• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

E. Metodologi Penelitian

Berikut ini adalah salah satu desain atau bentuk penelitian yang peneliti kerjakan, yaitu adalah penelitian kepustakaan (Library Research), peneliti menggunakan jenis penelitian ini dikarenakan semua data dan sumber data berasal dari kepustakaan (Hadi, 1990). Dari kepustakaan tersebut peneliti olah menjadi sebuah objek kajian, di mana hasilnya berupa karya tulis yang berisi hasil dari pemikiran peneliti.

2. Data Dan Sumber Data

Karena desain penelitian yang peneliti lakukan adalah penelitian kepustakaan (Library Research) maka data yang diambil oleh peneliti bersumber dari literatur. Adapun referensi yang dijadikan sumber data primer adalah kitab Akhlak Lil banin karya Umar Bin Ahmad Baraja.

Kemudian yang menjadi data sekunder adalah terjemah kitab akhlak lil banin tentang pendidikan karakter, kapita selekta pendidikan islam dan

8

juga sumber referensi lainnya, yang relevan dengan objek pembahasan penulis.

3. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti melakukan pengumpulan data dengan mencari dan mengkaji data yang menjadi sumber data primer yaitu kitab Akhlak Lil Banin karya Umar Bin Ahmad Baraja, dan buku-buku yang relevan dengan kitab beliau.

Setelah terkumpul, peneliti melakukan kupasan secara sistematika dalam hubungannya dengan masalah yang diteliti. Sehingga memperoleh bahan untuk pembahasan dalam objek kajian yang peneliti lakukan.

4. Teknik Analisis Data

Peneliti melakukan pengelolaan pada objek ilmiah tertentu dengan membetulkan antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain untuk mendapatkan kejelasan mengenai halnya.

Macam-macam metodologi yang penulis lakukan dalam menganalisis masalah adalah sebagai berikut:

a. Metodologi Deduktif

Yaitu apa yang di pandang benar pada peristiwa suatu jenis, berlaku pada hal yang benar dari semua peristiwa yang termasuk dalam suatu jenis.

Hal itu merupakan proses berpikir dari semua pengetahuan yang bersifat umum. Kemudian berangkat dari pengetahuan tersebut, ditarik sebuah pengetahuan khusus (Hadi. 1990: 26), metodologi ini digunakan penulis, untuk menganalisis data konsep yang akan dibahas yaitu pendidikan karakter.

9

b. Metodologi Induktif

Yaitu metodologi yang berangkat dari fakta-fakta yang khusus, peristiwa-peristiwa yang konkret, dari fakta-fakta dan peristiwa-peristiwa yang konkret ditarik dalam generalisasi yang bersifat umum (Hadi. 1990: 26).

Metodologi ini penulis gunakan untuk menganalisis data tentang hakikat dalam kitab akhlak lil banin sehingga dapat diketahui konsep atau pandangan Umar bin Ahmad Baraja tentang pendidikan karakter yang penulis akan kaji yang terkandung di dalam kitab tersebut.

10 BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG AKHLAK A. Kajian Teori

1. Pengertian Akhlak Dalam Ajaran Islam

Akhlak merupakan wujud dari pengajaran yang sangat dipertimbangkan di dalam dunia pendidikan islam. Dalam artian etimologis, akhlak merupakan kata lain dari kata khuluq (bentuk batin).

Istilah dari kata khuluq adalah perlawanan kata dari khalqq (bentuk lahir).

Jika keduanya digabungkan akan menjadi khalaqa (penciptaan).10 Akhlak sering kali dikaitkan dengan sopan dan santun serta juga kesusilaan, sedangkan dalam hal ini Khuluq adalah sebuah gambaran dari ringkasan sifat atas batin manusia, atau bentuk gambaran lahiriah dari diri seorang manusia seperti meliputi gerak anggota badan dan juga raut wajah, atau apa yang ada di seluruh tubuh kita. Ada pun persamaan dari kata khuluq di dalam bahasa Yunani, yaitu etos/ethicos yang memiliki artian kebiasaan, di mana sifat perbuatan yang mempengaruhi kecenderungan hati, perasaan dari batin dan juga adab dari sebuah kebiasaan. Ethicos kemudian berdalam dunia modern diubah menjadi etika.11

