• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III SINKRONISASI PPROGRAM DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN JANGKA PENDEK

3.2. Analisis Kelayakan Program Jangka Pendek 2018 – 2020 Pulau Sumatera

3.2.1. Analisis Kelayakan Program Jangka Pendek Dalam Kawasan

Analisis kelayakan program jangka pendek dalam kawasan adalah program – program jangka pendek yang ada di setiap kawasan dalam WPS. Pembahasan terkait kebutuhkan program disusun dalam rangka mendukung kebutuhan masing – masing sub kawasan yang ada.

A. Kawasan (1.1) Strategis Pariwisata dan Maritim Sabang

1) PKSN dan PKW Sabang

Kota Sabang sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional untuk mendukung pengembangan industri pariwisata dengan keunggulan pariwisata diwilayah pesisir dan laut berupa kawasan terumbu karang; pantai pasir putih dan lokasi perairan pantai yang baik untuk berselancar (surfing), ski air, serta kegiatan rekreasi air lainnya. Sumberdaya perikanan laut yang terdiri dari ikan palagis kecul, ikan demersal, udang, lobster dan cumi – cumi. Selain itu untuk perikanan budidaya juga mengalami peningkatan, antara lain ikan kerapu,

rumput laut, kerang mutiara, ikan hias dan ikan nila.

Adapun tantangan yang dihadapi adalah ketersediaan air baku untuk kebutuhan kota Sabang masih terkendala penyelesaian waduk dan jaringan distribusi dan masih perlu ditingkatkannya penunjang transportasi antar pulau dari dan menuju Kota Sabang. Dengan demikian maka indikasi program utama yang dibutuhkan adalah pembangunan infrastruktur penampung air baku dan pembangunan fasilitas infrastruktur penunjang kegiatan pelabuhan.

2) Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang

Pengembangan Pelabuhan Sabang sebagai pelabuhan utama di Indonesia yang melayani angkutan laut luar negeri (internasional) sekaligus mendukung pengembangan Pelabuhan Sabang menjadi pelabuhan bebas. Kawasan Sabang diarahkan untuk kegiatan perdagangan dan investasi serta kelancaran arus barang dan jasa. Pelabuhan Bebas Sabang diarahkan sebagai salah satu Kawasan Niaga dan Wisata Terkemuka Dunia yang dimulai dari kawasan Asia Selatan, dan juga berada di persimpangan jalur distribusi barang dari Benua Eropa dan Afrika menuju Benua Amerika dan Australia.

Tantangan yang dihadapi dalam pengembangan Pelabuhan Bebas dan Perdagangan Bebas Sabang adalah ksesibilitas jalan nasional yang masih belum seluruhnya terhubung (sisi selatan pulau menuju Pelabuhan Penyeberangan Balohan). Oleh karena itu dibutuhkan pembangunan jalan nasional yang menghubungkan seluruh sentra ekonomi dan sentra kegiatan masyarakat.

3) Bendungan Paya Seunara

Dengan sumber air dari anak sungai Alur Paya Seunara, bendungan ini memiliki luas tangkapan air 4.5 km2 yang mampu mengairi lahan irigasi seluas 275 ha dan menghasilkan air baku 0.48 m3/detik. Untuk mengembangkan potensi besar dari keberadaan bendungan ini, terdapat tantangan yaitu penyaluran air bersih dan penanganan masalah sanitasi yang belum merata. Dengan demikian indikasi program utama adalah pembangunan infrastruktur IPAL, SPAM dan penataan lingkungan kumuh.

B. Kawasan (1.2) Industri Lhokseumawe – Bireuen

1) PKN Kota Lhokseumawe

Kota Lhokseumawe adalah sebuah kota di provinsi Aceh, Indonesia. Kota ini berada persis di tengah-tengah jalur timur Sumatera. Berada di antara Banda Aceh dan Medan, sehingga kota ini merupakan jalur

vital distribusi dan perdagangan di Aceh. Pengembangan industri MIGAS, perikanan, dan pupuk urea. Terdapat PT. Arun NGL Co yang melakukan eksplorasi terhadap gas alam dan kondesat. Tantangan yang dihadapi dalam pengembangannya adalah ketersediaan air baku untuk kebutuhan kota Lhokseumawe dan kawasan industri sekitarnya. Indikasi program utama yang dibutuhkan adalah pembangunan infrastruktur distribusi air baku.

