• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKHLAK

A. Analisis Kebahasaan

1. Biografi Umar Bin Ahmad Baraja

Syaikh Umar bin Ahmad Baraja lahir dikampung Ampel Magfur, pada 10 Jumadil akhir 1331 H/17 mei 1913 M. Sejak kecil beliau dididik oleh kakeknya dari pihak ibunya, Syaikh Umar bin Ahmad Baraja beliau seorang ulama’ ahli nahwu dan fiqih. Beliau seorang ulama yang memiliki akhlak mulia. Penampilan Syaikh Umar bin Ahmad Baraja sangat bersahaja, dan beliau juga dihiasi sifat-sifat ketulusan niat yang disertai dengan keikhlasan dalam segala amal perbuatan duniawi dan ukhrawi.

Beliau juga menjelaskan tentang akhlak ahlul bait, yang terdiri dari keluarga, sahabat, yang mencontoh baginda Nabi Muhammad SAW.

Beliau juga tidak suka membanggakan diri sendiri, baik tentang ilmu amal dan ibadah. Ini karena beliau tawadu’ dan rendah hatinya sangat tinggi.19

Dalam beribadah, beliau selalu istiqomah baik dalam persoalan shalat fardhu maupun dalam shalat sunnah qobliyah dan ba’diyah. Shalat dhuha dan tahajud hampir tidak pernah beliau tinggalkan walaupun dalam keadaan bepergian sekalipun beliau tetap menjalankan dengan baik. Kisah

19 Muhammad Achmad Asseggaf, sekelumit Riwayat hidup AL-Ustadz Umar bin achmad Baradja, Surabaya : panitia Haul ke-v, 1995, h. 7

20

hidup Umar bin Ahmad selalu dirujukkan pada syariat islam yang mengandung tata aturan agama.20

Dalam pengaplikasian hidupnya, Syaikh Umar bin Ahmad Baraja selalu menghormati waktu dan tidak menyia-nyiakan waktunya, sehingga setiap apa yang telah dipelajarinya tidak sia-sia dan bisa dipertanggung-jawabkan. Beliau meninggal ketika mencapai umur 77 tahun, tepatnya di bulan november tanggal 3 tahun 1990 di RS Islam Surabaya. Jasad Syaikh Umar sendiri di kebumikan di makam Islam pinggirian Surabaya.21

Syaikh Umar bin Ahmad Baraja merupakan alumni dari madrasah Al-Khariyah yang terletak di lingkungan kampung ampel kota Surabaya, di mana madrasah tersebut dipimpin oleh Al-Habib Al-Imam Muhammad bin Achmad Al-Mudhar. Di dalam masa pendidikannya, Syaikh Umar merupakan murid yang tekun dan sangat intens untuk belajar bahasa Arab, hal ini membuatnya menjadi lebih mudah memahami setiap kitab-kitab yang masih menggunakan bahasa Arab asli dan belum mengalami terjemahan. Adapun guru-guru yang pernah mendidik Syaikh Umar Bin Ahmad Baradja seperti Al-Ustadz Abdul Qodir bin Ahmad bin Faqih (Malang), Ustadz Muhammad bin Husein bin Ba’bud (Lawang), Al-Habib Abdul Qodir bin Hadi Assegaf, Al-Al-Habib Muhammad bin Ahmad Assegaf (Surabaya), Habib Alwi bin Abdullah Assegaf (Solo), Al-Habib Ahmad bin Alwi Al-Jufri (Pekalongan), Al-Al-Habib Ali bin Husein

20 Majalah Al-Kisah No. 07/tahun V/26 Maret – 8 April 2007, h. 88

21 Muhammad Achmad Asseggaf, sekelumit Riwayat hidup AL-Ustadz Umar bin achmad Baradja, Surabaya : panitia Haul ke-v, 1995, h. 11

21

bin Syahab, Al-Habib Zein bin Abdullah Alkaf (Gersik), Al-Habib Ahmad bin Ghalib Hamid (Surabaya), Habib Alwi bin Muhammad Muhdhar (Bondowoso), Habib Abdullah bin Hasan Maulachela, Al-Habib Hamid bin Muhammad As-Sery (Malang), Syaikh Robaah Hassunah Al-Kholil (Palestina), Syaikh Muhammad Mursyid (Mesir) – keduanya bertugas mengajar di Indonesia.

