• Tidak ada hasil yang ditemukan

42 vi.Kecamatan Susukan

ANALISIS DATA

A. Gugatan yang Ditolak dan Dikabulkan oleh Pengadilan Agama Salatiga

Dalam perkawinan yang tidak bisa dipertahankan lagi antara pasangan suami dan istri maka jalan terakhir yang ditempuh adalah perceraian. Namun perceraian yang sah adalah perceraian yang dilakukan didepan sidang pengadilan. Dalam Pasal 39 Undang-Undang Nomor. 1 Tahun 1974 dijelaskan bahwa perceraian hanya dapat dilakukan didepan sidang pengadilan. Untuk melakukan perceraian di Pengadilan tidak bisa sekedar bercerai, namun harus sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang berlaku. Surat gugatan adalah surat yang berisi sengketa dalam rumah tangga dan merupakan dasar pemeriksaan perkara dan suatu pembuktian kebenaran. Surat gugatan diajukan oleh seseorang (penggugat) untuk menuntut hak perceraian atas suami atau istri.

Maka jika akan melakukan perceraian di Pengadilan Agama maka langkah pertama seseorang hendaknya mengajukan surat gugatan perceraian yang ditujukan ke alamat Pengadilan Agama sesuai dengan tempat domisili seseorang yang mengajukan gugatan. Didalam surat gugatan tersebut mengandung alasan-alasan yang menjadi sebab perceraian. Kemudian surat gugatan dicantumkan syarat-syarat surat seperti surat nikah, fotocopy KTP, fotocopy akta kelahiran, fotocopy kartu keluarga dan surat lain yang dapat dijadikan sebagai bukti. Dan dalam surat gugatan tersebut dicantumkan saksi

63

dan bukti seperti saksi baik orang yang berasal dari keluarga dekat maupun orang lain yang mengetahui permasalahan tersebut.

Dalam kasus perceraian yang terjadi pada perkara ini adalah cerai gugat. Dalam penelitian ini kasus yang terjadi adalah pengajuan gugatan yang perceraian yang ditolak dan dikabulkan oleh Pengadilan Agama Salatiga. Gugatan ini diajukan oleh ST Binti KS. Penggugat mengajukan gugatan sebanyak dua kali. Pada gugatan yang pertama terjadi pada Tahun 2011 dan pada gugatan yang kedua yakni tahun 2012.Pada gugatan pertama yang terjadi Tahun 2011 dengan Putusan Nomor 0666/Pdt.G/2011/PA.SAL. Dan gugatan kedua diajukan pada Tahun 2012 dengan Putusan Nomor 0064/Pdt.G/2012/PA.SAL. Untuk putusan pertama ditolak dan untuk putusan kedua dikabulkan. Sesuai dengan pasal 178 HIR, pasal 189 RBG, apabila pemeriksaan perkara selesai, Majelis Hakim melakukan musyawarah untuk mengambil putusan yang akan dijatuhkan. Dalam mengambil putusan agar tidak mengandung cacat, Majelis Hakim harus memenuhi asas dalam Pasal 178 HIR, Pasal 189 RGB dan Pasal 19 UU No. 4 Tahun 2004 (dulu dalam Pasal 18 UU No. 14 Tahun 1970 Tentang Kekuasaan Kehakiman). Dalam perkara ini hakim yang memutus perkara ini Bapak Zaenuri menjelaskan ada beberapa alasan sehingga gugatan itu ditolak dan dikabulkan oleh majelis hakim. Dalam putusan yang ditolak disebutkan alasan-alasannya adalah sebagai berikut;

1. Pada gugatan pertama penggugat telah mengajukan gugatan ke Pengadilan

64

dalam gugatan tersebut dalam pembuktiannya ternyata ada yang masih kurang. Penggugat hanya mencantumkan satu saksi dan saksi yang satu tersebut adalah ayah penggugat.

2. Penggugat mengajukan bukti Salinan Putusan Pidana dari Pengadilan Negeri Salatiga namun putusan tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum karena tidak mencantumkan biaya.

Dalam putusan yang kedua Majelis Hakim telah mengabulkan gugatan dengan alasan-alasan sebagai berikut;

1. Pada gugatan yang kedua penggugat telah mencantumkam dua orang saksi

yang masing-masing merupakan teman penggugat dan teman tergugat. 2. Salinan putusan pidana dari pengadilan telah dinyatakan berkekuatan

hukum tetap.

