• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Keanekaragaman masyarakat Indonesia

Dalam dokumen sma11sos Sosiologi Puji (Halaman 169-173)

Pendekatan Teoritis dalam Menganalisis Keanekaragaman Masyarakat Indonesia

3. Analisis Keanekaragaman masyarakat Indonesia

Adanya perbedaan suku bangsa, agama, regional, dan pelapisan sosial dalam suatu masyarakat multikultural secara analitis memang dapat dibicarakan sendiri-sendiri, akan tetapi di dalam kenyataan semuanya jalin-menjalin menjadi suatu kebulatan yang kompleks, serta menjadi dasar bagi terciptanya kelompok-kelompok dalam masyarakat Indonesia.

Apabila penggolongan masyarakat Indoneisa berdasarkan suku bangsa secara sederhana dibedakan menjadi Jawa dan luar Jawa. Penggolongan berdasar agama, yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Budha. Penggolongan berdasarkan sistem pelapisan sosial, yaitu priyayi dan wong cilik. Pengelompokan masyarakat Indonesia tersebut akan membawa akibat yang luas dan mendalam di dalam seluruh pola hubungan-hubungan sosial di dalam masyarakat Indonesia, seperti hubungan-hubungan dalam bidang politik, ekonomi, hukum, kekeluargaan, dan sebagainya.

Sumber: www.arsipjatim.co.id

Gambar 6.4 Berbagai kelompok dalam masyarakat multikultural In-donesia merupakan unsur yang saling terkait dalam rangka mencapai integrasi bangsa.

F

Fokusokus

Keragaman dalam masyarakat multikultural tidak dapat dianalisis sendiri-sendiri, karena semua elemen dari keragaman tersebut merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh serta saling terkait antara satu sama lain.

Apabila dilihat dari pendekatan fungsional struktural, maka masyarakat Indonesia dipandang sebagai suatu masyarakat yang terdiri dari kelompok-kelompok sosial (dalam hal suku bangsa, agama, regional, dan sebagainya) yang berlainan dan merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan antara yang satu dengan yang lain. Dengan demikian maka akan terjadi hubungan timbal balik antara kelompok sosial yang satu dengan kelompok sosial yang lain. Misalnya hubungan antara pulau Jawa sebagai penyedia tenaga kerja dan luar pulau Jawa yang menyediakan faktor-faktor produksi alam.

Sekali pun integrasi sosial di antara kelompok-kelompok sosial tersebut tidak pernah dapat dicapai dengan sempurna, namun secara fundamental sistem sosial cenderung bergerak ke arah equilibrum yang bersifat dinamis.

Dalam proses menuju ke arah equilibrum pastilah terjadi ketegangan-ketegangan di antara kelompok-kelompok sosial yang ada. Walaupun terjadi ketegangan-ketegangan di antara kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat multikultural tersebut, akan tetapi di dalam jangka yang panjang keadaan tersebut pada akhirnya dapat teratasi dengan sendirinya melalui penyesuaian-penyesuaian.

Adapun faktor paling penting dalam mengintegrasikan kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat multikultural adalah konsensus di antara para anggota masyarakat/kelompok-kelompok sosial tersebut mengenai nilai-nilai kemasyarakatan tertentu.

Menurut pandangan fungsional struktural, di dalam suatu masyarakat terdapat tujuan-tujuan dan prinsip-prinsip dasar tertentu terhadap sebagian besar kelompok sosial dalam masyarakat multikultural menganggap serta menerimanya sebagai suatu hal yang mutlak benar, yang dalam hal ini adalah Pancasila yang digali dari nilai-nilai luhur bangsa yang diyakini kebenarannya oleh warga masyarakat. Selain itu, adanya pengakuan bertumpah darah satu, berkebangsaan satu, dan berbahasa satu juga merupakan konsensus nasional pada tingkat pengakuan masyarakat multikultural Indonesia sebagai suatu kesatuan masyarakat politik.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa faktor penting yang mengintegrasikan kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat multikultural Indonesia adalah konsensus bersama yang telah disepakati, yaitu adanya pengakuan bertumpah darah satu berkebangsaan satu dan berbahasa satu, serta nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila.

Masyarakat multikultural yang terdiri dari berbagai kelompok sosial apabila ditinjau dari sudut pandang teori konƀ ik adalah sebagai berikut:

Dalam suatu masyarakat multikultural yang terdiri dari berbagai macam kelompok sosial senantiasa mengalami proses.

Sumber: www.detik.com

Gambar 5.9 Dalam masyarakat multikultural seperti Indonesia, tersimpan potensi konÀ ik yang besar, karena prosentase benturan antarkelompok sangat tinggi.

F

Fokusokus

Dalam masyarakat multikultural tersimpan potensi konÀ ik yang besar. Di mana masing-masing elemen dalam masyarakat memberikan sumbangan bagi terjadinya disintegrasi dan perubahan sosial.

