• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Konteks Sosial Rubrik Politik “ Wacana Keterlibatan Anak-anak Dalam Kampanye Partai Keadilan Sejahtera Jelang Pemilu 2014 di Dalam Kampanye Partai Keadilan Sejahtera Jelang Pemilu 2014 di

BAB II KAJIAN TEORI

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Analisis Konteks Sosial Rubrik Politik “ Wacana Keterlibatan Anak-anak Dalam Kampanye Partai Keadilan Sejahtera Jelang Pemilu 2014 di Dalam Kampanye Partai Keadilan Sejahtera Jelang Pemilu 2014 di

Merdeka.com”

Dimensi ketiga dari analisis Van Dijk adalah analisis sosial. Wacana adalah bagian dari wacana yang berkembang dalam masyarakat, sehingga untuk meneliti teks perlu dilakukan analisis intertekstual dengan meneliti bagaimana wacana tentang suatu hal diproduksi dan dikonstruksi dalam masyarakat. Adapun titik penting dari analisis ini adalah untuk menunjukkan bagaimana makna yang dihayati bersama, kekuasaan sosial diproduksi lewat praktik diskursus dan

legitimasi. Menurut Van Dijk, dalam analisis mengenai masyarakat ini, ada dua poin yang penting yaitu : kekuasaan (power), dan akses (acces). 77

Dalam pemberitaan keterlibatan anak-anak dalam kampanye Partai Keadilan Sejahtera yang beredar di masyarakat mendapat kecaman keras dari Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), KPAI dan pandangan negatif dari masyarakat terhadap Partai Keadilan Sejahtera. Seperti dikatakan oleh Daniel Zuchron (anggota Bawaslu), bahwa Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Anis Matta terlalu optimis dalam pembinaan kader yang mengikutsertakan anak-anak saat kampanye berlangsung jelas itu dilarang dalam peraturan Komisi Pemilihan Umum (KPU).78

Kampanye politik merupakan salah satu kegiatan politik dalam menyambut pemilihan umum. Keberhasilan kampanye partai politik biasanya dilihat dan diukur dari banyaknya massa yang ikut terlibat didalamnya. Maka, hal

77

Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media(Yogyakarta: LkiS, 2011), h. 270-271.

78

Bayu Probo, “Bawaslu : Anis Matta Salah Ikutkan Anak-anak Kampanye”, dalam http://news.satuharapan.com, dilihat pada 20 Oktober 2014.

ini menjadikan partai politik berusaha untuk memperoleh massa sebanyak-banyaknya, termasuk yang belakangan ini terjadi yaitu adanya keterlibatan anak-anak dalam kampanye partai politik. Pada kenyataannya, ada saja partai politik yang memang sengaja merencanakan pelibatan anak-anak tetapi ada juga partai yang kecolongan dengan adanya anak-anak dalam kampanyenya.

Adapun keterlibatan anak-anak dalam kampanye terbuka di Pemilu tahun 2014 ini beragam. Komisi Perlindungan Anak (KPAI) mengungkapkan sekurangnya ada 15 modus pelanggaran kampanye mengenai keterlibatan anak-anak. Namun peneliti hanya akan menjelaskan lima pelanggaran. Antara lain adalah : 79

1. Memanipulasi data anak yang belum berusia 17 tahun dan belum menikah agar bisa terdaftar sebagai pemilih

2. Menggunakan tempat bermain anak, tempat penitipan anak, atau tempat pendidikan untuk kegiatan kampanye terbuka.

3. Memobilisasi massa anak oleh partai politik atau calon legislatif 4. Menggunakan anak untuk memasang atribut-atribut partai politik 5. Membawa anak ke arena kampanye terbuka yang membahayakan anak.

Sejak berlangsungnya kampanye pemilu legislatif terbuka dilaksanakan pada tanggal 16 Maret 2014, KPAI telah mencatat 248 kasus pelanggaran penyalahgunaan anak dalam kampanye terbuka berbagai partai politik di Indonesia. Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) juga menemukan pelanggaran

79Berkas.DPR.go.id/info singkat –VI- 8- II-P3DI-April-2014-64. Dilihat pada tanggal 20 Oktober 2014.

administrasi yang dilakukan semua partai politik terkait pelibatan anak-anak dalam kampanye menjelang Pemilu Legislatif 2014.80

Partai Keadilan Sejahtera diberitakan paling banyak melibatkan anak-anak dalam kampanye dibanding dengan partai-partai lainnya. Pemberitaan mengenai pelanggaran yang dilakukan PKS telah banyak beredar di berbagai media cetak, televisi dan situs berita online. Salah satu media online yang terus memberitakan pelanggaran oleh Partai Keadilan Sejahtera ini adalah media online Merdeka.com. Maka, sudah jelas bahwa melibatkan anak dalam kampanye merupakan hal yang cukup serius. ini terbukti dengan adanya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang telah mengatur bahwa setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari penyalahgunaan dalam kegiatan politik. Terdapat juga dalam Pasal 87 Undang-Undang Perlindungan Anak yang berbunyi81 :

“Setiap orang yang secara melawan hukum merekrut atau memperalat anak untuk kepentingan militer, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 atau penyalahgunaan dalam kegiatan politik atau pelibatandalam sengketa bersenjata atau pelibatan dalam kerusuhan sosial atau pelibatan dalam peristiwa yangmengandung unsur kekerasan atau pelibatan dalam peperangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)

tahun dan/atau denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).”

