• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kelayakan Pembiayaan Mikro Pada BRI Syariah Cabang Pembantu Cipulir

STRUKTUR ORGANISASI BRI SYARIAH KCP CIPULIR

B. Analisis Kelayakan Pembiayaan Mikro Pada BRI Syariah Cabang Pembantu Cipulir

Dalam pemberian pembiayaan usaha mikro banyak hal yang perlu diperhitungkan dan dipertimbangkan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan sehingga analisis pembiayaan menjadi tepat guna. Hal ini diperuntukkan agar tidak membebani nasabah dan meminimalkan risiko pembiayaan.

Beberapa hal yang menjadi pertimbangan yaitu aspek character, capacity, capital, condition dan collateral.

1. Character

Character merupakan penilaian terhadap personalitas calon nasabah berupa sifat atau watak. Tujuannya adalah untuk memberikan keyakinan bahwa sifat atau watak dari pihak yang akan diberikan pembiayaan benar- benar dapat dipercaya. Keyakinan ini tercermin dari bagaimana sifatnya, kejujurannya, gaya hidup yang dianutnya, tidak pemabuk, tidak penjudi, usia debitur dan lain-lain. Watak calon nasabah dapat diketahui dengan melihat kelancaran pembayaran pembiayaan di masa lalu jika nasabah merupakan nasabah lama, sedangkan untuk nasabah permohonan baru dapat diketahui dengan melihat kebiasaan setor tarik pada tabungan. UFO akan memeriksa Daftar Hitam Bank Indonesia (BI Checking) untuk melihat kolektibilitas pembiayaan/ tingkat kesehatan pembiayaan nasabah. UFO juga melakukan trade checking yaitu pencarian informasi ke rekan

bisnis permohonan pembiayaan, pesaingnya ataupun pemilik usaha sejenis untuk memperoleh informasi mengenai reputasi. etika, jenis usaha dan perilaku bisnis calon nasabah. Karakter merupakan ukuran untuk menilai kemauan nasabah membayar pengembalian pembiayaan. Orang yang memiliki karakter yang baik akan berusaha untuk membayar dengan berbagai cara, sifat-sifat khusus yang menyertai kepribadian seseorang.

Menilai karakter didapat pada saat wawancara dengan cara tanya jawab yang dilakukan pihak bank kepada nasabah pada saat nasabah pertama kali berurusan dengan pihak bank dalam rangka pengajuan pembiayaan. Hal yang biasa ditanyakan yang berhubungan dengan karakter adalah seputar nama nasabah, nama istri dan anak-anak (jika telah berkeluarga), tempat tinggal, kehidupan di sekitar tempat tinggal, kebiasaan yang dilakukan, dan lain-lain yang berhubungan dengan nasabah.

Kasus pada aspek penilaian karakter yang ditemukan pada BRI Syariah Cabang Pembantu Cipulir seperti kasus terjadi pada seorang nasabah mempunyai toko kelontong. Informasi yang diberikan oleh nasabah dan diterima oleh pihak bank khusunya SO bahwa usaha telah berjalan selama 2 tahun. Namun setelah dilakukan pengecekan oleh RO kepada sekeliling nasabah ketika diwawancarai ternyata usaha baru berjalan 1 tahun. Menurut data di sekelilingnya bahwa usaha tersebut sebelumnya adalah bengkel motor lalu diubah menjadi toko karena

usahanya terbukti kurang dari 1 tahun. Oleh karena itu informasi yang diutamakan keterangan dari sekitar. Berdasarkan analisis tersebut disimpulkan bahwa nasabah tidak jujur dan menunjukkan itikad kurang baik pada awal permohonan pembiayaan. Maka pembiayaan tersebut tidak dilanjutkan ke proses berikutnya. Kasus demikian merupakan sekian kasus dari 12 nasabah pembiayaan mikro. Namun dikarenakan privasi bank maka penulis hanya mengambil beberapa kasus.

