• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Laut

5.2 Metode Analisis Identifikasi Potensi di Kabupaten Kupang

5.3.3 Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Laut

Analisis kelayakan usaha budidaya laut dalam penelitian ini terdiri dari empat bagian yaitu budidaya keramba jaring apung, rumput laut, tiram mutiara, dan teripang. Analisis ini dimaksudkan untuk melihat peluang usaha dan profil investasi komoditas atau produk unggulan daerah Kabupaten Kupang khususnya dalam bidang/kegiatan budidaya laut sebagai suatu peluang investasi yang sangat fisibel yang dapat mendorong peningkatan ekonomi wilayah dan masyarakat dalam rangka pengembangan kawasan minapolitan di Kabupaten Kupang.

a. Budidaya Keramba Jaring apung

Untuk mendirikan usaha budidaya ikan kerapu dengan sistem keramba jaring apung (KJA), dibutuhkan sejumlah dana untuk membiayai investasi dan modal kerja. Komponen-komponen biaya investasi ini meliputi : a) pembuatan rakit berukuran 8 m x 8 m, b) pembuatan waring berukuran 1 m x 1 m x 1,5 m, c) pembuatan jaring ukuran 3 m x 3 m x 3 m, d) pembuatan rumah jaga, dan e) pengadaan sarana kerja. Sedangkan untuk modal kerja meliputi : biaya pengadaan benih, pakan, bahan bakar, upah/gaji, dan lain-lain.

Adapun jumlah dana untuk membiayai berbagai komponen biaya di atas, dihitung berdasarkan tingkat harga di lokasi penelitian dan beberapa asumsi sebagai berikut :

1. Umur investasi 5 tahun

2. Sumber dana untuk membiayai kegiatan investasi khusus untuk biaya investasi berasal dari pinjaman sebesar Rp15.000.000,00 dengan tingkat bunga 18% per tahun (flat) dalam jangka waktu 5 tahun

3. Pajak penghasilan 15% per tahun

4. Penyusutan atas aktiva tetap dihitung dengan metoda garis lurus dengan sisa = 0 dan umur ekonomis dari setiap aset 5 tahun

5. Benih yang ditebarkan berukuran 4-5 cm sebanyak 2.500 ekor dengan tingkat kehidupan sampai umur panen 65% dengan berat 450 gr/ekor

6. Jangka waktu pembesaran atau umur produksi untuk mencapai berat jual/panen adalah 12 bulan (1 tahun)

7. Harga jual Rp317.000,00 per kg

Atas dasar asumsi-asumsi di atas, perkiraan biaya investasi dan biaya variabel disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14 Perkiraan biaya investasi usaha budidaya ikan kerapu Komponen Jumlah (Rp) % Biaya investasi 28.597.500,00 26,2 Biaya variabel 68.851.500,00 63,0 Biaya tetap 11.839.000,00 10,8 Total 109.288.000,00 100,0

Total besarnya biaya investasi, biaya variabel dan biaya tetap sebesar Rp109.288.000,00 di mana biaya terbesar adalah biaya variabel mencapai 63% diikuti oleh biaya investasi 26,2% dari total biaya. Rincian biaya investasi, biaya variabel, dan biaya tetap yang diperlukan untuk usaha budidaya ikan kerapu tikus dengan sistem KJA di Kabupaten Kupang disajikan pada Lampiran 15. Sedangkan perhitungan/analisis rugi laba dari usaha budidaya ikan kerapu tikus dengan sistem KJA di Kabupaten Kupang ini didasarkan pada asumsi-asumsi seperti yang telah dikemukan terdahulu. Hasil analisis rugi laba seperti ditunjukkan pada Tabel 15.