2) Kawasan Industri Lhokseumawe

PT. Kertas Kraft Aceh (PT. KKA), PT. Pupuk Iskandar Muda, PT. Asean Aceh Fertilizer dan EXXON Mobil - Arun berada di sekitar kota ini. Dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat dari pabrik-pabrik besar yang dimiliki kota Lhokseumawe, namun tak juga mampu mengangkat derajat kehidupan sebagian besar penduduk asli Lhokseumawe dari bawah garis kemiskinan. Potensi Sektor perikanan: produksi ikan tangkap sebanyak 9.294 ton pertahun. Untuk pariwisata, Kota Lhokseumawe memiliki beberapa pantai yang menjadi daya tarik wisatawan, antara lain Pantai Reulebung Manyang, Pantai Ujung Blang Bireuen, Pantai Dakuta Bungkah, Pantai Lhokseumawe, Pantai Sawang, Pantai Meuraksa, dan Pantai Ulee Rubek.

Terdapat 2 tantangan yang dihadapi dalam pengembangan KI Lhokseumawe yaitu ketersediaan air baku untuk pemenuhan kebutuhan industri di Kota Lhokseumawe dan sekitarnya. Kemudian belum meratanya penyaluran air bersih dan penanganan sanitasi serta terbentuknya kantong – kantong permukiman kumuh. Untuk mengatasi tantangan tersebut maka indikasi program yang disusun adalah pembangunan infrastruktur IPAL, SPAM dan Persampahan, kemudian peningkatan kualitas dan pencegahan permukiman kumuh. C. Kawasan (1.3) Ekonomi Terpadu Banda Aceh Darussalam

1) Pelabuhan Umum Malahayati

Saat ini Pelabuhan Malahayati memiliki dermaga sepanjang 384 meter, yang dapat disandari secara bersamaan oleh kapal ukuran 100 meter. Selain itu, di dermaga yang memiliki kedalaman 9,5 meter itu, Pelindo juga menyediakan tiga unit forklift dan enam truk pengangkut peti kemas. Pelabuhan Malahayati merupakan bagian program tol laut, yang menggagas jaringan maritim nasional sehingga pelabuhan ini termasuk dalam pelabuhan strategis. Tantangan yang dihadapi dalam Pembangunan Pelabuhan malahayati adalah Aksesibilitas antara daerah penghasil bahan baku-pengolahan dan bahan jadi-distribusi.

Dengan demikian perlu adanya pembangunan fasilitas infrastruktur penunjang kegiatan antar wilayah.

2) PKW Banda Aceh

Kota Banda Aceh sebagai ibu kota provinsi diarahkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) serta pusat pemerintahan Aceh sekaligus sebagai pusat koleksi dan distribusi skala regional untuk produksi pertanian, pariwisata, perikanan laut. Potensi terbesar Kota Banda Aceh berada di sektor perdagangan dan jasa. Potensi lainnya adalah potensi pariwisata yang meliputi wisata alam, budaya dan religi. Potensi perikanan terpusat di Ulee Lheue, Alue Naga dan Meuraxa yang dikembangkan menjadi perikanan budi daya.

Adapun tantangan yang dihadapi PKW Banda Aceh adalah ketersediaan air baku untuk kebutuhan kota Banda Aceh yang terus berkembang dan banjir akibat luapan sungai dan abrasi pantau di kawasan muara. Untuk menjawab tantangan pengembangan PKW Banda Aceh, maka indikasi program utama yang disusun adalah pembangunan infrastruktur penyediaan air baku dan infrastruktur pengendali banjir dan abrasi.