2. Capacity

Capacity digunakan untuk melihat kemampuan calon nasabah dalam membayar pembiayaan yang dihubungkan dengan kemampuannya mengelola bisnis serta kemampuan mencari laba, dimana diteliti mengenai pendidikan dan pengalaman usahanya, reputasi usaha, riwayat usaha, keahliannya dalam bidang usaha tersebut sehingga bank memperoleh keyakinan bahwa suatu usaha yang dibiayai dengan pembiayaan tersebut dikelola oleh orang yang tepat. Analis pembiayaan akan melihat bagaimana kemampuan calon nasabah dalam menghasilkan laba, kemampuan membiayai kegiatan operasional sehari-hari, dan memenuhi kewajiban pembiayaan. Capacity dapat dilihat dari aspek pemasaran meliputi harga pokok, pengelolaan, penagihan. Aspek pembelian terutama untuk sektor bisnis meliputi jumlah pembelian perbulan, besarnya pembelian tunai, lama kredit pemasok, fluktuasi pemasok, fluktuasi pasokan, dan melihat kualitas hubungan calon nasabah dengan pemasok.

Sehingga pada akhirnya akan terlihat kemampuannya dalam mengambil pembiayaan yang disalurkan. Semakin banyak sumber pendapatan seseorang maka semakin besar kemampuannya untuk membayar pembiayaan.

Aspek penilaian capacity memerlukan perhitungan yang cermat seperti kasus pada Ibu Illah Haryati yaitu nasabah lama.6 Beliau yang mengajukan fasilitas pembiayaan sebesar Rp 40 juta, kemudian nasabah melakukan penambahan fasilitas (pengajuan pembiayaan kembali) senilai Rp 100 juta. Pembiayaan yang kedua diperlukan untuk pembelian minyak goreng dan sembako. Syarat jika nasabah ingin melakukan fasilitas penambahan pembiayaan, nasabah tersebut harus melunasi pembiayaan yang pertama, dan tetap mengikuti prosedur berupa track record dan BI Checking oleh RO untuk mengetahui pinjaman di bank lain. Dimana pembayaran yang pengembalian pembiayaan yang pertama dilakukan secara lancar. Di lingkungannya nasabah tidak pernah terlibat dalam perkara hukum serta mempunyai karakter dan reputasi yang baik di dalam lingkungannya. Nasabah memiliki seorang suami dan seorang anak. Nasabah berusia 56 tahun. Anaknya masih bersekolah di bangku Sekolah Dasar Negeri sehingga bebas biaya bulanan (SPP). Rumah yang dimiliki

6Wawancara Pribadi dengan Ibu Illah Haryati selaku nasabah pembiayaan mikro, Jakarta 18 Juni 2011.

adalah rumah miliknya pribadi. Hubungan dengan relasi bisnis cukup baik, dimana nasabah selalu memenuhi kewajibannya.

Nasabah yang bernama Ibu Illah tersebut memiliki dua sumber penghasilan dari dua usahanya yaitu usaha warung sembako, dan warung nasi. Tempat usaha nasabah yaitu di rumahnya sendiri sehingga tidak ada biaya sewa tempat, Biaya transportasi hanya Rp 250.000 karena pasar letaknya dekat dan usaha juga berada di rumah sendiri.

Namun setelah dilakukan analisis ternyata kapasitas nasabah tidak mencukupi dari kapasitas tersebut. Hal ini ditentukan oleh RPC (Repayment Capacity Ratio). Perhitungannya sebagai berikut:

a. Warung sembako

Omset per bulan Rp 100.000.000 Harga Pokok Penjualan Rp 90.000.000 b. Warung nasi

Omset per bulan Rp 22.500.000 (perhari Rp 300.000 × 30 hari)

Harga Pokok Penjualan Rp 15.000.000

Dari kedua sumber diatas digabungkan baik HPP maupun omset Pendapatan total Rp 122.500.000

