• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP PEMIKIRAN UMAR BIN AHMAD BARAJA DALAM KITAB AKHLAK LIL BANIN TENTANG PENDIDIKAN KARAKTER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KONSEP PEMIKIRAN UMAR BIN AHMAD BARAJA DALAM KITAB AKHLAK LIL BANIN TENTANG PENDIDIKAN KARAKTER"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

i

KONSEP PEMIKIRAN UMAR BIN AHMAD BARAJA DALAM KITAB AKHLAK LIL BANIN TENTANG

PENDIDIKAN KARAKTER

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi

Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

ILHAM TOMPUNU NIM: 105 191 109 517

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1443 H / 2021 M

(2)

ii

KONSEP PEMIKIRAN UMAR BIN AHMAD BARAJA DALAM KITAB AKHLAK LIL BANIN TENTANG

PENDIDIKAN KARAKTER

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi

Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

ILHAM TOMPUNU NIM: 105191109 517

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1443 H / 2021 M

(3)

vii

(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Ilham Tompunu. 105191109517. 2021. Konsep Pemikiran Umar Bin Ahmad Baraja Dalam Kitab Akhlak Lil Banin Tentang Pendidikan Karakter. Dibimbing oleh KH. Muh Alwi Uddin dan Elli

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendidikan karakter anak dalam kitab Al-Akhlak Lil-Baniin menurut pemikiran Syaikh Umar bin Ahmad Baradja, Untuk mengetahui implementasi pendidikan karakter anak dalam kitab Al-Akhlak Lil-Baniin. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research), karena semua yang digali adalah bersumber dari pustaka dan yang dijadikan objek kajian adalah hasil Karya tulis yang merupakan hasil dari pemikiran. penelitian kepustakaan yaitu dengan cara mengkaji dan mempelajari berbagai literatur yang erat kaitannya dengan masalah yang akan dibahas.

Adapun hasil penelitian ini adalah dari hasil kajian pustaka adalah mendeskripsikan pemikiran Syekh Umar bin Achmad Baradja yang terdapat pada kitab al-Akhlaq li al-Banin tentang pendidikan karakter. Pendidikan karakter (akhlak) sangatlah penting sekali bagi masa depan anak.

Kata Kunci: Pemikiran Umar Bin Ahmad Baradja Al-Baradja, Al-Akhlak Lil-Baniin, Pendidikan, Akhlak, Karakter

(7)

viii

KATA PENGANTAR

اًج ْو ُرُب َءاَمهسلا يَف َلَعَج ْيَذهلا َك َراَبَت ،ا ًرْي َصَب ا ًرْيَبَخ َهَداَبَعَب َناَك ْيَذهلا َ ه َلِلّ ُدْمَحْلَا ا ًرْيَنُم ا ًرَمَق َو اًجا َرَس اَهْيَف َلَعَج َو. ُهُدْبَع اًدهمَحُم هنَا ُد َهْش َََأو ُالله هلاَإ َهَلَإ َلا ْنَا ُدَهْشَأ ا ًرْيَنُم اًجا َرَس َو َهَنْذَإَب َ قَحْلا ىَلَإ اَيَعاَد َو ،ا ًرْيَذَن َو ا ًرْيَشَب َ قَحْلاَب ُهَثَعَب ْيَذهلا ُهُلوُس َرو.

ا ًرْيَثَك اًمْيَلْسَت ْمَ لَس َو َهَبْحَص َو َهَلآ ىَلَع َو َهْيَلَع َ لَص همُههللَا.

Segala puji bagi Allah, yang maha mengetahui dan maha melihat hamba- hambanya, maha suci Allah, Dia-lah yang menciptakan bintang-bintang di langit, dan dijadikan padanya penerang dan bulan yang bercahaya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya, yang diutus dengan kebenaran, sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, mengajak pada kebenaran dengan Izin-Nya, dan cahaya penerang bagi umat-Nya. Ya Allah curahkan salawat dan salam baginya dan keluarganya, yaitu doa dan keselamatan yang berlimpah.

Syukur alhamdulillah, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Konsep Pemikiran Umar Bin Ahmad Baraja Dalam Kitab Akhlak Lil Banin Tentang Pendidikan Karakter,” guna memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan islam pada jurusan pendidikan agama islam Universitas Muhammadiyah Makassar. Selesainya skripsi ini tentunya tidak terlepas dari peran serta dari berbagai pihak yang memberikan bimbingan dan bantuan kepada peneliti. Oleh karena itu dengan rasa hormat dan terima kasih penulis sampaikan kepada:

(8)

xii

1. Kepada kedua orang tua penulis, Mahrum Tompunu dan Mui Paputungan yang selama ini memberikan perhatian dalam setiap langkah dan gerak selama menjalani perkuliahan. Kepada mama Fatma Sangko, Kakak Arfan Lalangki, Kakak Yani Lalangki, Tante Nuryanti Pobela, yang turut memberikan bantuan kepada penulis selama menjalankan perkuliahan.

2. Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar yang bekerja keras sehingga kampus Universitas Muhammadiyah Makassar menjadi kampus yang terkemuka di Indonesia bagian timur.

3. Dr. Amirah Mawardi, S.Ag., M.Si Dekan Fakultas Agama Islam yang senantiasa melakukan pengembangan Fakultas sehingga Fakultas Agama Islam menjadi Fakultas yang terakreditasi Baik.

4. Nurhidayah M. S.Pd.I, M.Pd.I Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam, yang senantiasa memberikan perhatian dan pelayanan yang baik bagi Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam termasuk penulis.

5. Dr. KH. Muh Alwi Uddin, M.Ag sebagai pembimbing I dan bapak Elli, S.Pd.I, M.Pd.I sebagai pembimbing II dalam penyelesaian Skripsi ini, yang telah memberikan perhatiannya dengan baik, menyediakan waktunya selama proses pengajuan judul sampai penyelesaian skripsi ini.

6. Dr. KH. Abdullah Renre, M.Ag selaku Direktur Pendidikan Ulama Tarjih Universitas Muhammadiyah Makassar dan kepada bapak Dr. Dahlan Lamabawa, M.Ag selaku Sekertaris Direktur Pendidikan Ulama Tarjih Universitas Muhammadiyah Makassar, serta segenap keluarga besar

(9)

Pendidikan Ulama Tarjih Universitas Muhammadiyah Makassar yang senantiasa memberikan tempat, nasehat kepada penulis dalam menuntut Ilmu.

7. Kepada pondok pesantren Pendidikan Ulama Tarjih Universitas Muhammadiyah Makassar tempat penulis menemukan ilmu pengetahuan, nilai-nilai kehidupan dan saudara.

8. Dosen dan Staf Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar, yang senantiasa memberikan pelajaran ilmu selama perkuliahan berlangsung, sehingga penulis dapat menyelesaikan study dengan baik.

9. Kepada kakak tercinta Sudarwin Jusuf Tompunu, S.IP Ketua Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Sulawesi Utara yang senantiasa memberikan motivasi, nasehat, dan spirit kepada penulis dalam menjalani kehidupan selama study.

10. Kepada Ayah Hajiar M Sati, S.Ag Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Minahasa Selatan yang senantiasa membantu memberikan rekomendasi kepada penulis dalam melanjutkan study di Universitas Muhammadiyah Makassar.

11. Kepada teman-teman seangkatan, angkatan 2017 Pendidikan Ulama Tarjih yang telah membersamai dalam suka maupun duka selama menjalankan study.

12. Kepada teman-teman, sahabat dan semua pihak yang penulis tidak bisa sebut satu-persatu.

Makassar, 13 Dzul Qa’dah 1442 H 23 Juni 2021 Peneliti

Ilham Tompunu

NIM: 105 191 109 517

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ...i

HALAMAN JUDUL ...ii

HALAMAN PENGESAHAN ...iii

BERITA ACARA MUNAQASYAH ...iv

HALAMAN PERSETUJUAN ...v

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ...vi

ABSTRAK ...vii

KATA PENGANTAR ...viii

DAFTAR ISI ...xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang ...1

B. Rumusan masalah...6

C. Tujuan Kajian ...6

D. Manfaat Kajian ...6

E. Metodologi Penelitian ...7

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKHLAK A. Kajian Teori ...10

1. Pengertian Akhlak Dalam Ajaran Islam ...10

2. Macam-Macam Akhlak ...13

3. Pengertian Pendidikan Karakter ...14

B. Kajian Penelitian Terdahulu ...15

(11)

BAB III ANALISIS PENGARUH PEMIKIRAN UMAR BIN AHMAD BARAJA DALAM KITAB AKHLAK LIL BANIN

A. Analisis Kebahasaan ...19

1. Biografi Umar Bin Ahmad Baraja ...19

2. Karya-karya Umar Bin Ahmad Baraja ...22

B. Analisis Eksegesisi ...24

1. Umar Bin Ahmad Baraja ...24

2. Pendidikan Karakter ...26

BAB IV PEMIKIRAN UMAR BAN AHMAD BARAJA DALAM KITAB AKHLAK LIL BANIN TENTANG PENDIDIKAN KARAKTER A. Hakikat Pendidikan Karakter Menurut Umar Bin Ahmad Baraja Dan Relevansinya Dalam Kitab Akhlak Lil Banin ...28

