• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kelayakan Finansial dan Ekonomi

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

5.2. Analisis Kelayakan Finansial dan Ekonomi

Hasil analisis kelayakan finansial dan ekonomi yang menggambarkan

kelayakan usahatani pengembangan sentra jeruk Siam Pontianak di Provinsi

Kalimantan Barat per Hektar kebun jeruk siam selama lima belas tahun. Untuk

jelasnya seperti terdapat pada Tabel 12.

Tabel 12 Menunjukkan bahwa pengembangan sentra jeruk Siam Pontianak

di Provinsi Kalimantan Barat secara finansial layak untuk dikembangkan karena

lebih besar dari satu serta nilai IRR 33.20 persen dan pay back period 4 tahun 3

bulan (5 tahun). Nilai IRR yang melebihi dari nilai suku bunga tabungan yang

berlaku 13 persen mengindikasikan bahwa modal yang dimiliki lebih baik

diinvestasikan untuk usahatani jeruk Siam Pontianak.

Tabel 12. Analisis Kelayakan Finansial dan Ekonomi Pengembangan Sentra Jeruk Siam Pontianak di Provinsi Kalimantan Barat

(Hektar)

Nomor Indikator Kelayakan Finansial Ekonomi

1 NPV Rp 59.583 juta Rp 229.083 juta

2 B/C ratio 1.93 4.73

3 IRR 33.20% 62.76 %

4 Pay Back Period 4 tahun + 3 bulan 3 tahun + 2 bulan

5 Umur Optimum 13 tahun 13 tahun

Sumber : Analisis data primer, 2007

Usaha ini lebih menguntungkan daripada modal tersebut di simpan di bank,

karena manfaat yang diperolehnya akan lebih besar. Selain itu nilai BC ratio yang

diperoleh yaitu 1.93 mengandung makna untuk setiap satu rupiah yang

diinvestasikan atau dikeluarkan dalam usahatani pengembangan sentra jeruk Siam

Pontianak, akan memberikan pengembalian masing-masing sebesar Rp 1.93 atau

dengan kata lain manfaat yang diperoleh adalah 1.93 kali lipat dari biaya yang

dikeluarkan. Dari nilai B/C ratio ini dilihat tingkat keuntungan yang dapat

diberikan usahatani jeruk Siam Pontianak adalah sebesar 193 persen dari biaya

yang dikeluarkan. Berdasarkan waktu pengembalian investasinya, digunakan

analisis pay back period dari hasil analisis yang dilakukan. Usahatani jeruk Siam

Pontianak ini akan mencapai masa pengembalian investasi (pay back period) pada

tanaman berumur 4 tahun 3 bulan ( 5 tahun), bila ditinjau dari hasil penelitian

umur tanaman 15 tahun, umur produksi optimum tanaman jeruk pada saat

tanaman yang cukup untuk mendapatkan keuntungan, tetapi perlu tindakan

agronomi yang lebih intensif.

Analisis ekonomi pada Tabel 12 menunjukkan keragaan pengembangan

sentra jeruk Siam Pontianak jauh lebih baik dibandingkan kelayakan finansial.

Pada tingkat suku bunga yang sama, pendapatan nilai NPV yang diterima petani

sebesar Rp 229.083 juta dengan nilai BC ratio 4.73. Nilai NPV yang positif dan

BC ratio lebih besar dari satu menunjukkan bahwa usahatani ini secara ekonomis

layak dikembangkan. Indikator lainnya yang dapat digunakan dalam menilai

kelayakan secara ekonomi adalah IRR dalam pengembangan usaha ini sebesar

62.76 persen dengan lama pengembalian investasi selama 3 tahun 2 bulan (4

tahun), dengan umur produksi optimum 13 tahun.

Analisis sensitivitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

empat variabel simulasi pertama yaitu kenaikan harga input tradable terdiri harga

pupuk, pestisida dan alat pertanian masing masing sebesar 20 persen, kedua

kenaikan harga faktor domestik yaitu upah tenaga kerja, sewa lahan dan sarana

pertanian lainnya masing-masing sebesar 15 persen. Asumsi kenaikan harga input

produksi didasarkan atas fluktuasi harga-harga input yang berpengaruh besar

terhadap kemungkinan tingkat inflasi maksimal atau laju pertumbuhan harga yang

berakibat ikut naiknya harga input seperti terjadi tahun 2004-2005. Ketiga

penurunan harga output sebesar 40 persen. Penurunan harga output sebesar 40

persen didasarkan atas pengalaman dari laju pertumbuhan harga jual jeruk siam

tahun 2003-2006 dan simulasi keempat, adalah peningkatan harga input tradable

sebesar 20 persen (simulasi 1), faktor domestik sebesar 15 persen (simulasi 2) dan

sensitivitas usaha pengembangan sentra jeruk Siam Pontianak disajikan pada

Tabel 13.

