• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEPUASAN PETANI TEBU MITRA TERHADAP KEMITRAAN DENGAN PG PAKIS BARU

Analisis Kepuasan Petani Mitra

Evaluasi kemitraan dapat dilihat dari tingkat kepuasan petani mitra yang menjalankannya. Kepuasan petani terhadap kemitraan menunjukkan kualitas pelayanan yang diberikan oleh perusahaan inti terhadap kemitraan dengan petani plasmanya. Atribut yang digunakan dalam mengevaluasi kemitraan ditentukan berdasarkan lima kelompok pembagian menurut Rangkuti, 2003. Lima dimensi yang dievaluasi dalam kemitraan tersebut yaitu keandalan (reliability), ketanggapan (responsiveness), jaminan (assurance), empati (emphaty), dan berwujud (tangible). Hasil penilaian ini akan menunjukkan atribut-atribut apa saja yang perlu diperbaiki kinerjanya oleh perusahaan inti untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Lima dimensi kualitas pelayanan yang diberikan PG Pakis Baru dengan menggunakan pendekatan prinsip kemitraan yaitu saling menguntungkan, saling memperkuat, dan saling memerlukan, serta berdasarkan etika bisnis dalam kemitraan yaitu adanya karakter, integritas, dan kejujuran, kepercayaan, komunikasi yang terbuka, adil, keinginan pribadi dari pihak bermitra, serta adanya keseimbangan antara insentif dan risiko, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat 11 atribut yang diukur tingkat kepentingan dan kinerjanya. Dimana tingkat kepentingan dari atribut tersebut merupakan harapan dari petani tebu mitra responden. Atribut yang diukur tingkat kepentingan dan kinerjanya adalah sebagai berikut :

1 Prosedur penerimaan kemitraan di PG Pakis Baru (dimensi kualitas pelayanan responsiveness dengan prinsip saling menguntungkan karena prosedur penerimaan menjadi mitra mudah dan terbuka serta terdapat perjanjian tertulis, dan pihak PG Pakis Baru mendapatkan tambahan jumlah pasokan tebu sebagai bahan baku produksinya dari petani tebu yang menjadi mitranya dengan etika bisnis karakter yaitu petani tebu yang telah melaksanakan usahatani tebu selama minimal dua tahun, integritas tinggi, kejujuran dalam pelaksanaan kemitraan, kepercayaan dari petani tebu mitra kepada PG Pakis Baru dan kepercayaan dari PG Pakis Baru terhadap petani tebu mitra, serta adanya keinginan pribadi dari pihak yang bermitra untuk dapat menghasilkan nilai tambah dengan adanya hubungan kemitraan seperti untuk meningkatkan modal dan keuntungan)

2 Kualitas bibit yang disediakan oleh PG Pakis Baru (dimensi kualitas pelayanan tangible dengan prinsip saling menguntungkan karena petani dimudahkan dalam perolehan bibit dan PG Pakis Baru yang akan diuntungkan karena kualitas bibit yang disediakan oleh PG Pakis Baru adalah bibit unggul yang cepat tumbuh dan menghasilkan tebu dengan kualitas baik dengan etika bisnis kemitraan adanya keseimbangan antara insentif dan risiko karena dengan adanya bibit unggul yang dibantu PG

Pakis Baru dalam penyediannya, petani akan menggunakan bibit unggul dalam budidaya tebunya sehingga risiko gagal panen dapat diminimalisir) 3 Pengetahuan dan kemampuan komunikasi pendamping yang diberikan PG

Pakis Baru (dimensi kualitas pelayanan reliability dengan prinsip saling memerlukan karena dalam proses budidayanya petani mitra membutuhkan informasi atau tambahan pengetahuan terkait proses budidaya tebu untuk dapat menghasilkan tebu yang manis dan rendemennya tinggi serta kualitas yang baik seperti batang tebu yang lurus, dan PG Pakis Baru memerlukan petani untuk kelangsungan produksinya karena petani mitra menghasilkan tebu yang digunakan sebagai bahan baku produksi PG Pakis Baru dengan etika bisnis kemitraannya adalah komunikasi yang terbuka agar dapat memunculkan ide atau gagasan baru untuk menghasilkan tebu dengan kualitas maupun kuantitas yang lebih baik) 4 Kemudahan pendamping untuk dihubungi dan ditemui oleh petani tebu

mitra (dimensi kualitas pelayanan yang adalah emphaty dengan prinsip saling memerlukan karena petani memerlukan adanya pendamping yang mampu menemani petani mitra selama proses budidaya tebu berlangsung sehingga dapat mengurangi permasalahan petani tebu mitra, dan PG Pakis Baru memerlukan petani tebu mitra karena petani mitra dapat menghasilkan tebu yang digunakan sebagai bahan baku produksi PG Pakis Baru dengan etika bisnis adalah komunikasi yang terbuka karena akan membantu memunculkan ide atau gagasan dalam menyikapi permasalahan yang dirasakan oleh petani tebu mitra selama budidaya berlangsung)