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...47

B. Saran ...49

DAFTAR PUSTAKA ...51 RIWAYAT HIDUP

LAMPIRAN

(12)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sebuah interaksi yang menghasilkan kegiatan berpikir, di mana setiap kegiatan tersebut dilaksanakan dengan unsur sengaja, terstruktur juga terencana. Dalam prosesnya terdapat aktivitas guru yang berposisi memiliki pengetahuan berupa ilmu dan juga keterampilan yang nantinya akan disampaikan kepada peserta didik. Hal tersebut tidak lain adalah untuk meningkatkan kualitas hidup manusia yang berkarakter dan juga insan kamil.1

Setiap bangsa memiliki karakter yang sangat kuat, hal tersebut tidak lain lahir dari adanya pengimplementasian pendidikan yang profesional, bagus dan juga bermartabat. Di saat setiap kalangan masyarakat memiliki sebuah karakter yang tangguh, positif dan juga kuat, otomatis peradaban di dalam masyarakat tersebut akan terjamin kualitasnya. Akan tetapi, jika di dalam kalangan masyarakat mayoritas lebih cenderung memiliki karakter yang lemah, negatif dan pesimis akan membuat peradaban di dalam masyarakat tersebut mengalami kemunduran2

Akan tetapi, pada sebuah persoalan pendidikan, sering kali akan kita temui problematika yang cenderung tidak diselesaikan. Hal tersebut akhirnya akan memicu munculnya masalah-masalah di mana masalah lama yang belum selesai ditinggalkan begitu saja. Dalam hal ini, sosok pendidik memiliki embanan tugas

1 Agus Wibowo, pendidikan karakter strategi membangun karakter bangsa berperadaban. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2012, h. 18

2 Agus Wibowo, pendidikan karakter strategi membangun karakter bangsa berperadaban. h. 19

(13)

2

yang sangat berat dan wajib, di mana mereka harus dapat melakukan penanggulangan dan juga mencari sebuah solusi guna mengatasi menurunnya setiap karakter yang menjadikan peserta didik menjadi tidak fokus dan kurang semangat. Adapun usaha yang harus diberikan para pendidik kepada peserta didik, yaitu meningkatkan potensi dan juga meninjau calon sasaran secara berkala, melalui berbagai macam pembinaan secara berkelanjutan. Hal tersebut demi menumbuhkan kualitas peserta didik yang memiliki karakter berpendidikan.

Adapun pendapat dari Abuddin Nata pada bukunya yang berjudul Ilmu Pendidikan Islam, di mana memaparkan bahwa pendidikan adalah faktor paling dasar yang nantinya akan mempengaruhi perwujudan karakter baik manusia atau buruknya kepribadian manusia3.

Adapun salah satu permasalahan yang ditimbulkan dari kurangnya penekanan pendidikan karakter, yaitu permasalahan akhlak. Berdasarkan pemaparan dari Prof Dr. Ahmad Tafsir, negara Indonesia sampai dewasa ini tidak bisa lepas dari fenomena lahirnya koruptor, dalam hal ini beliau mengkritisi akan kualitas pendidikan negara Indonesia, karena masih banyak terjadi fenomena korupsi dimana-mana. Selain itu, tidak sedikit lembaga pendidikan yang meluluskan mental peserta didik yang hanya ingin menang sendiri dan anti kritik.

Dari sini dapat ditinjau, bahwa kegagalan pendidikan kita terletak pada pendidikan akhlak.4

3 Abuddin Nata, ilmu pendidikan islam, Jakarta : Kencana Pranada Media Group, 2010, h. 24

4 Tafsir Ahmad, filsafat pendidikan Islam, Yogyakarta : Gama Media, 2006, h. 125

(14)

3

Tindakan yang dipaparkan di atas adalah salah satu bentuk kebiadaban manusia yang mencerminkan kemunduran peradaban bangsa, selain itu juga berseberangan dengan nilai yang terkandung di dalam syariat islam, karena konsep dari Agama Islam sendiri adalah kebaikan, bukan pengacau. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Al-Qashash/28:77

ُ هاللّٰ َنَسْحَا ٓاَمَك ْنِسْحَا َو اَيْنُّدلا َنِم َكَبْي ِصَن َسْنَت َلْ َو َةَر ِخٰ ْلْا َراَّدلا ُ هاللّٰ َكىٰتٰا ٓاَمْيِف ِغَتْباَو َنْيِدِسْفُمْلا ُّب ِحُي َلْ َ هاللّٰ َّنِاۗ ِض ْرَ ْلْا ىِف َداَسَفْلا ِغْبَت َلْ َو َكْيَلِا

Terjemahannya :

Dan carilah pada apa yang telah dianjurkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusuhan di (muka ) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusuhan.5

Oleh karena itu, manusia dituntut untuk menjalankan akhlak kepada Allah berdasarkan keikhlasan dan ketulusan, di mana tidak meninggalkan akhlak terhadap manusia lainnya guna menciptakan peradaban yang humanis. Said Aqil Siraj memberi pengantar dalam buku Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi Yaitu

“Tiga hal yang seharusnya menjadikan dasar penghayatan agama oleh setiap orang adalah : Toleran, Moderat, dan Akomodatif. Orang yang beriman harus disempurnakan dengan amal dan ibadah yang baik, serta perilaku yang terpuji” .6

5 Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya, h. 39

6 Sayikh Idahram, sejarah berdarah sekte salafi wahabi, Yogyakarta : pustaka pesantren, 2011, h. 9

(15)

4

Abdullah bin Amr bin Al-Ash berkata mensifati Rasulullah Saw bersabda :

ملسو هيلع الله ىلص َالله ُلوُس َر ْنُكَي ْمَل َلاَق امُهْنَع ُهاللّ َى َض َر و ٍرْمَع َنْب َالله َدْبَع هاور ( "اًقَلاْخَأ ْمُكُنَساَحَأ ْمُك َراَي َخ هنَإ " : ُلوُقَي َناَك ُههنَإ َو اًش َ حَفَتُم َلا َو ،اًش َحاَف

) يراخبلا

Artinya :

“ Dari Abdullah bin Amr RA berkata Rasulullah SAW tidak pernah berbuat kejelekan dan tidak pernah mengucapkan ucapan yang jelek. Lalu beliau bersabda: “Sesungguhnya orang-orang terbaik di antara kalian adalah yang paling baik akhlaknya”. (HR. Al-Bukhari No 6035 dan Muslim No 2321)7 Berdasarkan hal tersebut, pendidikan memiliki sebuah misi yang bukan hanya berhenti pada sebuah kegiatan penyampaian, tetapi juga harus menerapkan pengaplikasian yang berujung pada pengimplementasian. Dari sini nantinya pendidikan akan dibawa ke arah sarana dan juga prasarana di mana di dalamnya menyampaikan berbagai unsur nilai kepada setiap peserta didik. Pada persoalan ini, peserta didik juga harus mulai menyadari sikap terhadap diri sendiri, mulai melakukan implementasi terhadap nilai keagamaan dan juga etika berkehidupan guna mencapai peserta didik yang berkarakter dan berpedoman pada akhlak.

Ditinjau dari persoalan saat ini, setiap permasalahan akhlak menjadi sorotan utama, di mana permasalahan ini terus berkembang karena kurangnya penerapan atas pendidikan karakter. Adapun nasehat dari Imam Ghazali dalam pendidikannya ialah memperhatikan masalah pendidikan anak itu sejak dini, sejak

7 Shahih Bukhari dan Muslim, Penerjemah : Syaikh Muhammad Abdul Fuad Baqi

(16)

5

permulaan umurnya, karena bagaimana adanya seorang anak, begitulah besarnya nanti.8

Dalam hal mendidik anak tentunya butuh formula yang tepat karena hal tersebutlah peneliti teringat dan tertarik akan meneliti kitab Al-Akhlak Lil Al- Banin. Pengarang kitab Al-Akhlak Lil Al-Banin ini adalah “Umar Bin Ahmad Baraja” (L 1913 M – W. 1990 M).9 Karena di dalam kitab karya Umar Bin Ahmad Baraja ini, berisi berbagai singgungan yang mengarah kepada tingkah laku manusia, di mana setiap perbuatan, kegiatan dan pola kehidupan digambarkan melalui kajian nasihat dan juga melalui interpretasi cerita. Di dalam kitab tersebut, penulis banyak mendapati sebuah nilai-nilai perilaku akhlak yang dapat dijadikan bahan dasar ajar terkait konsep pendidikan karakter. Melalui kitab AL-Akhlak Lil Al- Banin tersebut, beliau banyak sekali menyelipkan nilai-nilai akhlak melalui contoh-contoh yang sangat sederhana sehingga dapat dipahami oleh pembacanya, terutama para murid di madrasah dan juga pesantren.