Guru-gurunya beliau yang berada di luar negeri di antaranya, Habib Alwi bin Abbas Maliki, As-Sayyid Muhammad bin Amin Al-Qurthbi, As-Syaikh Muhammad Seif Nur, As-Syaikh Hasan Muhammad Al-Masysyath, Al-Habib Alwi bin Salim Al-Kaff, As-Syaikh Muhammad Said Al-Hadrawi Al-Makky (Makkah), Al-Habib Muhammad bin Hady Assegaf (Seiwun, Hadramaut, Yaman), Habib Abdullah bin Ahmad Al-Haddar, Al-Habib Hadi bin Ahmad Al-Haddar (‘Inat, Hadramaut, Yaman), Al-Habib Ali bin Zein Al-Hadi, Al-Habib Abdullah bin Hamid Assegaf (Seiwun, Hadramaut, Yaman), Habib Muhammad bin Abdullah Al-Haddar (Al-Baidhaa, Yaman), Al-Habib Ali bin Zein Bilfagih (Abu Dabi, Uni Emitr Arab), As-Syaikh Muhammad Bakhit Al-Mathii’I (Mesir), Sayyaidi Muhammad Al-Fatih Al-Kattani (Faaz, Maroko), Sayyid Muhammad Al-Munthashir Al-Kattani (Marakisy, Maroko), Al-Habib Alwi bin Thohir Al-Haddad (Johor,Malaysia), Syeikh Abul Aliim

As-22

Shiddiqi (India), Syaikh Hasanain Muhammad Makhluf (Mesir), Al-Habib Abdul Qodir bin Achmad Assegaf (Jeddah, Arab Saudi). 22

Syaikh Umar sendiri belajar dari beberapa guru yang disebutkan di atas tidak dalam lingkup formal, tetapi nonformal. Beliau menganggap siapa pun yang beliau temui dan dari situ beliau belajar hal baru, di situlah Syaikh Umar menganggap bahwa mereka sudah selayaknya guru dari beliau. Hal tersebut dibuktikan karena banyak dari mereka juga masih lebih muda usianya dari pada usia beliau.23

2. Karya-karya Umar Bin Ahmad Baraja

Dari ketekunan beliau selama hidupnya, hasil proses belajar dari Syaikh Umar Bin Ahmad Baraja melahirkan beberapa karya yang cukup relevan untuk dijadikan bahan ajar di lingkup madrasah dan pesantren.

Karya-karya beliau tidak sedikit juga dijadikan referensi belajar dilingkup pendidikan formal maupun non formal. Hampir semua santri di seluruh pondok pesantren pernah mempelajari buku-buku karya Syaikh Umar Bin Ahmad Baraja dari Surabaya seperti Akhlak Lil Banin, Kitab Al-Akhlak Lil Banat, Kitab sullam fiqih, Kitab 17 Jauharah, Kitab Ad’iyah Ramadhan.24

Karya-karya yang disebutkan di atas semuanya terbit di tahun 1950, di mana karya tersebut dijadikan rujukan kurikulum di pesantren dan juga madrasah di seluruh Indonesia. Kitab-kitab tersebut pernah di cetak Kairo,

22 Muhammad Achmad Asseggaf, sekelumit Riwayat hidup AL-Ustadz Umar bin achmad Baradja, 2-5

23 Mustafa Bun Ahmad Baraja (Cucu Syaikh Umar Bin Ahmad Baraja)

24 Muhammad Ahmad Assegaf Sekelumit Riwayat Hidup Al-Ustadz Umar Bin Ahmad Baraja, Surabaya Panitia Haul Ke-V 1995. h 8

23

Mesir, pada tahun 1969 atas biaya syaikh Siraj Ka’ki dermawan makkah

yang dibagikan secara Cuma-Cuma ke seluruh dunia islam. Pada tahun 1992, kitab-kitab tersebut diterbitkan ke dalam bahasa Indonesia, Madura, Jawa, dan Sunda.

Adapun inti sari dari kelima karya Syaikh Umar bin Ahmad Baraja adalah ulasan mengenai nilai-nilai akidah dan akhlak sebagai kaum muslim, di mana beliau menekankan manusia harus memiliki karakter di dalam dirinya, dan mengantarkan dirinya menuju sebagai manusia beridentitas dan berbudi pekerti luhur.25

Perihal pembahasan pendidikan karakter, di dalam penelitian ini, peneliti mengkaji salah satu karya yang bagi peneliti sangat relevan dengan pembahasan tentang pendidikan karakter, yaitu kitab berjudul Al-Akhlak Lil Al-Banin. Di dalam karya ini banyak sekali singgungan perihal penanaman pendidikan karakter yang dipaparkan oleh Syaikh Umar Bin Ahmad Baraja, seperti ajakannya untuk para kaum muda agar menjadi seorang manusia yang menghamba Allah dengan menerapkan sopan santun dan kebijaksanaan di saat mencari ilmu pengetahuan. Inti dari yang dimaksudkan oleh beliau adalah menekankan pendidikan karakter yang membangun orientasi pada pencapaian amal baik, di mana seorang manusia yang sedang mencari ilmu tidak hanya sekedar berhenti pada pencarian saja, akan tetapi juga mendapatkan sebuah pemahaman yang berguna pada dirinnya.

25 Muhammad Achmad Asseggaf, sekelumit Riwayat hidup AL-Ustadz Umar bin achmad Baradja, Surabaya : panitia Haul ke-v, 1995, h. 8

24

Sejatinya, sebuah pendidikan karakter dapat dibentuk dari diri seorang individu yang menerapkan keikhlasan di dalam dirinya, yang tidak memperhitungkan untung dan ruginya, karena dari situlah sifat reflektifitas akan timbul dan mengantarkannya menjadi manusia yang beridentitas serta juga berkarakter.

Dokumen terkait