• Tidak ada hasil yang ditemukan

42 vi.Kecamatan Susukan

C. Putusan Gugatan Perkara Perceraian Yang Mengabulkan

47

Pada 18 Januari 2012 penggugat kembali mengajukan gugatan di

Kepaniteraan Pengadilan Agama Salatiga Nomor :

0064/Pdt.G/2012/PA.SAL, yakni nama ST Binti KS, umur 33 tahun, Agama Islam, Pekerjaan jualan, pendidikan SMA, bertempat tinggal di Jl. Sukarno Hatta Km 35, Kelurahan Cebongan, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga. Dalam hal ini berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 3 Januari 2012, telah memberikan kuasa khusus kepada Bayu Adi Susetyo, SH, Heni Anggraeni, SH, dan Agung Pitra Maulana, SH, yang beralamat di Jl. Imam Bonjol No. 23 A Kota Salatiga. ST dan Bg telah menikah pada tanggal 11 Agustus 1996 di KUA Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang dengan Bambang Triyono Bin Ngadiyono, umur 34 tahun, Agama Islam, pekerjaan jualan, pendidikan SMA, bertempat tinggal di Jl. Cendrawasih No. 18 Klaseman Rt 002 Rw 02, Kelurahan Mangunsari, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga. ST dan Bg telah melaksankan pernikahan tanggal 11 Agustus di KUA Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang

sebagaimana ternyata dalam kutipan Akta Nikah Nomor

240/231/VIII/1996 tertanggal 12 Agustus 1996. Setelah akad nikah

Bambang telah mengucapkan sighot ta’lik talak atas istrinya Suyati. Keduanya telah berhubungan badan dan tinggal bersama dirumah orang tua di Suruh selama 3 bulan, terakhir bertempat tinggal dirumah pemberian orang tua di Salatiga selama 15 tahun, dan sudah dikaruniai tiga orang anak masing-masing bernama AN (Lahir 07 Agustus 1997), BP (Lahir 07 Juni 2003), dan CP (Lahir 01 Juni 2007).

48

Setelah kelahiran anak kedua rumah tangga keduanya tidak jadi membaik justru memburuk karena mulai Januari 2005 sering terjadi perselisihan dan pertengkaran secara terus menerus yang sulit untuk didamaikan lagi. Perselisihan dan pertengkaran tersebut disebabkan karena Bambang mempunyai sifat emtosional dan ringan tangan sehingga sering menganiaya badan jasmani ST antara lain menampar, memukul. Selain itu BG sering marah-marah tanpa sebab yang jelas. Pada bulan Juni 2011 Bambang telah melakukan penganiayaan dengan memukul wajah ST. Atas kejadian tersebut ST telah melaporkan Bambang kepada Polres Salatiga dan telah diproses serta telah dilimpahkan ke Pengadilan Negeri Salatiga dengan Perkara Pidana No. 45/Pdt.G/2011/PN.Sal dan telah diputus pada tanggal 18 Oktober 2011 yang salah satu amar putusannya berbunyi sebagai berikut:

a. Menyatakan terdakwa BG Bin NG telah terbukti secara sah dan menyakinkan bersalah melakukan tindak pidana kekerasan fisik dalam rumah tangga yang tidak menimbulkan halangan untuk menjalankan pekerjaan mata pencaharian;

b. Menjatuhkan pidana terdakwa tersebut dengan pidana penjara

selama 1 (satu) bulan 15 (lima belas) hari.

Pada tanggal 08 September 2011 ST telah mengajukan gugatan yang terdaftar di kepaniteraan Pengadilan Agama Salatiga Nomor : 0666/Pdt.G/2011/PA.SAL. Namun putusannya Pengadilan Agama Salatiga cq Majelis Hakim yang memeriksa perkara tersebut dalam putusannya

