• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model analisis kelayakan finansial merupakan model yang digunakan untuk menentukan rencana perencanaan agroindustri melalui perhitungan dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan pengeluaran dan pendapatan yang diperoleh. Output yang dihasilkan dari model ini adalah pernyataan layak atau tidaknya perencanaan agroindustri Pepaya Gunung. Selain itu, model ini juga

menghasilkan output kapasitas industri yang harus dicapai, proyeksi laba rugi, dan arus kas selama pembiayaan.

Untuk menentukan prakiraan biaya diperlukan asumsi-asumsi yang menjadi dasar perhitungan biaya. Asumsi-asumsi tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

1) Umur ekonomi proyek adalah selama 10 tahun,

2) Nilai sisa bangunan pada masa akhir proyek bernilai 50 persen dari nilai awal dan nilai tanah tetap pada masa akhir proyek,

3) Nilai sisa mesin dan peralatan adalah sebesar 10 persen dari nilai awal, biaya pemeliharaan sebesar 5 persen, dan biaya asuransi sebesar 2 persen,

4) Nilai depresiasi dihitung dengan menggunakan metode penjumlahan angka tahun (sum-of-years depreciation),

5) Kapasitas maksimum produksi adalah sebesar 2000 botol per hari,

6) Biaya investasi merupakan jumlah dari total biaya tetap dan biaya modal kerja selama enam bulan dan dikeluarkan seluruhnya pada tahun ke-0,

7) Porsi modal adalah sebesar 50 persen dari bank dan 50 persen merupakan modal sendiri,

8) Proyek dimulai pada tahun ke-0 dan mulai produksi tahun ke-1 dengan kapasitas produksi 80 persen dari kapasitas maksimum, tahun ke-2 berproduksi 85 persen dari kapasitas maksimum, tahun ke-3 berproduksi 95 persen dari kapasitas maksimum, dan tahun ke-4 dan seterusnya berproduksi dengan kapasitas penuh,

9) Produk terjual 85 persen pada tahun ke-1, tahun ke-2 produk terjual 88 persen dari total produk yang diproduksi, tahun ke-3 produk terjual 90 persen, tahun ke-4 dan seterusnya produk terjual 95 persen, setiap tahun terdapat produk yang tidak terjual dan memiliki biaya penyimpanan 1 persen dari harga jualnya,

Ø jika pendapatan yang diperoleh sebesar 50 juta sampai dengan 100 juta maka besarnya pajak sebesar 10 persen dari 50 juta ditambah 15 persen dikalikan dengan sisa pendapatan,

Ø jika besarnya pendapatan >100 juta maka pajak yang harus dibayar adalah sebesar 10 persen dikalikan 50 juta ditambah 15 persen dari 100 juta ditambah 30 persen dikalikan sisa pendapatan.

11) Untuk bank konvensional, bunga bank bank yang digunakan adalah sebesar 18 persen,

12) Pengembalian pinjaman dilakukan selama 5 tahun.

Gambar 41. Tampilan masukan asumsi-asumsi pada model kelayakan finansial. Pembiayaan investasi terdiri atas dua sumber dana, yaitu dana pinjaman dari bank dan modal sendiri. Pembiayaan dilakukan secara syariah dengan jenis pinjaman adalah musyarakah. Pembiyaan secara musyarakah merupakan kerja sama usaha patungan antara dua pihak atau lebih pemilik modal (syarik/shahibul maal) untuk membiayai suatu jenis usaha (masyru) yang halal dan produktif. Porsi pendanaan dari bank syariah adalah sebesar 50 persen dan sisanya merupakan modal sendiri seperti disajikan pada Tabel 28. Penentuan nisbah bagi hasil berdasarkan tingkat risiko usaha dan porsi pendanaan.

Tabel 28. Sumber pendanaan

Sumber Dana Besarnya (Rp) Porsi (%)

Bank syariah 830.260.000 50

Modal sendiri 830.260.000 50

Jumlah 1.660.520.000 100

Bagi hasil. Bagi hasil ditentukan berdasarkan besarnya risiko pembiayaan dan besarnya nisbah modal yang dipinjam dari bank. Analisis risiko pembiayaan menunjukkan bahwa risko berada pada tingkat sedang. Seperti disajikan pada Tabel 7 bahwa pada tingkat risiko sedang, bagi hasil untuk bank adalah sebesar 30-70 persen dari bersih. Dengan menggunakan interpolasi didapatkan besarnya bagi hasil untuk bank berdasarkan risiko pembiayaan adalah sebesar 30,3 persen. Besarnya modal yang dipinjam dari bank adalah sebanyak 50 persen dari modal yang diperlukan. Berdasarkan modal yang dipinjam dari bank maka besarnya bagi hasil untuk bank adalah sebesar 50 persen. Dengan menggunakan kedua faktor tersebut maka didapatkan bagi hasil untuk bank adalah sebesar 40,15 persen dari laba bersih. Besarnya bagi hasil tergantung dari besarnya laba yang dihasilkan dan setiap tahun akan berubah. Ketentuan ini dapat berubah tergantung dari kebijakan kedua belah pihak pada saat pembuatan akad.

