• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis keberlanjutan

Dalam dokumen 5 HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 63-75)

10 Terbangunnya hubungan sosial antara masyarakat

5.3.4 Analisis keberlanjutan

Secara keseluruhan hasil penilaian terhadap indikator dari semua aspek yang diperoleh sebagai berikut:

1. Indikator yang bernilai Baik sebanyak 10 (35,71%) atau masih di bawah 50% dari keseluruhan indikator yang dinilai, tetapi berada di atas 25% dari keseluruhan indikator yang dinilai.

2. Indikator yang bernilai Cukup sebanyak 15 (53,57%) atau berada diatas 50% dari keseluruhan indikator yang dinilai.

3. Indikator yang bernilai Jelek sebanyak 3 (10,72%) atau berada dibawah 25% dari keseluruhan indikator yang dinilai.

Dari hasil penilaian ini, maka keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dari aspek ekologi, aspek ekonomi dan aspek sosial adalah “berkelanjutan dengan catatan” karena hanya memenuhi persyaratan: Baik > 25% x n; Cukup > 50% x n; Jelek < 25% x n.

Tanaman kemiri adalah salah satu tanaman hasil hutan bukan kayu penghasil buah. Tanaman ini memiliki banyak manfaat, buahnya untuk bahan baku industri dan penyedap makanan, kulit buah yang keras sebagai bahan baku obat nyamuk bakar dan saat ini dijadikan sebagai bahan bakar industri yang menggunakan pengering (dryer), kayunya sebagai bahan baku kayu lapis dan tanamannya sendiri sebagai tanaman yang cocok untuk merehabilitasi lahan-lahan kritis. Jika dilihat, maka sebenarnya tanaman kemiri memiliki multi manfaat baik pada aspek ekologi, ekonomi dan sosial. Tetapi, manfaat ini belum sepenuhnya dilirik dan dijadikan pemerintah sebagai program dalam mengatasi luas lahan kritis yang meningkat dan sebagai sumber pendapatan bagi masyarakat.

Tanaman kemiri hampir tumbuh dan berkembang di semua tempat di Indonesia. Keberadaan tanaman kemiri pada suatu tempat sangat berlatar belakang dengan sejarah keberadaannya pada tempat tersebut. Tanaman kemiri rakyat yang ada di Kecamatan Tanah Pinem sudah ada sejak dahulu.

Tanaman kemiri adalah tanaman yang tumbuh secara alami di lahan-lahan milik dan kawasan hutan. Kepemilikan lahan tanaman kemiri adalah berasal dari tanah adat yang kemudian diwariskan kepada keturunannya. Terdapat 30 responden (47,62%) yang memiliki tanaman kemiri dari warisan, hal ini

menunjukkan bahwa tanaman kemiri telah menjadi tanaman yang berlangsung secara turun temurun yang berlanjut sampai sekarang. Kemudian, untuk beberapa pihak terjadi transaksi jual beli baik pada penduduk asli maupun pada penduduk pendatang. Kepemilikan lahan tanaman kemiri tidak hanya dari warisan atau dibeli, tetapi ada juga yang membuka hutan dan menjadikannya sebagai milik.

Pada saat kemiri belum laku diperjualbelikan, buahnya hanya dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti bumbu dapur, obat sakit perut, obat bisul dan bahan bakar untuk lampu penerang. Kemudian pelahan-lahan kemiri dibawa ke pasar dan mulai laku dan diperjualbelikan. Sekitar tahun 1955 disebutkan bahwa kemiri sudah laku diperdagangkan. Sejak itu, kemiri menjadi tanaman yang menghasilkan bagi masyarakat dan umumnya tanaman kemiri pada periode tersebut menghasilkan buah hampir sepanjang tahun.

Pada tahun 1980-an disebutkan bahwa setiap minggunya ada sekitar 100 ton buah kemiri kupas yang siap angkut keluar dari Kecamatan Tanah Pinem. Bahkan karena banyaknya, kadang-kadang tidak dapat diangkut karena keterbatasan sarana pengangkutan. Kondisi ini berbeda dengan kondisi yang ada sekarang. Dari hasil pengolahan data yang diperoleh, produksi kemiri kupas yang dihasilkan pada tahun 2010 hanya 583,33 kg/ha. Berarti ada penyimpangan yang sangat jauh antara produksi tahun 1980-an dengan tahun 2010. Hal ini dapat dijelaskan oleh penurunan luas tanaman kemiri, kondisi kesehatan tanaman dan umur tanaman yang memasuki kategori tidak produktif cukup banyak.