HPP total Rp 105.000.000 (-)

Pendapatan bruto Rp 17.500.000 Biaya listrik Rp 150.000

Biaya transportasi Rp 300.000 Biaya rumah tangga Rp 3.000.000 Biaya pendidikan Rp 300.000

Total pengeluaran Rp 3.750 .000 Keuntungan bersih Rp 13.750.000

RPC = keuntungan bersih × 75% . Nilainya harus diatas 2

3. Capital

Capital adalah berkaitan dengan modal atau kekayaan yang dimiliki calon nasabah untuk menjalankan dan memelihara kelangsungan usahanya. Adapun penilaian terhadap capital adalah untuk mengetahui keadaan permodalan sumber-sumber dana dan penggunaannya, meneliti besar kecilnya modal dan bagaimana pendistribusian modal, apakah ada modal yang cukup untuk menggerakkan sumber daya secara efektif, apakah pengaturan modal kerja baik, sehingga usaha dapat berjalan lancar, berupa besar modal kerja, Jika dianalisis capital dapat diteliti berdasarkan aset, Misalkan nasabah sudah memiliki usaha yang cukup lama 5 tahun, maka jika terdapat penambahan aset berupa rumah, kendaraan bermotor atau penggunaannya untuk usaha berupa investasi dan buka cabang.

4. Condition

Condition adalah keadaan sosial ekonomi suatu saat yang mungkin dapat mempengaruhi maju mundurnya usaha calon nasabah. Penilaian

terhadap kondisi ekonomi itu berpengaruh terhadap kegiatan usaha calon nasabah dan bagaimana nasabah mengatasinya atau mengantisipasi sehingga usahanya tetap hidup dan berkembang. Hal yang dianalisis meliputi persaingan antarsesama pengusaha dalam batas kewajaran atau tidak, prospek usaha nasabah dan jumlah pesaing yang mengancam usaha nasabah jika banyak maka akan mempengaruhi omset penjualan nasabah.

5. Collateral

Collateral merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah. Jaminan hendaknya melebihi jumlah pembiayaan yang diberikan, jaminan juga harus diteliti keabsahannya, sehingga jika terjadi suatu masalah, maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan. Fungsi jaminan adalah sebagai pelindung bank dari risiko kerugian. Jaminan ini diperlukan bila suatu saat nasabah wanprestasi walaupun demikian jaminan merupakan pendukung bukan aspek utama yang diperhitungkan.

Jaminan yang dapat digunakan dalam pembiayaan adalah barang bergerak berupa kendaraan bermotor dan barang tak bergerak berupa rumah, tanah, dan lain sebagainya. Dalam hal ini yang dibutuhkan oleh pihak bank adalah :

a) Fotokopi SHM/SHGB/IMB/PBB untuk pembiayaan dengan jaminan rumah

b) Fotokopi BPKB/STNK/Faktur pembelian untuk pembiayaan jaminan kendaraan bermotor

Pada BRI Syariah berlaku beberapa ketentuan dalam penggunaaan jaminan, yaitu BRI Syariah mensyaratkan jaminan harus bernilai diatas dari nilai pembiayaan. Jaminan dapat berupa kios tetapi terdapat penilaian berbeda antara kios di pasar dan kios di sepanjang jalan. Kios yang berada di pasar memiliki SHPTU (Surat Hak Pemakaian Tempat Usaha) sehingga memiliki nilai surplus dibanding kios yang berada di jalan protokol. Jaminan harus bersifat marketable. Jaminan berupa sertifikat atas nama anaknya maka diikutsertakan fotokopi identitas anaknya. Jaminan BPKB mobil/motor pembiayaannya diperbolehkan atas nama pihak ketiga. Syaratnya harus ada fotokopi KTP atas nama pihak ketiga (KTP), dengan syarat pihak ketiga tersebut menandatangani di atas kuitansi kosong dengan dibubuhkan materai dan ditandatangani pihak ketiga.