B. Analisis Putusan Nomor: 0666/Pdt.G/2011/PA.SALYang Ditolak Dan

Nomor : 0064/Pdt.G/2012/PA.SALDikabulkan oleh Pengadilan Agama Salatiga

Dalam memutus perkara perceraian hakim mempunyai ketentuan yang harus dijalankan. Hakim tidak serta merta memutus perkara hanya sebatas dari satu pihak saja, namun hakim juga mempertimbangkan berdasarkan syarat-syarat kelengkapan berkas yang diajukan oleh penggugat.

Yang menjadi pertimbangan hakim pada gugatan pertama sehingga hakim memutuskan gugatan perkara Nomor:0666/Pdt.G/2011/PA.SAL. ditolak adalah berkenaan dengan saksi yang diajukan oleh penggugat dan Salinan Putusan dari Pengadilan Negeri Salatiga yang tidak berkekuatan

65

hukum. Dalam mencantumkan saksi, penggugat yakni ST Binti KS hanya mencantumkan satu orang saksi saja dan merupakan ayah kandung penggugat. Kedua hal inilah yang tidak dapat dijadikan alat bukti sehingga Majels Hakim memutus perkara ini ditolak. Karena dalam persidangan jika alat bukti tidak cukup membuktikan gugatannya maka gugatan akan ditolak (Zaenuri).

Kasus yang menjadi permasalahan adalah perihal pembuktian. Pembuktian adalah pernyataan tentang hak dan peristiwa didalam persidangan yang harus dibuktikan kebenarannya dan keabsahannya. Dalam praktik persidangan kebenaran gugatan atas suatu perkara dibuktikan dengan alat bukti dan keterangan-keterangan dari pihak yang berperkara dan saksi- saksi. Dalam buku Hukum Acara Perdata yang ditulis oleh Sarwono dijelaskan bahwa yang bisa dijadikan alat bukti diatur dalam pasal 164 HIR, Pasal 284 RBg, dan Pasal 1866 BW yakni;

1. Alat bukti dengan surat 2. Alat bukti dengan saksi 3. Alat bukti persangkaan 4. Alat bukti pengakuan 5. Alat bukti sumpah

Tentang siapa yang dapat dijadikan saksi dalam perkara perdata di persidangan secara yuridis pada asasnya semua orang yang telah dewasa dan mempunyai akal sehat dapat dijadikan sebagai saksi dalam suatu perkara, kecuali terhadap orang yang masih ada hubungan keluarga, orang yang belum

66

cukup umur 15 (lima belas) tahun dan orang-orang yang berada dibawah pengampunan sebgaimana disebutkan dalam pasal 433 dan 434 BW Jo. Pasal 172 RBg., karena orang-orang ini digolongkan tidak cakap dalam melakukan perbuatan hukum. Yang termasuk orang-orang yang tidak cakap adalah orang dungu, sakit otak dan gila (Pasal 1330 BW). Khusus untuk orang-orang yang belum cukup umur dan mempunyai hubungan keluarga apabila pengadilan terpaksa memerlukan keterangannya, mereka tidak boleh disumpah dan dijadikan saksi yang sebenarnya, keterangan mereka hanya bersifat penjelasan belaka terhadap suatu peristiwa hukum yang diketahui dan dilihatnya secara langsung (pasal 173 RBg).

Dalam praktik dipersidangan pengadilan umumnya saksi yang dipergunakan adalah 2 (dua) orang saksi. Jika saksi yang diajukan hanya 1 (satu) maka tidak dapat dijadikan sengagai saksi. Karena dalam perkara perdata dan pidana saksi yang hanya satu (unus testis nullus testis) tanpa dukungan alat bukti lain tidak boleh dipercaya atau tidak dapat digunakan sebagai dasar bahwa dalil gugatan secara keseluruhan terbukti. Prinsip ini secara tegas dianut oleh KUHP dalam pembuktian Pasal 185 ayat 2. Maksud dan tujuannya adalah agar hakim dapat menyocokkan keterangan-keterangan antara saksi yang satu dengan saksi yang lainnya ada kecocokan atau tidak. Dalam praktinya ada 3 (tiga) macam saksi antara lain;

1. Saksi yang sengaja dihadirkan dan keberadaannya sangat diperlukan karena telah menyaksikan adanya kejadian atau peristiwa dalam suatu

67

perbuatan hukum yang dilakukan oleh para pihak yang membutuhkan (pasal 1902 BW).

2. Saksi yang kebetulan pada saat terjadinya suatu kejadian atau peristiwa hukum yang dilakukan oleh para pihak yang berperkara melihat, mendengar dan menyaksikan secara langsung bukan mendengar dari orang lain.