Pada saat tanaman kemiri masih berperan dalam kehidupan masyarakat, masyarakat sangat menggantungkan kehidupannya dari kemiri. Masyarakat dari usia muda sampai tua mendapatkan uang dari kemiri. Banyak anak-anak yang sudah kenal uang dan bisa mencarinya dengan bekerja sebagai upahan baik untuk mengumpulkan kemiri di ladang maupun mengupasnya.

Keadaan ini mulai berubah dengan adanya serangan hama dan penyakit, seperti ulat pemakan daun, penggerak batang dan gugur buah. Perubahan musim penghujan dan musim kemarau yang tidak jelas, mempengaruhi musim berbunga dari tanaman kemiri yang berdampak pada musim berbuah. Pada akhir-akhir ini,

masyarakat menyebutkan bahwa musim berbuah sudah berubah dan buah tidak lagi dapat diperoleh sepanjang tahun.

Perubahan dan permasalahan yang terjadi, telah mempengaruhi masyarakat beralih untuk menanam tanaman lain. Pada daerah yang lebih landai, masyarakat mulai beralih menanam tanaman seperti jagung, cokelat, pisang, pepaya dan sawit. Selain karena perubahan produksi yang menurun, salah satu faktor yang juga kurang mendukung adalah fluktuasi harga. Fluktuasi harga kemiri antara tahun 1997 sampai awal tahun 2011 adalah seperti Gambar 17.

Sumber : Kecamatan Tanah Pinem (1997 – 2004) dan hasil wawancara untuk data tahun 2005-2011 Gambar 17 Fluktuasi harga kemiri di lokasi penelitian.

Pola perubahan penggunaan lahan yang mulai beralih ke tanaman muda disebabkan karena pengaruh harga pasar yang lebih besar dan stabil, pendapatan yang diperoleh lebih besar dan cepat (jagung bisa panen 2 kali setahun dan cokelat bisa memberikan penghasilan bulanan). Peralihan ini juga dipengaruhi oleh umur tanaman kemiri yang sudah melewati umur produktif. Masyarakat yang melakukan replanting pada tanaman kemirinya adalah masyarakat yang memiliki lahan pada lahan-lahan miring yang tidak bisa ditanami dengan tanaman pertanian seperti padi dan jagung.

Tanaman kemiri rakyat yang masih utuh keberadaannya adalah lahan-lahan milik yang ada pada daerah lahan miring, pinggir sungai, lembah/jurang dan daerah terjal dan juga pada lahan masyarakat yang masih merasakan manfaat dari

tanaman tersebut. Juga lahan-lahan yang datar tetapi dimiliki oleh masyarakat yang kurang produktif dan atau memiliki pekerjaan utama bukan sebagai petani. Di Desa Kutabuluh, tanaman kemiri masih terjaga diantara tanaman lain, sementara di Pamah dan Pasir Tengah, tanaman kemiri rakyat yang masih tinggal terdapat pada lahan-lahan miring, jaraknya cukup jauh dari perumahan penduduk dan di sekitar kawasan hutan.

Hasil analisis keberlanjutan pengelolaan tanaman kemiri berdasarkan indikator yang diperoleh adalah “berkelanjutan dengan catatan”. Jika pengelolaan yang dilakukan masih sama dan tidak ada upaya memperbaiki kondisi tanaman maka pengelolaan tanaman kemiri dari aspek ekologi, ekonomi dan sosial bisa menjadi tidak berkelanjutan. Untuk mencapai pengelolaan yang berkelanjutan, maka perlu dilakukan upaya-upaya perbaikan dengan dasar pertimbangan sbb: 1 Kondisi topografi