Dalam suatu masyarakat multikultural pasti mengandung konƀ ik-konƀ ik di dalamnya, dan setiap unsur di dalam suatu masyarakat yang dalam hal ini berbagai macam kelompok sosial, memberikan sumbangan bagi terjadinya disintegrasi dan perubahan-perubahan sosial. Misalnya, konƀ ik antarsuku yang terjadi di Kalimantan antara suku Dayak dengan Suku Madura. Konƀ ik antaragama di Ambon, yaitu antara Islam dan Kristen. Adapun faktor penting dalam mengintegrasikan kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat multikultural tersebut adalah adanya penguasaan atau dominasi

oleh pemerintah dengan perkataan lain, integrasi terjadi karena adanya paksaan/tekanan yang dilakukan pemerintah di dalam menjaga integrasi nasional. Misalnya pemerintah menggunakan kekuatan diplomatik dan militer untuk tetap menjaga keutuhan wilayah nasional dalam menghadapi gerakan separatis yang ingin memisahkan diri dari NKRI.

Adapun bentuk pengendalian konƀ ik-konƀ ik sosial yang terjadi antara kelompok-kelompok sosial di antaranya:

1. Koersif

Koersif adalah suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan oleh karena adanya paksaan, di mana salah satu pihak berada dalam keadaan yang lemah bila dibandingkan dengan pihak lawan. Misalnya untuk menghentikan kerusuhan yang terjadi dalam sebuah pertandingan sepak bola, maka polisi melakukan tindakan yang cenderung ofensif, seperti menyemprotkan gas air mata, water canon, menembakan peluru karet, dan lain-lain.

2. Kompromi

Kompromi adalah suatu bentuk akomodasi di mana pihak-pihak yang terlibat saling mengurangi tuntutannya, agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada. Misalnya dalam penyelesaian kasus lumpur porong di Sidoarjo, antara PT. Lapindo dan warga Perumtas (Perumahan Tanggul Angin Sejahtera). Di mana warga Perumtas menuntut ganti rugi secara cash and carry kepada PT. Lapindo, akan tetapi PT. Lapindo hanya bersedia memberikan ganti rugi kepada masyarakat yang memiliki tanah yang sudah bersertiſ kat.

S

Sosio Infoosio Info

Penyelesaian konÀ ik:

Pemerintah Harapkan Kesepakatan Wapres dan Warga Perumtas Jalan Lancar

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengharapkan proses penyelesaian ganti rugi bagi warga Perumtas I Sidoarjo korban lumpur Lapindo berjalan lancar dan tidak mengalami hambatan sesuai dengan yang disepakati antara wakil warga Perumtas itu dengan pemerintah yang diwakili wapres.

Presiden juga meminta jika ada masalah dalam proses penyelesaian ganti rugi ini, sebaiknya dikomunikasikan secara baik dengan pejabat yang tepat di daerah seperti gubernur, bupati termasuk kepada ketua BPLS atau pengarah BPLS.

Sebelum bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kelima orang wakil warga Perimtas I itu sebelumnya telah bertemu dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla di istana wapres dan menghasilkan kesepakatan yang ditandatangani wapres dan wakil warga.

Dalam kesepakatan itu, disebutkan pemerintah menawarkan percepatan pembayaran ganti rugi sebesar 80 persen kepada warga Perumahan Tanggul Angin Asri Sejahtera I (Perumtas) Sidoarjo akan dilakukan setelah satu tahun, sedangkan pemabayaran awal 20 persen akan diterima utuh oleh masyarakat.

3. Mediasi

Mediasi adalah bentuk akomodasi dengan mengundang pihak ketiga yang netral untuk mengusahakan suatu penyelesaian secara damai. Kedudukan pihak ketiga ini hanyalah sebagai penasihat belaka, dia tidak mempunyai wewenang untuk memberi keputusan-keputusan penyelelsaian perselisihan tersebut. Misalnya, PBB membantu menyelesaikan perselisihan antara Indonesia dengan Timor Timur pada penentuan pendapat (jajak pendapat tahun 1999).

4. Konsiliasi

Konsiliasi adalah suatu usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama.

5. Arbitrasi

Arbitrasi adalah bentuk penghentian perselisihan secara langsung oleh pihak ketiga dan diterima serta ditaati oleh kedua pihak. Pihak ketiga ini dipilih oleh kedua belah pihak dan oleh suatu badan yang berkedudukan lebih tinggi dari pihak-pihak yang bertentangan.

6. Stalemate

Stalemate merupakan suatu akomodasi, di mana pihak-pihak yang bertentangan mempunyai kekuatan yang seimbang, dan oleh karenanya pihak-pihak tersebut mengentikan pertentangannya pada suatu titik tertentu dan tidak memungkinkan lagi baik untuk maju maupun untuk mundur. Misalnya perlombaan senjata antara Amerika Serikat dan Uni Soviet pada masa perang dingin.

7. Adjudikasi

Adjudikasi adalah penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan. Misalnya proses persidangan di pengadilan untuk memustuskan sejumlah tersangka, di antaranya rektor IPDN dan 7 Pradya Nindya. Contoh lainnya adalah penyelesaian kasus-kasus korupsi, kriminalitas, pertikaian, dan sebagainya.

Sumber: www.elsam.or.id

Gambar 6.4 Persidangan di pengadilan merupakan suatu jalan untuk mencapai akomodasi.

F

Fokusokus

Bentuk-bentuk pengendalian konÀ ik sosial dalam masyarakat antara lain: 1. koersif 2. kompromi 3. mediasi 4. konsiliasi 5. arbitrasi 6. stakmate 7. adjudikasi

Faktor Penyebab Keanekaragaman/Masyarakat

Dalam dokumen sma11sos Sosiologi Puji (Halaman 169-173)