Tabel 15 Analisis rugi laba usaha budidaya ikan kerapu

No Uraian Total (Rp)

1 Total biaya 735.896.000,00

2 Total penerimaan 1.212.525.000,00

3 Total pendapatan sebelum pajak 476.629.000,00 4 Pajak penghasilan (15%) 71.494.000,00 5 Total pendapatan bersih setelah pajak 405.134.000,00

Dari Tabel 15, terlihat bahwa usaha budidaya ikan kerapu tikus selama 5 tahun atau 5 kali siklus produksi memberikan pendapatan memberikan pendapatan bersih setelah pajak sebesar Rp405.134.000,00 untuk rinciannya dapat dilihat pada Lampiran 15. Berikutnya adalah analisis cash flow dan kelayakan Investasi yang menggambarkan proyeksi arus penerimaan dan arus pengeluaran dari usaha budidaya ikan kerapu tikus dengan sistem KJA selama 5 tahun usaha (Lampiran 15).

Tabel 16 Kriteria kelayakan usaha budidaya ikan kerapu dengan sistem KJA

No Kriteria kelayakan Nilai kelayakan

1 Net present value/NPV pada DF 18% (Rp) 247.506.000,00

2 Net B/C pada DF 18% 1,65

3 Internal rate of return/IRR (%) 46,6

4 Payback period/PBP tahun ke-1

5 Break event point/BEP : unit (kg)

unit (Rp/kg)

333 138.000,00

Kriteria-kriteria dan nilai kelayakan finansial dari usaha budidaya ikan kerapu tikus dengan sistem KJA di Kabupaten Kupang dapat dilihat pada Tabel 16. Investasi di bidang usaha budidaya ikan kerapu di Kabupaten Kupang dengan teknologi dan kapasitas produksi yang ada, mampu memberikan adanya surplus pendapatan bagi pihak investor.

Dari Tabel 16 terlihat bahwa dalam jangka waktu 1 tahun lebih atau tepatnya 1 tahun 1 bulan produksi dana yang diinvestasikan itu dapat diperoleh kembali. Sedangkan untuk total dana yang diinvestasikan untuk usaha budidaya ikan kerapu tikus dengan sistem KJA di Kabupaten Kupang saat ini, nilai uang yang diterima selama masa investasi (NPV) sebesar Rp247.506.000,00 dengan net B/C 1,65 pada tingkat diskon (DF) 18%. Angka yang ada menunjukkan bahwa kegiatan investasi di bidang usaha budidaya ikan kerapu tikus dengan sistem KJA di Kabupaten Kupang secara finansial layak atau memiliki daya keuntungan yang tinggi.

Dari hasil analisis diperoleh IRR sebesar 46,6% yang bila dibandingkan dengan tingkat suku bunga pinjaman 18% per tahun, hal ini menunjukkan bahwa investasi di bidang budidaya ikan kerapu tikus dengan sistem KJA di Kabupaten Kupang layak untuk diusahakan. Berikutnya untuk mencapai BEP, maka jumlah hasil budidaya ikan kerapu tikus ini setiap tahunnya minimum sebanyak 333 kg atau Rp138.000,00 per kg.

b. Budidaya Rumput Laut

Usaha budidaya rumput laut dengan sistem longline membutuhkan sejumlah dana untuk membiayai investasi dan modal kerja. Komponen-komponen biaya investasi ini meliputi : a) pembuatan unit budidaya rumput laut berukuran 100 m x 30 m, b) pembuatan para-para/tempat penjemuran, c) perahu sampan, dan d) timbangan gantung. Sedangkan untuk modal kerja meliputi : biaya pengadaan bibit, karung jangkar, pelampung botol aqua, pelampung jeregen, dan upah/gaji.

Adapun jumlah dana untuk membiayai berbagai komponen biaya di atas, dihitung berdasarkan tingkat harga di lokasi penelitian dan beberapa asumsi sebagai berikut : (1) umur investasi 1 tahun (1 periode = 6 siklus kegiatan budidaya rumput laut), (2) satu siklus kegiatan budidaya = 45 hari ( Periode budidaya : awal april – oktober), (3) bibit rumput laut awal 2.400 kg, (4) rendemen: berat basah menjadi kering 12,50%, (5) luas lahan budidaya 100 m x 30 m = 3.000 m2, (6) berat bibit rumput laut yang diikat 200 gr, (7) hasil panen

rumput laut 6 kali berat semula, dan (8) harga jual rumput laut kering Rp10.000,00 per kg. Atas dasar asumsi-asumsi di atas, perkiraan biaya investasi sebesar Rp11.800.000,00 dan biaya produksi sebesar Rp63.312.000,00 untuk usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Kupang.