Luas wilayah Kecamatan Tanah Pinem yang termasuk pada kategori curam dan terjal adalah 39.546 ha atau hampir 90% dari total luas lahan. Maka jenis tanaman yang cocok dan sesuai untuk dikembangkan adalah jenis tanaman yang memiliki sistem perakaran kuat, tanaman tahunan dan jenis endemik setempat. Penanaman tanaman pertanian seperti jagung, kurang sesuai ditanam pada lahan miring karena pengelolaan lahan dengan sistem land clearing (tebang habis) dapat menyebabkan terjadinya erosi sangat tinggi. Apalagi dengan proses tanam dan panen yang cukup cepat (2 kali setahun) sehingga dapat menimbulkan penurunan unsur hara tanah. Dengan kondisi ini, sebaiknya lahan-lahan milik masyarakat yang ada pada daerah miring ditanami kembali jenis tanaman kayu-kayuan seperti kemiri, karena kemiri merupakan ciri khas tanaman setempat atau jenis tanaman lain yang cepat tumbuh (fast growing) maupun jenis MPTS lainnya sehingga bisa bermanfaat bagi masyarakat dari aspek ekonomi dan aspek ekologi.

2 Lahan kritis

Luas lahan kritis di Kecamatan Tanah Pinem menurut BPDAS Wampu Sei Ular tahun 2010 adalah 30.718,44 ha atau sekitar 70% dari total luas lahan. Adapun rincian luas lahan kritis di Kecamatan Tanah Pinem berdasarkan arahan fungsi lahan adalah seperti Tabel 34. Hal ini

menunjukkan bahwa perlu dilakukan upaya rehabilitasi hutan dan lahan dalam rangka meningkatkan peran lahan sebagai media produksi dan sebagai media pengatur tata air. Kegiatan yang bisa dilaksanakan dalam bidang kehutanan adalah reboisasi pada kawasan hutan dan penghijauan di luar kawasan hutan.

Tabel 34 Luas lahan kritis di Kecamatan Tanah Pinem

No Kriteria lahan kritis

Arah fungsi penggunaan lahan Jumlah

APL HL HSA (HK) HP/HPT

1 Sangat kritis 2661,73 - - 82,93 2.744,66

2 Kritis 5.164,68 8.106,89 - 4.369,76 17.641,33 3 Agak kritis 2.937,10 3.110,75 - 4.284,60 10.332,45 Jumlah 10.763,51 11.217,64 - 8.737,29 30.718,44 Sumber : BPDAS Wampu Sei Ular (2010)

3 Regenerasi tanaman

Tanaman masyarakat umumnya belum menunjukkan regenerasi yang berkelanjutan dalam menghasilkan buah. Untuk memulihkan kembali fungsi tanaman kemiri sebagai produksi hasil tanaman rakyat, maka perlu dilakukan regenerasi tanaman. Regenerasi tanaman pada satuan luas, dapat dilakukan secara bertahap dengan tujuan agar tetap dapat menghasilkan bagi masyarakat. Metode regenerasi dapat dilakukan dengan mendekati kriteria lestari pada hutan tanaman. Sebagai contoh: luas lahan 1 ha, jarak tanam 10m x 10m, maka jumlah pohon adalah 100 batang. Daur tanaman ditentukan selama 7 tahun. Maka, luas lahan dibagi menjadi 5 petak dengan luas masing-masing petak adalah 2.000 m2. Kondisi tanaman pada saat sudah berumur 35 tahun, sudah layak dilakukan regenerasi penanaman. Jika dilakukan penebangan pohon secara keseluruhan, maka pendapatan dari buah akan terhenti pada saat itu juga. Tetapi jika penebangan hanya dilakukan pada satu petak saja, maka luas areal yang menghasilkan buah akan berkurang dan tinggal 8.000 m2. Setelah penebangan pada petak pertama, maka kembali dilakukan penanaman, pemupukan dan pemeliharaan. Pada tahun ke-5, tanaman sudah kembali dapat menghasilkan buah. Tujuh tahun kemudian (daur ke-2), dilakukan penebangan pada petak ke-2 dan kemudian dilakukan penanaman kembali pada lahan tersebut. Hal ini dilakukan sampai daur ke-5.