3. Kesaksian dari pendengaran (Testimonium de auditu atau biasa disebut dengan saksi de auditu). Kesaksian ini umumnya saksinya tidak mengalami dan menyaksikan secara langsung tentang terjadinya suatu peristiwa hukum, tetapi saksi ini mengetahui adanya peristiwa hukum berdasarkan cerita orang lain.

Orang yang tidak dapat dijadikan sebagai saksi baik dalam hukum perdata dan hukum pidana adalah:

1. Pasal 145 HIR ditentukan bahwa:

a. Keluarga sedarah dan keluarga semenda lurus dari salah satu pihak yang berperkara.

b. Isteri atau laki dari salah satu pihak, walaupun sudah becerai.

c. Anak-anak yang tidak diketahui benar apa sudah cukup umur 15 (lima belas) tahun.

2. Orang gila, meskipun terkadang ia ingat-ingatan terang.

b. Akan tetapi pihak keluarga tidak dapat ditolak sebagai saksi dalam perkara perselisihan kedua belak pihak tentang keadaan menurut hukum perdata dan sesuatu perjanjian pekerjaan.

68

c. Hak mengundurkan diri memberi kesaksian dalam perkara yang

tersebut dalam ayat diatas ini berlaku untuk orang-orang yang disebitkan dalam pasal 146 kesatu dan kedua.

d. Pengadilan Negeri berkuasa memeriksa diluar sumpah anak-anak yang tersebut tadi atau orang gila yang terkadang-kadang mempunyai ingatan terang, tetapi mereka hanya dapat dipandang semata-mata sebagai penjelasan.

Alat bukti kedua adalah Salinan Putusan Pengadilan Negeri Salatiga yang belum berkekuatan hukum tidak dapat digunakan sebagai alat bukti yang sah.Salinan Putusan dari Pengadilan Negeri termasuk dalam kategori akta autentik karena dibuat oleh pihak yang berwenang dengan bentuk sesuai undang-undang. Dalam pasal 285 RBg., dijelaskan bahwa “sebuah akta autentik yaitu dibuat dengan bentuk yang sesuai dengan undang-undang oleh atau dihadapan pejabat umum yang berwenang ditempat akta itu dibuat merupakan bukti lengkap antara pihak serta keturunannya dan mereka mendapatkan hak tentang apa yang dimuat didalamnya dan bahkan tentang suatu penyataan belaka, hal terakhir ini sepanjang penyataan itu ada

hubungan langsung dengan apa yang menjadi pokok akta itu”. Jika dalam

persidangan di Pengadilan ada salah satu pihak penggugat atau tergugat menyangkal salah satu alat bukti yang diajukan dalam persidangan berupa surat tertulis maka pihak yang disangkal harus dapat membuktikan tentang kebenarannya dan keabsahannya dari alat bukti yang disangkal oleh pihak lawan. Jika pejabat umum keberatan dalam memberikan surat asli yang

69

diminta oleh Pengadilan yang akan dipergunakan untuk membuktikan tentang kebenaran dan keabsahan sebagai alat bukti yang disangkal oleh pihak lawan maka ketua pengadilan yang memerikasa perkara dapat meminta bantuan kepada ketua pengadilan untuk memeriksa alat bukti yang disangkal oleh pihak yang menyangkal tentang kebenaran dan keabsahannya.

Dalam praktik apabila terdapat permintaan duplikat, salinan maupun asli daripada surat sebagai alat pembuktian dari pengadilan umumnya yang diberikan oleh pejabat tersebut ke pengadilan adalah:

1. Jika yang diberikan salinan atau duplikat, maka dalam halaman terakhir

disebutkan atau ditulis bahwa”salinan duplikat dari surat (akta nikah,

sertifikat dan kata notariil) diberikan untuk memenuhi permintaan

pengadilan…( nama tempat pengadilan yang dituju) selanjutnya dibubuhi

tanda tangan dan stempel.

2. Jika yang diberikan fotokopy, maka pada halaman pertama diberikan

catatan atau tulisan yang berbunyi “fotokopy ini sesuai dengan aslinya”

dan dibubuhi tanda tangan dan distempel (pasal 138 ayat 5 HIR.

Dalam persidangan perdata maupun pidana apabila alat bukti yang diajukan palsu atau dipalsukan oleh salah satu pihak yang sedang berperkara, maka perkara perdatanya untuk sementara waktu ditangguhkan lebih dahulu sambil menunggu perkara pidananya tentang pemalsuan alat bukti diberikan keputusan oleh hakim pidana (pasal 138 ayat 8 HIR.