Maka dari itu, atas dasar latar belakang yang penulis buat dan persoalan yang terjadi, peneliti akan berkonsentrasi untuk meneliti relevansi pendidikan karakter dengan konsep akhlak Umar Bin Ahmad Baraja dengan judul “Konsep Pemikiran Umar Bin Ahmad Baraja Dalam Kitab Akhlak Lil Banin Tentang Pendidikan Karakter”

8 M. Athiyah Al-Abrasyi, dasar-dasar pokok pendidikan islam, Jakarta : Bulan bintang, h.

118

9 Biografi Al-Ustadz Umar Bin Achmad Baradja (1913-1990)

(17)

6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan masalah, yaitu:

1. Bagaimana ajaran Islam tentang Akhlak?

2. Bagaimana Hakikat Pendidikan Karakter dan Relevansinya menurut Umar bin Ahmad Baraja dalam kitab akhlak lil banin?

C. Tujuan Kajian

Berangkat dari latar belakang pemikiran yang mendasari permasalahan pokok dan sub-sub masalah di atas, maka peneliti bertujuan mengkaji atau meneliti konsep dan memaparkan masalah ini. Adapun tujuan kajian atau penelitian yang peneliti hendak capai, yaitu:

1. Untuk mengetahui ajaran Islam tentang Akhlak.

2. Untuk mengetahui hakikat Pendidikan Karakter dan relevansinya menurut Umar Bin Ahmad Baraja pada kitab Akhlak Lil Banin.

D. Manfaat Kajian

Hadirnya kajian atau penelitian yang dilakukan ini, penulis berharap dapat mengembangkan wawasan perihal nilai karakter pendidikan sebagai pendidik, baik itu secara praktis maupun teoritis. Berikut adalah Manfaat dari kajian atau penelitian yang dilakukan ini seperti:

1. Manfaat Teoritis

Guna dapat menyampaikan sebuah interpretasi gambaran akan bagaimana akhlak dapat diterapkan kepada peserta didik dengan berlandaskan pada pendidikan karakter. Juga mengedukasi pengetahuan terutama untuk

(18)

7

pendidik dan juga orang tua agar dapat selalu meninjau budi pekerti dan juga akhlak untuk para anak didiknya.

2. Manfaat Praktis

a. Agar dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam pendidikan islam dalam mengembangkan karakter dan akhlak anak.

b. Penelitian ini dapat menjadi inspirasi dan motivasi pada penelitian berikutnya.

E. Metodologi Penelitian 1. Desain Penelitian

Berikut ini adalah salah satu desain atau bentuk penelitian yang peneliti kerjakan, yaitu adalah penelitian kepustakaan (Library Research), peneliti menggunakan jenis penelitian ini dikarenakan semua data dan sumber data berasal dari kepustakaan (Hadi, 1990). Dari kepustakaan tersebut peneliti olah menjadi sebuah objek kajian, di mana hasilnya berupa karya tulis yang berisi hasil dari pemikiran peneliti.

2. Data Dan Sumber Data

Karena desain penelitian yang peneliti lakukan adalah penelitian kepustakaan (Library Research) maka data yang diambil oleh peneliti bersumber dari literatur. Adapun referensi yang dijadikan sumber data primer adalah kitab Akhlak Lil banin karya Umar Bin Ahmad Baraja.

Kemudian yang menjadi data sekunder adalah terjemah kitab akhlak lil banin tentang pendidikan karakter, kapita selekta pendidikan islam dan

(19)

8

juga sumber referensi lainnya, yang relevan dengan objek pembahasan penulis.

3. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti melakukan pengumpulan data dengan mencari dan mengkaji data yang menjadi sumber data primer yaitu kitab Akhlak Lil Banin karya Umar Bin Ahmad Baraja, dan buku-buku yang relevan dengan kitab beliau.

Setelah terkumpul, peneliti melakukan kupasan secara sistematika dalam hubungannya dengan masalah yang diteliti. Sehingga memperoleh bahan untuk pembahasan dalam objek kajian yang peneliti lakukan.

4. Teknik Analisis Data

Peneliti melakukan pengelolaan pada objek ilmiah tertentu dengan membetulkan antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain untuk mendapatkan kejelasan mengenai halnya.

Macam-macam metodologi yang penulis lakukan dalam menganalisis masalah adalah sebagai berikut:

a. Metodologi Deduktif

Yaitu apa yang di pandang benar pada peristiwa suatu jenis, berlaku pada hal yang benar dari semua peristiwa yang termasuk dalam suatu jenis.

Hal itu merupakan proses berpikir dari semua pengetahuan yang bersifat umum. Kemudian berangkat dari pengetahuan tersebut, ditarik sebuah pengetahuan khusus (Hadi. 1990: 26), metodologi ini digunakan penulis, untuk menganalisis data konsep yang akan dibahas yaitu pendidikan karakter.

(20)

9

b. Metodologi Induktif

Yaitu metodologi yang berangkat dari fakta-fakta yang khusus, peristiwa- peristiwa yang konkret, dari fakta-fakta dan peristiwa yang konkret ditarik dalam generalisasi yang bersifat umum (Hadi. 1990: 26).

Metodologi ini penulis gunakan untuk menganalisis data tentang hakikat dalam kitab akhlak lil banin sehingga dapat diketahui konsep atau pandangan Umar bin Ahmad Baraja tentang pendidikan karakter yang penulis akan kaji yang terkandung di dalam kitab tersebut.

(21)

10 BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG AKHLAK A. Kajian Teori

1. Pengertian Akhlak Dalam Ajaran Islam

Akhlak merupakan wujud dari pengajaran yang sangat dipertimbangkan di dalam dunia pendidikan islam. Dalam artian etimologis, akhlak merupakan kata lain dari kata khuluq (bentuk batin).

Istilah dari kata khuluq adalah perlawanan kata dari khalqq (bentuk lahir).

Jika keduanya digabungkan akan menjadi khalaqa (penciptaan).10 Akhlak sering kali dikaitkan dengan sopan dan santun serta juga kesusilaan, sedangkan dalam hal ini Khuluq adalah sebuah gambaran dari ringkasan sifat atas batin manusia, atau bentuk gambaran lahiriah dari diri seorang manusia seperti meliputi gerak anggota badan dan juga raut wajah, atau apa yang ada di seluruh tubuh kita. Ada pun persamaan dari kata khuluq di dalam bahasa Yunani, yaitu etos/ethicos yang memiliki artian kebiasaan, di mana sifat perbuatan yang mempengaruhi kecenderungan hati, perasaan dari batin dan juga adab dari sebuah kebiasaan. Ethicos kemudian berdalam dunia modern diubah menjadi etika.11

Berangkat dari pemaparan tersebut, bisa dikaji lagi bahwa akhlak tidak akan bisa terpisah dari penciptanya, yaitu Tuhan Allah SWT sebagai

10 Mohammad Nasirudin, Pendidikan Tasawuf, (Semarang: RaSAIL Media Group, 2009), h. 31.

11 M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta Amzah, 2007), h. 3.

(22)

11

satu-satunya wujud sumber utama di mana pengajarannya diaplikasikan dan diimplementasikan melalui nabinya yang bernama Muhammad SAW.

Dewasa ini, kajian akhlak di dalam lingkup agama islam hanya berhenti pada persoalan pemahaman sunah dan al-Qur’an, kemudian lanjutannya mengalami pengembangan yang cukup lumayan luas, menyesuaikan zamannya. Hal tersebut dapat ditinjau dari era setelah filsafat Yunani, yang mana banyak bermunculan tokoh baru yang kajiannya melingkupi khazanah klasik terkait akhlak dalam bentuk corak pemikiran.12 Dari sini, di lihat terminologinya akhlak adalah proses hubungan perilaku manusia, setiap ulama memiliki pemaknaan berbeda- beda guna menjelaskan pengertiannya

Abu Hamid al-Ghazali dalam bukunya Ihya’ Ulum alDin mendefinisikan akhlak sebagai:

َرْىَغ ْنَم ُّةَل ْوُهُسَب لاَعْفَ ْلاا ُرُدْصَت اَهْنَع ٌةَخَسا َر َسْفهنلا ْىَف ٍةَئْيَه ْنَع ة َراَبَع ُقُلُخْلَا ٍةَي ْؤ ُر َو ٍرْکَف ىَلَا ٍةَجاَح

Pendapatnya :

Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan yang mudah dengan tidak memerlukan pikiran dan pertimbangan.13

Hasan Langgulung mengartikan akhlak sebagai kebiasaan atau sikap yang cukup dalam perihal penjiwaannya, di mana kemudian

12 Muhammad Fauqi Hajjaj, Tasawuf Islam dan Akhlak, (Jakarta: AMZAH, 2011), h. 225.

13 Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazli, Ihya’ ‘Ulum al-Din Jilid III, (Beirut: Dar al-Kutub, t.t.), Terjemah : Purwanto

(23)

12

memunculkan kegiatan dan perilaku yang reflektif, di mana perbuatannya menyesuaikan faktor-faktor keturunan dan lingkungan.14

Ibnu Miskawwaih mendefinisikan akhlak sebagai:

اَهَل ٌةَيَعاَد َسْفهنلَل ٌلاَح ُقُلُخلْا ىَلَٳ

اَهَلاَعْفَٲ ْنَم

َرْيَغ ٍرْکَف

ٍةَي ْؤ ُر َو

Pendapatnya :

Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pikiran dan pertimbangan.15

Berdasarkan analisis di atas, bisa ditinjau bahwa akhlak merupakan kegiatan reflektif yang mana sudah mendarah daging pada diri manusia, akhlak akan muncul tanpa kompromi apa pun dengan diri kita, karena sudah menjadi laku yang berupa implementasi dan juga aplikasi kemudian menjadi karakter pada diri manusia.