Jika berupa sertifikat tanah dan AJB (Akta Jual Beli) maka penilaian yaitu 80%, Untuk pembiayaan mikro 500 iB, jika luas tanah

kosong < 1000 m maka senilai 70% ≥1000 m senilai 60%, untuk mikro 75

iB berupa sertifikat sebesar 70%.

Penilaian bangunan juga didasarkan ada atau tidaknya IMB (Izin Mendirikan Bangunan), jika tidak ada IMB maka Rp 1.500.000 atau 50% jika ada IMB maka 100%. Standar untuk penilaian harga dapat dilihat PBB, agen properti, dan menanyakan ke daerah sekitar baik tetangga atau menanyakan harga pasaran jika ada rumah di sekitar yang ingin dijual.

Misalkan nasabah mengajukan pembiayaan sebesar Rp 200 juta dengan mencantumkan jaminan berupa BPKB kendaraan bermotor (mobil) Avanza tahun 2000 setelah ditaksir, mobil tersebut hanya bernilai Rp 125 juta.

Dengan itu maka pihak bank memberitahukan kepada nasabah bahwa plafon pembiayaan yang diajukan tidak dapat dipenuhi, oleh karena itu harus merubah plafon pembiayaan yang diajukan.

BRI Syariah memerlukan jaminan yang digunakan dengan tujuan agar nasabah pengelola dan tidak melakukan kesalahan pengelolaan, kelalaian atau penyimpangan oleh pihak nasabah pengelola dana seperti penyelewengan dan penyalahgunaan yang mengakibatkan kerugian.

Jaminan ini akan disita oleh bank syariah jika ternyata timbul kerugian akibat kesalahan pengelolaan, kelalaian dan penyimpangan oleh pihak nasabah pengelola dana seperti penyelewengan, kecurangan dan penyalahgunaan untuk kemudian akan dicairkan oleh pihak bank dengan tujuan mengembalikan dana yang dipinjam nasabah.

1) Nilai likuiditas jaminan

Dalam contoh ini, nilai pasaran suatu rumah ialah bergantung pada: a) Harga perbandingan rumah sekitar tempat rumah yang akan

dibeli

b) Atau jika tidak, melihat harga pasaran tanah ke kelurahan tempat rumah yang akan dibeli berada.

Harga pasaran ini kemungkinan dapat menjadi lebih besar atau lebih kecil dari harga rumah yang diinginkan, ini semua tergantung pada dua poin diatas.

Sementara nilai likuiditas dipengaruhi oleh a. Umur rumah

b. Lokasi rumah

c. Bentuk bangunan seperti apakah sudah dicat, plester, lantai Dari hasil OTS (On The Spot) pihak bank ke lokasi, ternyata nilai rumah yang akan dibeli seharga Rp 250.000.000 itu harga pasarannya berkisar antara Rp 200.000.000 dengan nilai likuiditas sebesar 80%. Maka akan didapat:

Harga pasaran × nilai likuiditas = Rp 200.000.000 × 80% = Rp 160.000.000

Maka jika dilihat dari sisi nilai likuiditas jaminan ini, maka belum memenuhi syarat

Rekomendasi

Dari hasil analisis diatas, maka bank mengeluarkan rekomendasi kepada nasabah yang berisi yaitu penurunan jumlah plafon atau penambahan jenis jaminan.

Contoh kasus

Nasabah atas nama Mansyur yaitu pengusaha pabrik kerupuk menjaminkan 2 jaminan yaitu berupa rumah, dan pabrik kerupuk.7

a. Jaminan berupa rumah Luas tanah : 190 m2

Harga pasaran berkisar antara Rp 650.000 - Rp 800.000

Analis menilai Rp 600.000, karena dalam penilaian harus di bawah harga pasaran.

Setelah dilihat lokasinya maka bangunannya ternyata 120 m2 karena terdapat halaman di depan rumahnya.