Analisis cash flow dan kelayakan Investasi yang menggambarkan proyeksi arus penerimaan dan arus pengeluaran dari usaha budidaya rumput laut dengan sistem longline selama 1 periode usaha atau 6 kali siklus panen. Pada Lampiran 15 terlihat bahwa investasi di bidang usaha budidaya ikan kerapu di Kabupaten Kupang dengan teknologi dan kapasitas produksi yang ada, mampu memberikan adanya surplus pendapatan bagi pihak investor. Kriteria-kriteria dan nilai kelayakan finansial dari usaha budidaya rumput laut dengan sistem longline di Kabupaten Kupang dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17 Kriteria kelayakan usaha rumput laut dengan sistem long line

No Kriteria kelayakan Nilai kelayakan

1 Net present value/NPV pada DF 18% (Rp) 26.071.186,00

2 Net B/C pada DF 18% 1,44

3 Internal rate of return/IRR (%) 46,6

4 Payback period/PBP (1 siklus panen = 45 hari)

0,5 tahun (5 kali siklus panen) 5 Break event point/BEP :

unit (kg) unit (Rp/kg)

7.511 6.955,00

Dari Tabel 17 terlihat bahwa dalam jangka waktu 0,5 tahun lebih atau tepatnya 5 kali siklus produksi dana yang diinvestasikan itu dapat diperoleh kembali. Sedangkan untuk total dana yang diinvestasikan untuk usaha budidaya rumput laut dengan sistem longline di Kabupaten Kupang saat ini, nilai uang yang diterima selama masa investasi (NPV) sebesar Rp26.071.186,00 dengan Net B/C 1,44 pada tingkat diskon (DF) 18%. Angka yang ada menunjukkan bahwa kegiatan investasi di bidang usaha budidaya rumput laut dengan sistem longline di Kabupaten Kupang secara finansial sangat layak atau memiliki daya keuntungan yang tinggi.

Dari hasil analisis diperoleh IRR sebesar 98,6% yang bila dibandingkan dengan tingkat suku bunga pinjaman 18% per tahun, hal ini menunjukkan bahwa investasi di bidang budidaya rumput laut dengan sistem longline di Kabupaten Kupang sangat layak untuk diusahakan, dan untuk mencapai BEP, maka jumlah hasil budidaya rumput laut ini setiap tahunnya minimum sebanyak 7.511 kg atau Rp6.955,00 per kg.

c. Budidaya Tiram Mutiara

Budidaya tiram mutiara ini menggunakan teknologi sederhana dan modern. Teknologi sederhana berupa rakit tempat pemeliharaan sedangkan teknologi modern yang digunakan adalah bioteknologi untuk perawatan tiram dari spat sampai tiram siap untuk dioperasi. Usaha budidaya mutiara menggunakan tenaga keamanan dengan biaya yang cukup besar untuk mencegah terjadinya penjarahan. Siklus produksi adalah 5 tahun sejak awal usaha dengan melakukan penyuntikan pada spat umur 1,5 tahun. Mutiara dapat dipanen 1,5 tahun setelah penyuntikan. Masa tunggu panen kedua dan ketiga dari proses penyuntikan hanya 1 tahun. Setelah panen pertama, tiram dapat disuntik lagi untuk dipanen 1 tahun berikutnya. Penyuntikan dapat dilakukan 3 kali pada tiram yang sama sehingga selama 5 tahun dapat dilakukan 3 kali panen. Asumsi-asumsi dasar perhitungan untuk usaha budidaya tiram mutiara di Kabupaten Kupang disajikan pada Tabel 18.