Putusan hakim pidana yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, yang mana seseorang telah diajtuhi hukuman karena telah melakukan

70

kejahatan, didalam perkara perdata dapat dijadikan alat bukti tentang perbuatan yang telah merugikan pihak lain, kecuali jika dapat dibuktikan sebaliknya (pasal 1918 BW). Didalam peraturan perundang-undangan terdapat ketentuan yang mengatur pengertian dari putusan yang mempunyai kekuatan hukum tetap yaitu dalam penjelasan Pasal 2 ayat (1) UU No. 22 Tahun 2002 tentang Grasi yang berbunyi:

1. Putusan pengadilan tingkat pertama yang tidak diajukan banding atau kasasi dalam waktu yang ditentukan oleh undnag-undang tentang hukum acara pidana;

2. Putusan pengadilan tingkat banding yang tidak diajukan kasasi dalam waktu yang ditentukan oleh undang-undang tentang hukum acara pidana 3. Putusan kasasi

4. Putusan hakim yang mempunyai hukum tetap juga harus memuat hal-hal yang bersifat formalitas dan substansial antara lain sebagai berikut: a. Formalitas

1) Setiap putusan hakim harus dimulai dengan kata-kata “ DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA

ESA” (Pasal 2 ayat 1 UU No. 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan

Kehakiman).

2) Setiap putusan harus memuat tanggal putusan dijatuhkan dan diucapkan didalam sidang pengadilan( Pasal 128 ayat 1 dan pasal 129 ayat 2 HIR).

71

3) Setiap putusan harus dibacakan dalam sidang pengadilan yang dinyatakan terbuka untuk umum ( Pasal 13 UU No. 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman).

4) Setiap putusan harus ditandatangani oleh hakim ketua, hakim anggota dan panitera ( Pasal 184 ayat 1 HIR jo. Pasal 195 ayat 3 RBg. Jo. Pasal 50 ayat 1 UU No. 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman).

b. Substansial

a. Identitas para pihak yang berperkara (Pasal 67 (a) UU No. 7/1989).

b. Duduk perkaranya.

c. Pertimbangan hukumnya.

d. Amar putusan.

e. Biaya perkara (Pasal 194 RBg. UU No. 48 Tahun 2009).

Analisis dari permasalahan gugatan perkara Nomor:

0666/Pdt.G/2011/PA.SAL. ditolak adalah karena dalam mengajukan gugatan ini penggugat yang bernama ST Binti KS tidak dapat membuktikan dalil-dalil gugatannya. Penggugat hanya mencantumkan satu saksi yang merupakan ayah kandung tergugat. Seharusnya sesuai dengan peraturan perundang- undangan bahwa dalam mengajukan saksi penggugat harus mencantumkan 2 (dua) orang saksi.Karena saksi yang hanya satu tidak dianggap sebagai saksi. Maksud diajukan dua orang saksi adalah agar dalam kesaksian dipersidangan Majelis Hakim dapat menentukan pertimbangan yang kuat tidak hanya dari

72

kesaksian seorang namun dari kesakisan dua orang. Dan orang yang boleh dijadikan saksi dalam persidangan adalah orang yang tidak ada hubungan darah dengan penggugat. Dengan ketentuan kedua orang saksi ini mengetahui secara persis kehidupan penggugat dan tergugat serta perkara yang menjadi penyebab penggugat dan tergugat melakukan perceraian. Dengan ketentuan ini maka keputusan yang dijatuhkan oleh hakim untuk tidak mengabulkan permohonan gugatan yang pertama ini sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Namun ada satu kesalahan yang ditemukan oleh peneliti dalam perkara ini. Majelis Hakim telah menyumpah saksi yang merupakan ayah kandung penggugat yakni KS. Seharusnya sesuai dengan Pasal 173 RBg. bahwa saksi yang masih sedarah dengan penggugat tidak boleh disumpah. Sebab yang kedua adalah dalam mengajukan bukti yang lain yakni berupa salinan putusan dari Pengadilan Negeri Salatiga ternyata salinan tersebut belum berkekuatan hukum tetap. Salinan putusan tersebut tidak dicantumkan biaya perkara.Sebenarnya dalam hal salinan putusan dari Pengadilan Negeri Salatiga bukanlah salah dari penggugat, melainkan Majelis Hakim yang memutus perkara di Pengadilan Negeri Salatiga karena tidak mencantumkan biaya perkara. Dan gugatan perkara Nomor : 0064/Pdt.G/2012/PA.SAL dikabulkan adalah penggugat telah melengkapi persyaratan gugatan yang pertama yakni mengajukan dua orang saksi dan telah mencantumkan salinan putusan yang berkekuatan hukum tetap.

