• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.3. Analisis Keberlanjutan Terhadap Lahan Pasca

Lokasi penelitian di lahan pasca tambang yang tidak dilakukan reklamasi di Desa Mangunrejo L3, dan di desa Kampung Bali L4, keduanya terletak dikecamatan Telukdalam Kabupaten Kutai Kartanegara. Berdasarkan pengamatan lapangan, hasil analisis teknis, dan merujuk pada berbagai literatur serta pengalaman lapangan yang sudah teruji, maka disusun atribut-atribut MDS yang dibagi menjadi dimensi-dimensi ekologi, ekonomi,sosial budaya, teknologi dan kelembagaan. Atribut-atribut tersebut diatas diajukan pada stakeholders sebagai

74% 6% 7% 3% 5% 5% P e nd a p a ta n Agro fo re stri Te rdiri da ri : 1 . Upa h 1 4 % 2 . P e r da ga nga n 2 8 % 3 . Bua h 2 4 % 4 . Da m a r 3 4 % Pe r d ag an g a n Pad i In d u s tr i L ain - lain Has il p in jam an Pe nda pa ta n Agr ofor e s t

dasar diskusi dan kuesioner. Maksud dari analisis ini adalah untuk mengetahui dan sebagai crosschek / pembuktian apakah lahan pasca tambang batubara yang tidak dilakukan reklamasi, tidak dapat mendukung keberlanjutan kehidupan. Analisis ini menggunakan atribut-atribut yang secara multi dimensi merupakan analisis keberlanjutan dari lahan pasca tambang batubara didaerah penelitian. Metode MDS (Multi Dimentional Scaling) digunakan untuk menganalisis setiap dimensi dari atribut-atibut yang bersangkutan.” Metode ini merupakan

pengembangan dari Metode Rapfish, yang dimodifikasi untuk maksud mengetahui

faktor yang paling dominan dalam sistem reklamasi lahan pasca tambang yang sedang diteliti. Metode ini belum pernah digunakan untuk menilai lahan pasca tambang batubara.

Gambar 38 adalah hasil analisis secara multi dimensi yang terdiri atas 55 atribut dalam lima dimensi (ekologi, dimensi ekonomi, dimensi sosial budaya, dimensi hukum, kelembagaan, dan dimensi teknologi). Maksud analisis multidimensi adalah untuk mengetahui kondisi keberlanjutan lahan pasca tambang yang sedang diteliti.

Hasil penilaian kelima dimensi/multidimensi tersebut sebesar 29.90. Nilai indek keberlanjutan multidimensi sebesar 29.90 pada skala sustainabilitas 0-100 mengacu pada Tabel 7 terdahulu termasuk pada kategori kurang keberlanjutan.

Hal ini membuktikan bahwa issue tentang kerusakan lingkungan, dampak negatif

aktifitas kegiatan eksploitasi batubara secara illegal yang meninggalkan berbagai kerusakan adalah benar. Secara fisik kerusakan yang paling nampak menonjol adalah terdegradasinya daya dukung lahan.

Ass-Morlaptabagf Ordination 29.90 GOOD BAD UP DOWN -60 -40 -20 0 20 40 60 0 20 40 60 80 100 120 140

Sumbu x setelah rotasi : skala sustainabilitas

S u m b u y s e te la h r o ta s i

Indeks Multidimensi References Anchors

Gambar 38. Indeks keberlanjutan multidimensi lahan pasca tambang batubara yang ditinggalkan begitu saja sebesar 29,90.

Dampak negatif dari aktifitas kegiatan yang bertujuan mengejar kepentingan ekonomi sesaat, hanya akan mengakibatkan punahnya semua unsur pendukung ekosistem alam. Dampak negatif lainnya secara psikologis terhadap masyarakat akan memberikan kecemasan terhadap harapan perekonomian untuk masa yang akan datang.