Adapun hakikat akhlak berdasarkan pemaparan al-Ghazali harus mencakup dua syarat, yaitu yang pertama syarat perbuatan tersebut harus konstan secara berulang, yang mana dilaksanakan secara reflektif dan dilakukan berulang-ulang dengan pengaplikasiannya yang sama.

Kemudian syarat kedua adalah perbuatan konstan tersebut harus mempengaruhi refleksi pada diri manusia yang sedang melakukannya, tanpa adanya paksaan, tekanan, sogokan dan juga pengaruh dari manusia lain, dalam hal ini manusia tersebut harus ikhlas.

Adapun sumber-sumber ajaran Akhlak :

14 Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. AlHusna, 2003), h. 56.

15 Abu Ali Ahmad Miskawaih, Tahdzibul Akhlak wa TathhirulA’raaq Juz I, dalam Maqtaah Tsaqafah Diniyah, Maktabah Shameela, ttp, t.t, penerjemah : zainun kamal M.A, menuju kesempurnaan

(24)

13

Sumber ajaran akhlak ialah al-Qur’an dan hadits. Tingkah laku Nabi Muhammad SAW merupakan teladan bagi umat manusia. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al-Ahzab/33:21

َر َخٰ ْلاا َم ْوَيْلا َو َ هاللّ اوُج ْرَي َناَك ْنَم َل ٌةَنَسَح ٌة َوْسُا َ هاللّ َل ْوُس َر ْيَف ْمُكَل َناَك ْدَقَل َرَكَذ َو

اًرْيَثَك َ هاللّ

Terjemahanya :

Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.16

2. Macam-Macam Akhlak a. Akhlak Karimah

Akhlak Karimah adalah akhlak yang baik dan terpuji yaitu suatu aturan atau norma yang mengatur hubungan antara Tuhan, manusia, dan alam semesta. Akhlak karimah merupakan akhlak terpuji baik yang langsung terhadap Allah dengan melaksanakan ibadah yang wajib maupun sunnah, dan melaksanakan hubungan yang baik dengan sesama manusia, di antaranya berupa husnudzhan hablumminallah wahablumminannas, istiqamah, tawakkal, qanaah, tasammuh, dan ikhtiar. Akhlak karimah juga merupakan segala tingkah laku yang terpuji (yang baik) yang biasa juga disebut “fadhilah” atau kelebihan.

Berdasarkan pemaparan Imam Ghazali, Akhlak merupakan bentuk sifat yang sudah ditanamkan pada ke dalam jiwa kita, di mana nantinya

16 Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya, h. 421

(25)

14

akan mencerminkan setiap perbuatan reflektif, perbuatan yang dengan mudah tidak memerlukan pertimbangan pikiran lebih dulu.17

b. Akhlak Mazmumah

Akhlak mazmumah yaitu segala bentuk perbuatan manusia yang dapat mendatangkan kemudharattan bagi diri sendiri dan orang lain serta dapat membahayakan iman dan mendatangkan dosa. Seperti bersikap takabur, kikir, sombong dan dengki, berkata dusta, berprasangka buruk, ingkar janji, durhaka kepada kedua orang tua, mencuri.

Akhlak Karimah dan Akhlak Mazmumah bersumber dari al-Qur’an dan Sunnah dari ajaran Rosulullah saw. Karena apa yang baik menurut al-Qur’an dan Sunnah maka itulah yang baik menjadi pegangan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter adalah suatu usaha manusia secara sadar dan terencana untuk mendidik dan memberdayakan potensi peserta didik guna membangun karakter pribadinya sehingga dapat menjadi individu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya.

Pendidikan karakter adalah suatu sistem pendidikan yang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai karakter tertentu kepada peserta didik yang di dalamnya terdapat komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, serta tindakan untuk melakukan nilai-nilai tersebut.

17 Erwin yudi prahara, materi pendidikan agama islam, Ponorogo: STAIN PO press, 2009 h 181

(26)

15

Pendidikan karakter sangat erat hubungannya dengan pendidikan moral, di mana tujuannya adalah untuk membentuk dan melatih kemampuan individu secara terus menerus guna penyempurnaan diri ke arah yang lebih baik.

Menurut Prof. H. Pramula Mahrus Razzan pendidikan karakter adalah suatu ilmu pengetahuan yang berfungsi memperbaiki karakter manusia yang perlu ditanamkan sejak dini guna mencetak generasi berakhlak dan bermoral Pancasila yang masih dalam lingkup revolusi mental.18

B. Kajian Penelitian Terdahulu

Kajian pustaka memiliki sebuah fungsi, yaitu guna meninjau hasil penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Tinjauan ini pun dilakukan dengan cara hanya memperhatikan beberapa pemaparan penelitian yang kajiannya terkait dengan problematika pada penelitian yang dilakukan ini.

Ada beberapa penelitian terkait kitab akhlak lil banin yang penulis temukan di website-website dari penelitian terdahulu, penulis menemukan beberapa penelitian yang sama tentang Umar Bin Ahmad Baraja dan kitabnya Akhlak Lil Banin juga kitabnya Akhlak Lil Banat tentang pendidikan karakter memiliki kesamaan, namun di sini penulis dapat memperkaya teori-teori dengan melakukan pendekatan-pendekatan kajian terdahulu sehingga dalam konteks ini, kajian yang penulis lakukan bisa dibedakan dalam beberapa poin dari kajian terdahulu.

18 Agus Rukiyanto 2009 pendidikan karakter Yogyakarta: Kanisius 64-67

(27)

16

Pertama, penelitian yang penulis lakukan seluruhnya pada kitab Akhlak lil Banin, sedangkan penelitian terdahulu hanya sebagian dan ada penelitian terdahulu juga menggunakan penelitian lapangan, yaitu ingin mengungkapkan hasil dari pembelajaran buku ini.

Kedua penelitian ini mencoba mengaitkan relevansi pola pembentukan karakter siswa dalam kitab tersebut pada pendidikan agama Islam, sehingga secara tidak langsung penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu, baik aspek pendekatan maupun kedalaman pembahasan yang dilakukan.

Ketiga, hasil penelitian terdahulu menunjukkan sedikit sekali teori atau pola pembentukan karakter yang dilahirkan dari khazanah keislaman. Selama ini pola pembentukan akhlak lebih banyak meminjam teori Barat. Adapun kajian terdahulu skripsi yang berjudul:

1. Rofaatul Fauziyah, “Aplikasi Pembelajaran Kitab Al-Akhlak Lil Banin dalam Pembentukan Akhlak Santri di Pondok Pesantren Babussalam Kalibening Tanggalrejo Mojoagung Jombang”. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tentang bagaimana pembelajaran kitab Al-Akhlak Lil Banin di Pondok Pesantren Babussalam Kalibening Tanggalrejo Mojoagung Jombang, dan bagaimana aplikasi pembelajaran kitab Al- Akhlak Lil Banin dalam pembentukan akhlak santri. Berdasarkan dari penelitian yang diperoleh penulis dari lapangan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran di Pondok Pesantren Babussalam Kalibening Tanggalrejo sangat baik karena di dalam pondok mempunyai beberapa metode agar santri bisa disiplin dalam segala situasi, dan di dalam

(28)

17

pondok juga sudah diberikan jadwal kegiatan harian agar para santri bisa tertib dan tahu apa yang akan mereka kerjakan. Sedangkan pengaplikasian kitabnya juga berpengaruh sangat baik, mereka banyak menerapkan akhlak yang baik kepada siapa saja dan apa saja dan meninggalkan apa yang tidak baik bagi mereka.

2. Ninik Herlina dengan judul: “Implementasi Pembelajaran Kitab Akhlak lil Banin wal Banat dalam Upaya Meningkatkan Moral Keagamaan Anak di Madrasah Diniyah Al-Fadhiliyah Gentan Jenangan Ponorogo”.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sedangkan dalam pengumpulan data penulis menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Adapun dalam analisis data penulis menggunakan analisis interaktif dengan analisis reduktif data, display data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa, Implementasi pembelajaran kitab Akhlak lil Banin wal Banat dalam upaya meningkatkan moral keagamaan anak adalah dengan menggunakan metode ceramah dan cerita yakni seorang ustadz/ustadzah membacakan kitab yang bermakna, sedangkan murid mendengarkan sambil menulis dengan menggunakan makna gandul/dengan huruf pegon. Dan seorang guru menjelaskan isi dari kitab tersebut agar mudah dipahami oleh para santri. dampak implementasi pembelajaran kitab Akhlak lil banin wal Banat terhadap moral keagamaan anak. dampak positif, seorang anak memiliki moral dan kepribadian yang baik dan mengetahui aturan-aturan agama Islam. Dari

(29)

18

segi negatif anak-anak kurang tertarik dan bosan dengan sistem pembelajaran yang monoton yang menyebabkan mereka ramai sendiri di dalam kelas.

(30)

19 BAB III

ANALISIS PENGARUH PEMIKIRAN UMAR BIN AHMAD BARAJA TENTANG AKHLAK DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER

A. Analisis Kebahasaan

1. Biografi Umar Bin Ahmad Baraja

Syaikh Umar bin Ahmad Baraja lahir dikampung Ampel Magfur, pada 10 Jumadil akhir 1331 H/17 mei 1913 M. Sejak kecil beliau dididik oleh kakeknya dari pihak ibunya, Syaikh Umar bin Ahmad Baraja beliau seorang ulama’ ahli nahwu dan fiqih. Beliau seorang ulama yang memiliki akhlak mulia. Penampilan Syaikh Umar bin Ahmad Baraja sangat bersahaja, dan beliau juga dihiasi sifat-sifat ketulusan niat yang disertai dengan keikhlasan dalam segala amal perbuatan duniawi dan ukhrawi.