49

pada tanggal 7 Desember 2011 No.0666/Pdt.G/2011/PA.SAL menolak gugatan penggugat dengan salah satu pertimbangan hukum antara lain menyebutkan Salinan Putusan Pengadilan Negeri Salatiga yang dijadikan bukti tidak dicantumkan berkekuatan hukumnya maka salinan tersebut tidak bernilai. Setelah gugatan pertama No.0666/Pdt.G/2011/PA.SAL ditolak oleh Pengadilan Agama Salatiga rumah tangga antara ST dan Bg tidak membaik tapi justru memburuk karena tetap saja keduanya berpisah rumah dan tidak ada komunikasi. Kemudian ST kembali mengajukan gugatan dengan membawa Salinan Putusan Pengadilan Negeri Salatiga yang telah dicantumkan berkuatan hukum tetap yaitu sejak tanggal 27 Oktober 2011 sehingga telah terbukti secara sah menurut hukum bahwa tergugat telah melakukan penganiayaan terhadap penggugat dengan

demikian tergugat telah melanggar sighot ta’lik talak angka 3 yang berbunyi “atau saya menyakiti/jasmani istri saya”. Dengan demikian

perkawinan penggugat dan tergugat rusak atau pecah sehingga tidak mungkin dapat dipertahankan lagi karena tergugat telah melanggar sighot

ta’lik talak yang pernah diucapkan sendiri untuk itu penggugat tidak rela

dan berdasarkan pasal 39 UU No. 1 Tahun 1974 jo pasal 116 huruf (g) Kompilasi Hukum Islam telah cukup alasan bagi penggugat untuk mengajukan perceraian ini melalui Pengadilan Agama Salatiga.

Berdasarkan alasan-alasan tersebut penggugat mengajukan tuntutan kepada Majelis Hakim cq untuk berkenan memeriksa dan menjatuhkan putusan sebagai berikut:

50

a. Menerima dan mengabulkan gugatan penggugat untuk seluruhnya;

b. Menetapkan syarat ta’lik talak tergugat angka 3 telah terwujud; c. Menetapkan jatuh talak satu khul’i tergugat (BG Bin NG) kepada

penggugat (ST Binti KS) dengan uang Iwadh Rp. 10.000;_(sepuluh ribu rupiah);

d. Menetapkan biaya perkara sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku;

Untuk meneguhkan dalil-dalil gugatannya, penggugat mengajukan bukti berupa surat dan dua orang saksi.

a. Surat

1) Fotocopy kartu tanda penduduk atas nama penggugat Nomor :3373046508780002 tanggal 25 Agustus 2011 yang dikeluarkan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Salatiga yang bermeterai cukup diberi tanda P 1;

2) Fotocopy kutipan Akta Nikah Nomor :240/VIII/1996 Tanggal 12 Agustus 1996 yang dikeluarkan oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan Suruh, diberi tanda P 2;

3) Fotocopy foto pengugat (telah bermeterai) dan (telah sesuai dengan aslinya dan diberi tanda p 3);

4) Fotocopy putusan Pengadilan Negeri Salatiga Nomor

:45/Pid.Sus/2011/PN.Sal tanggal 12 Oktober 2011 yang bermeterai cukup dan setelah dicocokkan sesuai dengan aslinya selanjutnya diberi tanda p 4;

51

b. Saksi

1) RD, umur 52 tahun, agama islam, pekerjaan swasta, tempat tinggal Jl. Parkit No. 20 Klaseman Kelurahan Mangunsari Sidomukti, Salatiga. (Saksi I)

Saksi telah disumpah dalam persidangan. Saksi adalah tetangga penggugat dan kenal dekat dengan tergugat. Saksi menerangkan keduanya yakni ST dan BG menikah sekitar tahun 1996, setelah menikah mereka tinggal dirumah orang tua penggugat, kemudian tinggal dirumah sendiri dan dikaruniai 3 (tiga) orang anak selama lebih kurang 15 (lima belas) tahun. Menurutnya semula rumah tangga penggugat dan tergugat rukun, kemudian sekitar tahun 2005 mulai sering diwarnai perselisihan dan pertengakaran, karena tergugat temperamental dan suka ringan tangan. Puncak perselisihan dan pertegkaran terjadi sekitar pertengahan tahun 2011, tergugat melakukan kekerasan fisik dan penganiayaan berat terhadap penggugat, lalu penggugat melaporkan kejadian tersebut ke kantor polisi, akibat perbuatan tersebut, tergugat disidangkan di Pengadilan Negeri Salatiga dan dinyatakan bersalah bahkan tergugat telah dipidana selama lebih kurang sebulan setengah.

