• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesimpulan 92.55 Sangat Baik

3. Analisis Keefektifan Perangkat Pembelajaran

Analisis keefektifan dilakukan untuk menentukan kualitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan hasil tes hasil belajar siswa. Deskripsi statistik dari data hasil tes hasil belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 27.

107

Tabel 27. Deskripsi Statistik Data Hasil Tes Hasil Belajar Statistics Nilai siswa N Valid 24 Missing 0 Mean 79.17 Median 76.50 Mode 76 Variance 73.449 Minimum 63 Maximum 93

Rata-rata nilai yang diperoleh adalah 79,17 dengan nilai terendah adalah 63 dan nilai tertinggi adalah 93. Sedangkan data hasil tes hasil belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 28.

Tabel 28. Hasil Tes Hasil Belajar Siswa Hasil Tes

(KKM = 75) Banyak siswa

Persentase (%)

Siswa tuntas 19 79.17

Siswa tidak tuntas 5 20.83

Jumlah 24 100

Persentase ketuntasan klasikal adalah 79.17 %. Berdasarkan pedoman kualifikasi ketuntasan pembelajaran, kualifikasi keefektifan perangkat pembelajaran yang dikembangkan memenuhi kriteria baik. Tabulasi nilai tes hasil belajar siswa dapat dilihat pada Lampiran B.8.

C. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian pengembangan yang telah diuraikan, pengembangan perangkat pembelajaran yang dilakukan dengan langkah-langkah pengembangan model ADDIE yang terdiri dari tahap analysis (analisis), design (perancangan), development (pengembangan), implementation (implementasi), dan evaluation (evaluasi) menghasilkan perangkat pembelajaran berupa RPP dan

108

LKS berbasis pendekatan kontekstual pada materi Logika untuk SMA Kelas X dengan kriteria valid, praktis, dan efektif.

Pada tahap analisis (analysis) dilakukan tiga komponen analisis yaitu analisis kebutuhan, karakteristik siswa, dan kurikulum. dari hasil analisis tersebut diketahui bahwa masih terbatasnya perangkat pembelajaran matematika yang dapat memfasilitasi siswa dalam membangun dan menemukan konsep matematika secara mandiri. LKS yang dikembangkan oleh guru berisi materi yang disajikan secara langsung dan latihan soal. Hal tersebut menyebabkan siswa menjadi pasif dan kemampuan berpikir mereka kurang berkembang. Selain itu, penyajian materi atau masalah yang belum dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari menyebabkan siswa kesulitan dalam menyelesaikan masalah kontekstual. Oleh karena itu, perlu adanya perangkat pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual yang mampu memfasilitasi siswa dalam membangun dan menemukan konsep matematika secara mandiri serta menggunakan konsep tersebut dalam menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu materi yang harus dikuasai oleh siswa kelas X semester 2 adalah materi logika. Pembelajaran matematika khususnya pada materi logika dengan menggunakan pendekatan kontekstual diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berpikir logis siswa. Pengembangan perangkat pembelajaran dengan pendekatan kontekstual pada materi logika mengacu pada kurikulum yang digunakan sekolah, yaitu KTSP.

Pada tahap perancangan (design) dilakukan penyusunan rancangan RPP, penyusunan rancangan LKS, dan penyusunan rancangan instrumen perangkat pembelajaran. Perancangan RPP mengacu pada standar proses yang tercantum

109

pada Permendikbud Nomor 41 Tahun 2007. Penyusunan rancangan RPP dilakukan dengan memperhatikan langkah-langkah, yaitu: (1) perancangan identitas RPP, (2) perumusan tujuan pembelajaran, (3) perancangan materi pembelajaran, (4) pemilihan metode pembelajaran, (5) perancangan kegiatan pembelajaran, (6) pemilihan sumber belajar, dan (7) perancangan penilaian pembelajaran. Sedangkan langkah-langkah penyusunan rancangan LKS yaitu: (1) penyusunan peta kebutuhan LKS, (2) penentuan judul LKS, dan (3) penulisan LKS yang meliputi perumusan kompetensi dasar, penentuan bentuk penilaian, penyusunan materi, dan penyusunan struktur LKS. LKS disusun berdasarkan empat aspek kriteria kelayakan, yaitu kelayakan isi, kelayakan bahasa, kelayakan penyajian, dan kelayakan grafika (Depdiknas, 2007). Pada tahap ini juga dilakukan penyusunan rancangan instrumen penilaian kualitas perangkat pembelajaran yang terdiri dari instrumen penilaian perangkat pembelajaran, angket respon, lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran, dan instrumen tes hasil belajar siswa.

