• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kehidupan Tokoh Utama Masa Remaja .1 Di Kalangan Keluarga

ANALISIS KEHIDUPAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL YAKUZA MOON KARYA SHOKO TENDO DILIHAT DARI PENDEKATAN

3.3 Analisis Kehidupan Tokoh Utama Masa Remaja .1 Di Kalangan Keluarga

Cuplikan 1 (hal.15)

“Waktu itu musim semi menjelang aku masuk SMP. Saat larut malam, aku memergoki Maki (kakak Shoko) tegah berjingkat-jingkat keluar rumah. Takut jika aku membongkar rahasianya, ia menanyaiku apakah mau ikut dengannya. Aku merasa bersalah jika memikirkan ibu yang kalang kabut menghadapi perangai Maki. Aku tahu, ia akan semakin sedih jika satu lagi putrinya juga menjadi yanki namun, aku penasaran sekali apa yang dilakukan oleh Maki ”

Analisis

Dari cuplikan di atas terlihat bahwa ketika remaja Shoko mulai mengikuti jejak kakaknya yaitu menjadi seorang yanki.Yanki adalah sebutan untuk anak liar yang mengecat putih rambutnya dan kebut-kebutan mobil atau motor dengan knalpot tanpa peredam suara. Semula Shoko hanya penasaran dengan apa yang tengah dilakukan kakaknya setiap malam seperti keluar rumah diam-diam dengan menggunakan pakaian mencolok dan dengan dandanan tebal yang membuatnya tampak lebih tua daripada usianya. Shoko merasa bahwa penampilan kakaknya itu terlihat sangat keren. Namun, kekagumannya inilah yang nantinya akan menjungkirbalikkan hidup Shoko, yaitu terjebaknya Shoko dalam dunia yanki seperti kakaknya.

3.3.2 Di Kalangan Sekolah Cuplikan 1 (hal.19)

“Ketika aku masuk SMP sebulan kemudian aku sudah melubangi telingaku menggunakan jarum mesin jahit. Jarum itu dipanaskan dengan api geretan dan dimasukan ke dalam antiseptik. Aku berdandan habis-habisan, mengecat kuku dan berpakaian sebagaimana lazimnya yanki. Namun aku tetap masuk sekolah setiap hari. Dengan penampilan seperti itu, tak seorang pun berani mengolok-ngolokku dan dengan demikian gangguan terhadapku pun berhenti sama sekali.”

Analisis

Dari cuplikan di atas terlihat bahwa Shoko merasa aman dan nyaman dengan penampilan barunya sebagai seorang yanki. Karena terlihat jelas bahwa ketika remaja saat Shoko mulai memutuskan menjadi anak liar yang tetap bersekolah,

Shoko tidak pernah diejek maupun dilecehkan oleh teman-teman sekolah dan tetangga sekitar rumahnya lagi. Penampilan Shoko yang sangat mencolok dan berbeda dengan teman-teman sekolah pada umumnya seperti berdandan habis-habisan, melubangi telinga menggunakan jarum mesin jahit, mengecat kuku, dan berpakaian mencolok seperti yang digunakan oleh anggota yanki lain pada umumnya. Dengan penampilan Shoko yang seperti itu membuat teman-teman Shoko takut dan merasa jijik terhadap Shoko. Dengan begitu maka ejekan dan olok-olok yang selama ini di dapat Shoko sebelum ia bergabung dengan yanki otomatis terhenti dengan sendirinya.

Cuplikan 2 (hal.27)

“Aku masih terus keluyuran dengan teman-temanku, dan dari waktu ke waktu. Jika suasana hatiku sedang baik, aku pergi ke sekolah. Lebih tepatnya, ketika seragam dan model rambutku benar-benar melabrak peraturan sekolah. Aku hanya datang untuk mengunjungi guru-guru. Begitu melihat penampilanku, murid-murid lain merasa jijik. Sebagian pastilah karena eksim merah bengkak yang menyembul dari balik lengan bajuku, dan mereka memandangku seperti memandang kotoran.” Analisis

Dari cuplikan di atas terdapat kalimat, “Jika suasana hatiku sedang baik, aku pergi ke sekolah. Lebih tepatnya, ketika seragam dan model rambutku benar-benar melabrak peraturan sekolah. Aku hanya datang untuk mengunjungi guru-guru. Begitu melihat penampilanku, murid-murid lain merasa jijik. Sebagian pastilah karena eksim merah bengkak yang meneymbul dari balik lengan bajuku, dan mereka memandangku seperti memandang kotoran.” Yang menunjukan bahwa semenjak menjadi yanki tujuan Shoko ke sekolah tidak lagi untuk menimba ilmu, namun hanya sekedar menjalankan kebiasaan sebagai anak sekolahan saja dan mencari-cari masalah dengan melanggar peraturan sekolah. Dari kecil sampai

Shoko remaja pun di sekolah ia tidak pernah mempunyai teman. Ditambah lagi dengan penampilan yankinya sekarang membuat semua teman-temannya menjauhinya.