Biaya investasi. Biaya investasi merupakan biaya yang diperlukan pada saat akan mendirikan suatu industri. Biaya ini terdiri atas dua komponen yaitu biaya tetap dan biaya modal kerja. Biaya tetap merupakan biaya yang diperlukan untuk keperluan fisik dari pabrik yang terdiri atas biaya pembangunan pabrik, pembelian peralatan dan mesin, dan peralatn kantor. Perincian dari biaya tetap beserta biaya pemeliharaan, nilai sisa, asuransi, dan penyusutan disajikan pada Lampiran 13.

Modal kerja adalah biaya operasional yang diperlukan untuk memproduksi produk pertama kali. Perhitungan modal kerja tergantung pada kebijakan

Modal kerja pada industri manisan pepaya gunung terdiri atas biaya tenaga kerja tak langsung, biaya tenaga kerja langsung, biaya bahan baku dan bahan penunjang, serta biaya utilitas. Komposisi dari modal kerja tersebut disajikan pada Tabel 29. Pada tahun pertama jumlah produk yang diproduksi sebesar 80 persen dari kapasitas maksimum. Hal ini dilakukan dengan tujuan menghindari banyaknya produk yang tidak terjual karena industri ini pertama kali berproduksi. Modal kerja merupakan biaya operasional selama 6 bulan atau sebesar 50 persen dari total modal kerja pada tahun pertama.

Tabel 29. Komposisi modal kerja industri manisan pepaya gunung

No Komponen Nilai (Rp)

1 2 3 4

Biaya tenaga kerja tak langsung Biaya tenaga kerja langsung

Biaya bahan baku dan bahan penunjang Biaya utilitas 69.600.000 168.000.000 1.007.400.000 21.120.000 Total 1.266.120.000

Besarnya modal tetap industri manisan pepaya gunung disajikan pada Lampiran 10 yaitu sebesar Rp394.400.000,00. Besarnya modal tetap sebanyak 23,75 persen dari total investasi dan modal kerja besarnya 76,25 persen dari total investasi yang diperlukan. Investasi tersebut dikeluarkan pada tahun ke-0 yaitu pada saat pendirian pabrik.

Harga dan prakiraan penerimaan. Harga manisan pepaya gunung dipasaran pada saat ini adalah sebesar Rp6.000,00 sampai Rp10.000,00 per botol. Dengan asumsi bahwa harga industri menerapkan kebijakan harga sebesar Rp8.000,00 per botol maka keuntungan yang diperoleh setiap botol adalah sebesar 46,1 persen dari harga pokok produksi.

Penerimaan tahunan industri diperoleh dari hasil penjualan dan kapasitas produksi pada tahun tersebut. Asumsi yang digunakan adalah pada tahun pertama kapasitas produksi sebesar 80 persen dari kapasitas terpasang dengan jumlah produk yang terjual sebesar 85 persen. Pada tahun kedua kapasitas produksi naik menjadi 87 persen dan produk yang terjual juga naik menjadi 88 persen. Pada tahun ketiga juga terjadi peningkatan kapasitas menjadi 95 persen dengan produk

yang terjual sebanyak 90 persen. Pada tahun keempat dan seterusnya produksi 100 persen dari kapasitas terpasang dengan asumsi produk yang tidak terjual sebanyak 5 persen dari total produk yang ada. Penerimaan industri ini disajikan pada Lampiran 15.

Proyeksi laba rugi. Proyeksi laba rugi digunakan untuk mengetahui tingkat keuntungan suatu usaha. Bagi hasil untuk bank dihitung dari laba operasional dikalikan besarnya nisbah bagi hasil untuk bank. Pajak dihitung berdasarkan Undang-Undang no. 17 tahun 2000 dengan mengalikan persentase pajak dengan laba operasional yang telah dikurangi bagi hasil untuk bank. Besarnya zakat adalah sebesar 2,5 persen dari laba setelah dikurangi pajak. Setelah mengurangkan laba operasional dengan bagi hasil untuk bank, pajak, dan zakat maka diperoleh laba bersih. Seperti yang disajikan pada Lampiran 15, industri ini telah memberikan nilai positif pada tahun pertama dan pada tahun berikutnya laba semakin besar seiring dengan kenaikan kapasitas dan besarnya produk yang terjual. Keluaran laporan laba rugi pada model analisis kelayakan finansial disajikan pada Gambar 42.

Rp19.578.176,00 dan mengalami kenaikan pada tahun berikutnya. Dengan adanya zakat ini diharapkan kesejahteraan masyarakat miskin terutama di sekitar industri dapat meningkat.

Analisis Kelayakan Finansial. Analisis kelayakan finansial menggunakan pembiayaan syariah dengan kriteria kelayakan finansial yang digunakan adalah benefit-cost ratio (B/C Ratio), payback periode (PBP), dan break event point (BEP). Alasan penggunaan kriteria tersebut adalah kriteria tersebut dapat dihitung niainya tanpa menggunakan bunga (i).