Beliau juga menjelaskan tentang akhlak ahlul bait, yang terdiri dari keluarga, sahabat, yang mencontoh baginda Nabi Muhammad SAW.

Beliau juga tidak suka membanggakan diri sendiri, baik tentang ilmu amal dan ibadah. Ini karena beliau tawadu’ dan rendah hatinya sangat tinggi.19

Dalam beribadah, beliau selalu istiqomah baik dalam persoalan shalat fardhu maupun dalam shalat sunnah qobliyah dan ba’diyah. Shalat dhuha dan tahajud hampir tidak pernah beliau tinggalkan walaupun dalam keadaan bepergian sekalipun beliau tetap menjalankan dengan baik. Kisah

19 Muhammad Achmad Asseggaf, sekelumit Riwayat hidup AL-Ustadz Umar bin achmad Baradja, Surabaya : panitia Haul ke-v, 1995, h. 7

(31)

20

hidup Umar bin Ahmad selalu dirujukkan pada syariat islam yang mengandung tata aturan agama.20

Dalam pengaplikasian hidupnya, Syaikh Umar bin Ahmad Baraja selalu menghormati waktu dan tidak menyia-nyiakan waktunya, sehingga setiap apa yang telah dipelajarinya tidak sia-sia dan bisa dipertanggung- jawabkan. Beliau meninggal ketika mencapai umur 77 tahun, tepatnya di bulan november tanggal 3 tahun 1990 di RS Islam Surabaya. Jasad Syaikh Umar sendiri di kebumikan di makam Islam pinggirian Surabaya.21

Syaikh Umar bin Ahmad Baraja merupakan alumni dari madrasah Al-Khariyah yang terletak di lingkungan kampung ampel kota Surabaya, di mana madrasah tersebut dipimpin oleh Al-Habib Al-Imam Muhammad bin Achmad Al-Mudhar. Di dalam masa pendidikannya, Syaikh Umar merupakan murid yang tekun dan sangat intens untuk belajar bahasa Arab, hal ini membuatnya menjadi lebih mudah memahami setiap kitab-kitab yang masih menggunakan bahasa Arab asli dan belum mengalami terjemahan. Adapun guru-guru yang pernah mendidik Syaikh Umar Bin Ahmad Baradja seperti Al-Ustadz Abdul Qodir bin Ahmad bin Faqih (Malang), Al-Ustadz Muhammad bin Husein bin Ba’bud (Lawang), Al- Habib Abdul Qodir bin Hadi Assegaf, Al-Habib Muhammad bin Ahmad Assegaf (Surabaya), Al-Habib Alwi bin Abdullah Assegaf (Solo), Al- Habib Ahmad bin Alwi Al-Jufri (Pekalongan), Al-Habib Ali bin Husein

20 Majalah Al-Kisah No. 07/tahun V/26 Maret – 8 April 2007, h. 88

21 Muhammad Achmad Asseggaf, sekelumit Riwayat hidup AL-Ustadz Umar bin achmad Baradja, Surabaya : panitia Haul ke-v, 1995, h. 11

(32)

21

bin Syahab, Al-Habib Zein bin Abdullah Alkaf (Gersik), Al-Habib Ahmad bin Ghalib Al-Hamid (Surabaya), Al-Habib Alwi bin Muhammad Al- Muhdhar (Bondowoso), Al-Habib Abdullah bin Hasan Maulachela, Al- Habib Hamid bin Muhammad As-Sery (Malang), Syaikh Robaah Hassunah Al-Kholil (Palestina), Syaikh Muhammad Mursyid (Mesir) – keduanya bertugas mengajar di Indonesia.

Guru-gurunya beliau yang berada di luar negeri di antaranya, Al- Habib Alwi bin Abbas Al-Maliki, As-Sayyid Muhammad bin Amin Al- Qurthbi, As-Syaikh Muhammad Seif Nur, As-Syaikh Hasan Muhammad Al-Masysyath, Al-Habib Alwi bin Salim Al-Kaff, As-Syaikh Muhammad Said Al-Hadrawi Al-Makky (Makkah), Al-Habib Muhammad bin Hady Assegaf (Seiwun, Hadramaut, Yaman), Al-Habib Abdullah bin Ahmad Al- Haddar, Al-Habib Hadi bin Ahmad Al-Haddar (‘Inat, Hadramaut, Yaman), Al-Habib Ali bin Zein Al-Hadi, Al-Habib Abdullah bin Hamid Assegaf (Seiwun, Hadramaut, Yaman), Al-Habib Muhammad bin Abdullah Al- Haddar (Al-Baidhaa, Yaman), Al-Habib Ali bin Zein Bilfagih (Abu Dabi, Uni Emitr Arab), As-Syaikh Muhammad Bakhit Al-Mathii’I (Mesir), Sayyaidi Muhammad Al-Fatih Al-Kattani (Faaz, Maroko), Sayyid Muhammad Al-Munthashir Al-Kattani (Marakisy, Maroko), Al-Habib Alwi bin Thohir Al-Haddad (Johor,Malaysia), Syeikh Abul Aliim As-

(33)

22

Shiddiqi (India), Syaikh Hasanain Muhammad Makhluf (Mesir), Al-Habib Abdul Qodir bin Achmad Assegaf (Jeddah, Arab Saudi). 22

Syaikh Umar sendiri belajar dari beberapa guru yang disebutkan di atas tidak dalam lingkup formal, tetapi nonformal. Beliau menganggap siapa pun yang beliau temui dan dari situ beliau belajar hal baru, di situlah Syaikh Umar menganggap bahwa mereka sudah selayaknya guru dari beliau. Hal tersebut dibuktikan karena banyak dari mereka juga masih lebih muda usianya dari pada usia beliau.23

2. Karya-karya Umar Bin Ahmad Baraja

Dari ketekunan beliau selama hidupnya, hasil proses belajar dari Syaikh Umar Bin Ahmad Baraja melahirkan beberapa karya yang cukup relevan untuk dijadikan bahan ajar di lingkup madrasah dan pesantren.

Karya-karya beliau tidak sedikit juga dijadikan referensi belajar dilingkup pendidikan formal maupun non formal. Hampir semua santri di seluruh pondok pesantren pernah mempelajari buku-buku karya Syaikh Umar Bin Ahmad Baraja dari Surabaya seperti Al-Akhlak Lil Al-Banin, Kitab Al- Akhlak Lil Banat, Kitab sullam fiqih, Kitab 17 Jauharah, Kitab Ad’iyah Ramadhan.24

Karya-karya yang disebutkan di atas semuanya terbit di tahun 1950, di mana karya tersebut dijadikan rujukan kurikulum di pesantren dan juga madrasah di seluruh Indonesia. Kitab-kitab tersebut pernah di cetak Kairo,

22 Muhammad Achmad Asseggaf, sekelumit Riwayat hidup AL-Ustadz Umar bin achmad Baradja, 2-5

23 Mustafa Bun Ahmad Baraja (Cucu Syaikh Umar Bin Ahmad Baraja)

24 Muhammad Ahmad Assegaf Sekelumit Riwayat Hidup Al-Ustadz Umar Bin Ahmad Baraja, Surabaya Panitia Haul Ke-V 1995. h 8

(34)

23

Mesir, pada tahun 1969 atas biaya syaikh Siraj Ka’ki dermawan makkah

yang dibagikan secara Cuma-Cuma ke seluruh dunia islam. Pada tahun 1992, kitab-kitab tersebut diterbitkan ke dalam bahasa Indonesia, Madura, Jawa, dan Sunda.

Adapun inti sari dari kelima karya Syaikh Umar bin Ahmad Baraja adalah ulasan mengenai nilai-nilai akidah dan akhlak sebagai kaum muslim, di mana beliau menekankan manusia harus memiliki karakter di dalam dirinya, dan mengantarkan dirinya menuju sebagai manusia beridentitas dan berbudi pekerti luhur.25

Perihal pembahasan pendidikan karakter, di dalam penelitian ini, peneliti mengkaji salah satu karya yang bagi peneliti sangat relevan dengan pembahasan tentang pendidikan karakter, yaitu kitab berjudul Al- Akhlak Lil Al-Banin. Di dalam karya ini banyak sekali singgungan perihal penanaman pendidikan karakter yang dipaparkan oleh Syaikh Umar Bin Ahmad Baraja, seperti ajakannya untuk para kaum muda agar menjadi seorang manusia yang menghamba Allah dengan menerapkan sopan santun dan kebijaksanaan di saat mencari ilmu pengetahuan. Inti dari yang dimaksudkan oleh beliau adalah menekankan pendidikan karakter yang membangun orientasi pada pencapaian amal baik, di mana seorang manusia yang sedang mencari ilmu tidak hanya sekedar berhenti pada pencarian saja, akan tetapi juga mendapatkan sebuah pemahaman yang berguna pada dirinnya.