Setelah daur ke-5, petak ke-1 sudah berumur 35 tahun, maka bisa dilakukan kembali peremajaan dengan kembali melakukan kegiatan seperti langkah di atas. Jika tujuan penanaman adalah komersil untuk mendapatkan penghasilan dari buah kemiri, maka proses pengelolaan dengan sistem peremajaan secara bertahap bisa dilakukan agar keberlanjutan mendapatkan buah terjamin. Pada saat yang sama, setiap hasil penebangan tanaman kemiri dapat dijual pada pasar yang tersedia dan didukung oleh aksesibilitas pengangkutan. Penjualan kayu kemiri cukup berpotensi dilakukan karena di Sumatera Utara terdapat industri yang menggunakan kayu kemiri sebagai bahan baku kayu lapis. 4 Rehabilitasi dengan teknik konservasi

Kondisi lahan di Kecamatan Tanah Pinem adalah 90% masuk pada kategori curam dan terjal. Hal ini menunjukkan bahwa lahan-lahan di kecamatan Tanah Pinem sangat rawan terhadap bahaya erosi dan tanah longsor. Untuk lahan-lahan yang saat ini sudah tidak produktif, berada pada lahan miring curam dan terjal, maka perlu dilakukan rehabilitasi lahan dengan penanaman tanaman keras dan dengan teknik konservasi tanah. Teknik konservasi tanah dan air yang dapat dilakukan secara mekanis antara lain pengolahan tanah menurut kontur, guludan, teras dan lain-lain (Suripin 2004). Penanaman kemiri pada lahan miring harus dilakukan menurut garis kontur (melintang terhadap lereng) dengan sistem teras, tujuannya agar akar tanaman berperan dalam menghambat aliran permukaan, memungkinkan adanya penyerapan air dan menghindarkan hilangnya humus tanah akibat erosi.

5 Menerapkan pola tanam yang efektif

Untuk mengefektifkan fungsi lahan sebagai media tumbuh pohon dan meningkatkan produksi lahan, maka pola tanaman yang digunakan sebaiknya menggunakan metode segitiga karena jumlah pohon yang ditanam akan lebih banyak jika ditanam dengan metode bujursangkar. Jika jarak tanam 8m x 8m, maka jumlah pohon yang ditanam adalah 156 pohon/ha apabila mengikuti kaidah bujursangkar, sedangkan bila mengikuti kaidah segitiga, jumlah pohon yang ditanam adalah 175 pohon/ha (Paimin 1994). Pola tanam ini juga sesuai dilakukan pada lahan yang bertopografi curam dan terjal.

6 Penyuluhan Kehutanan Lapangan

Keberadaan kelompok tani sudah mengindikasikan bahwa akses penyuluhan pada lingkungan masyarakat sudah berjalan dan berperan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakarat melalui pengenalan sarana dan prasarana pertanian yang sudah berkembang. Pemberdayaan kelompok tani dapat diperluas dalam bidang kehutanan. Hal ini disebabkan karena penyuluh lapangan bidang kehutanan hampir tidak ada. Tujuan dari kegiatan ini adalah dalam melakukan pemulihan fungsi dan peran lahan masyarakat dalam mendatangkan manfaat dengan tujuan memulihkan fungsi lahan sebagai media produksi dan media pengatur tata air. Penyuluh ini nantinya akan berperan dalam melatih masyarakat dalam melakukan penanaman kemiri (dan jenis tanaman kehutanan lainnya) sesuai dengan teknik budidayanya untuk tujuan mendapatkan produksi yang bermanfaat sebagai sumber penghasilan masyarakat yang memiliki lahan pada lahan-lahan miring.