Tabel 18 Asumsi-asumsi dasar perhitungan usaha budidaya tiram mutiara

No Uraian Satuan Jumlah/nilai

1 Periode proyek tahun 6

2 Luas tanah dan area budidaya : a. luas tanah untuk kantor & gudang b. jumlah jalur area budidaya

m2 jalur 2.500 30 3 Pembenihan : a. siklus usaha b. lama pemeliharaan c. ukuran spat

d. ukuran spat siap dioperasi e. intensitas operasi tiap tiram f. jangka waktu panen 1 dan ke 2 g. jangka waktu panen 2 dan ke 3

tahun tahun cm cm kali tahun tahun 5 1,5 2 – 3 minimal 9 2 – 3 1 1 4 Harga mutiara dan siput :

a. spat ukuran 2 – 3 cm b. harga mutiara Rp/cm Rp/gr 2.500,00 400.000,00 5 Tenaga kerja :

a. tetap (termasuk manajemen) b. tidak tetap c. tenaga keamanan orang orang orang 5 9 3

6 Pakan untuk spat sampai panen tidak ada

7 Resiko kegagalan panen % 30

8 Isi kolektor ekor 200 – 300

9 Isi net (waring) ekor 20

10 Isi keranjang ekor 10

11 Harga nukleus Rp/kg 4.000.000,00

12 Kebutuhan nukleus kg 10

13 Biaya operasi nukleus ke tiram Rp 10.000,00

Berdasarkan asumsi-asumsi dasar di atas, kebutuhan investasi untuk usaha budidaya tiram mutiara disajikan pada Tabel 19. Investasi yang dibutuhkan untuk usaha budidaya tiram mutiara ini adalah Rp425.800.000,00 dengan umur usaha 5 tahun, maka nilai penyusutan per tahunnya adalah Rp84.960.000,00. Investasi merupakan biaya tetap (fixed cost) yang terdiri dari beberapa komponen seperti biaya perijinan, sewa tanah, sewa bangunan, konstruksi rakit untuk budidaya, dan peralatan-peralatan lainnya. Dalam proyek ini, areal budidaya adalah perairan laut tenang sehingga luas areal budidaya diukur dalam satuan jalur penggantung tiram untuk budidaya mutiara.

Tabel 19 Kebutuhan investasi budidaya tiram mutiara

Jenis Investasi Nilai (Rp) Penyusutan (Rp)

Perijinan 25.000.000,00

Sewa tanah 75.000.000,00 15.000.000,00

Kontruksi tambak 59.700.000,00 16.500.000,00 Peralatan budidaya mutiara 110.100.000,00 22.260.000,00

Bangunan 156.000.000,00 31.200.000,00

Jumlah 425.800.000,00 84.960.000,00

Sumber dana investasi :

a) kredit 70% 298.060.000,00

b) dana sendiri 30% 127.740.000,00

Biaya operasional pada budidaya mutiara sedikit berbeda dengan biaya operasional untuk budidaya produk perikanan lainnnya. Biaya operasional pada budidaya mutiara lebih banyak bersifat tetap sepanjang waktu, mulai dari penebaran spat sampai dengan masa panen. Hal ini dikarenakan pada budidaya mutiara, tidak ada biaya yang dikeluarkan untuk pakan. Biaya operasional pada budidaya mutiara terdiri dari biaya pembelian spat (anakan tiram mutiara), biaya tenaga kerja, dan biaya operasional lainnya, seperti penyuntikkan/operasi tiram mutiara.

Tabel 20 Biaya operasional budidaya tiram mutiara

No Jenis biaya Nilai (Rp)

1 Biaya pembelian spat dan nukleus 52.500.000,00 2 Biaya tenaga kerja tetap 450.000.000,00 3 Biaya tenaga kerja tidak tetap 82.125.000,00 4 Biaya tenaga keamanan 648.000.000,00

5 Biaya bola lampu sorot 1.500.000,00

6 Biaya operasional dan lain-lain 150.000.000,00

Dari Tabel 20 menunjukkan besarnya pengeluaran biaya operasional budidaya tiram mutiara selama lima tahun. Biaya operasional yang harus dikeluarkan untuk 3 kali penyuntikkan/operasi tiram mutiara dalam tahun produksi adalah Rp150.000.000,00 dimana biaya penyuntikkan/operasi Rp10.000,00 per tiram mutiara. Dana yang digunakan untuk investasi ini dilakukan pada tahun nol proyek. Sumber dana pembiayaan investasi diasumsikan 70% berasal dari kredit (Rp298.060.000,00) dan 30% modal sendiri (Rp127.740.000,00). Sumber kredit berasal dari perbankan dan jenis kredit komersial, yang syarat dan tingkat bunganya disesuaikan dengan kondisi masing-masing bank. Untuk usaha budidaya mutiara ini, suku bunga kredit adalah 17% menurun. Perincian hitungan biaya operasional dan total aliran kas dapat dilihat pada Lampiran 15.