5 Frekuensi pembinaan kepada petani tebu mitra yang diadakan oleh PG Pakis Baru (dimensi kulitas pelayanannya adalah reliability dengan prinsip saling memperkuat karena dengan adanya pembinaan kepada petani tebu mitra akan semakin meningkatkan kemampuan dari petani tebu mitra dan dapat memantau keadaan tebu petani mitra selama proses budidaya sehingga dapat lebih terjamin kualitas dari tebu hasil petani mitra yang akan digunakan sebagai bahan baku produksi PG Pakis Baru yang akan mempengaruhi gula yang dihasilkan, etika bisnis kemitraan dari atribut ini adalah adanya keseimbangan antara intensif dan risiko karena dengan adanya pembinaan yang tepat waktu maka dapat membantu petani dalam menghadapi permasalahan selama budidaya berlangsung yang dapat mengurangi tingkat risiko gagal panen oleh petani tebu mitra yang berdampak pada produksi PG Pakis Baru)

6 Penetapan standar produksi oleh PG Pakis Baru terkait tebu yang dihasilkan petani mitra (dimensi kualitas pelayanannya adalah reliability dengan prinsip saling menguntungkan karena PG Pakis Baru menetapkan standar tebu hasil petani mitra dengan menggunakan standar secara umum yang mudah dipenuhi oleh petani tebu mitra yaitu bersih, manis, dan segar yang akan berpengaruh terhadap gula yang dihasilkan oleh PG Pakis Baru karena apabila standar tebu sudah terpenuhi, maka gula yang dihasilkan juga akan berkualitas baik sehingga dapat meningkatkan nilai jual dari gula tersebut. Etika bisnis kemitraan yang digunakan adalah kepercayaan, karena PG Pakis Baru percaya bahwa dengan standar yang ditetapkan menganut penetapan standar secara umum, maka petani tebu mitra akan

mampu memenuhi standar yang ditetapkan sehingga hasil tebunya akan memuaskan, selain itu petani mitra percaya bahwa dalam penentuan standar tersebut PG Pakis Baru tidak akan melakukan kecurangan dalam penentuannya)

7 Respon PG Pakis Baru terhadap keluhan yang dirasakan petani tebu mitra terkait budidaya tebu (dimensi kualitas pelayanannya adalah responsiveness dengan prinsip saling memerlukan karena petani memerlukan respon yang cepat dan tanggap dari PG Pakis Baru dalam mengatasi permasalahan yang muncul dan PG Pakis Baru memerlukan petani tebu mitra untuk mendapatkan pasokan bahan baku tebu yang digunakan dalam produksinya. Etika bisnis kemitraan yang dijalankan adalah keseimbangan antara intensif dan risiko, hal tersebut dikarenakan dengan adanya respon dari PG Pakis Baru atas keluhan petani tebu mitra maka akan dapat meminimalisir kerugian akibat kegagalan dari petani tebu mitra)

8 Kesesuaian harga jual tebu petani mitra dengan harga tebu di pasar (dimensi kualitas pelayanannya adalah reliability dengan prinsip saling menguntungkan karena harga tebu yang ditetapkan oleh PG Pakis Baru lebih tinggi daripada PG lainnya dengan kadar rendemen yang sama sehingga petani merasa untung dengan menjual tebu ke PG Pakis Baru dan petani lebih loyal untuk menjual tebu hasil produksinya ke PG Pakis Baru, dimana keuntungan yang diperoleh PG Pakis Baru adalah kontinuitas dalam perolehan bahan baku tebu dari petani mitra untuk proses produksi PG Pakis Baru. Etika bisnis kemitraan yang terdapat pada atribut ini adalah adil karena harga disesuaikan dengan kualitas tebu yang dihasilkan, dan kualitas tebu tersebut merupakan hasil dari usaha petani selama proses budidaya)

