke dalam bangunan. Makin padat bentuk gedung, makin kecil panas dan udara yang dapat masuk. Bentuk terbaik dengan volume besar tetapi luas permukaannya kecil adalah bentuk setengah bola (Frick & Suskiyanto dalam Rasikha, 2009)

Penerapan ketiga prinsip tema tersebut dapat diterapkan ke dalam perancangan terminal penumpang bandara ini. Seperti prinsip penerapan bentuk dari alam, penerapan prinsip material dan struktur berdasarkan sistem alam, dan penerapan sistem keberlanjutan untuk mencapai bangunan yang berlandaskan sifat dari alam. Maka, Biomorphic architecture ini menjadi tema perancangan atas dasar prinsip yang diterapkan sesuai dengan kondisi iklim dan fungsi bangunan sebagai pelayanan penumpang dan barang dari dan ke moda transportasi darat dan udara.

2.2.1.4. Teori Pendekatan Desain

Pendekatan biomorphic architecture menggunakan struktur dari sistem dan anggota gerak makhluk hidup sebagai ide bentuk. Dalam setiap karya arsitektur biomorfik, selalu memberikan kesan rancangan bahwa tubuh makhluk hidup memiliki konsep arsitektur. Bahwa makhluk hidup merupakan dasar untuk mengerti arsitektur. Kita dapat mendesain bangunan jika kita mengerti proporsi manusia, ukuran tinggi badan, perilaku, dan lain-lainnya yang nantinya akan terproses di dalam bangunan yang kita bangun.

99

Penganalogian dari rancangan Terminal Penumpang Bandara Palembang ini menggunakan burung tokhtor sumatra sebagai acuan bentuk dan strukturnya. Burung merupakan makhsluk Allah SWT. yang luar biasa sehingga penganalogian burung tokhtor sumatera kedalam bangunan terminal penumpang nantinya akan dapat menjadi konektor terhadap Allah SWT. atas segala kebesaran dan keagungan ciptaan-ciptaannya.

Burung tokhtor sumatera (Carpococcyx viridis) adalah burung endemik Sumatra termasuk dalam 18 burung paling lanka di Indonesia, bahkan keberadaannya pernah dianggap sudah punah, kemudian direvisi dan sekarang terdaftar sebagai satwa kritis.

Klasifikasi Ilmiah Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies Animalia Chordata Aves Cuculiformes Cuculidae Carpococcyx C. Viridus

Nama binomial Carpococcyx viridus

(Sumber : Salvadori, 1879)

Burung Tokhtor sumatra merupakan burung penghuni permukaan tanah dengan ukuran tubuh yang besar mencapai 60 cm. Kaki dan paruh berwarna hijau. Mahkota hitam, sedangkan mantel, bagian tas, leher samping, penutup sayap dan penutup sayap tengah berwarna hijau pudar. Bagian bawah tubuh berwarna coklat dengan palang coklat kehiajuan luas. Sayap dan ekor hitam kehijauan mengkilap. Tenggorokan bawah dan dada bawah hijau pudar, bagian bawah sisanya bungalan kayu manis, sisi tubuh kemerahan. Kulit sekitar mata berwarna hijau, lila dan biru.

Gambar 2.120 Analogi Tokhtor Sumatera (Sumber : Penulis)

100

Konsep biomorfik burung tokhtor sumatera (Carpococcyx viridis) yang mengepakkan sayapnya melambangkan kesiapan aktivitas dan mobilitas penerbangan, baik untuk keberangkatan atau kedatangan penumpang. Konsep biomorfik burung juga merupakan konsep kehidupan sehingga dalam interior bangunan terdapat unsur yang mempresentasikannya, yaitu penggunaan vegetasi dan material alam.

Table 2.20 Karakter Burung Tokhtor Sumatera (Carpococcyx viridis)

Tulang kering dan tulang telapak kaki berfungsi untuk persendian, bentuknya yang melengkug bertujuan untuk menyangga badan agar tetap seimbang dan kuat

Penerapan:

Sebagai acuan dalam menentukan gaya-gaya yang bekerja pada bangunan. Dijadikan kolom tengah pada bangunan untuk menyangga atap agar tetap kokoh. Tulang leher berfungsi untuk menghubungkan ke temprung kepala, sangat fleksibel terdiri dari 13-25 tulang.

Penerapan:

Sebagai dasar pencarian prinsip bangunan, fungsi utama

vertebrae diterapkan sebagai struktur utama bangunan

yang menopang berat bangunan dengan struktur uang ringan.

Perpanjangan tulang membengkok yang berfungsi untuk menguatkan tulang rusuk dengan saling bertumpang tindih

Penerapan:

Dijadikan struktur atap yang melengkung dan sling bertumpang tindih stau sama lain

Anisodactyl merupakan bentuk kaki burung yng paling umum, dengan tiga jari di depan dan satu dibelakang.

Penerapan:

Untuk dijadikan kolom pada bangunan terminal penumpang Bandar udara

101

Tulang merupakan organ gerak pasif pada burung. Sedangkan otot mendukung pergerakan tulang secara aktif.

Penerapan:

didapatkan prinsip-prinsip struktur dalam perancangan. Tulang dianalogikan sebagai tiang baja yang berfungsi sebagai elemen tekan. Sedangkan otot dianalogikan sebagai kabel yang berfungsi sebagai elemen tarik. Bagian luar pada burung tertutup oleh bulu yang berfungsi dalam rangka membantu proses terbang serta melindungi dirinya dari perubahan cuaca. Sebagian besar bulu tersusun atas protein yang disebut keratin. Bulu berfungsi sebagai pelindung tubuh dari luar, insulasi dari temperatur, identifikasi penyakit, defisiensi nutrien dan produksi telur.

Penerapan:

Penerapannya dalam rancangan adalah digunakan sebagai sistem sun screen yang melindungi interior dari terik matahari yang menyilaukan. Selain itu sistem kerja bulu dalam menanggapi angin digunakan sebagai dasar perancangan fasade bangunan yang dapat mengarahkan angin ke dalam arena indoor.

Sumber : Penulis 2019.

2.2.2. Studi Preseden

Dokumen terkait