Berangkat dari pemaparan tersebut, bisa dikaji lagi bahwa akhlak tidak akan bisa terpisah dari penciptanya, yaitu Tuhan Allah SWT sebagai

10 Mohammad Nasirudin, Pendidikan Tasawuf, (Semarang: RaSAIL Media Group, 2009), h. 31.

11 M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta Amzah, 2007), h. 3.

11

satu-satunya wujud sumber utama di mana pengajarannya diaplikasikan dan diimplementasikan melalui nabinya yang bernama Muhammad SAW.

Dewasa ini, kajian akhlak di dalam lingkup agama islam hanya berhenti pada persoalan pemahaman sunah dan al-Qur’an, kemudian lanjutannya mengalami pengembangan yang cukup lumayan luas, menyesuaikan zamannya. Hal tersebut dapat ditinjau dari era setelah filsafat Yunani, yang mana banyak bermunculan tokoh baru yang kajiannya melingkupi khazanah klasik terkait akhlak dalam bentuk corak pemikiran.12 Dari sini, di lihat terminologinya akhlak adalah proses hubungan perilaku manusia, setiap ulama memiliki pemaknaan berbeda-beda guna menjelaskan pengertiannya

Abu Hamid al-Ghazali dalam bukunya Ihya’ Ulum alDin mendefinisikan akhlak sebagai:

َرْىَغ ْنَم ُّةَل ْوُهُسَب لاَعْفَ ْلاا ُرُدْصَت اَهْنَع ٌةَخَسا َر َسْفهنلا ْىَف ٍةَئْيَه ْنَع ة َراَبَع ُقُلُخْلَا ٍةَي ْؤ ُر َو ٍرْکَف ىَلَا ٍةَجاَح

Pendapatnya :

Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan yang mudah dengan tidak memerlukan pikiran dan pertimbangan.13

Hasan Langgulung mengartikan akhlak sebagai kebiasaan atau sikap yang cukup dalam perihal penjiwaannya, di mana kemudian

12 Muhammad Fauqi Hajjaj, Tasawuf Islam dan Akhlak, (Jakarta: AMZAH, 2011), h. 225.

13 Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazli, Ihya’ ‘Ulum al-Din Jilid III, (Beirut: Dar al-Kutub, t.t.), Terjemah : Purwanto

12

memunculkan kegiatan dan perilaku yang reflektif, di mana perbuatannya menyesuaikan faktor-faktor keturunan dan lingkungan.14

Ibnu Miskawwaih mendefinisikan akhlak sebagai:

اَهَل ٌةَيَعاَد َسْفهنلَل ٌلاَح ُقُلُخلْا

Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pikiran dan pertimbangan.15

Berdasarkan analisis di atas, bisa ditinjau bahwa akhlak merupakan kegiatan reflektif yang mana sudah mendarah daging pada diri manusia, akhlak akan muncul tanpa kompromi apa pun dengan diri kita, karena sudah menjadi laku yang berupa implementasi dan juga aplikasi kemudian menjadi karakter pada diri manusia.

Adapun hakikat akhlak berdasarkan pemaparan al-Ghazali harus mencakup dua syarat, yaitu yang pertama syarat perbuatan tersebut harus konstan secara berulang, yang mana dilaksanakan secara reflektif dan dilakukan berulang-ulang dengan pengaplikasiannya yang sama.

Kemudian syarat kedua adalah perbuatan konstan tersebut harus mempengaruhi refleksi pada diri manusia yang sedang melakukannya, tanpa adanya paksaan, tekanan, sogokan dan juga pengaruh dari manusia lain, dalam hal ini manusia tersebut harus ikhlas.

Adapun sumber-sumber ajaran Akhlak :

14 Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. AlHusna, 2003), h. 56.

15 Abu Ali Ahmad Miskawaih, Tahdzibul Akhlak wa TathhirulA’raaq Juz I, dalam Maqtaah Tsaqafah Diniyah, Maktabah Shameela, ttp, t.t, penerjemah : zainun kamal M.A, menuju kesempurnaan

13

Sumber ajaran akhlak ialah al-Qur’an dan hadits. Tingkah laku Nabi Muhammad SAW merupakan teladan bagi umat manusia. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al-Ahzab/33:21

َر َخٰ ْلاا َم ْوَيْلا َو َ هاللّ اوُج ْرَي َناَك ْنَم َل ٌةَنَسَح ٌة َوْسُا َ هاللّ َل ْوُس َر ْيَف ْمُكَل َناَك ْدَقَل َرَكَذ َو

اًرْيَثَك َ هاللّ

Terjemahanya :

Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.16

2. Macam-Macam Akhlak a. Akhlak Karimah

Akhlak Karimah adalah akhlak yang baik dan terpuji yaitu suatu aturan atau norma yang mengatur hubungan antara Tuhan, manusia, dan alam semesta. Akhlak karimah merupakan akhlak terpuji baik yang langsung terhadap Allah dengan melaksanakan ibadah yang wajib maupun sunnah, dan melaksanakan hubungan yang baik dengan sesama manusia, di antaranya berupa husnudzhan hablumminallah wahablumminannas, istiqamah, tawakkal, qanaah, tasammuh, dan ikhtiar. Akhlak karimah juga merupakan segala tingkah laku yang terpuji (yang baik) yang biasa juga disebut “fadhilah” atau kelebihan.

Berdasarkan pemaparan Imam Ghazali, Akhlak merupakan bentuk sifat yang sudah ditanamkan pada ke dalam jiwa kita, di mana nantinya

16 Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya, h. 421

14

akan mencerminkan setiap perbuatan reflektif, perbuatan yang dengan mudah tidak memerlukan pertimbangan pikiran lebih dulu.17

b. Akhlak Mazmumah

Akhlak mazmumah yaitu segala bentuk perbuatan manusia yang dapat mendatangkan kemudharattan bagi diri sendiri dan orang lain serta dapat membahayakan iman dan mendatangkan dosa. Seperti bersikap takabur, kikir, sombong dan dengki, berkata dusta, berprasangka buruk, ingkar janji, durhaka kepada kedua orang tua, mencuri.

Akhlak Karimah dan Akhlak Mazmumah bersumber dari al-Qur’an dan Sunnah dari ajaran Rosulullah saw. Karena apa yang baik menurut al-Qur’an dan Sunnah maka itulah yang baik menjadi pegangan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter adalah suatu usaha manusia secara sadar dan terencana untuk mendidik dan memberdayakan potensi peserta didik guna membangun karakter pribadinya sehingga dapat menjadi individu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya.

Pendidikan karakter adalah suatu sistem pendidikan yang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai karakter tertentu kepada peserta didik yang di dalamnya terdapat komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, serta tindakan untuk melakukan nilai-nilai tersebut.

17 Erwin yudi prahara, materi pendidikan agama islam, Ponorogo: STAIN PO press, 2009 h 181

15

Pendidikan karakter sangat erat hubungannya dengan pendidikan moral, di mana tujuannya adalah untuk membentuk dan melatih kemampuan individu secara terus menerus guna penyempurnaan diri ke arah yang lebih baik.

Menurut Prof. H. Pramula Mahrus Razzan pendidikan karakter adalah suatu ilmu pengetahuan yang berfungsi memperbaiki karakter manusia yang perlu ditanamkan sejak dini guna mencetak generasi berakhlak dan bermoral Pancasila yang masih dalam lingkup revolusi mental.18

B. Kajian Penelitian Terdahulu

Kajian pustaka memiliki sebuah fungsi, yaitu guna meninjau hasil penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Tinjauan ini pun dilakukan dengan cara hanya memperhatikan beberapa pemaparan penelitian yang kajiannya terkait dengan problematika pada penelitian yang dilakukan ini.

