• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Kapal Kayu dan Kapal Fiberglass

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.4 Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Kapal Kayu dan Kapal Fiberglass

Analisis yang digunakan dalam mengevaluasi aspek ekonomi pembuatan kapal kayu dan kapal fiberglass yaitu dengan menganalisis usaha pembuatan

kapal kayu dan kapal fiberglass. Komponen ini meliputi biaya investasi, biaya operasional (biaya tetap dan biaya variabel) dan penerimaan pemilik galangan. Pada perhitungan usaha pembuatan kedua jenis kapal ini digunakan asumsi- asumsi sebagai berikut:

1) Umur usaha kedua jenis pembuatan kapal yaitu 10 tahun; 2) Pembuatan kapal dalam satu tahun memproduksi empat kapal; 3) Galangan kapal ini akan dikembangkan di satu lokasi; dan

4) Biaya dan informasi yang ada berdasarkan hasil wawancara terhadap pemilik galangan.

Selanjutnya dijelaskan satu persatu penjelasan dari masing-masing komponen biaya investasi, biaya operasional dan penerimaan pemilik galangan di bawah ini. (1) Biaya investasi

Biaya investasi dalam pembuatan kapal kayu meliputi biaya pembelian gergaji, palu, golok, kapak, mesin serut kayu, mesin bor, alat press, pahat, pandel dan mesin pemotong kayu. Pada kapal fiberglass, investasi yang dikeluarkan ada sedikit tambahan yaitu biaya pembuatan cetakan kapal. Uraian dari biaya investasi pembuatan kedua kapal ini dapat dilihat pada Tabel 15 di bawah ini.

Tabel 15 Rincian biaya investasi pembuatan kapal kayu dan kapal fiberglass

Kapal kayu Kapal fiberglass Uraian (Rp) Uraian (Rp) Lokasi galangan 75.000.000 Lokasi galangan 75.000.000 Gergaji kecil 10.000 Cetakan perahu 20.000.000 Gergaji besar 40.000 Mesin bor 650.000 Palu besar 50.000 Mesin gerinda 750.000 Palu kecil 15.000 Gergaji 50.000 Golok 25.000 Palu kecil 20.000 Kapak 100.000 Palu besar 35.000 Mesin serut kayu 500.000 Alat press 15.000 Mesin bor 1.000.000 Bedok 35.000 Alat press 75.000 Serut kayu 35.000

Pahat 15.000

Pandel/Rimbas 30.000 Mesin pemotong kayu 2.000.000 Total 78.860.000 Total 96.590.000

Sumber: Data Olahan, 2011

Berdasarkan Tabel 15 diketahui bahwa total biaya investasi kapal kayu yaitu sebesar Rp78.860.000,00 jumlah ini lebih kecil jika dibandingkan total investasi kapal fiberglass yaitu sebesar Rp96.590.000,00.

(2) Biaya operasional

Biaya operasional terdiri atas biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel dalam pembuatan kapal kayu dan kapal fiberglass ini meliputi biaya material utama, biaya material pendukung, dan upah tenaga kerja. Selanjutnya untuk biaya tetap meliputi biaya listrik, penyusutan peralatan, dan pemeliharaan peralatan. Uraian dari biaya operasional pembuatan kedua jenis kapal dapat dilihat pada Tabel 16 di bawah ini.

Tabel 16 Biaya operasional pembuatan kapal kayu dan kapal fiberglass

Uraian Kapal kayu Kapal fiberglass 1. Biaya variabel

a. Biaya material utama 416.000.000 347.475.000 b. Biaya material pendukung 80.080.000 12.012.500 c. Upah tenaga kerja 100.000.000 80.000.000 2. Biaya tetap

a. Listrik 1.800.000 960.000 b. Pemeliharaan peralatan 690.000 1.300.000 c. Penyusutan peralatan 1.207.500 4.781.667 Total 599.777.500 446.529.167

Sumber: Data Olahan, 2011

Berdasarkan Tabel 16 diketahui bahwa biaya variabel kapal kayu lebih besar dibandingkan kapal fiberglass. Pada biaya tetap kapal kayu biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan listrik lebih besar dikarenakan penggunaan listrik pada pembuatan kapal kayu lebih banyak. Sementara pada biaya penyusutan peralatan, kapal fiberglass memiliki biaya yang lebih besar daripada kapal kayu. Hal ini terjadi karena pada pembuatan kapal fiberglass membutuhkan komponen cetakan kapal yang memiliki biaya yang paling besar.

(3) Penerimaan

Penerimaan yang diperoleh dari usaha pembuatan kapal kayu dan kapal fiberglass diperoleh dari hasil penjualan kapal yang telah diproduksi. Pada produksi kapal kayu, galangan kapal dalam setahun dapat menjual kapal sebanyak 4 unit. Sama seperti galangan kapal fiberglass, dalam setahun dapat memproduksi dan menjual kapal sebanyak 4 unit. Kapal kayu dan kapal fiberglass ini di jual dengan harga per unitnya yaitu sebesar Rp165.833.250,00 sedangkan untuk kapal fiberglass di jual dengan harga per unitnya yaitu sebesar Rp106.765.084,00.

Keuntungan yang diambil dari penjualan kapal kayu per unitnya yaitu sebesar Rp15.075.500,00 dan kapal fiberglass sebesar Rp9.705.917,00 atau sekitar 10 %

dari total biaya pembuatannya. Total penerimaan yang diperoleh dari penjualan kapal kayu dalam setahun sebesar Rp663.333.000,00 sedangkan untuk kapal fiberglass dalam setahun mendapatkan penerimaan sebesar Rp427.060.336,00. (4) Analisis usaha

Parameter yang digunakan dalam mengetahui kelayakan usaha pembuatan kapal kayu dan kapal fiberglass yaitu dengan mencari nilai keuntungan, R/C, profitabilitas, NPV, IRR, PP dan net B/C. Nilai dari masing-masing parameter tersebut disajikan pada Tabel 17 di bawah ini. Rincian nilai lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 9,10,11 dan 12.