25 Muhammad Achmad Asseggaf, sekelumit Riwayat hidup AL-Ustadz Umar bin achmad Baradja, Surabaya : panitia Haul ke-v, 1995, h. 8

(35)

24

Sejatinya, sebuah pendidikan karakter dapat dibentuk dari diri seorang individu yang menerapkan keikhlasan di dalam dirinya, yang tidak memperhitungkan untung dan ruginya, karena dari situlah sifat reflektifitas akan timbul dan mengantarkannya menjadi manusia yang beridentitas serta juga berkarakter.

B. Analisis Eksegesisi

1. Umar Bin Ahmad Baraja

Penulis mencoba menjelaskan istilah judul tentang konsep pemikiran Umar Bin Ahmad Baraja untuk menghindari kesalah pahaman atau pun kekeliruan dalam memahami judul yang menjadi objek kajian penulis tentang pendidikan karakter konsep pemikiran Umar Bin Ahmad Baraja.

Yang perlu penulis tegaskan adalah Syaikh Umar Bin Ahmad Baraja, beliau adalah seorang ulama yang memiliki akhlak mulia. Syaikh Umar memiliki penampilan yang bersahaja, beliau juga dihiasi sifat-sifat ketulusan niat yang disertai dengan keikhlasan amal perbuatan duniawi dan ukhrawi. Syaikh Umar juga menjelaskan tentang akhlak ahlul bait, yang terdiri dari keluarga, sahabat, yang mencontoh Nabi Muhammad Saw. Syaikh Umar juga tidak suka membanggakan diri sendiri, baik tentang ilmu dan amal. Ini karena Syaikh Umar tawadhu’ dan rendah hatinya sangat tinggi.26

26 Muhammad Achmad Asseggaf, sekelumit riwayat hidup al-ustadz Umar Bin Ahmad Baraja 1995. h 7

(36)

25

Syaikh Umar Bin Ahmad Baraja memiliki banyak kitab, Dari sekian banyaknya kitab di dalam agama islam yang telah dijadikan sebuah rujukan sebagai kitab standar perihal ajaran akhlak di dalam proses pembelajaran pada sebuah pesantren, kitab Akhlak Lil Banin yang menjadi sumber rujukan penulis dalam melakukan penelitian tentang pendidikan karakter karangan Syaikh Umar Bin Ahmad Baraja adalah salah satu rujukan yang paling penting. Syaikh Umar merupakan seorang ulama salaf atau biasa disebut ulama terdahulu. Kitab berjudul Akhlak Lil Banin sendiri sudah digunakan sebagai rujukan ajaran pada madrasah dan juga pondok pesantren di Indonesia sedari kisaran tahun 1950.27

Kitab akhlak Lil Banin sendiri berisi ulasan perihal pendidikan akhlak untuk anak laki-laki. Adapun kitab Umar selain Lil Banin yang juga berisi perihal ulasan pendidikan akhlak untuk perempuan, yaitu Lil Banat, di mana kedua kitab tersebut sebenarnya memiliki ulasan yang hampir sama, hanya berbeda konteksnya saja. Kitab Lil Banin sendiri ditulis dengan bahasa Arab, dan diterjemahkan ke berbagai bahasa termasuk Madura, Sunda dan juga Jawa. Bahasa yang disampaikan di dalam kitab tersebut terbilang sederhana, sehingga mudah dipahami para peserta didik di madrasah maupun pesantren. Pengaplikasian dari kitab Lil Banin sendiri adalah untuk mengimplementasikan pendidikan karakter pada diri seorang siswa.

27 Muhammad Achmad Asseggaf Sekelumit Riwayat Hidup AL-Ustadz Umar Bin Ahmad Baraja. h 2-5

(37)

26

Kitab ini berisi ucapan Umar bin Ahmad Baraja dalam menyampaikan nasihatnya yang menggunakan dua cara, yaitu Nasihat langsung dari Umar tanpa perumpamaan, metafora dan perantara. Kedua nasihat tidak langsung, yang disampaikan menggunakan metafora, perantara dan perumpamaan melalu beberapa aspek kisah dan cerita teladan.

Kitab Akhlak Lil Banin terdiri dari empat jilid dan diterbitkan di Surabaya oleh Maktabah Ahmad bin Said bin Nabhan wa awladihi. Jumlah halaman tahun terbit kitab Akhlak Lil Banin adalah sebagai berikut:

a. Jilid I berjumlah 32 halaman tahun terbit 1372 H.

b. Jilid II berjumlah 48 halaman tahun terbit 1373 H.

c. Jilid III berjumlah 64 halaman tanpa tahun.

d. Jilid IV berjumlah 136 halaman tahun terbit 1385 H.

Intisari dari beberapa kitab tersebut sama, yaitu menekankan pentingnya mengaplikasikan akhlak dalam bentuk implementasi, seperti halnya pendidikan karakter.

2. Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter merupakan usaha sadar yang terencana dan terarah melalui lingkungan pembelajaran untuk tumbuh kembangnya seluruh potensi manusia yang memiliki watak berkepribadian baik,

(38)

27

bermoral, berakhlak, dan berefek positif konstruktif pada alam dan masyarakat.28

Dalam konsep pemikiran Syaikh Umar mengenai beberapa poin dari kitab beliau seperti Religius, peduli lingkungan, peduli sosial, memiliki standar korelasi. Bahwa sikap religius merupakan perwujudan ajaran agama dan kepercayaan yang dianut itu harus dilaksanakan.

Dalam hal peduli sosial. Penulis memahami konsep pemikiran Syaikh Umar harus menanamkan sikap tanggung jawab, konsistensi tindakan dan perkataan, yang berdasarkan kebenaran, menghargai martabat individu, dan mampu menunjukkan keteladanan.

Dalam hal peduli lingkungan, penulis memahami arah pemikiran beliau dalam kitab akhlak lil banin, bahwa kita harus menunjukkan apresiasi budaya rama lingkungan, taat hukum, disiplin, menghormati keragaman budaya dan agama.29

28 Kaimuddin dalam Jurnal Bertajuk implementasi pendidikan karakter dalam kurikulum 2013: 2014 h. 23

29 Kemendikbud RI

(39)

28 BAB IV

PEMIKIRAN UMAR BAN AHMAD BARAJA DALAM KITAB AKHLAK LIL BANIN TENTANG PENDIDIKAN KARAKTER

A. Hakikat Pendidikan Karakter Menurut Umar Bin Ahmad Baraja Dan Relevansinya Dalam Kitab Akhlak Lil Banin

Pendidikan karakter pada hakikatnya adalah menumbuh kembangkan potensi di dalam diri guna membangun karakter pada pribadi anak sehingga menjadi individu yang lebih baik. Dengan begitu penulis memahami bahwa pendidikan karakter merupakan nutrisi penyempurnaan diri anak dan dengan penyempurnaan diri anak lewat pendidikan karakter dapat melatih anak secara terus-menerus, mengembangkan kemampuan dirinya menuju ke arah hidup yang lebih baik.30

Penulis melihat dan coba memahami hakikat pendidikan karakter dengan menumbuh kembangkan potensi pada diri anak lewat gagasan dan pemikiran Umar bin Ahmad Baraja khususnya pada kitab akhlak lil banin tentang pendidikan karakter. Dari sini penulis melihat konsep pemikiran Syaikh Umar dalam pembentukan karakter terhadap anak beliau memberikan gambaran dengan pola materi terutama pada lingkup dunia pendidikan pesantren dan masyarakat islam pada umumnya. Syaikh Umar menjelaskan di dalam kitabnya, sebagai seorang umat Muhammad, kita harus mengikuti pola keberimanannya, di mana hal tersebut dapat membentuk kepribadian diri kita dengan karakter yang tinggi.

30 SMK Widya Nusantara menciptakan Insan yang mandiri dan berkarakter serta dilandasi iman dan takwa Tri Satya: perum bumi bekasi baru

(40)

29

Sejatinya setiap umat manusia di muka bumi diberikan kelebihan serta juga potensi yang sangat khas, di mana mereka berbeda-beda kelebihannya. Maka dari itu Syaikh Umar mengajak kita untuk selalu rendah hati, tidak sombong dan selalu sopan santun, bercontoh pada nabi Muhammad SAW. Kemudian Syaikh Umar juga mengajak kita untuk mengaplikasikan dan mengimplementasikan nila-nilai akhlak yang diajar di dalam al-Qur’an dan juga hadis, melalui perbuatan dan kegiatan yang sederhana, yang sangat dekat dengan diri kita, seperti membantu orang tua, saudara, tetangga bahkan guru kita ketika sedang kesusahan. Selain itu karena kesanggupan insan menimba ilmu pengetahuan yang berbagai jenis.31

Dalam hal ini, manusia diwajibkan untuk memiliki kekuatan berpendidikan agar bisa dijadikan pembeda dengan makhluk lain, pembeda di sini adalah kualitas diri kita sebagai manusia yang berakal dan berpikir. Agama menjadi landasan dasar yang sangat penting untuk hal ini, seperti yang diungkapkan oleh Malik Fajar yang memaparkan bahwa ada sebuah hubungan nilai islam, terutama akhlak yang bisa di kaitkan dengan pendidikan guna membentuk sebuah karakter.