3) Bendungan Rajui

Dengan sumber air dari sungai Kr. Rajui, bendungan ini memiliki luas tangkapan air 1.9 km2 yang mampu mengairi lahan irigasi seluas 1000 ha dan menghasilkan air baku 0.64 m3/detik. Bendungan ini untuk mendukung Pengembangan agroindustri padi, kelapa sawit, karet, kopi dan lada. Permasalahan yang dihadapi adalah Aksesibilitas antar kawasan yang masih perlu ditingkatkan kapasitasnya. Dengan demikian perlu adanya peningkatan infrastruktur jalan dan jembatan untuk mengakes potensi yang ada.

4) Bendungan Keureuto

Bendungan Kreung Keureuto akan memiliki kapasitas 167 juta kubik, dengan genangan seluas 900 ha direncanakan menampung air irigasi Alue Bay 4.438 ha, dan menambahkan suplai air irigasi di sekitar Krueng Pase. Dengan potensi bendungan tersebut, diperkirakan waduk terbesar di Sumatera ini bisa menjadi hidro power Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang bisa menghasilkan 7 mega watt (MW), dan ini mencukupi aliran listrik cukup untuk Aceh Utara. Waduk Krueng Keureutoe juga dengan genangan 900 ha tadi. Bendungan Keureuto masih dalam tahap pembangunan dan masih memerlukan

beberapa tahun penyelesaian pekerjaan sebelum dapat berfungsi optimal. Dengan demikian pembangunan infrastruktur penampung air baku sebagai langkah persiapan untuk memanfaatkan bendungan ini. 5) Bendungan Tiro

Dengan sumber air dari sungai Krueng Tiro, bendungan ini mampu mengairi lahan irigasi seluas 6.330 ha. Sementara itu terdapat masalah untuk distribusi air bersih dari bendungan ini. Dengan demikian perlu adanya pembangunan instalasi air bersih dan penunjangnya.

6) Bendungan Rukoh

Dengan sumber air dari sungai Krueng Rukoh, bendungan ini mampu mengairi lahan irigasi seluas 11.950 ha. Di sekitar bendungan ini masih banyak terdapat rumah tidak layak huni yang harus ditingkatkan kualitasnya menjadi rumah sehat. Dengan demikian masalah ini dapat di atasi melalui stimulan rumah sehat bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

7) Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Banda Aceh Darussalam Pengembangan industri prioritas: Industri Kimia Dasar Berbasis MIGAS dan Batubara, Industri Hulu Agro, Industri Tekstil, Alas Kaki dan Aneka, Industri Pangan, Industri Barang Modal, Komponen, Bahan Penolong, dan Jasa Industri, Industri Elektronika dan Telematika, Industri Alat Transportasi. Kawasan ini berguna untuk Pengembangan koridor ekonomi Banda Aceh - Medan - Dumai - Palembang dan koridor ekonomi internasional Ranong - Phuket -Aceh. Tantangan utama dalam pengembangannya adalah ketersediaan air baku bagi Kapet Banda Aceh. Oleh karena itu dibutuhkan pembangunan infrastruktur penampungan dan penyaluran air baku primer.

8) Pelabuhan Penyeberangan Ulele (Ulee Lheue)

Pelabuhan Penyeberangan yang menghubungkan Kota Banda Aceh dengan Kota Sabang sebagai kawasan perdagangan bebas. Pelabuhan yang dibangun kembali di tahun 2005 ini sekarang melayani hingga 4 penyeberangan dalam satu hari dari dan ke Pelabuhan Balohan di pulau Weh. Masih memungkinkan untuk dikembangkan hingga melayani pelayaran ke kota-kota lain di Provinsi Aceh. Tantangan yang dihadapi adalah inefisiensi aksesibilitas antar wilayah akibat pola kota Banda Aceh yang memusat. Dengan demikian perlu adanya pembangunan jalan lingkar yang menghubungkan simpul – simpul dan meningkatkan efisensi konektivitas di Kota Banda Aceh dan sekitarnya.