Tabel 13. Analisis Sensitivitas Kelayakan Pengembangan Sentra Jeruk Siam Pontianak di Provinsi Kalimantan Barat

(Hektar) Perubahan Harga Input ( %) Kriteria Kelayakan Input Tradable Input Domestik Perubahan Harga Output (%) NPV (Rp) IRR (%) BC Rasio PBP Umur Optimum +20 0 0 55.664 juta 31.31 1.81 4 th + 4 bln 13 tahun 0 +15 0 52.864 juta 30.12 1.74 4 th + 5 bln 13 tahun 0 0 -40 9.996 juta 17.51 1.16 5 th + 6 bln 14 tahun +20 +15 -40 - 641 ribu 12.73 0.99 diatas 15 thn >15 thn

Sumber : Analisis data primer, 2007

Hasil analisis sensitivitas pada kelayakan pengembangan sentra jeruk Siam

Pontianak menunjukkan bahwa pada simulasi pertama apabila input tradable yaitu

harga pupuk, pestisida dan alat pertanian masing-masing naik sebesar 20 persen,

maka pengembangan sentra jeruk Siam Pontianak mengalami kerugian sebesar

Rp 59.583 juta – Rp 55.664 juta = Rp 3.919 juta atau mengalami penurunan

pendapatan sebesar 6.55 persen. Kriteria investasi dinyatakan layak hal ini

ditunjukkan ole nilai NPV sebesar Rp 55.664 juta, IRR sebesar 31.31 persen , Net

BC rasio sebesar 1.81 dan pengembalian investasi selama 4 tahun 4 bulan, umur

produksi optimum 13 tahun.

Simulasi kedua kenaikan input faktor domestik yaitu harga upah tenaga

kerja, sewa lahan dan sarana pertanian lainnya masing-masing sebesar 15 persen,

maka pengembangan sentra jeruk siam pontianak mengalami kerugian sebesar

59.583 juta – Rp 52.864 juta = Rp 6.719 juta atau mengalami penurunan

pendapatan sebesar 11.28 persen, kriteria investasi dinyatakan layak hal ini

B/C rasio sebesar 1.74 dan pengembalian investasi selama 4 tahun 5 bulan, umur

produksi optimum tanaman jeruk Siam Pontianak berumur 13 tahun.

Simulasi ketiga penurunan harga output sebesar 40 persen, maka

pengembangan sentra jeruk Siam Pontianak mengalami kerugian sebesar Rp

59.583 juta - Rp 9.996 juta = Rp 45.587 juta atau mengalami kerugian pendapatan

sebesar 83.22 persen, kriteria investasi layak tetapi pendapatan relatif kecil, hal ini

ditunjukkan oleh nilai NPV sebesar Rp 9.996 juta, IRR sebesar 17.51 persen, BC

rasio sebesar 1.16 dan pengembalian investasi selama 5 tahun 6 bulan, umur

produksi optimum tanaman jeruk Siam Pontianak berumur 14 tahun. Berarti

bahwa pengembangan sentra jeruk Siam Pontianak tidak peka terhadap penurunan

harga output sampai sebesar 40 persen dengan asumsi variabel yang lain tetap.

Simulasi keempat yaitu peningkatan harga input tradable sebesar 20 persen,

input domestik sebesar 15 persen dan penurunan harga output sebesar 40 persen,

maka pengembangan sentra jeruk Siam Pontianak mengalami kerugian sebesar Rp

59.583 juta – Rp (- 641) ribu = Rp 60.224 juta atau mengalami penurunan

pendapatan sebesar 101.08 persen, kriteria investasi kurang layak hal ini

ditunjukkan oleh NPV sebesar Rp - 641 ribu, IRR sebesar 12.73 persen, B/C rasio

sebesar 0.99 dan pengembalian investasi diatas umur 15 tahun, serta tanaman

berproduksi maksimum berumur diatas 15 tahun. Berarti bahwa pengembangan

sentra jeruk Siam Pontianak peka terhadap gabungan peningkatan harga input

tradable sebesar 20 persen, faktor domestik sebesar 15 persen dan penurunan

Dokumen terkait