Penilaian bangunan Rp 1.500.000 karena kondisi rumah usia bangunan masih baru, struktur bangunan cukup baik berlantai dua, dengan tipe gaya minimalis berlantaikan keramik disebabkan dua lantai Rp 3.000.000

IMB tidak ada maka 50% × Rp 3.000.000 = Rp 1.500.000

Nilai pasar rumah yaitu jumlah antara nilai pasar tanah dan nilai pasar bangunan.

Nilai pasar tanah = Luas tanah × Harga pasaran = 190 m2× Rp 600.000

Nilai pasar tanah = Rp 114.000.000

7Wawancara pribadi dengan Mansyur selaku nasabah pembiayaan mikro, Jakarta, 25 Juni 2011.

Nilai pasar bangunan = Luas bangunan × penilaian bangunan = 120 m2 × Rp 1.500.000

= Rp 180.000.000

Penilaian total rumah = nilai pasar tanah + nilai pasar bangunan = Rp 114.000.000 + Rp 180.000.000 = Rp 294.000.000

Nilai likuditas jaminan = Harga pasaran × nilai likuiditas

= Rp 294.000.000 × 80%= Rp 235.200.000 b. Jaminan berupa pabrik

Pabrik ini letaknya di belakang rumah tersebut dengan kondisi tidak bertingkat dengan luas tanah yaitu 332 m2. Pabrik ini dibangun seluas tanah tersebut tanpa adanya halaman, karena lokasi pabrik searea dengan rumah maka

Harga tanah = Rp 600.000 Luas tanah dan bangunan = Rp 332 m2

Penilaian bangunan Rp 1.000.000 karena bangunan beratapkan seng, belum dicat, berlantaikan semen sehingga dinilai Rp 1.000.000, karena tidak ada IMB maka 50 % × Rp 1.000.000 = Rp 500.000 Perhitungan untuk jaminan pabrik yaitu:

Nilai pasar tanah = 332 m2 × Rp 600.000 = Rp 199. 200.000 Nilai pasar bangunan = 332 m2× Rp 500.000

= Rp 166.000.000 Jadi, penilaian untuk rumah Rp 365.200.000

Nilai likuidasi = Rp 365.200.000 × 80% = Rp 292.160.000

Total likuidasi jaminan= Nilai likuidasi rumah + nilai likuidasi pabrik Total nilai likuidasi = Rp 292.160.000 + Rp 235.200.000

= Rp 527.360.000

Karena Bapak Mansyur mengajukan pembiayaan Rp 500.000.000, sedangkan nilai jaminan Rp 527.360.000 maka permohonan pembiayaannya dari aspek collateral disetujui karena pembiayaan di atas Rp 500.000.000.

Penilaian jaminan pada BRI Syariah menggunakan tolak ukur FTV (Financing to Value).

FTV = Plafond

Nilai pasar jaminan × 100%

=Rp 500.000.000

Rp 659.200.000× 100%

= 75,8 % atau 76%

Data diatas menunjukkan bahwa tingkat FTV masih di bawah 80% maka pembiayaan tersebut disetujui karena nilainya masih di bawah 80%. FTV berfungsi untuk melihat cover atau tidaknya jaminan terhadap fasilitas pembiayaan.

Selain memperhatikan aspek berikut UFO juga mempertimbangkan aspek-aspek lain yaitu:

a. Analisa Pasar

Analisa pasar yaitu studi tentang pasar dengan mengidentifikasi kondisi pasar, potensi pasar, spesifikasi barang, jumlah kios, jam operasional, waktu dan jarak yang harus ditempuh bila dari UMS (Unit Mikro Syariah). Selain itu berfungsi pula jika kios digunakan sebagai jaminan keabsahan, ketentuan mengenai pengalihan dan harga kios untuk membantu UFO jika terjadi deviasi financing. Pasar dalam proses analisis dibedakan menjadi dua yaitu pasar inti dan pasar plasma. Pasar inti merupakan pasar yang menjadi sasaran utama dalam pembiayaan mikro sedangkan pasar plasma adalah pasar yang berada di luar pasar inti seperti pedagang yang berjualan di kios tepi jalan.