Dampak negatif aktifitas serupa juga berakibat terhadap kultur / budaya setempat, seperti bergesernya nilai-nilai adat. Sebagai contoh kelembagaan adat yang dari dulu kuat, mengelola kearifannya terhadap alam , menjadi tidak berdaya karena tekanan yang datangnya dari dalam dan dari luar baik yang bersifat material maupun non material. Sebagian masyarakat terpengaruh rasa ingin memiliki kesenangan material yang sifatnya instant dan konsumtip dengan menukar nilai-nilai luhurnya, akibatnya keberpihakan terhadap alam kurang. Hal ini dikarenakan penegakan hukum lemah dalam mengatasi merajalelanya illegal mining.

Dengan nilai indek keberlanjutan seperti diatas (29.90) termasuk kategori sangat memprihatinkan, dan nyaris masuk pada posisi buruk, artinya betapa sangat serius tingkat kerusakan lingkungan, karena vegetasi dan kenampakkan seluruh permukaan bumi sebagai pendukung terjadinya jaringan sistem alam

hilang. Menurut Bell (1996) dalam Grant (1998) hilangnya vegetasi dari

permukaan bumi pada kawasan yang sangat luas, dapat mengganggu siklus hidrologi dan merakibat terhadap perubahan iklim regional. Pada musim kemarau akan sangat menyengat dengan sinar matahari secara langsung menerpa

permukaan tanah, dan pada musim hujan sebaliknya akan mendatangkan banjir

karena butiran air hujan yang jatuh kepermukaan tanah yang gundul tidak dapat ditahan.

Beberapa daerah di Indonesia pernah terjadi banjir yang banyak menelan korban, setelah investigasi dilakukan oleh instansi yang berwenang terdapat kesimpulan adanya kerusakan lingkungan yang sangat hebat didaerah hulu karena penebangan hutan untuk kepentingan ekonomi. Kondisi seperti itu merupakan hasil dari sebuah aktifitas kegiatan yang tidak mengindahkan kaidah-kaidah pembangunan berkelanjutan.

Ass-Morlaptabagf 29.17 DOWN UP BAD GOOD -60 -40 -20 0 20 40 60 0 20 40 60 80 100 120 140 Indeks Kebelanjutan O th e r D is ti n g is h in g F e a tu re s

Indeks Dimensi Ekologi References Anchors

Permasalahan rusaknya ekosistem alam yang sering mendatangkan bencana seperti diuraikan diatas adalah permasalahan yang komplek. Untuk mengatasi persoalan-persoalan yang rumit perlu dicari faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap kinerja sistem alam tersebut. Hal ini dimaksudkan agar dalam perbaikannya terarah, dan dapat dilaksanakan di lapangan. Oleh karena, itu perlu dilakukan analisis keberlanjutan tiap dimensi dan dilanjutkan dengan analisis leverage.

Gambar 39 adalah hasil analisis dimensi ekologi lahan pasca tambang yang tidak dilakukan rehabilitasi. Terdapat indek keberlanjutan dimensi ekologi sebesar 29,17. Berdasarkan skala penilaian seperti pada Tabel 6 termasuk kategori kurang berkelanjutan.

Gambar 39. Indeks keberlanjutan dimensi ekologi lahan pasca tambang batu bara terbuka yang tidak dilakukan reklamasi sebesar 29,17.

Lahan pasca tambang yang tidak dilakukan reklamasi atau tidak ada perlakuan rehabilitasi lahan lambat laun akan terjadi proses terdegradasi secara terus menerus. Di lapangan, biasanya kenampakkan permukaannya gundul tidak terdapat vegetasi yang berfungsi sebagai penutup permukaan tanah. Dimulai dari kondisi inilah proses penurunan kwalitas lingkungan terjadi. Awalnya permukaaan lahan tidak dapat menahan hantaman butiran air sewaktu hujan turun

S u m b u Y s e te la h r ot as i

( frekwensi hari hujan di Kalimantan sangat tinggi, begitu juga curah hujannya besar), maka terjadi erosi permukaan. Pada peristiwa ini terdapat dampak secara langsung dari aktifitas erosi terhadap permukaan tanah, yaitu terjadi pengelupasan permukaan tanah, sehingga muncul lapisan cadas yang sulit untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Dampak tidak langsung yang terjadi diluar lokasi adalah terdapatnya endapan lumpur dan pasir didaerah hilir yang dibawa air, sehingga muara dasar sungai menjadi dangkal. Pada kondisi seperti ini dapat berakibat banjir dimusim penghujan, karena luapan air tidak dapat tertampung dalam sungai.