Dalam proses produksi budidaya tiram mutiara, setelah dilakukan penyuntikkan/operasi memasukkan inti bundar pada ukuran tiram mutiara 9–10 cm atau setelah 1,5 tahun, maka produksi tiram mutiara akan terjadi pada 1,5 tahun kemudian atau pada tahun ke 3. Dengan mengoperasi 5.000 tiram mutiara, maka akan diperoleh hasil Rp1.750.000.000,00 angka ini memperhitungkan kegagalan maksimal 50% dengan harga jual mutiara Rp400.000,00 per gr. Secara lengkap, proyeksi aliran kas (cash flow) untuk budidaya tiram mutiara selama lima tahun dapat dilihat pada Lampiran 23. Dilihat cash flow selama lima tahun, bahwa pada tahun 0 sampai tahun 2, usaha budidaya ini mengalami defisit karena tiram yang dibudidayakan belum menghasilkan mutiara. Pada tahun ketiga sampai tahun ke-5, usaha budidaya tiram mutiara ini akan memberikan keuntungan Rp3.440.075.000,00. Kriteria-kriteria dan nilai kelayakan finansial dari usaha budidaya tiram mutiara dengan di Kabupaten Kupang dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21 Kriteria kelayakan usaha tiram mutiara di kabupaten Kupang

No Kriteria kelayakan Nilai kelayakan

1 Net present value/NPV pada DF 17% (Rp) 466.431.739,00

2 Net B/C pada DF 17% 1,60

3 Internal rate of return/IRR (%) 25,7

4 Payback period/PBP usaha

kredit

tahun ke-4 3,7 tahun 5 Break event point/BEP :

unit (gr) unit (Rp/gr)

3.650 37.542,00

Hasil perhitungan kelayakan usaha budidaya tiram mutiara menunjukkan bahwa investasi di bidang usaha budidaya tiram mutiara di Kabupaten Kupang dengan teknologi dan kapasitas produksi yang ada, mampu memberikan adanya surplus pendapatan bagi pihak investor. Dari Tabel 21 terlihat bahwa dalam jangka waktu 4 tahun usaha ini mampu mengembalikan modal investasinya atau tepatnya 3 tahun 8 bulan dana kredit itu dapat dibayar kembali. Sedangkan untuk total dana yang diinvestasikan untuk usaha budidaya tiram mutiara di Kabupaten Kupang saat ini, nilai uang yang diterima selama masa investasi (NPV) sebesar Rp466.431.739,00 dengan Net B/C 1,60 pada tingkat diskon (DF) 17%. Angka yang ada menunjukkan bahwa kegiatan investasi di bidang usaha budidaya teripang putih dengan sistem penculture di Kabupaten Kupang secara finansial sangat layak atau memiliki daya keuntungan yang tinggi.

Dari hasil analisis diperoleh IRR sebesar 25,7% yang bila dibandingkan dengan tingkat suku bunga pinjaman 17% per tahun, hal ini menunjukkan bahwa investasi di bidang budidaya tiram mutiara di Kabupaten Kupang layak untuk diusahakan. Berikutnya untuk mencapai BEP, maka jumlah hasil budidaya teripang putih ini setiap tahunnya minimum sebanyak 3.650 gr atau Rp37.550,00 per gr.

d. Budidaya Teripang

Usaha budidaya teripang putih dengan sistem penculture dibutuhkan sejumlah dana untuk membiayai investasi dan modal kerja. Komponen-komponen biaya investasi ini meliputi : a) pembuatan unit penculture berukuran 50 m x 10 m, b) jaring (net), dan c) Tali PE. Sedangkan untuk modal kerja meliputi : biaya pengadaan bibit, pakan tambahan, tenaga kerja, perawatan penculture, dan biaya pengeringan.