Dari penjelasan diatas maka dapat diketahui sebab perkara pertama ditolak oleh majelis hakim dan sebab gugatan kedua dikabulkan oleh Majelis

73

Hakim. Gugatan yang ditolak adalah gugatan yang disebabkan oleh karena bukti-bukti yang diajukan oleh penggugat tidak dapat dibuktikan kebenarannya didalam persidangan dan gugatannya melawan hak.Sedangkan gugatan yang dikabulkan adalah gugatan dengan bukti-bukti yang diajukan oleh penggugat telah terbukti kebenarannya.

Dalam perkara diatas ada yang ditemukan oleh peneliti tentang perkara pengajuan gugatan yang ditolak dan dikabulkan. Dalam gugatan pertama yang ditolak oleh Majelis Hakim terdapat kesalahan yang dilakukan oleh penggugat dan Majelis Hakim. Penggugat yang tidak mengetahui mengenai hukum perkawinan dalam membuat surat gugatan yang diajukan ke Pengadilan Agama Salatiga tidak menanyakan syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam surat gugatan secara lengkap perihal alat bukti kepada pihak yang mengetahui tentang hukum perkawinan. Sehingga dalam membuat surat gugatan tersebut masih terdapat kekurangan yang membuat Majelis Hakim tidak mengabulkan gugatan tersebut. Kelalaian Hakim yang telah menyumpah saksi yang diajukan oleh penggugat yang mana saksi tersebut merupakan ayah kandung penggugat. Dalam peraturan perundangan seharusnya hakim tidak boleh meyumpah saksi yang ada hubungan darah dengan pengggugat. Dan kelalaian Hakim Pengadilan Negeri Salatiga yang tidak mencantumkan biaya perkara dalam Putusan Pidana yang menjadi alat bukti tergugat untuk menguatkan dalil penggugat.

74

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Gugatan pertama yang diajukan oleh Suyati ke Pengadilan Agama Salatiga yang diputus oleh Majelis Hakim dengan Nomor Putusan : 0666/Pdt.G/2011/PA.SAL, bahwasannya Majelis Hakim menjatuhkan putusan yang menolak tuntutan penggugat dikarenakan gugatan yang diajukan oleh penggugat hanya mencantumkan satu saksi. Saksi yang satu tidak dianggap sebagai saksi karena merupakan ketetapan dalam perkara perdata dan pidana yakni unus testis nullus testis. Saksi yang diajukan oleh penggugat merupakan ayah kandung penggugat. Dalam pasal 145 HIR huruf a dijelaskan bahwa keluarga sedarah dan semenda tidak dapat dijadikan sebagai saksi. Salinan putusan dari Pengadilan Negeri Salatiga yang dijadikan sebagai alat bukti lain oleh penggugat tidak mencantumkan berkekuatan hukum tetap.

2. Gugatan kedua yang diajukan oleh ST ke Pengadilan Agama Salatiga dengan Nomor Putusan : 0064/Pdt.G/2012/PA.SAL., dikabulkan oleh Majelis Hakim karena saksi yang telah diajukan sudah memenuhi syarat hukum yakni dua orang saksi dan tidak ada hubungan darah dengan penggugat. Salinan Putusan Pidana dari Pengadilan Negeri Salatiga telah dicantumkan berkekuatan hukum tetap.

75

B. SARAN

1. Dalam mengajukan gugatan ke Pengadilan hendaknya seseorang

menanyakan kepada pihak atau pejabat yang menguasai tentang hukum agar dalam mengajukan gugatan tidak terjadi kesalahan dan tidak terdapat kekurangan. Atau lebih efektifnya mulai sekarang masyarakat perlu mengetahui hukum dan peraturan perundangan yang berlaku.

2. Untuk pihak Pengadilan agar senantiasa memberikan sosialisasi tentang hukum yang berkembang dimasyarakat dan tentang peraturan perundang- undangan agar nantinya dalam berperkara di pengadilan masyarakat tidak buta terhadap hukum yang berlaku di Negara kita baik Hukum Perdata dan Hukum Pidana. Untuk majelis hakim agar lebih berhati-hati dalam memeriksa dan memutus perkara dan mengoreksi setiap putusan yang dikeluarkan agar putusan tersebut dapat berkekuatan hukum tetap.

76

Dokumen terkait