• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kabupaten Rembang terletak di ujung timur bagian utara dari Provinsi Jawa Tengah dengan posisi lintang 111000’-111030’ BT dan 6030’-7000’ LS. Topografi daerah ini adalah daerah pantai, pegunungan, dataran rendah, dan dataran tinggi. Adapun jenis tanahnya terdiri atas kandungan Mediterial, Grumosal, Aluvial, Andosal, dan Regasal. Kabupaten Rembang memiliki luas 1.014,08 km2 dengan diapit oleh Pegunungan Kendeng Utara dan Laut Jawa. Luasan terbesar dari Kabupaten Rembang berupa tegalan dan sawah yang mengakibatkan sektor pertanian khususnya tanaman bahan makanan menjadi andalan utama dalam memenuhi kebutuhan hidup masyarakat Rembang. Kabupaten Rembang merupakan daerah dengan curah hujan yang cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata curah hujan dalam tiga tahun terakhir hingga tahun 2010 yang mencapai 18,24mm per hari. Rata-rata hujan yang terjadi di Kabupaten Rembang selama tahun 2010 yaitu sebanyak 111 hari dengan dengan curah hujan rata-rata 2.023 mm3. Batas-batas administrasi Kabupaten Rembang adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Laut Jawa. Batas

Sebelah Timur : Kabupaten Tuban dan Provinsi Jawa Timur Sebelah Barat : Kabupaten Pati

Sebelah Selatan : Kabupaten Blora

Rembang merupakan daerah yang berpotensi di sektor perikanan, industri, pertanian, dan perkebunan. Komoditi utama sektor tersebut meliputi perikanan tangkap (32.370 ton), jagung (69.322 ton), tebu (11.951 ton), dan industri gula tumbu (163.421 ton). Lokasi Kabupaten Rembang yang terletak di sepanjang pesisir pantai mendorong berkembangnya sektor perikanan terlebih pada perikanan tangkap. Hal tersebut dibuktikan dengan ditetapkannya Rembang sebagai salah satu pusat perikanan tangkap di Jawa Tengah pada tahun 2004. Selain sebagai sentra perikanan tangkap di Jawa Tengah, Kabupaten Rembang juga menjadi salah satu sentra tebu terbesar di Jawa Tengah. Tebu yang dihasilkan di Kabupaten Rembang ini didatangkan dari perkebunan rakyat seluas 3.871 ha. Kabupaten Rembang memiliki satu industri gula dengan berbahan baku tebu yaitu industri Gula Tumbu yang terletak di Kecamatan Pamotan. Hasil tebu yang melimpah di Kabupaten Rembang dapat mendukung berkembangnya industri Gula Tumbu sehingga dapat menjadikan gula tumbu sebagai salah satu komoditi unggulan (BPS Rembang, 2013).

Gambaran Umum Perusahaan Sejarah Perkembangan Perusahaan

Pabrik Gula Pakis Baru didirikan pada tahun 1884 oleh seorang warga Belanda bernama Lourentz. PG Pakis Baru ini pada awalnya dikenal dengan nama S.F. Pakkies. Produksi pertama dari PG ini berupa gula mangkok. Tahun 1904, PG Pakis Baru dipindahtangankan kepada Oei Tiong Ham Concern, tetapi untuk manajemen pabrik diserahkan kepada seorang warga negara Inggris bernama

James G. Williem. Sejak tahun 1904 tersebut PG Pakis Baru memproduksi gula pasir.

PG Pakis Baru ditutup pada tahun 1930 karena kerugian yang diakibatkan oleh adanya perang dunia pertama yang berlanjut dengan perang dunia kedua. PG Pakis Baru kembali dioperasikan pada tahun 1949. Kerugian yang masih dirasakan perusahaan secara terus menerus memaksa perusahaan ini untuk ditutup kembali, dan dioperasikan lagi pada tahun 1951 dengan situasi pemindahatanganan perusahaan kepada Yayasan Kodam VII Diponegoro. Pemindahtanganan perusahaan tersebut dikarenakan situasi sosial dan politik yang masih belum stabil pada saat itu (I Wayan Indra, 1996).