Hal tersebut sangatlah dekat, karena ajaran islam dengan pendidikan mempunyai hubungan filosofis yang sangat dekat dan berkaitan. Akan tetapi juga demikian, usaha untuk melakukan penghubungan antar islam dengan dunia pendidikan masih banyak sekali dijumpai, karena adanya batasan-batasan verbal yang harus dicairkan dengan bahasa keseharian. 32 dari sini dapat ditinjau bahwa kitab Lil Banin karya Syaikh Umar Bin Ahmad Baraja dapat dijadikan rujukan untuk membangun pendidikan karakter bagi anak.

31 Al-Syaibany, 1983: 107

32 Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Pranada Media Group, 2010

(41)

30

Menuntut ilmu hukumnya wajib, sebagaimana dalam hadits Rosulullah Saw bersabda:

ِدَّمَحُم ْنَع ٍريِظْنِش ُنْب ُريِثَك اَنَثَّدَح َناَمْيَلُس ُنْب ُصْفَح اَنَثَّدَح ٍراَّمَع ُنْب ُماَشِه اَنَثَّدَح ِمْلِعْلا ُبَلَط َمَّلَس َو ِهْيَلَع ُ َّاللّٰ ى َّلَص ِ َّاللّٰ ُلوُسَر َلاَق َلاَق ٍكِلاَم ِنْب ِسَنَأ ْنَع َني ِريِس ِنْب ٍمِلْسُم ِ لُك ىَلَع ٌةَضي ِرَف

Artinya:

Telah menceritakan kepada kami hisyam bin ammar berkata, telah menceritakan kepada kami Hafsh bin Sulaiman berkata, telah menceritakan kepada kami katsir bin Syinzhir dari Muhammad bin Sirin dari Anas bin Malik ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim. (HR. Ibnu Majah no.

224) 33

Begitu pentingnya Ilmu pengetahuan hingga seorang anak dalam menuntut ilmu rela mengeluarkan biaya yang besar untuk mendapatkan Ilmu. Namun tidak cukup itu saja. Para pelajar tidak akan memperoleh ilmu dan tidak akan dapat mengambil manfaatnya tanpa mau menghormati guru, oleh karena itu ada yang mengatakan bahwa orang-orang yang telah berhasil, mereka ketika masih mencari ilmu sangat menghormati ilmu dan gurunya, dan orang-orang yang tidak berhasil dalam menuntut ilmu karena mereka tidak mau menghormati ilmu dan gurunya.34

Terdapat dua hal yang harus diperhatikan dalam menuntut ilmu, yaitu:

Pertama, bagi peserta didik hendaknya berniat yang baik untuk menuntut ilmu, jangan berniat untuk hal-hal yang berhubungan dengan duniawi, dan jangan sampai melecehkan dan menyepelekan guru atau pun ilmu. Kedua, bagi guru

33 Ibnu Majah Kitab Muqaddimah Bab. Keutamaan Ulama Dan Dorongan Untuk Menuntut Ilmu Hr. Ibnu Majah No. 224.

34 Al-Zarnuji Tt. Syarah Ta'limul Muta'allim, Indonesia: Maqtabah Syarqiah

(42)

31

ketika mengajarkan ilmu hendaknya meluruskan niat terlebih dahulu, supaya tidak mengharapkan materi semata. Di samping itu, yang diajarkan hendaknya sesuai dengan tindakan-tindakan yang diperbuat.

Pada penjelasan di dalam kitab Akhlak Lil Al-Banin karya Umar Bin Ahmad Baraja memaparkan perihal kaidah nilai terkait penerapan pendidikan karakter untuk anak guna dapat mencapai ilmu pengetahuan yang bermanfaat, berikut adalah hasil analisis peneliti tentang poin atau nilai akhlak yang bisa direlevansi kajiannya dengan pendidikan karakter, yaitu:

1. Religius

Religius adalah pikiran, perkataan dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai Ketuhanan. Di antaranya:

a. Akhlak kepada Allah

Akhlak kepada Allah merupakan esensi dari nilai-nilai akhlak yang lain. Artinya jika seseorang akhlaknya kepada Allah itu baik, maka akan mewarnai dan menjiwai akhlak lainnya. Akhlak kepada Allah merupakan tolak ukur keberhasilan dalam memahami dan melaksanakan nilai-nilai akhlak lainnya jika akhlak terhadap Allah lemah (kualitas rendah) maka akan mempengaruhi kualitas akhlak lainnya. Dengan demikian, untuk menjalani proses kehidupan yang lebih baik, manusia perlu menjalin hubungan yang harmonis dengan

(43)

32

sang pencipta. Sehingga perjalanan kehidupan manusia senantiasa mendapat bimbingan dan petunjuk dari Allah Swt.35

Akhlak kepada Allah sebuah sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan manusia sebagai makhluk kepada Tuhan sebagai sang pencipta.36

Menurut Abuddin Nata, banyak hal yang dapat dilakukan dalam berakhlak kepada Allah Swt. Diantaranya ialah tidak menyekutukan Allah, bertakwa kepada-Nya, mencintai-Nya, rida dan ikhlas dengan segala keputusan-Nya, bertobat, dan mensyukuri nikmat-Nya, berdoa kepada-Nya, beribadah, dan mencari rida-Nya.37

Sementara itu M Quraish Shihab mengatakan bahwa titik tolak ukur akhlak kepada Allah Swt. Adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah Swt. Diia memiliki sifat-sifat terpuji, demikian agung sifat itu, jangankan manusia, malaikat pun tidak akan mampu menjangkau hakikat-Nya.38

Pendapat lain yang penulis temukan diungkapkan oleh Yunahar Ilyas, dia berpendapat bahwa akhlak terhadap Allah Swt.

Di antaranya ialah takwa, cinta dan rida, ikhlas, khauf dan raja', muraqabah, dan tobat. 39

35 Umar Bin Ahmad Baraja, Kitab Akhlak Lil Banin Jilid II (Surabaya: Maktabah Muhammad bin Ahmad Nabhan wa Auladah, 192), h. 22

36 Abuddin Nata, Akhlak Tasawwuf (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 149 37 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 150 38 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an (Bandung: Mizan, 2014), h.

39 Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta: LPPI, 2009), h. 157

(44)

33

Menurut Syaikh Umar dalam kitab akhlak lil banin dalam pembentukan karakter anak seorang anak wajib berakhlak kepada Allah Swt.

Umar bin Ahmad Baraja telah menjelaskan cara seorang anak atau siswa yang berakhlak baik, harus patuh atau bertakwa kepada Tuhannya. dalam berakhlak kepada Allah. Penjelasan tersebut terdapat dalam kutipan:

ناب :كتروص نسحو كقلخ يذلاوه يلاعتو هناحبس الله :زيزعلااهيا ناسلو تاوصلْا امهب عمست نينذاو ءايشلْا امهب ورظنت نينيع كطعا لاقعو امهيلع يشمت نيلجرو .كلاغشا يف امهلمعتست نيديو هب ملكتت ةمحرلا عضوو ةيفعلاو ةحصلاب كيلع معناو رشلا نم ريخلا هب فرعت .ةنسح ةيبرت كايبر يتح كيدلاو بولق يف

Artinya :

“wahai anak yang mulia ! Allah SWT. Telah menciptakan kamu dan membaguskan bentukmu dengan memberimu kedua mata untuk melihat segala sesuatu dan kedua telinga untuk mendengarkan suara serta lidah untuk berbicara, dua tangan untuk kamu gunakan dalam berbagai pekerjaanmu, dua kaki untuk berjalan, akal untuk mengenal mana yang baik dan mana yang buruk. Dia memberimu kenikmatan berupa kesehatan dan meletakkan kasih sayang di dalam hati kedua orang tuamu sehingga engkau didik dengan pendidikan yang baik”.40

Penulis memahami kutipan Syaikh Umar bahwa keridhaan Allah terhadap seseorang apabila seseorang itu menunjukkan perilaku yang baik menjalankan perintah Allah dan menjauhi apa

40 Al-Ustadz Umar Bin Ahmad Baraja, Bimbingan Akhlak Bagi Putra-Putra Anda, Jakarta: Pustaka Amani, 1922. h.13

(45)

34

yang menjadi larangan-Nya. Nasihat yang diberikan Syaikh Umar itu bahwa kita harus taat kepada Allah juga sejalan dengan firman Allah Swt dalam QS. Al-Mujadalah/58: 22

ْوَل َو ٗهَل ْوُسَر َو َ هاللّٰ َّدۤاَح ْنَم َن ْوُّدۤا َوُي ِر ِخٰ ْلْا ِم ْوَيْلا َو ِ هللّٰاِب َن ْوُنِمْؤُّي اًم ْوَق ُد ِجَت ْيِف َبَتَك َكِٕى ٰۤلوُا ْۗمُهَتَرْيِشَع ْوَا ْمُهَناَوْخِا ْوَا ْمُهَءۤاَنْبَا ْوَا ْمُهَءۤاَبٰا آْوُناَك َّيَا َو َناَمْيِ ْلْا ُمِهِب ْوُلُق اَهِتْحَت ْنِم ْي ِرْجَت ٍتهنَج ْمُهُل ِخْدُي َوۗ ُهْن ِم ٍح ْوُرِب ْمُهَد

ۗاَهْيِف َنْيِدِل ٰخ ُر ٰهْنَ ْلْا َي ِضَر

َن ْوُحِلْفُمْلا ُمُه ِ هاللّٰ َب ْز ِح َّنِا ٓ َلَْا ۗ ِ هاللّٰ ُب ْز ِح َكِٕى ٰۤلوُا ُۗهْنَع اْوُضَرَو ْمُهْنَع ُ هاللّٰ

Terjemahnya:

“Engkau (Muhammad) tidak akan mendapatkan suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasulnya.

