• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.3. Kebijakan Pembangunan Pulau Sumatera

1.3.3. Kebijakan Keterpaduan Pengembangan Lintas Kementerian dan

Dalam proses penyusunan program jangka pendek, diperlukan keterpaduan lintas kementerian dan lembaga. Kebijakan terkait keterpaduan pengembangan lintas K/L telah menjadi fokus dalam pelaksanaan pembangunan nasional saat ini. Oleh karena itu disusunlah Masterplan dan

Development Plan untuk menciptakan keterpaduan di seluruh sektor.

Kebijakan pembangunan kawasan strategis bidang ekonomi di Wilayah Sumatera diarahkan menjadi pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang memiliki skala ekonomi dengan orientasi daya saing nasional dan internasional berbasis produksi dan pengolahan hasil bumi serta menjadi lumbung energi nasional. Persebaran kawasan strategis berada di beberapa

provinsi, meliputi: Kawasan Ekonomi Khusus/Kawasan Industri Sei Mangkei, Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api, Kawasan Industri Langsa, rencana pengembangan Kawasan Industri Kuala Tanjung di Provinsi Sumatera Utara, Kawasan Industri Tanggamus di Provinsi Lampung, pengembangan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas di Batam, Bintan, Karimun, dan Sabang, serta pengembangan pusat-pusat pertumbuhan penggerak ekonomi daerah pinggiran lainnya di Provinsi Aceh. Percepatan pembangunan kawasan strategis dilakukan melalui strategi sebagai berikut:

a. Pengembangan Potensi Ekonomi Wilayah di Pulau Sumatera

Pengembangan kegiatan ekonomi di kawasan strategis erat kaitanya dengan memberdayakan masyarakat berbasis potensi ekonomi wilayah, sehingga dapat meningkatkan nilai tambah dan daya saing komoditas unggulan yang dilakukan melalui:

a. Menyiapkan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei dan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api sebagai sentra pengolahan komoditas unggulan kelapa sawit dan karet menjadi produk bernilai tambah tinggi, serta pusat logistik;

b. Mengembangkan industri-industri pengolahan kelapa sawit, karet, serta perikanan dan sumberdaya laut menjadi produk bernilai tambah tinggi berorientasi ekspor;

c. Meningkatkan produktivitas komoditas unggulan kelapa sawit dan karet baik di dalam Kawasan Ekonomi Khusus maupun di sekitar wilayah Kawasan Ekonomi Khusus (kebun rakyat);

d. Mengembangkan industri manufaktur unggulan kawasan berorientasi ekspor di Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Bintan, dan Karimun, serta industri pariwisata di Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang dengan memanfaatkan fasilitas perdagangan bebas dan pelabuhan bebas; serta

e. Menyiapkan sarana dan prasarana perdagangan bebas dan pelabuhan bebas.

b. Percepatan Penguatan Konektivitas

Peningkatan konektivitas antara pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dengan kawasan-kawasan penyangga sekitarnya meliputi:

a. Pengembangan dan pembangunan pelabuhan Pelabuhan Tanjung Api-Api sebagai Pelabuhan Internasional, dan Pelabuhan Kuala Tanjung sebagai Hub Internasional;

b. Pengembangan dan pembangunan terminal peti kemas di Tanjung Api-Api, Belawan, terminal peti kemas di Kuala Tanjung;

c. Pengembangan dan pembangunan pelabuhan Batu Ampar dan Pelabuhan Tanjung Sauh di Batam;

d. Pembangunan jalur kereta api ruas Bandar Tinggi-Kuala Tanjung, ruas Tanjung Enim-Tanjung Api-Api, ruas Spoor Simpang (Gunung Bayu)-Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei;

e. Pengembangan Pelabuhan Malahayati; f. Peningkatan Bandara Sultan Iskandar Muda;

g. Peningkatan kapasitas jalan ruas Palembang-Tanjung Api-Api, Simpang Inalum-Kuala Tanjung; ruas Ujung Kubu-Kuala Tanjung, ruas Simpang Sei Balai-Ujung Kubu, ruas Tanjung Kubah-Kuala Indah, ruas Simpang Mayang-Sei Mangkei-Simpang Pasar Baru- Boluk, ruas Simpang Pasar Baru-Pasar Baru-Dusun Pengkolan-Tinjoan-Sei Mejangkar, ruas Bts Simalungun-Silimbat-Bts Taput, ruas Tanjung Morawa-Saribudolok-Tongging;

h. Pembangunaan akses jalan ruas kawasan industri menuju pusat-pusat distribusi logistik (pelabuhan) dan menuju pusat-pusat-pusat-pusat kegiatan terdekat;

i. Pembangunan jalan tol Batu Ampar-Muka Kuning-Hang Nadim; j. Pembangunan ruas jalan jalan penghubung kawasan-kawasan

strategis;

k. Pengembangan jaringan jalur kereta api di pesisir timur; l. Pembangunan dan peningkatan bendung dan jaringan irigasi; m. Pembangunan Bendungan Lausimeme; serta

n. Pembangunan PLTU di Sumatera Selatan dengan kapasitas 300 MW.

c. Pengembangan Desa dan Kawasan Perdesaan

Sesuai amanat UU No. 6 Tahun 2014, arah kebijakan pengembangan desa dan kawasan perdesaan di Wilayah Sumatera adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana desa, membangun potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan secara berkelanjutan. Pembangunan desa dan kawasan perdesaan diarahkan pula untuk membangun keterkaitan ekonomi local antara perkotaan dan perdesaan melalui integrasi kawasan perdesaan pada 8 kawasan pertumbuhan. Dalam rangka percepatan pembangunan desa dan kawasan perdesaan termasuk di

kawasan perbatasan, daerah tertinggal, kawasan transmigrasi, serta pulau-pulau kecil terluar di Wilayah Sumatera akan dilakukan:

1. Pemenuhan Standar Pelayanan Minimum Desa termasuk permukiman transmigrasi sesuai dengan kondisi geografisnya; 2. Penanggulangan kemiskinan dan pengembangan usaha ekonomi

masyarakat Desa termasuk permukiman transmigrasi;

3. Pembangunan sumber daya manusia, peningkatan keberdayaan, dan pembentukan modal sosial budaya masyarakat Desa termasuk permukiman transmigrasi;

4. Pengembangan kapasitas dan pendampingan aparatur pemerintah desa dan kelembagaan pemerintahan desa secara berkelanjutan 5. Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup

berkelanjutan, serta penataan ruang kawasan perdesaan termasuk di kawasan transmigrasi;

6. Pengembangan ekonomi kawasan perdesaan termasuk kawasan transmigrasi untuk mendorong keterkaitan desa-kota.

d. Peningkatan Keterkaitan Kota dan Desa di Wilayah Sumatera

Peningkatan keterkaitan desa-kota di Wilayah Sumatera diarahkan dengan memperkuat 8 pusat pertumbuhan, yaitu Kawasan Peureulak dan sekitarnya (Provinsi Aceh), Sidikalang dan sekitarnya (Provinsi Sumatera Utara), Tapan dan sekitarnya (Provinsi Sumatera Barat), Batik Nau dan sekitarnya (Provinsi Bengkulu), Baturaja dan sekitarnya (Provinsi Sumatera Selatan), Mesuji dan sekitarnya (Provinsi Lampung), Tanjung Siapi-api dan sekitarnya (Provinsi Sumatera Selatan), serta Toboali dan sekitarnya (Provinsi Bangka Belitung). Kawasan-kawasan ini mencakup kawasan transmigrasi, kawasan agropolitan dan minapolitan, serta kawasan pariwisata.

Kebijakan untuk meningkatkan keterkaitan desa-kota diarahkan untuk mendukung pengembangan kawasan perdesaan menjadi pusat pertumbuhan baru terutama di desa-desa mandiri. Adapun prioritas strategi yang dilaksanakan sebagai berikut:

1. Perwujudan Konektivitas antar Kota Sedang dan Kota Kecil, dan antar Kota Kecil dan Desa;

2. Perwujudan keterkaitan antara kegiatan ekonomi hulu dan hilir desa-kota melalui pengembangan kluster khususnya agropolitan, minapolitan, pariwisata, dan transmigrasi;

3. Peningkatan tata kelola ekonomi lokal yang berorientasi kepada keterkaitan desa-kota.

e. Pengembangan Daerah Tertinggal

Arah kebijakan Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal di Wilayah Sumatera difokuskan pada promosi potensi daerah tertinggal untuk mempercepat pembangunan, sehingga terbangun kemitraan dengan banyak pihak. Promosi daerah tertinggal ini juga akan mendorong

masyarakat semakin mengetahui potensi daerah tersebut dan akan aktif dalam membantu pembangunan, upaya pemenuhan kebutuhan dasar dan kebutuhan pelayanan dasar publik dan pengembangan perekonomian masyarakat yang berbasis energi dan hasil bumi yang didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan infrastruktur penunjang konektivitas antara daerah pinggiran, seperti daerah tertinggal dan kawasan perbatasan ke pusat pertumbuhan. Pembangunan daerah tertinggal dilakukan melalui strategi: (i) Pemenuhan Pelayanan Publik Dasar; (ii) Pengembangan Ekonomi Lokal; (iii) Penguatan Konektivitas dan Sislognas; (iv) Penguatan Kemampuan SDM dan IPTEK; (v) Penguatan Regulasi dan Insentif; (vi) Pembinaan Daerah Tertinggal Terentaskan. Berikut adalah peta sebaran daerah tertinggal di wilayah Pulau Sumatera tahun 2015 – 2017.

f. Pengembangan Kawasan Perbatasan

Arah kebijakan Pengembangan Kawasan Perbatasan di Wilayah Sumatera difokuskan untuk meningkatkan peran sebagai halaman depan negara yang maju dan berdaulat dengan negara Malaysia, Singapura, Thailand, India, Vietnam. Fokus Pengembangan Kawasan Perbatasan di Wilayah Sumatera diarahkan pengembangan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di Wilayah Sumatera, yaitu PKSN Sabang, PKSN Ranai, PKSN Batam, PKSN Dumai, PKSN Lhokseumawe, PKSN Medan, PKSN Terempa, dan PKSN Bengkalis serta mempercepat pembangunan di Kecamatan Lokasi Prioritas (Lokpri) tahun 2015-2019. Strategi pengembangan kawasan perbatasan diarahkan untuk mewujudkan kemudahan aktivitas masyarakat kawasan perbatasan dalam berhubungan dengan negara tetangga dan pengelolaan sumber daya darat dan laut untuk menciptakan kawasan perbatasan yang berdaulat. Strategi tersebut meliputi: (i) Penguatan pengelolaan dan fasilitasi penegasan, pemeliharaan dan pengamanan kawasan perbatasan Sumatera; (ii) Pengembangan Ekonomi Lokal; (iii) Penguatan Konektivitas dan Sislognas; (iv) Penguatan Kemampuan SDM dan Iptek; (v) Penguatan Regulasi dan Insentif.

1.3.4. Kebijakan Keterpaduan Pengembangan Wilayah dan Infrastruktur