Adapun jumlah dana untuk membiayai berbagai komponen biaya di atas, dihitung berdasarkan tingkat harga di lokasi penelitian dan beberapa asumsi sebagai berikut : (1) umur investasi 1 tahun dan lama pemeliharaan 7 bulan, (2) ukuran penculture seluas 500 m2, (3) padat tebar 15 ekor setiap m2, (4) kebutuhan bibit 7.500 ekor, (5) mortalitas 20%, (6) berat rata-rata panen 200 gr, (7) produksi basah 1200 kg dan produksi kering 120 kg, dan (8) harga jual teripang Rp650.000,00 per kg.

Atas dasar asumsi-asumsi di atas, perkiraan biaya investasi sebesar Rp7.296.000,00 dan biaya produksi sebesar Rp53.432.000,00 untuk usaha budidaya teripang putih dengan sistem penculture di Kabupaten Kupang,

selanjutnya, analisis cash flow dan kelayakan Investasi yang menggambarkan proyeksi arus penerimaan dan arus pengeluaran dari usaha budidaya teripang putih dengan sistem penculture selama 1 tahun usaha. Pada Lampiran 15 terlihat bahwa investasi di bidang usaha budidaya teripang putih di Kabupaten Kupang dengan teknologi dan kapasitas produksi yang ada, mampu memberikan adanya surplus pendapatan bagi pihak investor. Kriteria-kriteria dan nilai kelayakan finansial dari usaha budidaya budidaya teripang putih dengan sistem penculture di Kabupaten Kupang dapat dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22 Kriteria kelayakan usaha teripang putih dengan sistem Penculture

No Kriteria kelayakan Nilai kelayakan

1 Net present value/NPV pada DF 18% (Rp) 30.167.026,00

2 Net B/C pada DF 18% 1,22

3 Internal rate of return/IRR (%) 74

4 Payback period/PBP tahun ke-1

5 Break event point/BEP : unit (kg)

unit (Rp/kg)

98,18 177.270,00

Dari Tabel 22 terlihat bahwa dalam jangka waktu 1 tahun atau tepatnya 1 kali produksi dana yang diinvestasikan itu dapat diperoleh kembali. Sedangkan untuk total dana yang diinvestasikan untuk usaha budidaya teripang putih dengan sistem penculture di Kabupaten Kupang saat ini, nilai uang yang diterima selama masa investasi (NPV) sebesar Rp30.167.026,00 dengan Net B/C 1,22 pada tingkat diskon (DF) 18%. Angka yang ada menunjukkan bahwa kegiatan investasi di bidang usaha budidaya teripang putih dengan sistem penculture di Kabupaten Kupang secara finansial sangat layak atau memiliki daya keuntungan yang tinggi.

Dari hasil analisis diperoleh IRR sebesar 74% yang bila dibandingkan dengan tingkat suku bunga pinjaman 18% per tahun, hal ini menunjukkan bahwa investasi di bidang budidaya teripang putih dengan sistem penculture di Kabupaten Kupang sangat layak untuk diusahakan. Berikutnya untuk mencapai BEP, maka jumlah hasil budidaya teripang putih ini setiap tahunnya minimum sebanyak 98,18 kg atau Rp177.270,00 per kg.

5.4 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis potensi keruangan (spasial) dengan menggunakan SIG untuk tiga kecamatan di Kabupaten Kupang, didapatkan luas kesesuaian perairan untuk budidaya rumput laut sebesar 31,43 km2, 3,91 km2

untuk budidaya KJA, 1,91 km2 untuk budidaya tiram mutiara, dan budidaya teripang sebesar 2,37 km2. Berdasarkan hasil analisis daya dukung lahan, budidaya rumput laut pada kategori sangat sesuai dapat memanfaatkan 10.473 unit longline seluas 3000 m2, budidaya KJA pada kategori sangat sesuai dapat memanfaatkan 61.001 unit keramba berukuran 64 m2, budidaya tiram mutiara pada kategori sesuai dapat memanfaatkan 38.887 unit keramba berukuran 49 m2, dan budidaya teripang pada kategori sesuai dapat memanfaatkan 4.743 unit penculture berukuran 500 m2.