Pada tahap pengembangan (development) dilakukan pengembangan instrumen penilaian perangkat pembelajaran, pengembangan perangkat pembelajaran, validasi perangkat pembelajaran, dan revisi perangkat pembelajaran. Instrumen penilaian perangkat pembelajaran yang telah dirancang kemudian disusun dan dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. Sebelum digunakan instrumen tersebut divalidasi oleh dosen validator. RPP dikembangkan berdasarkan rancangan yang telah disusun sebelumnya. Langkah kegiatan pembelajaran dalam RPP mengacu pada langkah-langkah pendekatan kontekstual menurut Center for

110

Occupation Research and Development (CORD) (1999: 22-30) yaitu Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, dan Transferring. LKS dikembangkan berdasarkan rancangan yang telah disusun sebelumnya dan mengacu pada komponen pendekatan kontekstual menurut Yatim Riyanto (2010: 168) yaitu Constructivism (Konstruktivisme), Inquiry (Menemukan), Questioning (Bertanya), Learning Community (Masyarakat belajar), Modelling (Pemodelan), Reflection (refleksi), dan Authentic Assessment (Penilaian Sebenarnya). Perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan kemudian divalidasi oleh dua dosen sebagai ahli materi dan ahli media, serta satu guru matematika. Penilaian validator menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran layak diujicobakan dengan revisi. Selanjutnya, sebelum diujicobakan di sekolah perangkat pembelajaran direvisi sesuai masukan dan saran dari validator.

Pada tahap implementasi (implementation) perangkat pembelajaran yang telah direvisi diujicobakan di SMA Negeri 1 Cangkringan, Sleman Kelas X A yang terdiri dari 24 siswa. Uji coba perangkat pembelajaran dilakukan dalam tujuh kali pertemuan dan dalam pertemuan terakhir dilakukan tes hasil belajar siswa dan pengisian angket respon.

Pada tahap evaluasi (evaluation) dilakukan perbaikan atau revisi perangkat pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan saran dan masukan dari guru dan siswa selama proses uji coba berlangsung.

Hasil dari pengembangan berupa produk akhir perangkat pembelajaran telah diuji kevalidan, kepraktisan dan keefektifannya. Berdasarkan aspek kevalidan hasil penilaian masing-masing komponen perangkat pembelajaran yaitu RPP dan

111

LKS mencapai kualifikasi penilaian minimal baik. Dengan demikian perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan berupa RPP dan LKS telah memenuhi kriteria valid.

Berdasarkan hasil penilaian RPP diperoleh skor rata-rata 4,29 dari skor maksimal 5 dengan klasifikasi sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa RPP yang dikembangkan telah sesuai dengan prinsip pengembangan dan komponen RPP yang tercantum pada Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007. Meski telah mencapai klasifikasi sangat baik, berdasarkan Tabel 13, aspek alokasi waktu, pemilihan pendekatan dan metode pembelajaran, dan penilaian hasil belajar memiliki skor rendah dibandingkan dengan aspek lain, yaitu sebesar 4 dengan klasifikasi baik. Hal ini menunjukkan bahwa keefektifan dan keefisienan alokasi waktu dalam RPP dalam mencapai tujuan pembelajaran belum dikembangkan sebaik aspek lainnya. Begitu juga dengan pemilihan metode dan pendekatan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan karakteristik siswa serta pengembangan prosedur dan teknik penilaian belum dikembangakan sebaik aspek lainnya.

Sementara itu, berdasarkan hasil penilaian LKS diperoleh skor rata-rata 4,15 dengan skor maksimal 5 dengan klasifikasi baik. Hal ini menunjukkan bahwa LKS yang dikembangkan telah memenuhi aspek kualitas kelayakan bahan ajar yaitu ditinjau dari aspek kelayakan isi, kebahasaan, penyajian, dan kegrafikan (Depdiknas, 2007). Berdasarkan Tabel 14, aspek kesesuaian LKS dengan pendekatan kontekstual memiliki skor terendah dibandingkan dengan aspek lain yaitu sebesar 3,64 dengan klasifikasi baik. Komponen pendekatan kontekstual belum dikembangkan dalam LKS sebaik aspek-aspek lainnya. Menurut Ali

112

Mahmudi (2010: 1) mengimplementasikan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran berarti mengimplementasikan komponen utama pendekatan kontekstual dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan analisis hasil penilaian LKS pada masing-masing komponen pendekatan kontekatual komponen learning community dan modelling memiliki skor terendah yaitu 3,5 dengan kualifikasi baik. Berdasarkan hasil penilaian LKS memiliki klasifikasi sangat baik ditinjau dari aspek penyajian materi, yaitu 4,42. Hal ini berarti LKS yang dikembangkan memiliki kriteria sangat baik dalam penyajian materi logika tetapi langkah- langkah kegiatan pendekatan kontekstual yang digunakan untuk menyajikan materi hanya termasuk pada kriteria baik. Hal ini menunjukkan bahwa komponen- komponen pendekatan kontekstual belum menonjol dalam penyajian materi pada LKS yang dikembangkan terutama pada aspek learning community dan modelling. Oleh karena itu, berbagai saran dan masukan terkait aspek kesesuaian dengan pendekatan kontekstual dan aspek lain yang diberikan penilai telah digunakan sebagai bahan revisi untuk memperoleh LKS yang lebih baik.