Pada analisis finansial, pembiayaan syariah dibandingkan dengan pembiayaan konvensional. Apabila hasil analisis menunjukkan pembiayaan syariah mempunyai nilai kelayakan yang sama atau lebih besar dari konvensional, maka pembiayaan syariah dapat diterima untuk digunakan dalam pembiayaan perencanaa industri. Akan tetapi apabila nilai kelayakannya lebih kecil, maka pembiayaan syariah tidak diterima.

Tabel 30. Hasil analisis kelayakan finansial pada kondisi normal

No Uraian Syariah Konvensional

1 Bagi Hasil 40,15 %

-2 Bunga - 18 %

3 PBP 2 tahun 1 bulan 2 tahun

4 BC Rasio 1,221 1,270

5 BEP 199.334 214.168

Hasil Layak Layak

Hasil analisis finansial menunjukkan bahwa pada kondisi normal atau sesuai dengan asumsi agroindustri layak dijalankan dengan kedua pembiayaan. Nilai BEP untuk pembiayaan syariah sebesar 199.334 unit dan 214.168 unit untuk pembiayaan konvensional. Nilai B/C ratio untuk pembiayaan syariah adalah sebesar 1,221 dan 1,270 untuk pembiayaan konvensional. PBP yang diperlukan pada pembiayaan syariah adalah selama 2 tahun 1 bulan dan untuk pembiayaan konvensional adalah selama 2 tahun.

Analisis Sensitivitas. Analisis sensitivitas dilakukan dengan kondisi penurunan harga jual produk dan kenaikan harga BBM. Hasil analisis sensitivitas

menunjukkan bahwa dengan pembiayaan syariah, agroindustri pepaya gunung mempunyai titik kritis terhadap penurunan harga produk sebesar 16,875 persen sedangkan dengan pembiayaan konvensional hanya sebesar 16,25 persen. Sedangkan analisis sensitivitas terhadap kenaikan BBM pembiayaan syariah mempunyai titik kritis sebesar 22 persen dan pembiayaan konvensional sebesar 21 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pembiayaan syariah memiliki toleransi yang lebih besar terhadap penurunan harga jual produk maupun kenaikan BBM. Hal ini disebabkan pada pembiayaan syariah bagi hasil dihitung berdasarkan laba yang diperoleh sedangkan pada pembiayaan konvensional bunga pinjaman sudah ditetapkan dari awal.

VIII. RANCANGAN IMPLEMENTASI

A. Verifikasi Model 1. Kelebihan Model

Permodelan suatu sistem memiliki kelebihan dan kekurangan. Model CAP’S memiliki kelebihan dalam implementasi sebagai berikut:

1) Model ini dapat digunakan oleh lembaga keuangan syariah dalam mengevaluasi kelayakan permohonan pembiayaan usaha oleh calon pengusaha Pepaya Gunung.

2) Model ini dapat digunakan untuk melakukan simulasi kelayakan pembiayaan dengan pola musyarakah dan konvensional.

3) Model ini dapat digunakan untuk membandingkan pembiayaan syariah dan konvensional dengan asumsi-asumsi yang bisa disesuaikan dengan kondisi sesungguhnya.

4) Model prakiraan menggunakan perangkat lunak WinQSB yang berisikan metode regresi linier dan deret waktu secara lengkap.

5) Data yang digunakan dapat menggunakan data yang sudah ada atau menggunakan data baru yang terkini. Dengan demikian model ini dapat digunakan di masa datang dengan data terbaru.

6) Pengguna dibedakan menjadi dua macam yaitu pengguna umum dan administrator dengan tingkat akses yang berbeda. Pengguna administrator memiliki akses untuk memanipulasi data yang ada sedangkan pengguna umum tidak. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga keamanan data yang ada. Pada administrator disediakan fasilitas penggantian password sehingga keamanan dapat lebih terjaga.

7) Model memiliki evaluasi risiko pembiayaan yang dapat digunakan oleh lembaga keuangan syariah untuk mengetahui tingkat risiko pembiayaan, sehingga dapat menentukan seberapa besar risiko yang ada.

8) Sistem bagi hasil berdasarkan tiga optional yaitu porsi modal, risiko pembiayaan, dan kombinasi keduanya. Hal ini lebih memudahkan pengguna apabila terjadi kebijakan.

2. Kekurangan Model

Selain kelebihan, model CAP’S juga memiliki kekurangan yaitu sebagai berikut:

1) Kriteria dalam evaluasi risiko pembiayaan tidak dapat diubah, sehingga kurang fleksibel terhadap perubahan yang kemungkinan bisa terjadi.

2) Model prakiraan penjualan menggunakan perangkat lunak lain sehingga mengharuskan pengguna untuk mempelajari lebih lanjut perangkat lunak tersebut.

3) Data penjualan yang didapat hanya sebanyak 5 tahun sehingga prakiraan penjualan produk kurang akurat.

4) Respon pada model analisis finansial masih lambat karena menggunakan banyak database.

5) Lokasi yang dievaluasi hanya Kabupaten Wonosobo dan tidak bisa untuk mengevaluasi daerah lain.

Dokumen terkait