7 Pasar dan hubungannya dengan pengembangan

Produksi berhubungan dengan pemasaran. Pemasaran buah kemiri sebenarnya tidak sulit, karena permintaan akan kemiri setiap tahun cenderung meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Paimin (1994) menyebutkan permintaan kebutuhan kemiri setiap tahunnya akan naik sebesar 10-20%. Pada tahun 1975 sampai tahun 1995, Indonesia merupakan salah satu negara yang mengekspor kemiri. Tahun 1996 sampai 2003 tidak ada ekspor dan kembali mengeskpor tahun 2004 dan 2005. Ekspor terakhir kemiri Indonesia adalah tahun 2005. Sampai tahun 2010 tidak ada lagi ekspor kemiri. Sementara itu, pada tahun 2004 dan 2005, Indonesia melakukan impor kemiri sebanyak masing-masing 13 ton (62.000 US$) dan 15 ton (27.000 US$). Seharusnya, Indonesia tidak perlu mengimpor kemiri karena kemiri adalah tanaman yang hampir tumbuh di semua tempat di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa belum ada perhatian serius dalam pengembangan tanaman kemiri dalam memenuhi kebutuhan domestik. Jika pengelolaan kemiri dilakukan oleh pemerintah dengan mengembangkan pola penanaman kemiri yang ada pada lahan-lahan milik rakyat, maka peran kemiri sebagai sumber devisa negara, sumber pendapatan daerah, sumber

pendapatan masyarakat dan sebagai tanaman yang bermanfaat bagi lingkungan akan sangat dapat dirasakan. Untuk itu, pemerintah perlu melakukan program khusus pemberdayaan masyarakat dalam memulihkan peran tanaman kemiri dalam bentuk hutan rakyat, hutan kemasyarakatan dan hutan tanaman rakyat (lahan yang ada dalam kawasan hutan) serta hutan tanaman industri untuk mendukung penyediaan bahan baku kayu lapis. Tanaman kemiri dapat dijadikan sebagai tanaman industri (untuk menghasilkan kayu) dengan jarak tanaman yang lebih sempit (4m x 4m) sehingga batang yang dihasilkan bulat dan lurus.

8 Sinergi antar sektor

Perlu adanya sinergi antara instansi seperti dinas kehutanan dan perkebunan, dinas pertanian, dinas perdagangan dan dinas pemberdayaan masyarakat serta dinas terkait lainnya dalam mendukung potensi tanaman kemiri sebagai tanaman yang multi manfaat, yaitu sebagai sumber penghasilan masyarakat, sumber pendapatan daerah, manfaat lingkungan dan lain-lain. Peran antar sektor diharapkan saling mendukung sehingga tujuan setiap sektor tidak overlapping yang bertujuan untuk mencapai tujuan pembangunan nasional dan daerah.

Hal-hal tersebut di atas dapat menjadi bahan pertimbangan dan dapat dilakukan dengan tujuan agar pengelolaan tanaman kemiri pada masa yang akan datang menjadi berkelanjutan, dapat berperan dalam mendatangkan penghasilan petani, meningkatkan pendapatan daerah dan berperan dalam menjaga fungsi hutan dan lahan. Sebaliknya, jika tanaman kemiri tidak dijadikan sebagai tanaman yang layak untuk diusahakan, terjadi penebangan serta peralihan menjadi tanaman lain, maka keberlanjutan pengelolaan kemiri pada masa yang akan datang akan turun menjadi “tidak berkelanjutan”.

Untuk mencapai keberlanjutan pengelolaan kemiri, maka perlu dibuat prioritas kegiatan yang dapat diperbaiki dari beberapa indikator, khususnya indikator yang bernilai Cukup dan Jelek. Pada Tabel 35 dapat dilihat prioritas indikator yang dapat diperbaiki dan kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai keberlanjutan pengelolaan tanaman kemiri. Selanjutnya, dari prioritas kegiatan yang yang sudah dibuat, dikembangkan menjadi program-program yang

perlu dilakukan yang kemudian menentukan kegiatan-kegiatan yang lebih spesifik dari setiap program yang perlu dilakukan untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan dalam mencapai keberlanjutan yang diharapkan. Adapun rekomendasi program dan kegiatan yang perlu dilakukan agar pengelolaan tanaman kemiri rakyat dapat mencapai keberlanjutan adalah seperti Tabel 36, 37 dan 38. Pada rekomendasi ini juga ditentukan pihak-pihak yang perlu berperan dalam kegiatan tertentu sehingga setiap pihak mengetahui perannya masing-masing.