Proses eksploitasi yang diawali dengan kegiatan pembersihan vegetasi tersebut, juga menjadikan kawasan sekitar mengalami perubahan iklim regional karena siklus hidrologi terganggu. Perbedaan musim, antara musim kemarau dan musim penghujan sulit diprediksi. Kondisi ini sangat merugikan bagi sektor pertanian atau kegiatan produksi yang berbasis lahan.

Untuk mengetahui secara detail aspek / atribut paling sensitif yang dapat memberikan kontribusi terhadap indek keberlanjutan dari dimensi ekologi, dilakukan analisis leverage.

Gambar 41 menunjukkan terdapat delapan atribut yang sensitip terhadap nilai indek keberlanjutan pada dimensi ekologi. Kedelapan atribut tersebut adalah: 1) Tingkat kesuburan tanah.

Tanah di lahan pasca tambang batubara terbuka yang termasuk kategori

derelict land cenderung tidak dapat mendukung pertumbuhan tanaman karena

tidak subur. Penelitian di lapangan yang dilakukan pada tanggal 14 Februari 2005 dilokasi Mangunrejo L4 Teluk Dalam, di lahan pasca tambang yang tidak pernah dilakukan rehabilitasi / reklamasi tidak satupun tanaman dapat tumbuh. Begitu juga dilokasi Kampung Bali L3, Teluk Dalam dua, lahan pasca tambang yang ditinggalkan 3 tahun hanya ditemukan tanaman vegetasi bawah. Tanaman tersebut adalah jenis rerumputan dengan kerapatan kategori sangat jarang, seperti terlihat pada Tabel 15 terdahulu. Tidak tumbuhnya tanaman di lahan pasca tambang batubara terbuka tersebut, karena tanah sebagai sumberdaya dalam penyediaan unsur hara bagi tanaman untuk tumbuh dan berproduksi serta sebagai matrik atau

media tempat berpijaknya akar tanaman dan sebagai tempat menyerap dan menyimpan air didalam tanah, tidak berfungsi.

Analisis Leverage Dimensi Ekologi

0.73 3.04 3.91 2.19 2.16 3.18 3.26 1.03 2.80 1.30 0.40 2.35 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5

Kondisi permukaan tanah Kondisi morfologi tanah Tingkat kesuburan tanah Tingkat keruskan lingkungan/Teresterial Dampak terhadap manusia dan satwa Pertumbuhan vegetasi Ketersediaan dan kualitas air Sumber mata air Agroklimat/Hidrologi Program konservasi tanah Tingkat keasaman tanah Proses/waktu suksesi A tr ib u t

Perubahan Root M ean Square /RMS ordinasi jika salah satu atribut dihilangkan

Gambar 40. Peran masing-masing atribut yang dinyatakan dalam bentuk perubahan nilai Root Mean Square / RMS terhadap nilai indeks keberlanjutan dimensi ekologi.

Menurut Sitorus (2003) fungsi tanah seperti tersebut diatas merupakan sumberdaya lahan yang unik atau dapat juga disebut sumberdaya komposit

(composite resources), artinya sumberdaya lahan dapat bersifat sebagai

sumberdaya yang dapat diperbaharui (renewable resources), tetapi juga dapat

bersifat sebagai sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui (non renewable

resources). Tanah sebagai sumberdaya renewable resources manakala dalam

pengelolaannya diberikan tambahan pupuk secara teratur, maka kerusakan lahan

dapat diperbaiki. Sebaliknya, tanah sebagai sumberdaya non renewable resources

apabila kerusakan tanah tidak dapat diperbaiki menyangkut hilangnya lapisan tanah yang untuk mengembalikannya secara alami butuh waktu lama/ ratusan sampai ribuan tahun. Terkait tanah di lahan pasca tambang yang ditinggalkan

begitu saja, tidak pernah ada upaya rehabilitasi dan saat proses eksploitasinya tidak pada kaidah-kaidah pembangunan berkelanjutan, kondisinya rusak secara permanen. Kondisi seperti ini terjadi karena proses erosi dan pencucian secara terus menerus mengakibatkan fungsi-fungsi utama tanah hilang. Maka tanah dilahan seperti yang diuraikan tersebut termasuk pada kategori non renewable resources.