Tabel 17 Hasil analisis usaha pembuatan kapal kayu dan kapal fiberglass

Parameter Kapal kayu Kapal fiberglass Keuntungan (tahun) 63.555.500,00 52.428.669,00 R/C (tahun) 1,11 1,14 PP 1,24 1,84 NPV 281.197.498,89 204.774.350,15 IRR 81 % 57 % Net B/C 4,57 3,12

Sumber: Data Olahan, 2011

Berdasarkan Tabel 17 dapat dilihat bahwa dari semua parameter yang terdapat pada usaha pembuatan kapal kayu dan kapal fiberglass yaitu nilai keuntungan, R/C, NPV, IRR, dan net B/C terlihat bahwa usaha pembuatan kapal kayu dan kapal fiberglass layak untuk dikembangkan. Berikut di bawah ini dapat dilihat penjelasan dari masing-masing parameter yang tersebut.

Keuntungan merupakan penerimaan pemilik galangan yang diperoleh dari selisih antara total pemasukan yang diterima dengan total pengeluaran yang dikeluarkan. Pada kapal kayu diperoleh keuntungan per tahunnya sebesar Rp63.555.500,00 sedangkan pada kapal fiberglass keuntungan yang diperoleh sebesar Rp52.428.669,00. Hal ini artinya bahwa usaha pembuatan kapal kayu memiliki nilai keuntungan yang lebih besar dibandingkan usaha pembuatan kapal fiberglass per tahunnya.

Revenue cost ratio merupakan perbandingan antara total penerimaan dan total biaya. Nilai R/C lebih besar dari satu dapat diartikan bahwa total penerimaan yang diperoleh lebih besar dari total pengeluaran, sehingga menghasilkan keuntungan. Nilai R/C yang diperoleh pada usaha kapal kayu yaitu 1,11 dan usaha

kapal fiberglass yaitu 1,14. Berdasarkan nilai R/C tersebut dapat diketahui bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan pada pembuatan kapal fiberglass akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp1,14,00. Nilai ini lebih besar apabila dibandingkan dengan penerimaan pada pembuatan kapal kayu yaitu sebesar Rp1,11,00.

Payback Period (PP) merupakan waktu yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran biaya investasi dengan menggunakan aliran kas dalam satu bulan atau tahun. Pada kapal kayu diperoleh PP sebesar 1,24 sedangkan pada kapal fiberglass diperoleh nilai PP sebesar 1,84. Hal ini berarti bahwa pada usaha pembuatan kapal kayu dapat mengembalikan modal yang diinvestasikan dalam jangka waktu satu tahun dua bulan 26 hari, sedangkan pada kapal fiberglass dalam jangka waktu satu tahun 10 bulan dua hari modal yang diinvestasikan sudah dapat kembali. Dengan demikian, diketahui bahwa usaha pembuatan kapal kayu lebih cepat pengembalian modalnya dibandingkan usaha kapal fiberglass.

Net Present Value (NPV) merupakan nilai sekarang yang akan diperoleh pada masa mendatang dan merupakan selisih antara nilai sekarang dari penerimaan dan nilai sekarang dari pengeluaran atau jumlah nilai sekarang dari mannfaat bersih selama umur bisnis. Nilai NPV yang diperoleh pada usaha pembuatan kapal kayu yaitu Rp281.197.498,89. Nilai ini diperoleh selama umur proyek 10 tahun. Sementara itu, nilai NPV yang diperoleh pada usaha pembuatan kapal fiberglass yaitu Rp.204.774.350,15 dengan umur proyek selama 10 tahun. Kedua nilai NPV ini diperoleh dengan discount factor sebesar 12 %. Dengan demikian, selama umur usaha 10 tahun diketahui bahwa usaha pembuatan kapal kayu memiliki nilai keuntungan lebih besar dibandingkan usaha kapal fiberglass.

Internal Rate of Return (IRR) merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengembalian bisnis terhadap investasi yang ditanamkan. Pada usaha pembuatan kapal kayu dihasilkan IRR sebesar 81 %, sedangkan pada usaha pembuatan kapal fiberglass IRR yang di peroleh yaitu sebesar 57 %. Nilai tersebut menyatakan bahwa usaha pembuatan kapal kayu memiliki tingkat keuntungan internal yang lebih besar atas investasi yang ditanamkan jika dibandingkan dengan usaha pembuatan kapal fiberglass. Nilai

IRR kedua usaha tersebut lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku yaitu 12 %, sehinga kedua usaha tersebut layak untuk dijalankan.

Net B/C merupakan perbandingan manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Nilai net B/C yang dihasilkan pada usaha pembuatan kapal kayu yaitu sebesar 4,57. Sementara itu, nilai net B/C yang diperoleh pada usaha kapal fiberglass yaitu sebesar 3,12. Hal ini dapat diketahui bahwa nilai net B/C pada usaha kapal kayu lebih besar dibandingkan pada usaha kapal fiberglass, dapat diartikan bahwa pada tingkat suku bunga 12 % per tahun, jika kedua usaha tersebut mengeluarkan biaya yang sama, benefit yang diperoleh usaha kapal kayu akan lebih besar.

Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa usaha pembuatan kapal kayu dan kapal fiberglass layak untuk dikembangkan. Sementara itu, berdasarkan nilai ke enam parameter tersebut secara umum dapat diketahui bahwa usaha pembuatan kapal kayu lebih menguntungkan dibandingkan usaha pembuatan kapal fiberglass.

Dokumen terkait