Bidang usaha budidaya laut dalam penelitian ini yang meliputi budidaya KJA, rumput laut, tiram mutiara dan teripang merupakan peluang usaha yang mempunyai prospek ekonomi dan finansial yang baik dan layak untuk dikembangkan di Kabupaten Kupang. Hasil analisis finansial menunjukkan bahwa usaha budidaya KJA layak dengan B/C sebesar 1,65 pada DF 18% dan PBP 1,02 tahun (1 tahun 7 hari) produksi dana yang diinvestasikan sudah dapat dikembalikan, usaha rumput laut sangat layak dengan B/C sebesar 1,44 pada DF 18% dan PBP 0,5 tahun (5 siklus produksi) dana yang diinvestasikan sudah dapat dikembalikan, usaha tiram mutiara layak dengan B/C sebesar 1,60 pada DF 17% dan PBP 4 tahun modal yang diinvestasikan sudah dapat dikembalikan (kredit dikembalikan di 3 tahun 8 bulan), dan usaha teripang sangat layak dengan B/C sebesar 1,22 pada DF 18% dan PBP 1 tahun produksi dana yang diinvestasikan sudah dapat dikembalikan.

Abstrak

Dalam rangka pembangunan ekonomi berbasis kelautan dan perikanan dengan pendekatan dan sistem manajemen kawasan, kementerian kelautan dan perikanan mencanangkan program minapolitan. Salah satu tujuan dari program minapolitan adalah mengembangkan kawasan minapolitan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi di daerah dan sentra-sentra produksi perikanan sebagai penggerak ekonomi masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat perkembangan wilayah di Kabupaten Kupang dalam rangka pengembangan kawasan minapolitan. Metode analisis data yang dipakai mencakup analisis tipologi, skalogram, sentralitas, AHP, MPE, dan ISM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wilayah studi di Kabupaten Kupang ini termasuk dalam strata pra kawasan minapolitan II dengan 6 desa dengan tingkat perkembangan lebih maju, 7 desa dengan tingkat perkembangan sedang, dan 11 desa dengan tingkat perkembangan tertinggal. Jenis budidaya laut yang dikembangkan adalah minapolitan rumput laut dimana peran nelayan/pembudidaya sangat dibutuhkan dalam hal peningkatan sumberdaya manusia untuk tujuan peningkatan pendapatan masyarakat. Prioritas lokasi industri pengolahan budidaya laut adalah Desa Tablolong dan lokasi pasar produk budidaya laut bertempat di Kota Kupang sebagai sentra pasar pusat. Kendala yang dihadapi adalah lemahnya tanggung jawab pemerintah terhadap potensi budidaya laut dan cara mengatasinya adalah dengan penyediaan infrastruktur, dan sarana dan prasarana produksi budidaya laut yang memadai.

Kata kunci : perkembangan wilayah, minapolitan

6.1 Pendahuluan

Dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1999-2004 Bab IV Butir G mengamanatkan arah kebijakan pembangunan daerah kawasan timur Indonesia yaitu (1) mempercepat pembangunan ekonomi daerah yang efektif dan kuat dengan memberdayakan pelaku dan potensi daerah, serta memperhatikan penataan ruang, baik fisik maupun sosial sehingga terjadi pemerataan pertumbuhan ekonomi sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah dan (2) meningkatkan pembangunan di seluruh daerah, terutama di kawasan timur Indonesia dengan berlandaskan pada prinsip desentralisasi dan otonomi daerah.

Berdasarkan komitmen pemerintah tersebut di atas, maka Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencanangkan program minapolitan yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan nelayan/pembudidaya yang adil dan merata dan mengembangkan kawasan minapolitan sebagai pusat pertumbuhan

ekonomi daerah. Dalam rangka penetapan suatu wilayah untuk pengembangan minapolitan, sebaiknya terlebih dahulu dikaji sejauhmana tingkat perkembangan wilayah tersebut sehingga dapat diketahui kemajuan-kemajuan yang telah dicapai serta permasalahan-permasalahan yang dihadapi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat perkembangan wilayah di Kabupaten