2) TH, umur 39 tahun, agama islam, pekerjaann swasta, tempat tinggal di Dusun Gesangan Rt 02 Rw 06 Desa Kebowan Suruh. (Saksi II).

52

Saksi telah disumpah dalam persidangan. Saksi adalah teman tergugat. Menurut keterangan beliau penggugat dan tergugat telah menikah tahun 1996. Setelah menikah mereka tinggal dirumah bersama dan telah mempunyai 3 (tiga) orang anak. Semula rumah tangga penggugat dan tergugat rukun, kemudian semenjak kelahiran anak kedua rumah tangga mereka sering terjadi perselisihan dan pertengkaran, karena penggugat sebagai penjual nasi selalu dicemburui oleh tergugat dan tergugat sering marah, sering memukuli penggugat serta tergugat mempunyai sifat temperamental dan puncaknya terjadi sekitar pada tahun 2011, tergugat telah melakukan tindak kekerasan fisik kepada penggugat.

Tentang pertimbangan hukumnya adalah sebagai berikut;

1) Menimbang, bahwa ta’lik talak adalah perjanjian yang digantungkan kepada sesuatu keadaan tertentu yang mungkin terjadi dimasa yang akan datang (vide pasal 1 huruf (e) Kompilasi Hukum Islam);

2) Menimbang, bahwa perjanjian ta’lik talak diperbolehkan, selama

isi dari perjanjian ta’lik talak tersebut tidak bertentangan dengan

Hukum Islam, sebagaimana pasal 45 jo. Pasal 46 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam;

3) Menimbang, bahwa pelanggaran terhadap perjanjian ta’lik talak dapat diajdikan alasan isteri untuk mengajukan gugatan perceraian

53

terhadap suaminya, sebagaimana pasal 51 jo. Pasal 116 huruf (g) Kompilasi Hukum Islam;

4) Menimbang, bahwa untuk membuktikan dalil-dalinya, penggugat

telah mengajukan bukti surat yang diberi tanda (P.1), (P.2), (P.3), serta 2 (dua) orang saksi yang telah didengar keterangannya dibawah sumpah;

5) Menimbang, bahwa alat bukti berupa keterangan saksi-saksi

sepanjang tidak testimonium de auditu dapat diterima oleh majelis hakim tentang kebenarannya dan dapat dijadikan alat bukti yang sah dan berharga dalam perkara ini;

6) Menimbang, bahwa terhadap bukti-bukti yang diajukan oleh

penggugat tersebut, majelis hakim mempertimbangkan ssebagai berikut:

7) Menimbang, bahwa berdasarkan (P.1), harus dinyatakan terbukti bahwa penggugat bertempat tinggal diwilayah yuridiksi Pengadilan Agama Salatiga, hal tersebut erat hubungannya dengan kewenangan Pengadilan Agama Salatiga mengadili perkara ini (vide : pasal 73 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009);

8) Menimbang, bahwa berdasarkan (P.2), harus dinyatakan terbukti antara penggugat dan tergugat masih terikat dalam perkawinan

54

yang sah, sesuai dengan pasal 2 undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 jo. Pasal 2 peraturan pemerintah nomor 9 tahun 1975 jo. Pasal 5 dan pasal 7 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam dan berdasarkan bukti (P.2) tersebut, setelah akad nikah, tergugat ada mengucapkan

sighat (janji) ta’lik talak;

9) Menimbang, bahwa berdasarkan (P.3) yang diperkuat dengan bukti

(P.4) harus dinyatakan bukti bahwa tergugat sebagai suami telah melakukan kekerasan fisik dalam rumah tangga dengan menyakiti badan/jasmani yang mengakibatkan rasa sakit penggugat selaku isteri;

10) Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan kedua saksi penggugat

di persidangan dapat disimpulkan sebagai berikut;