D. Kawasan (1.4) Lumbung Pangan Peureulak

1) PKW Langsa

Kota Langsa mempunyai luas wilayah 262,41 km2, yang terletak pada posisi antara 04° 24’ 35,68’’ – 04° 33’ 47,03” Lintang Utara dan 97° 53’ 14,59’’ – 98° 04’ 42,16’’ Bujur Timur, dengan ketinggian antara 0 – 25 m di atas permukaan laut. Kota Langsa sebagai wilayah utama KPP Langsa memiliki potensi utama di sektor perkebunan. Pemrosesan hasil perkebunan seperti sawit dan karet juga memiliki peluang untuk dikembangkan di Kota Langsa. Sektor perikanan merupakan sektor unggulan di Kota Langsa, terutama budidaya tambak. Luas area tambak di Kota Langsa mencapai 2.374 ha. Hal ini karena adanya dukungan pelabuhan Kuala Langsa yang memiliki kegiatan intensifikasi dan pemrosesan perikanan beku baik hasil tambak maupun hasil laut. Terdapat beberapa tantangan yang dihadapi yaitu meningkatnya kebutuhan air baku untuk memenuhi berkembangnya kebutuhan irigasi pertanian, kemudian penyaluran air bersih dan penanganan sanitasi yang belum merata, serta penyediaan perumahan untuk memenuhi kebutuhan perkembangan Kota Langsa. Dengan demikian indikasi program yang dibutuhkan adalah pengembangan jaringan/daerah irigasi serta pembangunan waduk dengan kapasitas besar, pembangunan Infrastruktur IPAL, SPAM dan persampahan serta terakhir adalah pembangunan rumah baru dan stimulan pembangunan rumah layak huni.

2) KPPN Idi Rayeuk, Peunaron, Peureulak, Rantau Peureulak

Kawasan Pedesaan Prioritas Nasional yang menjadi pusat pertumbuhan program pemerintah pusat meliputi di antaranya kawasan Kecamatan Idi Rayeuk, Peunaron, Peureulak, Peureulak Barat, Peureulak Timur dan Rantau Peureulak. kawasan lumbung pangan nasional, pengembangan agroindustri padi, kelapa sawit, karet dan kopi. Meningkatnya kebutuhan air baku untuk memenuhi berkembangnya kebutuhan irigasi pertanian adalah tantangan yang harus dihadapi. Dengan demikian pengembangan jaringan daerah irigasi serta pembangunan waduk adalah kebutuhan bagi pengembangan kawasan ini.

E. Kawasan (2.1) Metropolitan Mebidangro

1) Pelabuhan Umum Belawan

Pelabuhan Belawan adalah pelabuhan yang terletak di kota Medan, Sumatera Utara, Indonesia dan merupakan pelabuhan terpenting di

pulau Sumatera. Pelabuhan Belawan adalah pelabuhan tingkat kelas utama yang bernaung di bawah PT. Pelabuhan Indonesia I. Dalam rangka pengembangan Pelabuhan Belawan dibutuhkan banyak tenaga kerja. Dengan demikian akan menciptakan backlog hunian akibat pertumbuhan penduduk. Dibutuhkan pembangunan hunian yang dapat menampung tenaga kerja tersebut.

2) Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan

PPS Belawan terletak pada posisi yang cukup strategis, berada di antara perairan pantai timur Sumatera dan Selat Malaka. Juga berada di perairan Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) Indonesia dan Laut Cina Selatan, yang merupakan pintu masuk bagi kegiatan ekonomi beberapa negara di Asia. Dalam rangka pengembangan Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Belawan dibutuhkan banyak tenaga kerja. Dibutuhkan pembangunan hunian yang dapatmenampung tenaga kerja tersebut.

3) Bandar Udara Kargo Kualanamu

Fasilitas yang menjadi bagian dari Bandara Internasional Kualanamu dengan luas area terminal mencapai 1,3 ha. Kebutuhan utama bagi pengembangan Bandar Udara Kargo Kualanamu adalah kebutuhan penyediaan air bersih, drainase kawasan dan penataan kawasan. Dengan demikian indikasi program yang dibutuhkan adalah pembangunan infrastruktur air minum, drainase kawasan dan penataan kawasan.