b. Rencana Usaha

Pada BRI Syariah Cabang Pembantu Cipulir, rencana usaha ini berupa RAB (Rencana Anggaran Biaya). RAB merupakan pertanggungjawaban biaya, untuk membeli stok barang. Contohnya untuk jika rencana usaha untuk investasi maka berupa surat penawaran dari penjual mesin, bukti kuitansi (bukti pembelian).

c. Sumber Supplier

Untuk menjalani laju usaha maka calon nasabah membutuhkan supply material. UFO akan menganalisis darimana saja sumber supply tersebut diperoleh. Jika supply material yang dimiliki oleh calon nasabah hanya satu maka pembiayaan harus dipertimbangkan lagi, karena jika sumber supply material ini mengalami permasalahan atau pailit maka risiko tersebut akan mempengaruhi calon nasabah dalam produksi barang dan kelansungan usahanya bahkan dapat berakibat terjadi tutup usaha dan tidak dapat mengembalikan pembiayaan yang telah dibiayai oleh BRI Syariah. Sebaiknya nasabah memiliki supplier yang banyak agar tidak terjadi pembiayaan yang bermasalah sehingga jika satu tempat supply mengalami tutup usaha masih ada supplier yang lain.

d. Hubungan supplier dan calon nasabah

Pihak UFO juga akan mencari informasi mengenai bagaimana hubungan supplier dan calon nasabah dalam usaha. Apabila sudah terjalin cukup lama dan cara pembayaran yang dilakukan calon nasabah berjalan baik tanpa ada problem maka UFO akan memberikan pertimbangan agar disetujui pembiayaannya.

Semakin banyak sumber penjualan dapat menjadi nilai tambah bagi UFO dalam menganalisis sehingga pertimbangan pembiayaan dapat disetujui. Bila calon nasabah memiliki lebih dari satu tempat usaha maka pendapatannya juga kemungkinan meningkat. Namun pada BRI Syariah poin ini tidak terlalu dipermasalahkan. Misalkan calon nasabah memiliki satu tempat usaha seperti nasabah yang bernama Bapak Mansyur seorang pengusaha kerupuk. Calon nasabah memiliki omset yang besar walaupun hanya memiliki satu tempat usaha namun dengan teknik pemasaran yang baik yaitu melalui salesman dalam jumlah banyak dengan sistem door to door dapat mencapai target penjualan.

f. Kondisi hutang calon nasabah

Calon nasabah harus ditelusuri pula apakah nasabah memiliki tanggungan hutang, besar dan jumahnya. Hal ini dapat mengurangi pendapatan calon nasabah tersebut dan akan mempengaruhi dalam pembayaran angsuran. Jika calon nasabah memiliki hutang maka akan dikomulatifkan jumlah pengeluaran tiap bulan, dan bila hasilnya menunjukkan kewajiban calon nasabah lebih dari 30% dari total pendapatan maka analisa tersebut tidak disarankan.

Cara Pembayaran dari konsumen terhadap produk yang dijual oleh calon nasabah turut mempengaruhi kelancaran cara pembayaran angsuran calon nasabah kepada pihak bank, apabila sistem pembayaran dari konsumen kurang lancar dan diberikan berkala maka pembiayaan kepada calon nasabah tersebut tidak disarankan. Direkomendasikan calon nasabah jika menggunakan sistem berkala, tanggal jatuh tempo pembayaran ditetapkan dan jauh hari sebelum tanggal angsuran pembiayaan dan sebaiknya pembayaran secara lunas.

C. Strategi dalam Menganalisis Pembiayaan Mikro Pada BRI Syariah