2). Ketersediaan air dan kualitas air ;

Aktifitas kegiatan yang berakibat terhadap berubahnya penggunaan lahan

dapat mempengaruhi hubungan curah hujan dengan evapotranspirasi. Sebagai

contoh lahan yang tadinya hutan lebat, terdapat berbagai jenis tanaman, suatu kondisi hutan yang dapat mengatur iklim setempat, dimana siklus hidrologi berjalan dengan normal sehingga terjadi curah hujan yang teratur. Air dapat disimpan dalam tanah dan dapat dialirkan/didistribusikan.

Apabila kondisi seperti diuraikan diatas tidak terdapat lagi disuatu kawasan, secara tiba-tiba lahan menjadi gundul dan tidak lagi dapat untuk menyimpan air, maka akan sulit mendapatkan sumber mata air.

3). Pertumbuhan vegetasi;

Komponen biotik dalam ekosistem alam salah satunya adalah vegetasi yang berfungsi sebagai pelindung permukaan bumi/ tanah dari hempasan air hujan yang jatuh, serta menahan untuk sementara agar tidak terjadi benturan dipermukaan tanah yang dapat mengakibatkan erosi. Vegetasi juga dapat memperbaiki kapasitas infiltrasi tanah dan daya menahan air serta menahan terpaan angin dan teriknya matahari. Vegetasi juga dapat sebagai pengatur iklim setempat.

Jasad renik juga berlindung dibawah vegetasi, berasimilasi sehingga dapat menghasilkan unsur hara yang diperlukan tanaman. Vegetasi juga dapat mengubah suasana dan sifat fisik tanah, dan aktifitas biologi yang dilakukan oleh bakteri,cendawan cacing tanah sehingga dapat memperbaiki porositas dan kemantapan agregat tanah.Vegetasi pada skala sedang dan makro dapat memperbaiki dan mempertahankan kualitas maupun kuantitas air.

4) Kondisi morfologi tanah.

Kondisi morfologi tanah sangat mempengaruhi keberlanjutan lahan pasca tambang batubara terbuka yang ditinggalkan setelah mineral habis ditambang. Pada bagian permukaan tanah, bentuk topografi sangat berpengaruh terutama kemiringan lereng yang selalu berbanding lurus dengan laju erosi. Susunan horizon profil tanah dan ketebalan serta urutan horizon yang ada dalam tanah, sangat berpengaruh terhadap dapat atau tidaknya tanaman dapat tumbuh.

5) Agroklimat / hidrologi

Pengertian agroklimat dan hidrologi adalah sesuainya iklim setempat untuk suatu tanaman atau komoditas yang dipilih, dan bagaimana proses masuknya air kedalam tanah baik secara langsung maupun melalui vegetasi, dan tersimpan menjadi air permukaan maupun air dalam tanah.

6) Proses / waktu suksesi.

Proses suksesi dari berbagai tumbuhan diatas lahan sangat tergantung dari tanah. Apabila tanah berfungsi dengan baik untuk mendukung tumbuhnya tanaman maka proses suksesi vegetasi berjalan dengan baik dilahan pasca tambang batubara.

7) Dampak terhadap manusia dan satwa.

Dampak negatif yang ditimbulkan akibat lahan yang tidak diolah secara langsung adalah lingkungan yang kurang kondusif untuk mendukung kehidupan, misalnya udara panas, dan dampak secara langsung terhadap manusia adalah sulitnya mendapatkan air bersih, karena sumber-sumber air sudah tidak ada.

8) Tingkat kerusakan lingkungan.

Tingkat kerusakan lingkungan dapat terjadi dengan berbagai tingkatan, tergantung dari penyebab yang menjadikan lahan rusak. Penyebab yang paling berat adalah perbuatan manusia yang mengakibatkan peningkatan erosi yang dipercepat, kerusakan terhadap permukaan secara terestrial, dapat menghilangkan seluruh kenampakan diatas lahan dapat mendorong laju erosi sangat hebat.