9 Kecepatan pembayaran hasil panen kepada petani tebu mitra oleh PG Pakis Baru (dimensi kualitas pelayanannya adalah responsiveness dengan prinsip saling menguntungkan karena petani mendapatkan hasil dari budidayanya dengan cepat untuk dapat dimanfaatkan sesuai kebutuhan petani baik untuk keperluan usaha tani tebu selanjutnya maupun untuk keperluan pribadi lainnya, sehingga petani akan merasa puas terhadap pembayaran hasil panennya yang akan mendorong petani untuk terus menjual hasil tebunya kepada PG Pakis Baru sehingga jumlah pasokan bahan baku PG Pakis Baru terus meningkat. Etika bisnis kemitraan yang terdapat dalam atribut ini adalah keseimbangan antara insentif dan risiko karena PG Pakis Baru melakukan pembayaran terhadap hasil panen petani tebu mitra secara cepat dan tepat waktu sebagai balasan dari adanya usaha yang dilakukan oleh petani mitra dalam menghasilkan tebu sesuai dengan yang diharapkan oleh PG Pakis Baru)

10 Adanya bantuan tebang angkut tebu kepada petani mitra oleh PG Pakis Baru (dimensi kelitas pelayanannya adalah tangible dengan prinsip saling memperkuat karena adanya bantuan tebang angkut yang diberikan PG Pakis Baru kepada petani tebu mitra dapat memudahkan petani dalam proses penebangan tebu dan pengangkutan tebu dari lahan petani menuju ke PG Pakis Baru, selain itu dengan adanya bantuan tebang angkut tebu dari PG Pakis Baru juga dapat menjamin keadaan tebu (mengurangi risiko

kerusakan tebu akibat mobilisasi tebu dari lahan ke PG Pakis Baru) dan menjamin ketepatan waktu tiba di PG Pakis Baru sehingga tidak mengurangi kualitas dari tebu yang dihasilkan petani mitra. Etika bisnis yang digunakan dalan atribut ini adalah adil karena pihak PG Pakis Baru telah melakukan pengorbanan dengan memberikan bantuan tebang angkut kepada petani tebu mitra untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar)

11 Adanya kompensasi yang diberikan PG Pakis Baru kepada petani tebu mitra (dimensi kualitas pelayanannya adalah emphaty dengan prinsip saling menguntungkan karena terdapat kemampuan dan kekuatan yang sama dalam bermitra tetapi terdapat posisi tawar yang setara berdasarkan peran dari masing-masing pelaku mitra yaitu PG Pakis Baru dan petani tebu mitra dan tidak ada eksploitasi atau perasaan dirugikan dari penetapan standar tebu hasil petani tebu mitra yang berhak mendapatkan kompensasi datau bonus dari PG Pakis Baru. Etika bisnis dalam atribut ini adalah adil yaitu karena ditunjukkan dari adanya pengorbanan yang dilakukan oleh petani tebu mitra untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal, dimana pengorbanan yang dilakukan petani tebu mitra tidak berbentuk negatif atau merugikan tetapi bersifat positif yaitu dengan berkorban dalam arti mengikuti segala aturan dan bimbingan yang diberikan oleh PG Pakis Baru selama budidaya tebunya berlangsung)

Analisis Kesesuaian Skor Kepentingan dan Kinerja

Tingkat kesesuaian petani tebu mitra merupakan presentase perbandingan antara total skor kinerja atau kepuasan dengan total skor kepentingan atau harapan. Skor kinerja atau kepuasan menunjukkan pelaksanaan serta pelayanan yang telah diberikan PG Pakis Baru selama kemitraan berlangsung berdasarkan masing-masing atribut yang telah ditetapkan. Skor kepentingan atau harapan menunjukkan sejauh mana harapan dan keinginan petani tebu mitra terhadap jalannya kemitraan sesuai dengan atribut yang telah ditetapkan. Petani tebu mitra responden dianggap puas terhadap kinerja suatu atribut bila tingkat kesesuaiannya lebih dari atau sama dengan seratus persen. Sebaliknya, bila tingkat kesesuaian atribut kurang dari seratus persen maka petani tebu mitra responden belum puas terhadap kinerja atribut tersebut. Tingkat kesesuaian atribut kemitraan antara PG Pakis baru dengan petani tebu mitranya dapat dilihat pada tabel 4.