Tabel 35 Prioritas perbaikan dan kegiatan yang perlu dilakukan

No Aspek Indikator Nilai Kegiatan Rencana Program Prioritas

1 Ekologi Erosi B - - -

Produktivitas lahan C Pengelolaan lahan yang intensif, regenerasi tanaman Regenerasi penanaman 2 Karakteristik air B - - -

Kualitas air C Pengelolaan air (dinas terkait)

- -

Cara-cara mengambil manfaat

B - - -

Pengendalian hama dan penyakit

C Penelitian tentang hama dan penyakit tanaman kemiri Penelitian 5 Adanya gangguan (kebakaran, hama penyakit, banjir,tanah longsor, dll) C Pencegahan dan pengendalian Penyuluhan dan sosialisasi dalam upaya mengatasi gangguan 4

Struktur tegakan hutan C Penanaman lahan-lahan yang sudah rusak, lahan-lahan kosong, lahan-lahan kritis, dan lain-lain

Rehabilitasi hutan dan lahan melalui HR, HTR, HKm, Reboisasi dan Agroforestry 1 Aktivitas penanaman menjamin penutupan lahan C Adanya upaya konservasi tanah

C Pembuatan bangunan KTA & konservasi secara mekanis

Pembuatan bangunan KTA

3

2 Ekonomi Sumber modal untuk kegiatan penanaman

J Bantuan kredit dari pemerintah, swasta, LSM dan mitra Penyaluran bantuan kredit, kemitraan 1 Peningkatan pendapatan C Pengelolaan intensif, agroforestry RHL (Agroforestry) 2 Kelayakan usaha B - - - Penyerapan tenaga kerja B - - - Kesejahteraan masyarakat J Kegiatan dari BKKBN - - Kepastian potensi

produksi buah dan kayu

C Regenerasi tanaman dan pencegahan hama dan penyakit Regenerasi penanaman 3 Keuntungan usaha C - - - Akses pasar B - - -

3 Sosial Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya alam

C Sosialisasi penanaman kayu-kayuan (khususnya jenis-jenis yang dapat mendatangkan manfaat bagi masyarakat dan aspek ekologi). Misalnya: Jenis tanaman yang cepat tumbuh (fast growing) dan MPTS. Penyuluhan 1 Peraturan di masyarakat dalam pemanfaatan sumberdaya alam C - - -

Akses terhadap pelayan pendukung (kredit, penyuluhan dan masukan tekhnologi)

C Mempermudah masyarakat dalam menjangkau akses pelayanan yang mendukung Penyuluhan 2 Pengangguran B - - - Kemiskinan B - - - Migrasi penduduk J - - - Kapasitas masyarakat untuk mengakomodasi perubahan C Pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan penyuluhan dan meningkatkan infrastruktur pembangunan daerah Penyuluhan dan pembangunan daerah 3 Status lahan B - - -

Kejelasan batas lahan B - - -

Terbangunnya hubungan sosial antara masyarakat

Tabel 36 Rekomendasi program dan kegiatan untuk perbaikan pengelolaan tanaman kemiri rakyat dari aspek ekologi

No Program Kegiatan Tujuan yang ingin dicapai Pelaksana

1 Rehabilitasi hutan dan lahan Hutan rakyat, agroforestry Hutan kemasyarakatan (HKm) dan hutan tanaman rakyat (HTR) Reboisasi (lahan kritis pada kawasan hutan) Penghijauan lahan-lahan milik masyarakat khususnya lahan-lahan yang ada di daerah bertopografi curam dan terjal (>250) dengan tujuan meningkatkan fungsi ekologi bagi lingkungan dan fungsi ekonomi bagi masyarakat

Pemberdayaan masyarakat lokal yang diberi kesempatan memanfaatkan sumberdaya hutan pada kawasan hutan lindung dan/atau kawasan hutan produksi

Penanaman kembali lahan-lahan hutan yang sudah rusak untuk memulihkan fungsi hutan sebagai media tata air dan media produksi

1. Masyarakat 2. Pemda 3. Dishutbun kabupaten 4. Dishutprop 5. Kemenhut 1. Dishutbun kabupaten 2. Pemda 3. Dishutprop 4. Masyarakat 5. Kemenhut 1. Dishutbun kabupaten 2. Dishutprop 3. Kemenhut 4. Pemda 2 Regenerasi penanaman Penerapan metode penanaman dengan teknik silvikultur yang berkelanjutan