4) PKN Kawasan Perkotaan Mebidangro

Kawasan Metropolitan Mebidangro seluas 301.697 ha, meliputi Kota Medan, Kota Binjai, Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Karo. Kawasan Mebidangro memiliki kedudukan strategis terhadap pengembangan Segitiga Ekonomi Regional Indonesia - Thailand - Singapura (IMS-GT). Tantangan pengembangan PKN Kawasan Mebidangro adalah adanya banjir tahunan dan perlu ditingkatkannya jaringan distribusi air baku. Selain itu aksesibilitas antar kawasan masih perlu ditingkatkan. Dengan demikian maka dibutuhkan pembangunan Infrastruktur pengendali banjir dan jaringan distribusi air baku serta pembangunan infrastruktur jalan penunjang aktivitas kawasan.

5) Bendungan Lau Simeme

Bendungan Lau Simeme seluas 17 ha termasuk dalam daftar prioritas 9 bendungan yang akan dibangun tahun 2017. Permasalahan terkait

pembangunan Bendungan Lau Simeme ini adalah belum adanya transmisi distribusi air baku serta jaringan irigasi yang dapat digunakan ketika bendungan lausimeme selesai dibangun. Dengan demikian perlu adanya pengembangan jaringan irigasi dan jaringan air baku. 6) Pelabuhan laut Tanjung Beringin

Pelabuhan yang dibangun sejak tahun 2009 yang diproyeksikan sebagai pelabuhan pendukung tapi hingga saat ini masih belum difungsikan dan bahkan banyak mengalami kerusakan. Distribusi air baku yang masih perlu ditingkatkan untuk memenuhi peningkatan kebutuhan. Oleh karena itu dibutuhkan pembangunan infrastruktur pengendali abrasi dan distribusi air baku.

F. Kawasan (2.2) Pertumbuhan Baru Sei Mangkei – Kuala Tanjung

1) PKW Kota Tebing Tinggi

Kota Tebing Tinggi terletak pada lintas utama Sumatera, yaitu menghubungkan Lintas Timur dan Lintas Tengah Sumatera melalui lintas diagonal pada ruas Jalan Tebing Tinggi, Pematangsiantar, Parapat, Balige dan Siborong-borong. Untuk mengembangkan PKW Tebing Tinggi terdapat tantangan yaitu aksesibilitas kawasan yang masih perlu ditingkatkan. Oleh karena itu dibutuhkan perencanaan dan peningkatan infrastruktur jaringan jalan.

2) KI Kuala Tanjung

Kawasan industri yang berada di Kab. Batubara dan Kab. Deli Serdang yang terintegrasi dengan pengembangan pelabuhan Kuala Tanjung. Kawasan terpadu industri ini sangat penting untuk mengembangkan WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Medan – Tebing Tinggi – Dumai – Pekanbaru, khususnya Kawasan Pertumbuhan Baru Sei Mangkei – Kuala Tanjung. Tantangan pengembanga KI Kuala Tanjung adalah rentan terhadap banjir, longsor dan perlu peningkatan distribusi air baku. Oleh karena itu dibutuhkan pembangunan infrastruktur penahan abrasi, pengendali banjir, penampung air baku berikut jaringan distribusi primer.

3) KI Sei Mangkei

Kawasan Industri Terpadu Kuala Tanjung-Sei Mangkei dengan luas area mencakup 7.000 ha dan merupakan bagian dari KEK Sei Mangkei. Merupakan kawasan strategis bagi pengembangan WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Medan – Tebing Tinggi – Dumai – Pekanbaru, khususnya Kawasan Pertumbuhan Baru Sei Mangkei – Kuala Tanjung. Perlu adanya penanganan secara komprehensif di KI Sei Mangkei.

Penataan kawasan industri dan pembangunan infrastruktur air bersih, persampahan dan pengolahan limbah adalah penanganan yang dibutuhkan.

4) KEK Sei Mangkei

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2012 pada tanggal 27 Februari 2012 dan merupakan KEK pertama di Indonesia yang diresmikan operasionalnya oleh Presiden Joko Widodo pada 27 Januari 2015. Kawasan ini masih sangat membutuhkan aksesibilitas kawasan yang perlu ditingkatkan. Dengan demikian perlu adanya perencanaan dan pembangunan serta peningkatan infrastruktur jalan.