Table 10 Tingkat kesesuaian atribut berdasarkan skor kepentingan dan kinerja menurut petani tebu mitra responden

No . Atribut Skor Kepentingan Skor Kinerja Tingkat Kesesuaian (%) 1

Prosedur penerimaan kemitraan

di PG Pakis Baru

(responsiveness) 3.56 3.78 106.18

2 Kualitas bibit yang disediakan

oleh PG Pakis Baru (tangible) 3.59 3.38 94.15 3

Pengetahuan dan kemampuan komunikasi pendamping yang diberikan PG Pakis Baru

(reliability) 3.44 3.28 95.35

4

Kemudahan pendamping untuk dihubungi dan ditemui oleh

petani tebu mitra (emphaty) 3.66 3.25 88.80

5

Frekuensi pembinaan kepada petani tebu mitra yang diadakan

oleh PG Pakis Baru (reliability) 3.16 3.00 94.94 6

Penetapan standar produksi oleh PG Pakis Baru terkait tebu yang dihasilkan petani mitra

(reliability) 3.25 3.06 94.15

7

Respon PG Pakis Baru terhadap keluhan yang dirasakan petani tebu mitra terkait budidaya tebu

(responsiveness) 3.75 2.44 65.07

8

Kesesuaian harga jual tebu petani mitra dengan harga tebu di pasar

(reliability) 3.50 3.81 108.86

9

Kecepatan pembayaran hasil panen kepada petani tebu mitra oleh PG Pakis Baru

(responsiveness) 3.75 3.91 104.27

10

Adanya bantuan tebang angkut tebu kepada petani mitra oleh PG

Pakis Baru (tangible) 3.31 2.88 87.01

11

Adanya kompensasi yang diberikan PG Pakis Baru kepada

Berdasarkan tabel 10, dapat diketahui bahwa dari 11 atribut hanya 4 atribut yang memiliki tingkat kesesuaian atribut lebih dari seratus persen, yaitu prosedur penerimaan kemitraan di PG Pakis Baru, kesesuaian harga jual tebu petani mitra dengan harga tebu di pasar, kecepatan pembayaran hasil panen petani tebu mitra oleh PG Pakis Baru, dan adanya kompensasi yang diberikan PG Pakis Baru kepada petani tebu mitra. Nilai kesesuaian atribut yang melebihi seratus persen tersebut menunjukkan bahwa petani tebu mitra sudah puas dengan kinerja dari atribut tersebut. Atribut mengenai respon PG Pakis Baru terhadap keluhan petani tebu mitra terkait budidaya tebu mempunyai tingkat kesesuaian paling rendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa petani tebu mitra masih belum puas dengan kesigapan PG Pakis Baru dalam menanggapi keluhan petani yang masih tergolong lambat.

PG Pakis Baru harus mampu memahami apa yang diinginkan oleh petani mitra untuk meningkatkan kualitas pelayanannya dalam upaya memuaskan kebutuhan petani tebu mitra. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan PG Pakis Baru, maka perlu dilihat seberapa penting atribut-atribut kemitraan yang telah diberikan kepada petani tebu mitra, serta seberapa puas petani terhadap atribut- atribut kemitraan tersebut.

Importance Performance Analysis (IPA)

Table 11 Koordinat nilai kinerja (x) terhadap kepentingan (y) pada matriks IPA

No . Atribut Kinerja (X) Kepentingan (Y) Kuadran Input 1

Prosedur penerimaan kemitraan

di PG Pakis Baru

(responsiveness) 3.78 3.56 II

2 Kualitas bibit yang disediakan

oleh PG Pakis Baru (tangible) 3.38 3.59 II

Produksi 3

Pengetahuan dan kemampuan komunikasi pendamping yang diberikan PG Pakis Baru

(reliability) 3.28 3.44 IV

4

Kemudahan pendamping untuk dihubungi dan ditemui oleh

petani tebu mitra (emphaty) 3.25 3.66 I

5

Frekuensi pembinaan kepada petani tebu mitra yang diadakan

oleh PG Pakis Baru (reliability) 3.00 3.16 III 6

Penetapan standar produksi oleh PG Pakis Baru terkait tebu yang dihasilkan petani mitra

(reliability) 3.06 3.25 III

7

Respon PG Pakis Baru terhadap keluhan yang dirasakan petani tebu mitra terkait budidaya tebu

(responsiveness) 2.44 3.75 I

Output 8

Kesesuaian harga jual tebu petani mitra dengan harga tebu

di pasar (reliability) 3.81 3.50 II

9

Kecepatan pembayaran hasil panen kepada petani tebu mitra oleh PG Pakis Baru

(responsiveness) 3.91 3.75 II

10

Adanya bantuan tebang angkut tebu kepada petani mitra oleh

PG Pakis Baru (tangible) 2.88 3.31 III

11

Adanya kompensasi yang diberikan PG Pakis Baru

(emphaty)