Ada beberapa penelitian terkait kitab akhlak lil banin yang penulis temukan di website-website dari penelitian terdahulu, penulis menemukan beberapa penelitian yang sama tentang Umar Bin Ahmad Baraja dan kitabnya Akhlak Lil Banin juga kitabnya Akhlak Lil Banat tentang pendidikan karakter memiliki kesamaan, namun di sini penulis dapat memperkaya teori-teori dengan melakukan pendekatan-pendekatan kajian terdahulu sehingga dalam konteks ini, kajian yang penulis lakukan bisa dibedakan dalam beberapa poin dari kajian terdahulu.

18 Agus Rukiyanto 2009 pendidikan karakter Yogyakarta: Kanisius 64-67

16

Pertama, penelitian yang penulis lakukan seluruhnya pada kitab Akhlak lil Banin, sedangkan penelitian terdahulu hanya sebagian dan ada penelitian terdahulu juga menggunakan penelitian lapangan, yaitu ingin mengungkapkan hasil dari pembelajaran buku ini.

Kedua penelitian ini mencoba mengaitkan relevansi pola pembentukan karakter siswa dalam kitab tersebut pada pendidikan agama Islam, sehingga secara tidak langsung penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu, baik aspek pendekatan maupun kedalaman pembahasan yang dilakukan.

Ketiga, hasil penelitian terdahulu menunjukkan sedikit sekali teori atau pola pembentukan karakter yang dilahirkan dari khazanah keislaman. Selama ini pola pembentukan akhlak lebih banyak meminjam teori Barat. Adapun kajian terdahulu skripsi yang berjudul:

1. Rofaatul Fauziyah, “Aplikasi Pembelajaran Kitab Al-Akhlak Lil Banin dalam Pembentukan Akhlak Santri di Pondok Pesantren Babussalam Kalibening Tanggalrejo Mojoagung Jombang”. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tentang bagaimana pembelajaran kitab Al-Akhlak Lil Banin di Pondok Pesantren Babussalam Kalibening Tanggalrejo Mojoagung Jombang, dan bagaimana aplikasi pembelajaran kitab Al-Akhlak Lil Banin dalam pembentukan akhlak santri. Berdasarkan dari penelitian yang diperoleh penulis dari lapangan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran di Pondok Pesantren Babussalam Kalibening Tanggalrejo sangat baik karena di dalam pondok mempunyai beberapa metode agar santri bisa disiplin dalam segala situasi, dan di dalam

17

pondok juga sudah diberikan jadwal kegiatan harian agar para santri bisa tertib dan tahu apa yang akan mereka kerjakan. Sedangkan pengaplikasian kitabnya juga berpengaruh sangat baik, mereka banyak menerapkan akhlak yang baik kepada siapa saja dan apa saja dan meninggalkan apa yang tidak baik bagi mereka.

2. Ninik Herlina dengan judul: “Implementasi Pembelajaran Kitab Akhlak lil Banin wal Banat dalam Upaya Meningkatkan Moral Keagamaan Anak di Madrasah Diniyah Al-Fadhiliyah Gentan Jenangan Ponorogo”.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sedangkan dalam pengumpulan data penulis menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Adapun dalam analisis data penulis menggunakan analisis interaktif dengan analisis reduktif data, display data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa, Implementasi pembelajaran kitab Akhlak lil Banin wal Banat dalam upaya meningkatkan moral keagamaan anak adalah dengan menggunakan metode ceramah dan cerita yakni seorang ustadz/ustadzah membacakan kitab yang bermakna, sedangkan murid mendengarkan sambil menulis dengan menggunakan makna gandul/dengan huruf pegon. Dan seorang guru menjelaskan isi dari kitab tersebut agar mudah dipahami oleh para santri. dampak implementasi pembelajaran kitab Akhlak lil banin wal Banat terhadap moral keagamaan anak. dampak positif, seorang anak memiliki moral dan kepribadian yang baik dan mengetahui aturan-aturan agama Islam. Dari

18

segi negatif anak-anak kurang tertarik dan bosan dengan sistem pembelajaran yang monoton yang menyebabkan mereka ramai sendiri di dalam kelas.