G. Kawasan (2.3) Strategis Priwisata Danau Toba – Samosir

1) PKW Balige

Balige sebagai ibu kota Kabupaten Toba Samosir, memiliki luas wilayah 91.05 km², yaitu 4.50 % dari total luas Kabupaten Toba Samosir. Secara astronomis berada di 2º 15' LS - 2º 21' Lintang Utara dan 99º 00' - 99º 11' Bujur Timur. Sesuai dengan letak astronomis, Kecamatan Balige yang terletak pada wilayah dataran tinggi dengan ketinggian antara 905 – 1.200 meter, tergolong ke dalam daerah beriklim tropis basah. Masalah utama di PKW Balige adalah distribusi air minum yang belum merata. Oleh karena itu diperlukan pembangunan dan peningkatan infrastruktur air minum.

2) PKW Sidikalang

Sidikalang adalah nama sebuah kecamatan di kabupaten Dairi, Sumatera Utara. Sidikalang yang juga merupakan ibu kota Kabupaten Dairi ini secara Geografis berada di barat laut Provinsi Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar 191.625 ha atau sekitar 2,67% dari luas keseluruhan provinsi Sumatera Utara. Tantangan utama adalah Penanganan limbah dan persampahan kawasan masih belum optimal. Dengan demikian dibutuhkan pembangunan infrastruktur pengolahan air limbah (IPAL) dan persampahan yang lebih optimal.

3) PKW Pematangsiantar

PKW Pematangsiantar berada Kota Pematangsiantar merupakan salah satu kota di Provinsi Sumatera Utara, dan kota terbesar kedua di provinsi tersebut setelah Kota Medan. Karena letak Kota Pematangsiantar yang strategis, ia dilintasi oleh Jalan Raya Lintas Sumatera. Kota Pematangsiantar terletak pada garis 2° 53’ 20” - 3° 01’ 00” Lintang Utara dan 99° 1’00” - 99° 6’ 35” Bujur Timur, berada di

tengah–tengah wilayah Kabupaten Simalungun. Memiliki potensi dari sektor industri yang sedari dulu telah menjadi tulang punggung perekonomian kota yang terletak di tengah-tengah Kabupaten Simalungun ini adalah industri besar dan sedang. Selain itu sektor perdagangan dan jasa pun salah satu sektor lain yang berpotensi untuk kedepannya. Terdapat tantangan terkait konektivitas yaitu jalur lintas timur yang rawan kerusakan jalan akibat tonase dan tingginya arus kendaraan dan barang yang bermuatan melebihi kapasitas jalan. Oleh karena itu indikasi program yang disusun adalah peningkatan kapasitas jalan, perbaikan drainase jalan.

4) KSPN Danau Toba

KSPN Danau Toba merupakan salah satu daya tarik wisata alam yang berbasis potensi keanekaragaman dan keunikan lingkungan alam di wilayah daratan yang berupa perairan sungai dan danau. Posisinya yang strategis dalam peta kepariwisataan nasional mampu menarik minat wisatawan domestik dan mancanegara serta menjadi motor penggerak ekonomi pada skala lokal, wilayah dan nasional. Pengembangan KSPN Danau Toba sangat rentan terhadap adanya bahaya banjir dan longsor. Maka diperlukan pembangunan infrastruktur pengendali banjir dan longsor.

5) KPPN Sidikalang

KPPN Sidikalang adalah kawasan Perdesaan Prioritas Nasional yang terdapat di Kabupaten Dairi. Seperti kawasan perdesaan lainnya, aksesibilitas masih menjadi permasalahan yang harus ditangani. Oleh karena itu diperlukan peningkatan infrastruktur jalan.