Rata-rata 3.28 3.47

Metode Importance Performance Analysis (IPA) digunakan untuk menggolongkan atribut-atribut pelayanan kemitraan kedalam skala prioritas sehingga dapat diukur sejauh mana kinerja atribut pelayanan yang dilaksanakan oleh PG Pakis Baru serta sejauh mana pelaksanaan atribut-atribut tersebut mempengaruhi harapan petani tebu mitra sehingga petani merasa puas. Berdasarkan tabel 5, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata dari tingkat kinerja adalah 3,28. Atribut-atribut dengan nilai kinerja diatas rata-rata berjumlah 6 atribut. Tingkat kepentingan mempunyai nilai rata-rata 3,47 dan atribut yang mempunyai nilai diatas rata-rata tersebut berjumlah 6 atribut. Untuk dapat melihat posisi atribut di dalam skala prioritas, maka digunakan matriks kepentingan- kinerja. Posisi koordinat suatu atribut dalam matriks ditentukan dari skor kepentingan dan kinerja, dimana skor kinerja menjadi matriks X dan skor kepentingan menjadi matriks Y.

Matriks kepentingan-kinerja menggolongkan atribut menjadi empat kuadran, yaitu kuadran I, kuadran II, kuadran III, dan kuadran IV. Atribut yang berada pada kuadran I merupakan atribut dengan tingkat kepentingan tinggi tetapi kepuasan rendah dimana atribut yang berada di kuadran I merupakan prioritas utama yang dianggap penting pengaruhnya bagi kepuasan petani tebu mitra, tetapi dalam kenyatannya PG Pakis Baru belum melaksanakannya sesuai dengan harapan petani tebu mitra sehingga petani mitra merasa belum puas. Atribut yang berada pada kuadran II merupakan atribut yang tingkat kepentingan dan tingkat kepuasannya tinggi. Atribut yang berada pada kuadran II merupakan atribut yang harus dipertahankan karena merupakan atribut yang dianggap penting oleh petani mitra dan telah dilaksanakan oleh PG Pakis Baru sesuai dengan harapan petani tebu mitra sehingga petani tebu mitra merasa puas. Pada kuadran III, atribut memiliki tingkat kepentingan dan kepuasan yang rendah. Hal tersebut dikarenakan atribut yang berada pada kuadran III merupakan atribut yang kurang diprioritaskan karena sering dianggap penting oleh petani tebu mitra tetapi dalam pelaksanaannya PG Pakis Baru melakukannya dengan biasa saja. Atribut yang berada pada kuadran IV yang mempunyai tingkat kepentingan rendah dan kepuasan tinggi. Atribut pada kuadran IV merupakan atribut yang dianggap berlebihan oleh petani tebu mitra karena dianggap kurang penting oleh petani tetapi pihak PG Pakis Baru melaksanakannya secara berlebihan. Matriks yang menggambarkan tingkat kepentingan-kinerja responden petani tebu mitra dapat dilihat pada gambar 19.

Kinerja 4,00 3,75 3,50 3,25 3,00 2,75 2,50 K e p e n ti n g a n 3,8 3,7 3,6 3,5 3,4 3,3 3,2 3,1 3,28 3,47 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1

Importance Performance Analysis

Kemitraan Petani Tebu dengan PG Pakis Baru, Pati, Jawa Tengah

Gambar 19 Diagram Kartesius Hasil Perhitungan IPA Keterangan :

1 = Prosedur penerimaan kemitraan di PG Pakis Baru 2 = Kualitas bibit yang disediakan oleh PG Pakis Baru

3 = Pengetahuan dan kemampuan komunikasi pendamping yang diberikan PG Pakis Baru

4 = Kemudahan pendamping untuk dihubungi dan ditemui oleh petani tebu mitra 5 = Frekuensi pembinaan kepada petani tebu mitra oleh PG Pakis Baru

6 = Penetapan standar produksi oleh PG Pakis Baru terkait tebu yang dihasilkan petani tebu mitra

7 = Respon PG Pakis Baru terhadap keluhan yang dirasakan petani tebu mitra terkait budidaya tebu

8 = Kesesuaian harga jual tebu petani mitra dengan harga tebu di pasar

9 = Ketepatan pembayaran hasil panen kepada petani tebu mitra oleh PG Pakis Baru

10 = Adanya bantuan tebang angkut tebu kepada petani tebu mitra oleh PG Pakis Baru