19 BAB III

ANALISIS PENGARUH PEMIKIRAN UMAR BIN AHMAD BARAJA TENTANG AKHLAK DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER

A. Analisis Kebahasaan

1. Biografi Umar Bin Ahmad Baraja

Syaikh Umar bin Ahmad Baraja lahir dikampung Ampel Magfur, pada 10 Jumadil akhir 1331 H/17 mei 1913 M. Sejak kecil beliau dididik oleh kakeknya dari pihak ibunya, Syaikh Umar bin Ahmad Baraja beliau seorang ulama’ ahli nahwu dan fiqih. Beliau seorang ulama yang memiliki akhlak mulia. Penampilan Syaikh Umar bin Ahmad Baraja sangat bersahaja, dan beliau juga dihiasi sifat-sifat ketulusan niat yang disertai dengan keikhlasan dalam segala amal perbuatan duniawi dan ukhrawi.

Beliau juga menjelaskan tentang akhlak ahlul bait, yang terdiri dari keluarga, sahabat, yang mencontoh baginda Nabi Muhammad SAW.

Beliau juga tidak suka membanggakan diri sendiri, baik tentang ilmu amal dan ibadah. Ini karena beliau tawadu’ dan rendah hatinya sangat tinggi.19

Dalam beribadah, beliau selalu istiqomah baik dalam persoalan shalat fardhu maupun dalam shalat sunnah qobliyah dan ba’diyah. Shalat dhuha dan tahajud hampir tidak pernah beliau tinggalkan walaupun dalam keadaan bepergian sekalipun beliau tetap menjalankan dengan baik. Kisah

19 Muhammad Achmad Asseggaf, sekelumit Riwayat hidup AL-Ustadz Umar bin achmad Baradja, Surabaya : panitia Haul ke-v, 1995, h. 7

20

hidup Umar bin Ahmad selalu dirujukkan pada syariat islam yang mengandung tata aturan agama.20

Dalam pengaplikasian hidupnya, Syaikh Umar bin Ahmad Baraja selalu menghormati waktu dan tidak menyia-nyiakan waktunya, sehingga setiap apa yang telah dipelajarinya tidak sia-sia dan bisa dipertanggung-jawabkan. Beliau meninggal ketika mencapai umur 77 tahun, tepatnya di bulan november tanggal 3 tahun 1990 di RS Islam Surabaya. Jasad Syaikh Umar sendiri di kebumikan di makam Islam pinggirian Surabaya.21

Syaikh Umar bin Ahmad Baraja merupakan alumni dari madrasah Al-Khariyah yang terletak di lingkungan kampung ampel kota Surabaya, di mana madrasah tersebut dipimpin oleh Al-Habib Al-Imam Muhammad bin Achmad Al-Mudhar. Di dalam masa pendidikannya, Syaikh Umar merupakan murid yang tekun dan sangat intens untuk belajar bahasa Arab, hal ini membuatnya menjadi lebih mudah memahami setiap kitab-kitab yang masih menggunakan bahasa Arab asli dan belum mengalami terjemahan. Adapun guru-guru yang pernah mendidik Syaikh Umar Bin Ahmad Baradja seperti Al-Ustadz Abdul Qodir bin Ahmad bin Faqih (Malang), Ustadz Muhammad bin Husein bin Ba’bud (Lawang), Al-Habib Abdul Qodir bin Hadi Assegaf, Al-Al-Habib Muhammad bin Ahmad Assegaf (Surabaya), Habib Alwi bin Abdullah Assegaf (Solo), Al-Habib Ahmad bin Alwi Al-Jufri (Pekalongan), Al-Al-Habib Ali bin Husein

20 Majalah Al-Kisah No. 07/tahun V/26 Maret – 8 April 2007, h. 88

21 Muhammad Achmad Asseggaf, sekelumit Riwayat hidup AL-Ustadz Umar bin achmad Baradja, Surabaya : panitia Haul ke-v, 1995, h. 11

21

bin Syahab, Al-Habib Zein bin Abdullah Alkaf (Gersik), Al-Habib Ahmad bin Ghalib Hamid (Surabaya), Habib Alwi bin Muhammad Muhdhar (Bondowoso), Habib Abdullah bin Hasan Maulachela, Al-Habib Hamid bin Muhammad As-Sery (Malang), Syaikh Robaah Hassunah Al-Kholil (Palestina), Syaikh Muhammad Mursyid (Mesir) – keduanya bertugas mengajar di Indonesia.