Seiring dengan teknologi yang semakin berkembang, PG Pakis Baru mengalami perubahan dalam hal produksi gulanya. Gula produksi awal PG Pakis Baru yang berupa gula warna kuning berubah menjadi gula warna putih. Bahan baku tebu yang digunakan oleh PG Pakis Baru berasal dari sistem sewa tanah milik petani dengan rekomendasi dari Pamong Praja setempat (Bupati Kepala Daerah). Perolehan bahan baku tebu oleh PG Pakis Baru sejak tahun 1975, tidak lagi diperoleh dari hasil menyewa lahan milik petani, tetapi perusahaan diharuskan menjalin kerjasama dengan Koperasi Unit Desa (KUD) sesuai dengan Inpres nomer 9 Tahun 1975 yang beisi penyataan bahwa perusahaan tidak diperbolehkan menyewa tanah milik petani tetapi menjalin kerjasama dengan Koperasi Unit Desa (KUD).

Struktur Organisasi

Struktur organisasi PG Pakis Baru masih mengacu kepada manajemen perusahaan swasta, dimana organisasi yang ada mampu mengelola perusahaan dengan baik, dan mampu mendatangkan keuntungan bagi perusahaan secara mandiri. Struktur organisasi PG Pakis Baru terdiri dari seorang direktur utama, dua orang direktur, seorang administratum kepala bagian tanaman, kepala bagian pabrikasi, kepala bagian tata usaha dan keuangan. Masing-masing kepala bagian ini membawahi kepala sub bagian dan bertanggungjawab langsung kepada kepala bagian. Pimpinan tertinggi dari PG Pakis Baru ini tetap dipegang oleh Administratum meskipun terdapat seorang direktur utama dan dua orang direktur. Bagan struktur organisasi PG Pakis Baru dapat dilihat pada gambar 8.

Keterangan :

Garis Koordinasi

Garis Komando

Gambar 8 Struktur Organisasi PG Pakis Baru

Sumber : Bagian Tanaman PG Pakis Baru Tenaga Kerja

PG Pakis Baru mempunyai jumlah tenaga kerja sebanyak 1.300 orang dalam menjalankan manajemen perusahaannya yang terdiri dari tenaga tetap dan tenaga musiman. Tenaga musiman terbagi menjadi dua yaitu musiman tetap dan musiman harian lepas. Tenaga tetap adalah tenaga kerja mulai dari administratur sampai pekerja di lapangan yang setiap hari masuk kerja kecuali hari minggu dan hari besar dengan cara pengganjian yang dibayarkan setiap satu bulan sekali. Tenaga kerja musiman tetap yaitu tenaga kerja yang masuk hanya saat musim giling berlangsung sehingga dalam satu tahun hanya bekerja selama 6 bulan (waktu dilakukan proses penggilingan) dan digaji setiap minggu pada musim giling saja. Tenaga kerja musiman harian lepas adalah tenaga kerja yang masuk di setiap musim giling namun jika tidak masuk kerja, maka tidak dibayar. Pembayaran gaji untuk tenaga kerja musiman harian lepas ini dibayarkan setiap minggu.

Proses Produksi

Proses produksi pada pabrik gula dilakukan kurang lebih hanya 6 bulan dalam satu tahun. Hal tersebut dikarenakan kurangnya penyediaan bahan baku tebu. Bahan baku tebu dapat diproses menjadi gula setelah berumur satu tahun atau lebih sehingga memiliki kadar gula (rendemen) yang layak. Pengambilan bahan baku dari petani menuju ke pabrik gula dilakukan dengan pengangkutan menggunakan truk atau lori milik pabrik gula. Setelah tebu diterima oleh pabrik gula, maka dilakukan penimbangan dengan menggunakan satuan hitung kuintal. Langkah yang dilakukan setelah dilakukan penimbangan adalah proses pengolahan menjadi nira dan berakhir dengan proses pemanasan nira yang akan menghasilkan gula. Administratur Wakil Administratur Kepala Bagian Tanaman Kepala Sub-Bagian Tanaman Kepala Bagian Pabrikasi Kepala Bagian TU dan Keuangan Kepala Bagian Instalasi Kepala Sub-Bagian TU dan Keuangan Kepala Sub-Bagian Pabrikasi Kepala Sub-Bagian Instalasi

34,375 25 18,75 3,125 6,25 12,5 0 5 10 15 20 25 30 35 Persentase 2-4,5 4,6-7,1 7,2-9,7 9,8-12,3 12,4-14,9 15-17,5

Dokumen terkait