RPP dan LKS yang dikembangkan telah memenuhi kriteria praktis berdasarkan respon yang diberikan oleh guru dan siswa serta hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran. Secara umum respon guru terhadap perangkat pembelajaran yang digunakan adalah sangat baik dan respon siswa adalah baik. Sementara itu, pelaksanaan proses pembelajaran yang diamati juga menunjukkan hasil yang sangat baik. Hal ini berarti bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan memenuhi kriteria praktis.

113

Berdasarkan hasil angket respon siswa diperoleh skor rata-rata 4 dari skor maksimal 5 dengan klasifikasi baik. Berdasarkan Tabel 15 aspek kemudahan memiliki skor terendah dibandingkan dengan aspek-aspek lainnya. Hal ini dikarenakan bahasa dan petunjuk yang digunakan masih membingungkan bagi siswa. Selain itu, simbol dan istilah yang digunakan pada materi logika masih baru bagi siswa, sehingga tidak mudah bagi siswa untuk memahami istilah dan simbol tersebut dengan baik. Oleh karena itu, perlu adanya halaman yang menyajikan simbol dan penggunaananya dalam LKS yang dikembangkan. Berdasarkan hasil angket respon siswa aspek kesesuaian dengan pendekatan kontekstual dan aspek keterbantuan memperoleh klasifikasi sangat baik dengan skor rata-rata 4,23 dan 4,21 dengan skor maksimal 5. Hal ini berarti LKS dengan pendekatan kontekstual yang dikembangkan sesuai dengan salah satu fungsi penggunaan LKS dalam pembelajaran yaitu LKS dapat membantu siswa dalam memahami materi logika (Andi Prastowo, 2011: 207).

Sementara itu, skor rata-rata yang diperoleh dari hasil respon guru oleh guru matematika adalah 4,69 dari skor maksimal 5 dengan klasifikasi sangat baik. Semua aspek dalam angket respon siswa memperoleh klasifikasi sangat baik. Dengan demikian perangkat pembelajaran yang dikembangkan dinilai praktis untuk digunakan oleh guru dalam pembelajaran matematika materi logika. Hal ini berarti bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan dapat membantu dalam pelaksanaan pembelajaran, karena guru dapat mengetahui kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai (Mulyasa, 2007: 221).

114

Selama kegiatan berlangsung, peneliti melakukan pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran yang sedang dilaksanakan, kemudian mengisi lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran. Secara umum persentase keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah 92,55 % dengan kualifikasi sangat baik. Hal ini berarti bahwa guru telah melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dikembangkan. Selain itu, RPP yang dikembangkan telah memenuhi fungsi pelaksanaan RPP yaitu untuk mengefektifkan proses pembelajaran sesuai dengan kegiatan yang telah direncanakan (Mulyasa, 2007: 218).

Berdasarkan proses pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan, hasil analisis data hasil tes belajar siswa mencapai kategori baik dengan persentase ketuntasan siswa dalam tes hasil belajar yang dilakukan pada akhir pertemuan adalah 79,17 %. Dengan demikian, perangkat pembelajaran matematika yang dikembangkan memenuhi kritera efektif.

Berdasarkan tercapainya kriteria valid, praktis, dan efektif dari perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan, maka diperoleh suatu produk akhir berupa perangkat pembelajaran dengan pendekatan kontekstual pada materi logika untuk SMA Kelas X yang memenuhi kriteria kualitas perangkat pembelajaran oleh Nieveen (1999: 127), yaitu valid, praktis, dan efektif sehingga layak digunakan dalam pembelajaran.

115 D. Keterbatasan Penelitian

Berdasarkan hasil yang diperoleh, penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan sebagai berikut.

1. Pada beberapa pertemuan latihan soal digunakan sebagai tugas untuk dikerjakan di rumah. Hal ini disebabkan kegiatan diskusi atau presentasi yang tidak sesuai dengan waktu yang telah di tentukan serta adanya kegiatan pembahasan soal yang membutuhkan banyak waktu.

2. Implementasi pembelajaran di dalam kelas seharusnya dilakukan sepenuhnya oleh guru. Namun dalam pertemuan kelima pengajaran dilakukan oleh peneliti dan dipantau oleh observer karena guru memperoleh tugas diluar sekolah.

116 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN