• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.5 Analisis Kelayakan Finansial

Analisis kelayakan dilakukan dengan menggunakan metode analisis arus tunai yang didiskonto. Perhitungan kriteria kelayakan investasi didasarkan kepada besarnya penerimaan dan biaya selama kegiatan investasi. Masa investasi yang digunakan adalah selama tiga daur tanaman sengon (24 tahun). Kriteria kelayakan investasi yang digunakan adalah Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR) dan Internal Rate of Return (IRR). Dalam kegiatan analisis kelayakan investasi digunakan suku bunga 12% (suku bunga kredit bank). Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk HTI dan industri veneer. Besarnya aliran kas dari usaha HTI dan industri veneer PT Nityasa Idola ditampilkan pada Tabel 17.

Tabel 17 Aliran kas usaha PT Nityasa Idola selama 3 daur (24 tahun) Tahun

HTI Industri Veneer Gabungan HTI dan Industri

Biaya Penerimaan Pendapatan Biaya Penerimaan Pendapatan Biaya Penerimaan Pendapatan

2008 9.409.053.879 0 (9.409.053.879) 0 0 0 9.409.053.879 0 (9.409.053.879) 2009 48.779.413.433 0 (48.779.413.433) 0 0 0 48.779.413.433 0 (48.779.413.433) 2010 40.759.891.186 0 (40.759.891.186) 0 0 0 40.759.891.186 0 (40.759.891.186) 2011 41.010.458.706 0 (41.010.458.706) 1.403.729.167 0 (1.403.729.167) 42.414.187.873 0 (42.414.187.873) 2012 41.716.596.226 2.485.000.000 (39.231.596.226) 11.430.504.662 5.953.350.000 (5.477.154.662) 50.413.600.888 5.953.350.000 (44.460.250.888) 2013 44.204.596.246 12.836.250.000 (31.368.346.246) 28.840.397.156 30.751.987.500 1.911.590.344 58.925.118.402 30.751.987.500 (28.173.130.902) 2014 43.883.221.266 10.500.000.000 (33.383.221.266) 23.679.307.125 25.155.000.000 1.475.692.875 56.012.528.391 25.155.000.000 (30.857.528.391) 2015 44.079.158.786 10.500.000.000 (33.579.158.786) 29.378.249.833 25.155.000.000 (4.223.249.833) 61.907.408.619 25.155.000.000 (36.752.408.619) 2016 41.140.095.986 22.925.000.000 (18.215.095.986) 80.743.850.226 54.921.750.000 (25.822.100.226) 96.666.446.212 54.921.750.000 (41.744.696.212) 2017 41.140.095.986 74.681.250.000 33.541.154.014 167.793.312.695 178.914.937.500 11.121.624.805 126.784.033.681 178.914.937.500 52.130.903.819 2018 41.140.095.986 63.000.000.000 21.859.904.014 141.987.862.542 150.930.000.000 8.942.137.458 113.827.958.528 150.930.000.000 37.102.041.472 2019 41.140.095.986 63.000.000.000 21.859.904.014 141.987.862.542 150.930.000.000 8.942.137.458 113.827.958.528 150.930.000.000 37.102.041.472 2020 41.140.095.986 63.000.000.000 21.859.904.014 141.987.862.542 150.930.000.000 8.942.137.458 113.827.958.528 150.930.000.000 37.102.041.472 2021 41.140.095.986 63.000.000.000 21.859.904.014 141.987.862.542 150.930.000.000 8.942.137.458 113.827.958.528 150.930.000.000 37.102.041.472 2022 41.140.095.986 63.000.000.000 21.859.904.014 141.987.862.542 150.930.000.000 8.942.137.458 113.827.958.528 150.930.000.000 37.102.041.472 2023 41.835.674.182 63.000.000.000 21.164.325.818 141.987.862.542 150.930.000.000 8.942.137.458 114.523.536.724 150.930.000.000 36.406.463.276 2024 44.733.100.259 63.000.000.000 18.266.899.741 141.987.862.542 150.930.000.000 8.942.137.458 117.420.962.801 150.930.000.000 33.509.037.199 2025 44.079.158.786 63.000.000.000 18.920.841.214 141.987.862.542 150.930.000.000 8.942.137.458 116.767.021.328 150.930.000.000 34.162.978.672 2026 44.079.158.786 63.000.000.000 18.920.841.214 143.391.591.708 150.930.000.000 7.538.408.292 118.170.750.494 150.930.000.000 32.759.249.506 2027 44.079.158.786 63.000.000.000 18.920.841.214 147.835.086.500 150.930.000.000 3.094.913.500 122.614.245.286 150.930.000.000 28.315.754.714 2028 44.079.158.786 63.000.000.000 18.920.841.214 141.987.862.542 150.930.000.000 8.942.137.458 116.767.021.328 150.930.000.000 34.162.978.672 2029 44.079.158.786 63.000.000.000 18.920.841.214 141.987.862.542 150.930.000.000 8.942.137.458 116.767.021.328 150.930.000.000 34.162.978.672 2030 44.079.158.786 63.000.000.000 18.920.841.214 147.686.805.250 150.930.000.000 3.243.194.750 122.465.964.036 150.930.000.000 28.464.035.964 2031 41.140.095.986 63.000.000.000 21.859.904.014 171.223.982.333 150.930.000.000 (20.293.982.333) 143.064.078.319 150.930.000.000 7.865.921.681 39

Perhitungan terhadap ketiga kriteria kelayakan investasi dilakukan dengan menggunakan faktor diskonto terhadap biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh selama tiga daur. Biaya dan penerimaan didiskonto dengan menggunakan tingkat suku bunga. Perbandingan nilai kriteria kelayakan investasi pada HTI PT Nityasa Idola dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 18 Nilai kriteria kelayakan investasi HTI PT Nityasa Idola

Kriteria Kelayakan Investasi Nilai

NPV (Rp) (192.769.710.566)

BCR 0,22

IRR (%) -3,15

Berdasarkan hasil perhitungan kriteria kelayakan pengusahaan hutan tanaman sengon PT Nityasa Idola dapat dilihat bahwa kegiatan investasi tidak layak. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai NPV yang negatif, BCR kurang dari 1 dan IRR lebih kecil daripada suku bunga yang berlaku. Nilai NPV yang didapat adalah (Rp 192.769.710.566). Sedangkan untuk BCR diperoleh nilainya adalah 0,22. Untuk IRR didapatkan nilainya adalah -3,15%. Nilai IRR menunjukkan bahwa investasi baru memberikan nilai NPV=0 (layak dilaksanakan) pada tingkat suku bunga sebesar -3,15%.

Perbandingan nilai kriteria kelayakan investasi pada industri veneer PT Nityasa Idola dapat dilihat pada Tabel 18:

Tabel 19 Nilai kriteria kelayakan investasi industri veneer PT Nityasa Idola

Kriteria Kelayakan Investasi Nilai

NPV (Rp) 17.995.905.895

BCR 1,88

IRR (%) 27,43%

Dilihat dari nilai Net Present Value (NPV), investasi Indutri Veneer PT Nityasa Idola layak untuk dilaksanakan pada tingkat suku bunga yang berlaku. Hal tersebut dapat terlihat dari nilai NPV nya yang lebih besar daripada nol. Hal tersebut menggambarkan nilai kini manfaat yang diperoleh industri veneer PT Nityasa Idola lebih besar dari nilai kini biayanya. Nilai NPV yang didapat adalah

Rp 17.995.905.895. Dari nilai NPV dapat terlihat hubungan antara NPV dengan tingkat suku bunga yaitu semakin tinggi tingkat suku bunga, maka semakin rendah nilai NPV.

Dilihat dari nilai benefit cost ratio (BCR), investasi industri veneer PT Nityasa Idola juga layak untuk dilaksanakan. hal tersebut dapat dilihat dari nilai BCR-nya yang lebih besar daripada 1 yaitu sebesar 1,88.

Sama seperti kriteria kelayakan investasi yang lainnya, nilai IRR dari investasi industri veneer PT Nityasa Idola layak untuk dilaksanakan. Hal tersebut terlihat dari nilai IRR-nya yang lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku.

Perbandingan nilai kriteria kelayakan investasi gabungan antara hutan tanaman dan industri veneer PT Nityasa Idola dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 20 Nilai kriteria kelayakan investasi gabungan hutan tanaman sengon dan industri veneer PT Nityasa Idola

Kriteria Kelayakan Investasi Nilai

NPV (Rp) (173.221.397.004)

BCR 0,56

IRR (%) 0,87

Berdasarkan hasil analisis finansial menggunakan tiga kriteria kelayakan investasi, terlihat bahwa pengusahaan HTI dan Industri Veneer sebagai sebuah kesatuan usaha tidak layak atau tidak menguntungkan bagi pemiliknya. Hal ini dapat dilihat dari nilai NPV yang lebih kecil dari nol, nilai BCR yang lebih kecil dari satu dan nilai IRR yang lebih kecil dari suku bunga yang berlaku. Nilai NPV yang didapat adalah (Rp 173.221.397.004). Sedangkan untuk BCR diperoleh nilainya adalah 0,56. Untuk IRR didapatkan nilainya adalah 0,87%. Nilai IRR menunjukkan bahwa pengusahaan HTI dan industri veneer PT Nityasa sebagai sebuah kesatuan usaha memberikan nilai manfaat bersih yang sama dengan nilai biaya bersih pada tingkat suku bunga sebesar 0,87%. Jika tingkat suku bunga lebih dari 0,87% maka usaha PT Nityasa Idola tidak layak untuk dilaksanakan.

Dari ketiga analisis finansial, dapat terlihat bahwa HTI PT Nityasa Idola tidak layak untuk dilaksanakan. Hal yang diduga menyebabkan usaha tersebut tidak layak adalah target tanam yang tidak tercapai. Dari target tanam sebesar 5.250 ha, HTI PT Nityasa Idola hanya dapat melakukan penanaman seluas 284 ha

pada tahun 2008 dan 1.467 ha pada tahun 2010. Hal tersebut tidak sebanding dengan biaya investasi dan biaya tetap yang dikeluarkan.

Selain itu, faktor lain yang menyebabkan kerugian pengusahaan HTI sengon PT Nityasa Idola adalah harga log sengon yang ditetapkan perusahaan rendah yaitu Rp 350.000/m3. Sehingga menyebabkan penerimaan PT Nityasa Idola dari hasil penjualan log menjadi rendah. Namun penetapan harga yang rendah tersebut memiliki dampak positif yaitu PT Nityasa Idola dapat memperoleh log sengon dari hutan rakyat di sekitar perusahaan dengan harga tersebut. Penetapan harga log yang rendah secara finansial berdampak negatif pada HTI, namun harga rendah tersebut secara finansial berdampak positif terhadap industri veneer PT Nityasa Idola.

Sebagai sebuah kesatuan usaha, HTI PT dan industri veneer PT Nityasa Idola memang tidak layak jika dilihat dari nilai ketiga kriteria kelayakannya. Namun hal tersebut wajar karena produk yang dihasilkan industri veneer PT Nityasa Idola masih berupa produk setengah jadi yang selanjutnya akan diolah kembali di Industri milik PT Dharma Satya Nusantara yang masih satu grup usaha dengan PT Nityasa Idola. Diduga pada industri akhir tersebut baru didapatkan keuntungan yang besar.

5.6Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat pengaruh yang terjadi bila ada perubahan di masa yang akan datang pada arus manfaat dan biaya. Skenario yang digunakan untuk melihat tingkat sensitivitas pengusahaan hutan tanaman sengon PT Nityasa Idola adalah:

a. Penurunan biaya total pengusahaan sebesar 10% b. Kenaikan harga log sengon sebesar 10%

Perbandingan nilai kriteria kelayakan investasi pengusahaan hutan tanaman sengon pada skenario di atas ditampilkan pada Tabel 21 beriku

Tabel 21 Analisis sensitivitas hutan tanaman sengon PT Nityasa Idola

Kriteria

Kondisi

Normal Biaya Total Turun 10% Harga Log Naik 10%

Nilai Δ (%) Nilai Δ (%) NPV (Rp) (192.769.710.566) (154.369.425.611) 19,92 (173.646.396.668) 9,92 BCR 0,22 0,29 34,12 0,29 30,66 IRR (%) -3,15 0,24 107,48 -0,01 99,59

Analisis sensitivitas dengan kondisi biaya total turun 10 % menunjukkan secara finansial pengelolaan hutan tanaman sengon PT Nityasa Idola tidak layak untuk dilaksanakan. Hal tersebut dapat dilihat dari tidak terpenuhinya tiga kriteria kelayakan investasi yang digunakan yaitu NPV > 0, BCR > 1 dan IRR > suku bunga yang berlaku. Nilai NPV mengalami kenaikan sebesar 19,92% menjadi (Rp 154.369.425.611). Nilai BCR mengalami kenaikan sebesar 34,12% menjadi 0,29. Sedangkan untuk nilai IRR mengalami kenaikan sebesar 107,48% menjadi 0,24%.

Untuk kondisi harga log naik 10%, secara finansial pengelolaan hutan tanaman sengon PT Nityasa Idola masih tidak layak untuk dilaksanakan. Nilai NPV mengalami peningkatan sebesar 9,92% menjadi (Rp 173.646.396.668). Nilai BCR mengalami peningkatan sebesar 30,66% menjadi 0,29, dan nilai IRR mengalami peningkatan sebesar 99,59% menjadi -0,01%.

Dari kedua kondisi pada analisis sensitivitas dapat terlihat bahwa penurunan biaya total sebesar 10% dan kenaikan harga log sebesar 10% tidak berpengaruh besar pada kelayakan finansial hutan tanaman sengon PT Nityasa Idola walaupun nilai NPV, BCR dan IRR mengalami peningkatan dibandingkan dengan kondisi normal. Dilihat dari presentase kenaikannya, kondisi penurunan biaya total sebesar 10% memberikan dampak positif lebih baik dibandingkan dengan kondisi kenaikan harga log sebesar 10%. Hal tersebut dapat menggambarkan bahwa dengan presentase perubahan yang sama, kebijakan penekanan biaya lebih baik dilakukan dibandingkan menaikkan harga log.

Untuk industri veneer PT Nityasa Idola, skenario yang digunakan untuk melihat tingkat sensitivitas adalah:

a. Kenaikan harga log sebesar 10% b. Penurunan harga veneer sebesar 10%

Perbandingan nilai kriteria kelayakan investasi industri veneer pada skenario di atas ditampilkan pada tabel berikut

Tabel 22 Analisis sensitivitas industri veneer PT Nityasa Idola

Kriteria Kondisi

Normal Biaya Log Naik 10% Harga Veneer Turun10%

Nilai Δ (%) Nilai Δ (%)

NPV (Rp) 17.995.905.895 (828.059.799) -104,60 (27.583.900.279) -253,28

BCR 1,88 0,96 -48,74 0,02 -69,59

IRR (%) 28,23 19,10 -59,52

Analisis sensitivitas dengan kondisi biaya log naik 10% menunjukkan secara finansial industri veneer PT Nityasa Idola tidak layak untuk dilaksanakan. Nilai NPV mengalami penurunan sebesar 104,60% menjadi (Rp 828.059.799). Nilai BCR mengalami penurunan sebesar 48,74% menjadi 0,96. Sedangkan untuk nilai IRR mengalami penurunan sebesar 59,52% menjadi 19,10%.

Untuk kondisi harga veneer turun 10%, secara finansial pengelolaan hutan tanaman sengon PT Nityasa Idola tidak layak untuk dilaksanakan. Nilai NPV mengalami penurunan sebesar 253,28% menjadi (Rp 27.583.900.279). Nilai BCR mengalami penurunan sebesar 69,59% menjadi 0,02.

Dari kedua kondisi pada analisis sensitivitas dapat terlihat bahwa industri veneer PT Nityasa Idola masih layak untuk dilaksanakan walaupun nilai NPV, BCR dan IRR mengalami penurunan dibandingkan dengan kondisi normal. Dilihat dari presentase penurunan yang terjadi pada kriteria kelayakan finansial, kondisi penurunan harga veneer sebesar 10% memberikan dampak negatif terhadap aspek finansial lebih besar jika dibandingkan dengan kenaikan biaya log.

BAB VI

Dokumen terkait