Guru-gurunya beliau yang berada di luar negeri di antaranya, Habib Alwi bin Abbas Maliki, As-Sayyid Muhammad bin Amin Al-Qurthbi, As-Syaikh Muhammad Seif Nur, As-Syaikh Hasan Muhammad Al-Masysyath, Al-Habib Alwi bin Salim Al-Kaff, As-Syaikh Muhammad Said Al-Hadrawi Al-Makky (Makkah), Al-Habib Muhammad bin Hady Assegaf (Seiwun, Hadramaut, Yaman), Habib Abdullah bin Ahmad Al-Haddar, Al-Habib Hadi bin Ahmad Al-Haddar (‘Inat, Hadramaut, Yaman), Al-Habib Ali bin Zein Al-Hadi, Al-Habib Abdullah bin Hamid Assegaf (Seiwun, Hadramaut, Yaman), Habib Muhammad bin Abdullah Al-Haddar (Al-Baidhaa, Yaman), Al-Habib Ali bin Zein Bilfagih (Abu Dabi, Uni Emitr Arab), As-Syaikh Muhammad Bakhit Al-Mathii’I (Mesir), Sayyaidi Muhammad Al-Fatih Al-Kattani (Faaz, Maroko), Sayyid Muhammad Al-Munthashir Al-Kattani (Marakisy, Maroko), Al-Habib Alwi bin Thohir Al-Haddad (Johor,Malaysia), Syeikh Abul Aliim

As-22

Shiddiqi (India), Syaikh Hasanain Muhammad Makhluf (Mesir), Al-Habib Abdul Qodir bin Achmad Assegaf (Jeddah, Arab Saudi). 22

Syaikh Umar sendiri belajar dari beberapa guru yang disebutkan di atas tidak dalam lingkup formal, tetapi nonformal. Beliau menganggap siapa pun yang beliau temui dan dari situ beliau belajar hal baru, di situlah Syaikh Umar menganggap bahwa mereka sudah selayaknya guru dari beliau. Hal tersebut dibuktikan karena banyak dari mereka juga masih lebih muda usianya dari pada usia beliau.23

2. Karya-karya Umar Bin Ahmad Baraja

Dari ketekunan beliau selama hidupnya, hasil proses belajar dari Syaikh Umar Bin Ahmad Baraja melahirkan beberapa karya yang cukup relevan untuk dijadikan bahan ajar di lingkup madrasah dan pesantren.

Karya-karya beliau tidak sedikit juga dijadikan referensi belajar dilingkup pendidikan formal maupun non formal. Hampir semua santri di seluruh pondok pesantren pernah mempelajari buku-buku karya Syaikh Umar Bin Ahmad Baraja dari Surabaya seperti Akhlak Lil Banin, Kitab Al-Akhlak Lil Banat, Kitab sullam fiqih, Kitab 17 Jauharah, Kitab Ad’iyah Ramadhan.24

Karya-karya yang disebutkan di atas semuanya terbit di tahun 1950, di mana karya tersebut dijadikan rujukan kurikulum di pesantren dan juga madrasah di seluruh Indonesia. Kitab-kitab tersebut pernah di cetak Kairo,

22 Muhammad Achmad Asseggaf, sekelumit Riwayat hidup AL-Ustadz Umar bin achmad Baradja, 2-5

23 Mustafa Bun Ahmad Baraja (Cucu Syaikh Umar Bin Ahmad Baraja)

24 Muhammad Ahmad Assegaf Sekelumit Riwayat Hidup Al-Ustadz Umar Bin Ahmad Baraja, Surabaya Panitia Haul Ke-V 1995. h 8

23

Mesir, pada tahun 1969 atas biaya syaikh Siraj Ka’ki dermawan makkah

yang dibagikan secara Cuma-Cuma ke seluruh dunia islam. Pada tahun 1992, kitab-kitab tersebut diterbitkan ke dalam bahasa Indonesia, Madura, Jawa, dan Sunda.

Adapun inti sari dari kelima karya Syaikh Umar bin Ahmad Baraja adalah ulasan mengenai nilai-nilai akidah dan akhlak sebagai kaum muslim, di mana beliau menekankan manusia harus memiliki karakter di dalam dirinya, dan mengantarkan dirinya menuju sebagai manusia beridentitas dan berbudi pekerti luhur.25

Perihal pembahasan pendidikan karakter, di dalam penelitian ini, peneliti mengkaji salah satu karya yang bagi peneliti sangat relevan dengan pembahasan tentang pendidikan karakter, yaitu kitab berjudul Al-Akhlak Lil Al-Banin. Di dalam karya ini banyak sekali singgungan perihal penanaman pendidikan karakter yang dipaparkan oleh Syaikh Umar Bin Ahmad Baraja, seperti ajakannya untuk para kaum muda agar menjadi seorang manusia yang menghamba Allah dengan menerapkan sopan santun dan kebijaksanaan di saat mencari ilmu pengetahuan. Inti dari yang dimaksudkan oleh beliau adalah menekankan pendidikan karakter yang membangun orientasi pada pencapaian amal baik, di mana seorang manusia yang sedang mencari ilmu tidak hanya sekedar berhenti pada pencarian saja, akan tetapi juga mendapatkan sebuah pemahaman yang berguna pada dirinnya.

25 Muhammad Achmad Asseggaf, sekelumit Riwayat hidup AL-Ustadz Umar bin achmad Baradja, Surabaya : panitia Haul ke-v, 1995, h. 8

24

Sejatinya, sebuah pendidikan karakter dapat dibentuk dari diri seorang individu yang menerapkan keikhlasan di dalam dirinya, yang tidak memperhitungkan untung dan ruginya, karena dari situlah sifat reflektifitas akan timbul dan mengantarkannya menjadi manusia yang beridentitas serta juga berkarakter.

B. Analisis Eksegesisi

1. Umar Bin Ahmad Baraja

Penulis mencoba menjelaskan istilah judul tentang konsep pemikiran Umar Bin Ahmad Baraja untuk menghindari kesalah pahaman atau pun kekeliruan dalam memahami judul yang menjadi objek kajian penulis tentang pendidikan karakter konsep pemikiran Umar Bin Ahmad Baraja.

Yang perlu penulis tegaskan adalah Syaikh Umar Bin Ahmad Baraja, beliau adalah seorang ulama yang memiliki akhlak mulia. Syaikh Umar memiliki penampilan yang bersahaja, beliau juga dihiasi sifat-sifat ketulusan niat yang disertai dengan keikhlasan amal perbuatan duniawi dan ukhrawi. Syaikh Umar juga menjelaskan tentang akhlak ahlul bait, yang terdiri dari keluarga, sahabat, yang mencontoh Nabi Muhammad Saw. Syaikh Umar juga tidak suka membanggakan diri sendiri, baik tentang ilmu dan amal. Ini karena Syaikh Umar tawadhu’ dan rendah hatinya sangat tinggi.26

26 Muhammad Achmad Asseggaf, sekelumit riwayat hidup al-ustadz Umar Bin Ahmad Baraja 1995. h 7

25

Syaikh Umar Bin Ahmad Baraja memiliki banyak kitab, Dari sekian banyaknya kitab di dalam agama islam yang telah dijadikan sebuah rujukan sebagai kitab standar perihal ajaran akhlak di dalam proses pembelajaran pada sebuah pesantren, kitab Akhlak Lil Banin yang menjadi sumber rujukan penulis dalam melakukan penelitian tentang pendidikan

Syaikh Umar Bin Ahmad Baraja memiliki banyak kitab, Dari sekian banyaknya kitab di dalam agama islam yang telah dijadikan sebuah rujukan sebagai kitab standar perihal ajaran akhlak di dalam proses pembelajaran pada sebuah pesantren, kitab Akhlak Lil Banin yang menjadi sumber rujukan penulis dalam melakukan penelitian tentang pendidikan

Dokumen terkait