11 = Adanya kompensasi yang diberikan PG Pakis Baru kepada petani tebu mitra Berdasarkan gambar 19, dapat dilihat bahwa masih terdapat dua atribut yang harus menjadi prioritas utama dalam meningkatkan kepuasan petani tebu mitra terhadap jalannya kemitraan. Kedua atribut tersebut adalah kemudahan pendamping untuk dihubungi dan ditemui oleh petani tebu mitra dan respon PG

Pakis Baru terhadap keluhan yang dirasakan oleh petani tebu mitra terkait budidaya tebu. Atribut yang harus dipertahankan kinerjanya adalah prosedur penerimaan kemitraan di PG Pakis Baru, kualitas bibit yang diberikan oleh PG Pakis Baru, kesesuaian harga jual tebu petani mitra dengan harga jual di pasar, kecepatan pembayaran hasil panen kepada petani tebu mitra oleh PG Pakis Baru. Atribut dengan prioritas rendah diantaranya adalah frekuensi pembinaan kepada petani tebu mitra oleh PG Pakis Baru, penetapan standar produksi oleh PG Pakis Baru terkait tebu yang dihasilkan petani tebu mitra, dan adanya bantuan tebang angkut tebu kepada petani tebu mitra oleh PG Pakis Baru. Atribut yang dianggap berlebihan adalah pengetahuan dan kemampuan komunikasi pendamping yang diberikan PG Pakis Baru dan adanya kompensasi yang diberikan PG Pakis Baru kepada petani tebu mitra. Berikut adalah penjelasan mengenai atribut-atribut yang diukur berdasarkan analisis IPA :

1. Prosedur penerimaan kemitraan di PG Pakis Baru

Berdasarkan survey yang dilakukan kepada petani tebu mitra responden, prosedur penerimaan kemitraan di PG Pakis Baru tergolong tidak rumit dan mudah serta pelayanannya sangat ramah. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh petani tebu untuk dapat menjalin kemitraan dengan PG Pakis Baru juga dinilai mudah. Hal tersebut dikarenakan petani tidak harus mempersiapkan syarat-syarat yang rumit untuk bisa bekerjasama dengan PG Pakis Baru. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh petani tebu untuk memulai melaksanakan kemitraan dengan PG Pakis Baru adalah dengan mengirimkan sampel tebu yang akan diperiksa dan diseleksi oleh pihak PG Pakis Baru. Hal tersebut bertujuan agar PG Pakis Baru dapat memperoleh tebu yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan untuk produksinya. Atribut prosedur penerimaan kemitraan PG Pakis Baru ini berada pada kuadran II, dimana perusahaan inti harus mempertahankan kinerja atribut tersebut karena pelaksanaannya yang dianggap sangat penting dan sangat memuaskan.

2. Kualitas bibit yang disediakan oleh PG Pakis Baru

Kualitas bibit tebu yang diberikan oleh PG Pakis Baru dinilai sangat memuaskan petani tebu mitra. Kualitas bibit tebu merupakan salah satu faktor utama yang mendukung keberhasilan usahatani tebu. Petani tebu responden menyatakan bahwa tebu yang dihasilkannya sebagian besar dapat mencapai rendemen yang tinggi dengan melebihi nilai rendemen standar yaitu 7. Hal tersebut dikarenakan salah satu faktor pendukungnya adalah kualitas bibit tebu yang unggul. Atribut kualitas bibit tebu yang disediakan oleh PG Pakis Baru menempati kuadran II, dimana perusahaan harus tetap mempertahankan kualitas benih tebunya karena dianggap penting dan dianggap sudah sangat memuaskan oleh petani tebu mitra.

3. Pengetahuan dan kemampuan komunikasi pendamping yang diberikan PG Pakis Baru

Menurut petani tebu mitra responden, pengetahuan dan kemampuan komunikasi pendamping yang diberikan PG Pakis Baru kepada petani tebu mitra dianggap berlebihan dalam menunjang kegiatan usahatani tebu. Atribut pengetahuan dan kemampuan komunikasi pendamping ini terletak pada kuadran IV, dimana atribut dinilai berlebihan oleh petani tebu mitra. Berlebihan yang dirasakan petani terletak dari adanya pelatihan yang diadakan PPL dalam mengatasi masalah selama budidaya tebu seperti untuk mengantisipasi masalah

Dokumen terkait