Dari kedelapan faktor tersebut diatas dicari faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap kinerja sistem dengan menggunakan metode analisis ketergantungan dan keterikatan antar faktor (metode analisis prospektif) dengan bantuan pakar yang berkompeten.

Gambaran Tingkat Kepentingan Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Sistem yang Dikaji

TINGKAT KERUSAKAN LINGKUNGAN

DAMPAK THD MNS DAN SATWA PROSES WAKTU SUKSESI

TINGKAT KESUBURAN TANAH KONDISI MORFOLOGI TANAH

AGROKLIMAT / HIDROLOGI

KETERSEDIAAN & KUALITAS AIR

PERTUMBUHAN VEGETASI - 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 - 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 1.80 Ketergantungan P e n g a ru h

Hasil analisis prospektif dari dimensi ekologi dapat dilihat seperti pada Gambar 41.

Gambar 41. Faktor Paling Berpengaruh Terhadap Peningkatan Indek Keberlanjutan Dimensi Ekologi

Pada Gambar 41 tersebut diatas terdapat dua faktor yang letaknya di kwadran satu. Faktor tersebut mempunyai pengaruh tinggi terhadap kinerja sistem dengan tingkat ketergantungan antar faktor yang rendah. Faktor yang dimaksud adalah : 1). Kondisi morfologi tanah dan 2). Tingkat kerusakan lingkungan. Dua faktor lainnya berada di kwardan dua, adalah faktor yang mempunyai pengaruh tinggi terhadap kinerja sistem dengan tingkat ketergantungan antar faktor sangat tinggi pula. Dua faktor tersebut adalah 1). Ketersediaan air dan kualitas air dan 2). Pertumbuhan vegetasi.

Pada analisis leverage atribut-atribut kesuburan tanah, ketersediaan dan kualitas air serta pertumbuhan vegetasi merupakan urutan satu sampai dengan tiga. Setelah analisis prospektif dilakukan atribut kondisi morfologi tanah sebagai yang mewakili atribut-atribut tersebut.

Kondisi morfologi tanah memang merupakan aktualisasi kondisi biofisik di lapangan. Apabila kondisi morfologi tanah sesuai dengan horizon tanah yang

dapat mendukung pertumbuhan tanaman dan dapat menyimpan cukup air tanah, maka dikatakan morfologi tanah dapat mendukung aspek kehidupan. Sebaliknya manakala morfologi tanah tidak sesuai dengan yang diuraikan di atas,maka dikatakan kondisi lahan sulit untuk mendukung kehidupan tanaman.

Atribut tingkat kerusakan lingkungan sangat berpengaruh tinggi terhadap upaya perbaikan. Untuk meningkatkan kinerja sistem maka nilai indek keberlanjutan atribut tersebut harus ada perlakuan menuju kearah perbaikan. Dua atribut lainnya adalah ketersediaan air dan pertumbuhan vegetasi yang perlu mendapatkan perhatian, ditingkatkan nilai indek keberlanjutaannya.

Gambar 42 menunjukkan hasil analisis keberlanjutan dimensi ekonomi dari lahan pasca tambang batubara yang tidak direklamasi. Terdapat nilai indek keberlanjutan sebesar 18.82 Nilai indeks keberlanjutan dimensi ekonomi sebesar tersebut merupakan nilai terendah dari skala sustainability dan tergolong pada kategori buruk mengacu pada Tabel 6 terdahulu.

Ass-Morlaptabagf Ordination 18.82 DOWN UP BAD GOOD -60 -40 -20 0 20 40 60 0 20 40 60 80 100 120

Sumbu x setelah rotasi : skala sustainabilitas

S u m b u y s e te la h r o ta s i

Indeks Dimensi Ekonomi References Anchors

Gambar 42. Indeks Keberlanjutan Dimensi Ekonomi Pengelolaan Lahan Pasca Tambang Batu bara Sebesar 18,82.

Nilai indeks keberlanjutan dimensi ekonomi sebesar 18.82 apabila dibandingkan dengan nilai indek dimensi ekologi sangatlah jauh lebih rendah. Hal

ini menunjukan bahwa lahan pasca tambang batubara tersebut tidak dapat memberikan nilai manfaat bagi kehidupan.

Prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan yang paling hakiki menurut Sanim (2002) terutama dalam hal eksploitasi sumberdaya alam khususnya mineral adalah tidak boleh mengabaikan dampak negatif terhadap sumberdaya alam lainnya, meskipun mendatangkan devisa / keuntungan kepada negara. Sanim (2002) juga berpendapat bahwa hasil eksploitasi sumberdaya alam untuk keperluan ekonomi harus tumbuh berkembang secara bersama dengan kegiatan pemulihan dan pelestarian lingkungan. Kegiatan pemulihan akibat kerusakan dan kegiatan eksploitasi merupakan kesatuan / entity yang tak terpisahkan, artinya manakala lingkungan rusak maka dalam waktu tertentu tidak akan memberikan faedah secara ekonomi sehingga tidak akan terjadi keberlanjutan.

Kenyataannya di lapangan menunjukkan pengambilan mineral batubara di bawah permukaan tanah dilakukan tidak dengan kaidah-kaidah pembangunan berkelanjutan, berakibat yang sangat serius terhadap sumberdaya lahan, sehingga lahan tidak mempunyai nilai ekonomi. Lahan pasca tambang tidak dapat digunakan untuk aktifitas produksi yang berbasis lahan.

Saat hasil eksploitasi di bawah lahan (mineral batubara) dihitung secara moneter memang terdapat nilai ekonomi, tetapi lingkungan dan sumberdaya alam lain seperti lahan tidak dapat berfungsi untuk keperluan produksi. Untuk dapat melihat lebih detail aspek mana yang dapat meningkatkan nilai manfaat dari dimensi ekonomi, perlu dilakukan analisis leverage dari setiap atribut, agar dapat diketahui aspek-aspek dari setiap atribut yang paling sensitif terhadap nilai indek

keberlanjutan. Pada Gambar 43 berdasarkan hasil analisis leverage dimensi

ekonomi terdapat lima atribut yang dapat mempengaruhi besarnya nilai indek keberlanjutan. Kelima atribut tersebut adalah :

1). Prediksi akan mendorong penghasilan ; Lahan pasca tambang batubara yang ditinggalkan begitu saja yang tidak ada perlakuan rehabilitasi dengan cara reklamasi lahan tidak akan memberikan manfaat secara ekonomi. Apabila dilakukan upaya perbaikan dengan cara reklamasi lahan yang berbasis agroforestri, prediksi kedepan akan dapat memberikan penghasilan dan mendorong pada tingkat kesejahteraan secara ekonomi.

Analisis Leverage Dimensi Ekonomi 1.23 5.54 5.26 5.44 3.89 8.84 2.84 1.81 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tingkat penyerapan tenaga kerja Kebutuhan biaya Prediksi usaha berbasis lahan Kontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat Nilai ekonomi lahan Prediksi mendorong penghasilan Kompensasi dari pasca penambangan Lembaga keuangan A tr ib u t

Perubahan Root M ean Square /RMS ordinasi jika salah satu atribut dihilangkan

Gambar 43. Peran masing-masing atribut yang dinyatakan dalam bentuk perubahan nilai Root Mean Square / RMS terhadap nilai indeks keberlanjutan dimensi ekonomi

2). Kebutuhan biaya ; Biaya (cost) sangat dibutuhkan untuk melakukan aktifitas reklamasi lahan, sehingga atribut ini sangat penting keberadaannya agar atribut satu dapat terwujud.