Sekalipun orang-orang itu adalah bapaknya, anaknya, saudaranya atau keluarganya. Mereka itulah adalah orang-orang yang di dalam hatinya telah ditanamkan Allah keimanan dan Allah telah menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari Dia, lalu dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya Allah rida terhadap mereka dan mereka pun merasa puas dengan (limpahan rahmat)-Nya. Merekalah golongan Allah, ingatlah sesungguhnya golongan Allah itulah yang beruntung.”41

Dari kutipan di atas, penulis melihat nampak bahwa Umar bin Ahmad Baraja telah memberikan nasihat untuk beriman dan bertakwa kepada Allah, dan sebagaimana kita telah mengetahui bagaimana Allah menganugerahi dengan nikmat-Nya,

41 Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya, h 545

(46)

35

mengagungkan-Nya, dan mengerjakan segala yang diperintahkan- Nya, serta engkau tinggalkan segala sesuatu yang dilarang-Nya terhadapmu.

Tidak hanya akhlak kepada Allah, penulis juga menemukan bahwa Syaikh Umar juga menggunakan dalil untuk mendeskripsikan materi dalam menjelaskan kewajiban-kewajiban seseorang terhadap nabi dengan mencintai dan mengikuti ajaran beliau.

b. Akhlak kepada Rasulullah

Menurut Yunahar Ilyas akhlak terhadap Rasulullah Saw. Di antaranya ialah mencintai dan memuliakan Rasulullah Saw.

Mengikuti dan menaati Rasulullah Saw. Dan mengucapkan salawat dan salam kepada Rasulullah Saw.42

Hal ini penulis temukan bahwa pendapat yang dikemukakan oleh Yunahar Ilyas sejaran dengan pemikiran Umar Bin Ahmad Baraja yang dijelaskan di dalam kitab akhlak lil banin bahwa Rasulullah Saw. Adalah manusia yang paling baik atau sempurna akhlaknya. Akhlak kepada Rasulullah Saw. Yaitu mengikuti segala ajarannya, dan selalu bersalawat kepadanya.

Umar bin Ahmad Baraja menjelaskan dalam kutipannya:

يلاعتو هناحبس كبر مظعت نا كيلع بحي امك :بيدلْا دلولااهيا كبلق ءلامتو ملسو هيلع اللهلاص كيبن مظعت نا اضيا كيلع بجي

42 Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta: LPPI, 2009), h. 25

(47)

36

يذلا هنلْ كسفنلو كيدلاول كتبحم نم رثكا هبحت يتح هتبحمب هءبسبو ملاسلْا ند انملع مارحلاو للاحلا نيب انقرفو .انبر انفرع

قلخلْا يف انل ةودق هريصو سانلا لضفا هلعجف هبحا يلعت لله نلْو بدلْاو

Artinya :

“wahai anak yang beradab sebagaimana engkau diwajibkan mengagungkan tuhanmu, maka engkau wajib pula mengagungkan Nabi Muhammad saw. Dan memenuhi hatimu dengan kecintaan kepadanya, sehingga engkau lebih mencintainya dari pada mencintai kedua orang tua dan dirimu sendiri. Karena beliaulah yang mengajarkan kita agama islam dan dengan sebabnya kita mengenal Allah kita dan bisa membedakan yang halal dan yang haram. Dan karena Allah SWT mencintainya sehingga menjadikannya manusia yang terbaik serta sebagai contoh panutan bagi kita dalam budi pekerti/sopan santun.43

Melalui kutipan di atas tersebut Umar bin Ahmad Baraja, menyampaikan pesannya agar anak selain bertakwa terhadap Allah SWT juga taat kepada Rasul-Nya. Karena selain taat kepada Rasul- Nya termasuk ke dalam Rukun Iman, Allah juga sangat menganjurkan untuk menaati dan mencintai Rasul-Nya, karena beliaulah yang mengajarkan kita agama Islam dan dengan perantaraannya kita mengenal Allah SWT. Telah tertulis jelas dalam Al-Qur’an bahwa Nabi Muhammad adalah sebagai suri teladan bagi kita.

43 Al-Ustadz Umar Bin Ahmad Baraja, Bimbingan Akhlak Bagi Putra-Putra Anda, Jakarta: Pustaka Amani, 1922. h.16

(48)

37

Di sisi lain dari penjelasan teks kitab Syaikh Umar penulis memahami bahwa mencintai dan meneladani Nabi Muhammad merupakan pendeskripsian Syaikh Umar agar anak dalam pembentukan karakternya bahwa setiap yang akan dilakukan anak itu harus dengan sudut pandang agama yaitu dengan pengamalan hadis dari nabi dalam melakukan aktivitas sehingga anak melahirkan potensi atau karakter yang baik. Dalam hal mencontoh atau meneladani Nabi Muhammad penulis tidak hanya mendeskripsikan secara konteks maksud dari Syaikh Umar. Akan tetapi ini sejalan dengan firman Allah dalam QS. Al-Ahzab/33:21

َر ِخٰ ْلْا َم ْوَيْلا َو َ هاللّٰ اوُج ْرَي َناَك ْنَم ِل ٌةَنَسَح ٌة َوْسُا ِ هاللّٰ ِل ْوُسَر ْيِف ْمُكَل َناَك ْدَقَل َرَكَذ َو ۗاًرْيِثَك َ هاللّٰ

Terjemahannya:

“Sungguh telah ada padi (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah.”44

Penulis memahami bahwa Syaikh Umar dalam kitab akhlak lil banin menekankan aturan dalam beraktivitas dengan mencontoh Nabi Muhammad seperti adab ketika makan jangan meniup makanan karena mengganggu kesehatan untuk anak, berdoa saat makan yang merupakan bentuk ketaatan anak kepada Tuhannya.

44 Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya, h 420

(49)

38

Contoh lainnya berkaitan dengan teladan, yaitu dalam hal kesabaran penulis coba mengungkap pernah suatu ketika Sayyidah Aisyah Ra berkata Nabi Muhammad Saw. Pernah melakukan salat pada waktu malam hingga bengkak kakinya. Maka Aisyah bertanya kepada Nabi mengapa Anda lakukan ini wahai Rasulullah padahal Allah telah mengampuni dirimu terlebih dahulu dan terkemudian, kemudian Nabi Muhammad menjawab bukankah aku harus menjadi seorang hamba yang bersyukur.45

Dari sinilah penulis memahami, bahwa setiap anak harus bertindak untuk meneladani Nabi Muhammad dan meneladani pendidiknya yang memiliki sifat atau akhlak Nabi Muhammad dalam pembentukan karakter seorang anak. Hal ini juga diakui oleh semua ahli pendidikan baik dari barat maupun dari timur. Penulis memahami bahwa dasarnya adalah karena secara psikologis anak memang senang meniru. Tidak saja yang baik, yang jelek pun ditirunya. Maka penulis mengakui bahwa sifat anak untuk membentuk kepribadiannya tergantung didikan dari yang menjadi teladannya, apakah baik atau buruk.

2. Peduli lingkungan

Karakter peduli lingkungan menurut Umar bin Ahmad Baraja yang dituangkan dalam kitabnya adalah meliputi:

45 Ali Syawakh Ishaq, metodologi pendidikan Al-Qur’an dan Sunnah trj. Asmau’i Saliha Zaskhsyari (Jakarta: Pustaka Al-kautsar, 1995 h. 89

Referensi

Dokumen terkait

Andri Oktavianus, PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA, Skripsi, Surakarta: Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Agama Islam,

pendidikan karakter bangsa dalam pemikiran Ahmad

Analisa yang telah dilakukan teruji dan terbukti kebenaranya dan diperoleh kesimpulan bahwa Relavansi Pemikiran Al-Ghazali Terhadap Pendidikan Karakter (Akhlak) di

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapatdisimpulkan bahwa, (1)Al- Ustadz ‘Umar bin Achmad Baradja adalah seorang ulama yang memiliki akhlak yang sangat mulia.. Sejak kecil

Banyak orang yang sering menggunaka kata sabar, tetapi mungkin hanya beberapa yang mengetahui pasti artinya. Secara umum sabar didenifisikan sebagai sikap menahan

23 Al-Ustadz Umar bin Achmad Baradja, (1991), Bimbingan Akhlak Bagi Putra-Putra Anda Jilid I, Surabaya: Buku Teladan 12.. oleh orangtuanya sedari kecil, maka orangtuanya

Hasil penelitian menunjukan bahwa konsep pendidikan akhlak dalam kitab Washoya Al Aba’ Lil Abnaa’ meliputi; akhlak kepada Allah, akhlak kepada Rasulullah, akhlak kepada orang

Sc dang metode penyampaian materi pendidikan akhlak anak dalam kitab Al Akhlak Li al Banin adalah dengan menggunakan 6 metode yaitu :. metode nasehat, metode