Cuplikan 3 (hal.39-40)

“Aku ingat kejadian di kelas tujuh ketika guru wali kelas memarahiku gara-gara warna rambutku dan aku naik pitam. “Lihat sendiri! Warna rambutku memang

begini.” Aku balas teriak. Kutarik segenggam rambutku ke akar-akarnya dan ku lemparkan ke mukanya. Kemudian aku mendorong dia sekuat-kuatnya ndan lari setelah itu. Untuk menghindari guru-guru yang memburuku, aku berlari ke pagar. Sekolah ini mendasarkan diri pada nurani kita dan bukan pada kungkungan fisik. Pagar itu tidak terlalu tinggi. Aku merasa tidak enak melakukan ini, tetapi aku tidak sudi disalahkan untuk hal yang tidak pernah aku lakukan.”

Analisis

Pada kalimat di atas terdapat kalimat, “Aku ingat kejadian di kelas tujuh ketika guru wali kelas memarahiku gara-gara warna rambutku dan aku naik pitam. “Lihat sendiri! Warna rambutku memang begini.” Aku balas teriak. Kutarik segenggam rambutku ke akar-akarnya dan ku lemparkan ke mukanya. Kemudian aku mendorong dia sekuat-kuatnya ndan lari setelah itu. Untuk menghindari guru-guru yang memburuku, aku berlari ke pagar. Sekolah ini mendasarkan diri pada nurani kita dan bukan pada kungkungan fisik. Pagar itu tidak terlalu tinggi. Aku merasa tidak enak melakukan ini, tetapi aku tidak sudi disalahkan untuk hal yang tidak pernah aku lakukan.” Menunjukan kehidupan

Shoko saat menjadi yanki. Shoko tidak hanya berani terhadap murid-murid yang berniat menggangu ataupun mengusiknya, ketika SMP Shoko pun mulai berani melawan gurunya. Shoko dituduh untuk suatu perbuatan yang tak pernah dilakukannya seperti yang dilontarkan oleh guru wali kelasnya bahwa Shoko

menggunakan peroksida (larutan berair dari hidrogen peroksida, senyawa yang dijual sebagai pemutih ringan) yang ada di kotak obat milik sekolah untuk mengecat rambutnya. Padahal perbuatan tersebut tidak pernah dilakukan oleh

3.3.3 Di Kalangan Masyarakat Cuplikan 1 (hal.46)

“Gunjingan kasar segera beredar bahwa Daiki (abang Shoko) tetap membujang karena ada yang “tidak beres” pada dirinya. Bisakah mereka berhenti mengorek urusan orang lain dan menjadikannya gunjingan? Kami kakak beradik tetapi kami tetaplah dua orang yang berbeda sama sekali. Kenapa mereka seenaknya menyamaratakan kami? Aku merasa terganggu, tetapi tak sekejap pun terlintas dalam pikiranku untuk mengakhiri gaya hidup urakanku.”

Analisis

Pada cuplikan, “Bisakah mereka berhenti mengorek urusan orang lain dan menjadikannya gunjingan? Kami kakak beradik tetapi kami tetaplah dua orang yang berbeda sama sekali. Kenapa mereka seenaknya menyamaratakan kami?”

yang menunjukan bahwa penilaian masyarakat terhadap keluarga Shoko karena ulah nakal Shoko mengakibatkan dampak buruk bagi abangnya, Daiki. Masyarakat menyamaratakan semua pribadi dalam keluarga Shoko, sehingga ketika satu orang yang melakukan hal buruk maka orang terdekatnya akan mendapatkan imbas. Padahal walaupun Shoko dan abangnya kakak beradik, namun mereka tetaplah dua orang yang berbeda sama sekali.

Cuplikan 3 (hal.23)

Ketika aku di kelas delapan, seorang teman lelakiku bernama Makoto, tiga tahun lebih tua dariku dan anggota geng motor memperkenalkanku pada seorang gadis seusia denganku. Yoshimi (teman satu geng Shoko) dan aku segera menjadi teman keluyuran sepanjang waktu. Suatu hari kami dipanggil oleh anak-anak

perempuan anggota geng kami yang berusia lebih tua, mereka menganggap kami terlalu congkak. Ketika kami datang, kami segera sadar sedang berada dalam kesulitan, ada 4 anak perempuan dan dua anak lelaki tengah berbaring-baring menunggu kami. Kami tahu tak mungkin menang tetapi jika bisa menghajar satu saja dari mereka itu sudah cukup baik, maka kami mencoba. Hasilnya mudah ditebak, Yoshimi dan aku dihajar remuk.”

Analisis

Pada cuplikan di atas terdapat kalimat, “Suatu hari kami dipanggil oleh anak-anak perempuan anggota geng kami yang berusia lebih tua, mereka menganggap kami terlalu congkak. Ketika kami datang, kami segera sadar sedang berada dalam kesulitan, ada 4 anak perempuan dan dua anak lelaki tengah berbaring-baring menunggu kami.” Yang menunjukan bahwa semenjak menjadi yanki,

banyak orang yang tidak menyukai Shoko. Tidak hanya di lingkungan sekolah dan sekitar rumah, bahkan anggota gengnya sendiri pun banyak yang tidak menyukainya. Mereka menganggap bahwa Shoko terlalu congkak dengan tampilan seperti memakai rok yang terlalu mencolok dan gayanya yang berlebihan dibandingkan dengan anak-anak perempuan lain dalam gengnya.

3.4 Analisis Kehidupan Tokoh Utama Masa Dewasa

Dokumen terkait