Bahwa, karena penggugat sebagai penjual nasi selalu dicemburui oleh penggugat dan tergugat sering marah, memukuli dan mempunyai sifat temperamental;

a. Puncak pertengkaran terjadi sekitar pertengahan tahun 2011 yakni tergugat melakukan kekerasan fisik kepada penggugat, lalu penggugat melaporkan tergugat ke kantor polisi;

b. Tergugat pernah disidangkan di Pengadilan Negeri Salatiga dan dinyatakan bersalah dan tergugat telah dipidana selama lebih kurang sebulan setengah;

Berdasarkan fakta-fakta tersebut diatas, tergugat sebagai suami telah melakukan kekerasan fisik dalam rumah tangga dengan menyakiti

55

badan/jasmani yang mengakibatkan rasa sakit penggugat selaku isteri. Sehingga Majelis Hakim berpendapat bahwa tergugat telah melanggar

perjanjian sighat ta’lik talak angka (3), maka sesuai pasal 116 huruf (g) Kompilasi Hukum Islam terdapat alasan yang sah untuk perceraian.

Dengan adanya gugatan penggugat terhadap tergugat, hal tersebut merupakan bukti penggugat tidak ridho dengan perlakuann tergugat. Penggugat juga telah membayar iwadh 10.000,- (sepuluh ribu rupiah) kepada tergugat. Sehingga Majelis Hakim berpendapat bahwa ta’lik talak telah terpenuhi.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, Majelis Hakim berpendapat bahwa penggugat telah dapat membuktikan dalil-dalinya dan gugatannya tidak melawan hak, beralasan dan tidak bertentangan dengan hukum dan keadilan, maka gugatannya dapat dikabulkan dengan verstek.

Selama perkawinan, tergugat dan penggugat telah bergaul layaknya suami isteri dan belum pernah bercerai, maka berdasarkan pasal 119 ayat 2

huruf (b) Kompilasi Hukum Islam, talak yang dijatuhkan adalah tala khul’i.

Sesuai dengan pasal 84 ayat 1 Undang-undang Nomor 7 tahun 1989 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 dan telah diubah dengan Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009, majelis hakim secara ex officio memerintahkan kepada panitera untuk menyerahkan salinan putusan ini selengkapnya.

56

C. Sebab-Sebab Nomor : 0666/Pdt.G/2011/PA.SAL Menolak Dan

Putusan Nomor 0064/Pdt.G/2012/PA.SAL Mengabulkan

Dalam penelitian di Pengadilan Agama Salatiga, peneliti telah melakukan wawancara langsung dengan hakim yang memutus dalam perkara tersebut dan penggugat selaku orang yang mengajukan gugatan dalam perkara ini.Dalam penjelasannya Hakim Pengadilan Agama Salatiga yakni Bapak Drs. Zaenuri menjelaskan bahwa Majelis dalam memutuskan perkara mempunyai asas-asas dan ketentuan yang harus dijalankan sebagai seorang hakim dalam memutus perkara. Hal ini diharapkan agar dalam memutus perkara hakim benar-benar memutus perkara tersebut seadil- adilnya. Asas-asas yang harus dijalankan oleh hakim tersebut antara lain; 1. Memuat dasar alasan yang jelas dan rinci

Menurut asas ini putusan yang dijatuhkan harus berdasarkan pertimbangan yang jelas dan cukup. Alasan-alasan yang menjadi dasar pertimbangan bertitik tolak dari ketentuan;

a. Pasal tertentu peraturan perundang-undangan

b. Hukum kebiasaan

c. Yurisprudensi

d. Doktrin hukum

Hal ini ditegaskan dalam pasal 23 UU No. 14 Tahun 1970, sebgaimana diubah dengan UU No. 35 Tahun 1999 sekarang dalam pasal 25 ayat (1) UU No. 4 Tahun 2004, yang menegaskan bahwa segala putusan pengadilan harus memuat alasan-alasan dan dasar

57

putusan dan mencantumkan pasal-pasal peraturan perundang-undangan tertentu yang bersangkutan dengan perkara yang diputus.

2. Wajib mengadili seluruh bagian gugatan

Dalam pasal 178 ayat (2) HIR, Pasal 189 ayat (2) RBG dan Pasal 50 Rv. Putusan harus secara total dan menyeluruh memeriksa dan mengadili setiap segi gugatan yang diajukan. Tidak boleh hanya memeriksa sebagian saja dan mengabaikan gugatan selebihnya.

3. Tidak boleh mengabulkan melebihi tuntutan

Putusan tidak boleh mengabulkan tuntutan melebihi tuntutan yang dikemukakan dalam gugatan. Hal ini dicantumkan dalam Pasal 178 ayat (3) HIR, Pasal 189 ayat (3) RBG dan pasal 50 Rv. Hakim yang mengabulkan melebihi posita maupun petitum gugat, diangap telah melampaui batas wewenang atau ultra vires yakni bertindak dinyatakan cacat meskipun itu dilakukan hakim untuk itikad baik maupun demi kepentingan umum.

4. Diucapkan dimuka umum

Putusan yang disampaikan untuk umum mulai awal pemeriksaan sampai dengan putusan dijatuhkan, merupakan bagian dari asas fair trial. Dalam putusan terbuka untuk umum memiliki tujuan untuk membuat Hakim lebih berhati-hati agar tidak melakukan kekeliruan dan penyalahgunaan pada satu segi dan mencegah saksi melakukan sumpah palsu. Namun dalam kasus tertentu peraturan perundang-undangan membenarkan pemeriksaan dilakukan tertutup.

58

Akan tetapi pengecualian ini sangat terbatas, yang paling utama dalam bidang kekeluargaan khususnya mengenai perceraian. Menurut pasal 39 ayat (3) UU No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, tata cara perceraian didepan sidang pengadilan diatur dalam peraturan perundang-undangan sendiri. Prinsip pemeriksaan tertutup dalam perkara perceraian bersifat imperatif. Alasan yang menjadi dasar pemikiran adalah melindungi nama baik suami istri dalam pergaulan masyarakat. Akan tetapi meskipun peraturan perundang-undangan membenarkan perkara perceraian diperiksa secara tertutup, namun pasal 34 PP tersebut menjelaskan putusan gugatan perceraian diucapkan dalam sidang terbuka.

Penjelasan dari beliau yang lain mengenai putusan gugatan yang ditolak dan dikabulkan adalah sebagai berikut:

a. Putusan pertama yang menolak adalah karena penggugat tidak dapat mengajukan alat-alat bukti yang menjadi sebab duduk perkara. Seperti tidak mencantumkan saksi baik saksi orang, saksi surat yang dapat menjadikan bukti bahwa perkara tersebut merupakan benar-benar terjadi. Jika penggugat tidak dapat mengajukan alat-alat bukti yang dapat menjadikan kekuatan pada dalil-dalil gugatannya maka gugatan tersebut ditolak.

b. Putusan kedua dikabulkan karena alat-alat bukti yang diajukan sebagai kekuatan dalam dalil-dalil gugatannya dapat dibuktikan kebenarannya dan keabsahannya.

59

Dengan ketentuan inilah hakim memutus perkara yang diajukan oleh penggugat yakni Suyati Binti Kasmin. Tentang gugatan putusan yang diajukan oleh Suyati Binti Kasmin yang ditolak dan dikabulkan oleh Majelis Hakim menjelaskan sebagai berkut;

a. Putusan Nomor : 0666/Pdt.G/2011/PA.SAL, yang Menolak

Menurut beliau dalam mengajukan gugatan ke Pengadilan Agama Salatiga ditemukan sebab-sebab mengapa gugatan pertama yang diajukan penggugat ke Pengadilan Agama Salatiga ditolak yakni; 1) Pertama, dalam gugatan yang pertama saksi yang dicantumkan

penggugat dalam gugatan tersebut hanya ada satu saksi. Menurut beliau saksi yang hanya satu tersebut dalam alasan apapun dan dengan kesaksian apapun tidak dapat diterima. Karena saksi yang hanya satu tidak dianggap sebagai saksi. Ini sesuai dengan peraturan hukum yakni Unus Testis Nullus Testis (saksi yang hanya 1 (satu) bukan merupakan saksi. Dan saksi tersebut merupakan ayah kandung penggugat. Dalam mencantumkan saksi tidak boleh saksi dari keluarga atau orang yang masih ada hubungan darah dengan penggugat. Karena hal ini tidak dapat dijadikan saksi dan tidak dapat diterima kesakisannya.

2) Kedua, Salinan Putusan dari Pengadilan Negeri Salatiga yang dijadikan sebagai alat bukti kedua meskipun telah bermeterai namun belum dicantumkan berkekuatan hukumnya maka salinan tersebut dianggap tidak bernilai. Dalam salinan putusan tersebut

60

tidak dicantumkan biaya perkara. Karena penggugat dalam mengajukan gugatan pertama tidak dapat membuktikan dalil-dalil gugatannya, maka majelis hakim memutuskan untuk menolak gugatan pertama tersebut.

Dalam hal ini, peneliti juga menanyakan langsung kepada penggugat mengapa gugatan pertama ini ditolak.Menurut keterangan dari penggugat yakni Suyati Binti Kasmin, alasan gugatan pertama ditolak adalah penggugat kurang dalam mencantumkan saksi dalam gugatan tersebut. Dalam persidangan tersebut saksi Kasmin Bin Marto yang merupakan ayah kandung penggugat sendiri telah memberikan kesaksian sesuai dengan apa yang diketahui tanpa ada kompromi dengan penggugat dan telah memberikan kesaksian sesuai apa yang telah terjadi dengan kisruh rumah tangga penggugat dan tergugat. Walaupun kesaksian dari saksi diterima oleh majelis hakim dalam persidangan tersebut, namun saksi yang hanya satu itu tidak dapat diterima oleh Majelis Hakim. Mengenai persyaratan dalam mengajukan saksi yang diterima oleh Majelis Hakim, penggugat mengatakan tidak mengetahui peraturan perundang-undangan yang mengharuskan bahwa saksi yang diajukan dalam perkara di Pengadilan Agama adalah lebih dari satu orang.

Berkaitan dengan salinan dari Pengadilan Negeri Salatiga yang diajukan penggugat ke Pengadilan Agama Salatiga, penggugat tidak mengetahui kalau salinan tersebut tidak berkekuatan hukum. Karena

61

penggugat mengaku tidak mengetahui secara rinci syarat gugatan yang diterima oleh Majelis Hakim dalam memutus perkara tersebut. Yang diketahui oleh penggugat adalah dalam mengajukan gugatan ke Pengadilan Agama, dicantumkan Salinan Putusan dari Pengadilan Negeri sebagai bukti jika tergugat telah melakukan pelanggaran hukum, mencantumkansebab-sebab penggugat menggugat cerai suaminya, dan mencantumkan saksi yang mengetahui persis perkara yang dialami oleh penggugat.

b. Putusan 0064/Pdt.G/2012/PA.SAL yang Mengabulkan

Untuk gugatan kedua yang dikabulkan oleh Majelis Hakim, Bapak Drs. Zaenuri selaku Hakim yang memutus mengatakan dalam gugatan kedua ini, penggugat telah dapat membuktikan dalil-dalil gugatannya yakni, penggugat telah mencantumkan dua saksi yang mengetahui perkara dalam rumah tangga penggugat, dan saksi tersebut telah disumpah di persidangan dan tidak ada hubungan darah dengan penggugat. Dan salinan dari Pengadilan Negeri Salatiga dinyatakan telah berkekuatan hukum.Dalam gugatan yang kedua ini penggugat mengatakan telah melengkapi syarat-syarat gugatannya. Karena penggugat telah melimpahkan kepada kuasa hukumnya yakni Bayu Adi susetyo, SH., Heni Dwi Anggraeni, SH., dan Agung Pitra Maulana, SH., yang beralamat di Jl. Imam Bonjol No. 23 Kota Salatiga, sebagai kuasa hukum penggugat. Syarat-syarat yang kurang dalam gugatan pertama yang ditolak oleh Majelis Hakim, telah sepenuhnya dilengkapi.

62

BAB IV

Dokumen terkait