6) Kawasan Ekosistem Leuser

Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) merupakan salah satu wilayah konservasi paling penting di muka bumi. Terletak di dua provinsi paling utara Sumatera (Aceh dan Sumatera Utara), dengan luas 2,6 juta ha yang sangat kaya keanekaragaman hayati. KEL ini terbentang di 13 Kabupaten (Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, Aceh Singkil, Subulussalam, Aceh Tenggara, Gayo Lues, Aceh Tengah, Bener Meriah, Aceh Utara, Aceh Timur, dan Aceh Tamiang) di Provinsi Aceh dan 4 Kabupaten yaitu Langkat, Dairi, Karo dan Deli Serdang di Provinsi Sumatera Utara. Tantangan utama yang dihadapi berkaitan dengan konservasi dan pemanfaatan kawasan ini secara berkelanjutan.

H. Kawasan (2.4) Industri Dumai

1) PKN Dumai

Potensi pengembangan secara terpadu kawasan pesisir pantainya sebagai kawasan tangkap dan budidaya keramba komoditas unggulan ekspor ikan hidup seperti kerapu, kakap putih, kepiting rajungan dan bawal melalui pemulihan fungsi hutan mangrove. Selain itu dumai juga memiliki potensi wisata budaya dan belanja serta merupakan gerbang menuju Malaysia dan Provinsi Kepulauan Riau. PKN Dumai memiliki potensi pengembangan pariwisata seperti wisata alam, budaya dan belanja. PKN Dumai berkembang pesat sebagai kawasan industri karena letaknya yang strategis dan menjadi muara bagi distribusi minyak bumi dari Duri.

2) PKSN Dumai

Memiliki potensi wisata budaya dan belanja serta merupakan gerbang menuju Malaysia dan Provinsi Kepulauan Riau. PKSN Dumai memiliki potensi pengembangan pariwisata seperti wisata alam, budaya dan belanja. Beberapa daerah wisata di antaranya kawasan konservasi di Kecamatan Sungai Sembilan, hutan wisata di Kecamatan Dumai Barat dan Dumai Timur, kawasan pantai Teluk Makmur di Kecamatan Medang Kampai dan Tasik Bunga Tujuh di Kecamatan Dumai Timur. Sebagai gerbang utama untuk memasuki Riau Daratan, beberapa turis sudah berulang kali mengunjungi Dumai, terutama yang ingin mengunjungi Malaka. Sebagian besar wilayah bergambut, langka air bersih karena pengaruh air asin dan gambut. Indikasi program yang dibutuhkan untuk pengembangan PKSN Dumai adalah pembangunan perkuatan tanggul pantai dan bibir sungai, pembangunan jembatan dan duplikasi, pembangunan air baku dan jaringan, pembangunan pengolahan sampah dan limbah (IPAL).

3) KTM Pulau Rupat

Pulau Rupat merupakan pulau terluar yang berbatasan dengan Malaysia dan dekat dengan PKN Dumai. Memiliki potensi alam sawit, karet, pertanian, perikanan laut dan perikanan budidaya. Selain itu terdapat potensi wisata di Rupat Utara, namun masih minim fasilitas. Pulau Rupat sebagian besar lahan gambut/kubah gambut, jaringan jalan perlu ditingkatkan, sumber air baku dan pengolahan air bersih, pantai rawan abrasi. Maka dibutuhkan Peningkatan jalan lingkar pulau menuju ke pelabuhan, pembangunan sumber air bersih, SPAM, instalasi jaringan, pengolahan sampah dan pembangunan tanggul

pengaman pantai.PKW Bengkalis

Pusat pemerintahan kabupaten Bengkalis, kawasan perkotaan dan permukiman, pusat jasa dan perdagangan Kabupaten Bengkalis. Kawasan strategis menghubungkan menuju ke Karimun, Batam, Bintang, dan pulau lainnya di Kepulauan Riau. Pulau Bengkalis sebagian besar lahan gambut/kubah gambut, jaringan jalan perlu ditingkatkan, sumber air baku, pengolahan air bersih, pengolahan sampah perkotaan, limbah, pantai rawan abrasi. Maka dibutuhkan Peningkatan jalan lingkar pulau menuju ke pelabuhan, pembangunan sumber air bersih, SPAM, instalasi jaringan, pengolahan sampah, dan pembangunan perlindungan pantai.

4) PKW Bagan Siapi – Api

PKW Bagan Siapi – Api adalah pusat jasa dan perdagangan di