Manfaat yang akan diperoleh masyarakat akan

berkelanjutan dan hasil yang diperoleh berkesinambungan dengan metode daur tanam

1. Penyuluh 2. Dishutbun 3. Peneliti 4. Universitas 3 Konservasi Tanah dan Air Pembuatan bangunan konservasi tanah dan air

Mencegah terjadinya banjir, tanah longsor, erosi dan kekeringan dengan kegiatan pembuatan teras, guludan,

gully plug, dam pengendali,

sumur resapan, embung dan lain-lain 1. Pekerjaan umum 2. Pemda 3. Dishutbun kabupaten 4. Masyarakat

4 Penyuluhan Penyuluhan dan sosialisasi dalam upaya mengatasi gangguan yang terjadi (hama dan penyakit, banjir dan longsor)

Meningkatkan kemampuan masyarakat mengatasi permasalahan hama dan penyakit serta upaya penanggulangannya

Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya pohon dalam mencegah terjadinya banjir dan tanah longsor

1. Penyuluh (Kehutanan dan pertanian) 2. Pemda (Kabupaten, kecamatan dan desa) 3. LSM

5 Penelitian Penelitian untuk mengatasi hama dan penyakit

Untuk mendapatkan cara atau metode yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah penyakit yang menyerang tanaman kemiri seperti gugur buah

1. Peneliti 2. Universitas 3. LSM 4. Penyuluh

Tabel 37 Rekomendasi program dan kegiatan untuk perbaikan pengelolaan tanaman kemiri rakyat dari aspek ekonomi

No Program Kegiatan Tujuan yang ingin dicapai Pelaksana 1

2

Penyaluran kredit

Kemitraan

Pemberian modal usaha bagi masyarakat lemah dengan kredit ringan

Pembangunan kerjasama kemitraan dengan industri pengguna bahan baku kemiri

Memberdayakan masyarakat pemilik lahan dengan bantuan modal kredit bunga ringan

Mitra dapat menyalurkan bantuan dana bagi masyarakat dan mitra dapat menampung produksi kemiri rakyat dengan harga yang terjamin

1. Pemda 2. BPR 3. Bank 4. Mitra usaha 5. Penyuluh 6. Masyarakat 1. Disperindag 2. Masyarakat 3. Industri/ perusahaan 4. Pemda 3 RHL (Agroforestr y)

Pola tanaman campuran antara tanaman kayu-kayuan dan tanaman pertanian

Meningkatkan pendapatan petani dari tanaman pertanian dan tanaman kayu-kayuan secara berkelanjutan yang berperan dalam menjamin kesinambungan penghasilan masyarakat 1. Masyarakat 2. Penyuluh 3. LSM 4. Dishutbun kabupaten 5. Dinas pertanian kabupaten 4 Regenerasi penanaman Pengaturan daur tanaman

Agar potensi produksi kemiri yang diperoleh petani dapat

berkelanjutan

1. Masyarakat 2. Penyuluh 3. Dishutbun

kabupaten

Tabel 38 Rekomendasi program dan kegiatan untuk perbaikan pengelolaan tanaman kemiri rakyat dari aspek sosial

No Program Kegiatan Tujuan yang ingin dicapai Pelaksana 1 Penyuluhan

dan sosialisasi

Sosialisasi penanaman kayu-kayuan (khususnya jenis-jenis yang dapat mendatangkan manfaat bagi masyarakat dan aspek ekologi). Misalnya: Jenis tanaman yang cepat tumbuh (fast growing) dan MPTS.

Meningkatnya pemahaman dan pengetahuan masyarakat tentang tanaman-tanaman kehutanan yang dapat berproduksi cepat, layak untuk ditanam dan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga menimbulkan minat bagi masyarakat untuk mau menanam di lahan-lahan miliknya 1. Penyuluh 2. Masyarakat 3. Dishutbun kabupaten 4. LSM Mempermudah masyarakat dalam menjangkau akses pelayanan kredit,

penyuluhan dan teknologi

Mudahnya petani menjangkau layanan pendukung dalam meningkatkan kemampuannya dalam mengembangkan usahanya melalui akses kredit, penyuluhan dan teknologi

Dalam dokumen 5 HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 63-75)

Dokumen terkait