3). Konstribusi terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat dibidang ekonomi ; Lahan pasca tambang yang tidak dilakukan rehabilitasi dan ditinggalkan begitu saja tidak akan memberikan arti bagi kehidupan masyarakat sehari-hari. Lahan pasca tambang batubara akan memberikan arti manakala lahan yang bersangkutan dapat berfungsi sebagai media untuk produksi tanaman, sehingga pendapatan masyarakat secara ekonomi meningkat. Untuk dapat memberikan kontribusi perlu ada upaya perbaikan/ rehabilitasi lahan dengan cara reklamasi sehingga dapat dilakukan kegiatan ekonomi yang berbasis lahan. 4). Prediksi kedepan sebagai sarana usaha yang berbasis lahan ; Saat ini tidak terpikirkan lahan pasca tambang dapat berperan secara ekonomi sebagai basis produksi yang berbasis lahan, karena kondisi lahan tidak mendukung tanaman dapat tumbuh. Agar terwujud lahan pasca tambang dapat sebagai sarana usaha maka yang terkait dengan atribut nomor 4 adalah upaya melakukan

Gambaran Tingkat Kepentingan Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Sistem yang Dikaji

Prediksi yg mendorong penghasilan Prediksi usaha yang berbasis lahan

Nilai ekonomi lahan

Kebutuhan biaya Konstribusi thd kesejahteraan rakyat

- 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 1.80 - 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 Ketergantungan P e n g a ru h

5). Nilai ekonomi lahan ; dalam kondisi seperti saat ini nilai ekonomi lahan sama sekali tidak ada, tetapi akan terdapat nilai lahan secara ekonomi manakala lahan tersebut dapat digunakan untuk berproduksi, terutama sebagai media tumbuh tanaman. Aktifitas pertanian, perkebunan, maupun kehutanan, akan mengakibatkan terciptanya pasar, dan akan tumbuh sarana dan prasarana yang menuju kelokasi tersebut sehingga akan terdapat nilai ekonomi lahan. Untuk itu perlu pengelolaan lahan secara optimal sebagai basis usaha yang produktif.

Untuk memperoleh faktor yang mempunyai pengaruh tinggi terhadap kinerja sistem perlu dilakukan analisis keterkaitan dan ketergantungan antar faktor dengan analisis prospektif. Hasilnya seperti pada Gambar 44.

Gambar 44. Faktor Paling Berpengaruh Terhadap Peningkatan Indek Keberlanjutan Dimensi Ekonomi

Hasil analisis keterkaitan dan ketergantungan dari lima faktor dalam dimensi ekonomi tersebut terdapat satu faktor yang terletak di kwadran 2 (dua). Faktor tersebut mempunyai pengaruh tinggi terhadap kinerja sistem dan ketergantungan antar faktor tinggi juga, faktor yang dimaksud adalah : konstribusi terhadap kesejahteraan rakyat. Pada kwadran 1 (satu) terdapat dua faktor yang mempunyai pengaruh tinggi terhadap kinerja sistem dan ketergantungan antar faktor rendah. Faktor tersebut adalah 1) Prediksi usaha yang berbasis lahan, dan 2) Prediksi mendorong penghasilan. Kedua faktor inilah yang perlu dikelola pada

prioritas pertama. Meskipun pada analisis leverage atribut prediksi lahan pasca tambang dapat mendorong penghasilan merupakan urutan pertama, hal itu akan terwujud manakala terdapat usaha yang berbasis lahan. Oleh karena itu, analisis prospektif yang dilakukan pakar, menghasilkan atribut usaha yang berbasis lahan pada urutan pertama sangat benar, karena atribut prediksi usaha yang berbasis lahan akan mendorong penghasilan.

Dari penjelasan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa atribut urutan

pertama pada analisis leverage akan terwujud (atribut prediksi mendorong

penghasilan ) dan urutan berikutnya akan mensejahterakan masyarakat, manakala usaha tersebut berbasis lahan. Apabila hal itu terlaksana maka nilai ekonomi lahan akan naik secara otomatis. Oleh karena itu, artibut yang sangat dominan dan sangat berpengaruh terhadap meningkatnya nilai indek keberlanjutan dimensi ekonomi, adalah apabila faktor usaha yang berbasis lahan yang menghasilkan keuntungan bagi kesejahteraan rakyat ditingkatkan kinerjanya.

Gambar 45 menunjukkan hasil analisis dimensi sosial budaya. Nilai indek keberlanjutan dari dimensi sosial budaya sebesar 31.70. Nilai tersebut menurut skala indek keberlanjutan seperti pada Tabel 6 termasuk pada kategori kurang keberlanjutan. Nilai indek keberlanjutan pada dimensi tersebut jika dibandingkan

Dokumen terkait