Maka sudah terlihat bahwa melibatkan anak-anak dalam kegiatan kampanye adalah suatu hal serius dan sudah ada sanksi tegas berupa hukuman

80Berkas.DPR.go.id/info singkat –VI- 8- II-P3DI-April-2014-64. Dilihat pada tanggal 20 Oktober 2014.

81

www.Depkop.go.id/.../02.%2002 Undang-undang- nomor 23 tahun 2002. Dilihat pada tanggal 17 Agustus 2014.

pidana bagi yang melanggarnya. Dalam hal keterlibatan anak ini juga ada peran orangtua yang dibutuhkan dalam mengantisipasi terjadinya pelibatan anak dalam kampanye partai politik. Pada kampanye terbuka 16 Maret 2014 lalu terlihat banyak orangtua yang melibatkan anaknya dalam kampanye Partai Keadilan Sejahtera yang digelar di Gelora Bung Karno, Jakarta.

Alasan adanya keterlibatan anak dalam kampanye ini karena orangtua ikut serta dalam kampanye maka tidak ada yang menjaga anaknya dirumah. Hal ini sangat mengecewakan dan seharusnya tidak terjadi. Meskipun telah terbukti sejumlah partai politik termasuk PKS melibatkan anak dalam kampanye, namun partai ini berdalih bahwa ini merupakan pendidikan politik bagi si anak. Dalam konteks ini, perlu sama-sama kita pahami bahwa setiap anak memang berhak mendapatkan pendidikan politik, tetapi ini harus disesuaikan dengan usia si anak dan seharusnya orangtua serta penyelenggara partai lebih mengedepankan perlindungan bagi anak-anak bukan hanya mementingkan kepentingan politiknya saja.

D. Interpretasi Penelitian

Setelah melakukan analisis, peneliti berpandangan bahwa media online Merdeka.com berusaha memaparkan adanya pelanggaran kampanye yang dilakukan Partai Keadilan Sejahtera. Berdasarkan hasil wawancara dengan dua narasumber, yaitu Wakil Redaktur Eksekutif dan Redaktur bidang Politik Merdeka.com. Dalam wawancara ini peneliti memperoleh beberapa alasan berkaitan pengangkatan pemberitaan keterlibatan anak-anak dalam kampanye PKS jelang pemilu 2014 di Merdeka.com. Alasan Pertama, karena pemberitaan tersebut berkaitan dengan kepentingan publik. Dalam hal ini, Merdeka.com

menyatakan bahwa keterlibatan anak-anak dalam kampanye pemilu 2014 ini merupakan sebuah peristiwa yang setiap masa kampanye menjadi perdebatan yang tidak jelas solusinya dan terus terjadi setiap kampanye politik. Maka, hal ini harus diketahui oleh publik agar peristiwa tersebut tidak terjadi lagi pada masa kampanye mendatang. Kedua, pemberitaan tersebut berkaitan dengan anak-anak dibawah usia 17 tahun yang berhak untuk mendapat perlindungan sesuai dengan Undang-Undang Perlindungan Anak Nomor 23 tahun 2002 dan sebaiknya anak-anak tidak dimobilisasi untuk kepentingan politik.

Merdeka.com adalah salah satu media online yang menampilkan pemberitaannya secara running news. Dalam hal ini, seluruh pemberitaan yang ada di Merdeka.com saling berkaitan satu sama lainnya. Merdeka.com menampilkan kampanye PKS yang melibatkan anak-anak mulai dari di Gelora Bung Karno, Jakarta dan kampanye di berbagai daerah. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa pemberitaan mengenai pelanggaran kampanye berupa keterlibatan anak-anak yang dilakukan PKS.

Pada pemberitaan tersebut, Merdeka.com menempatkan Partai Keadilan Sejahtera sebagai objek pembahasan. Pada penelitian ini peneliti ingin melihat bagaimana wacana yang dibangun Merdeka dalam pemberitaan keterlibatan anak-anak dalam kampanye PKS jelang pemilu 2014. Dalam hal ini, peneliti menggabungkan study teks dengan kajian fenomenologi. Kajian fenomenologi tersebut merupakan sebuah kajian yang mengamati gejala-gejala sehingga dapat menggambarkan bagaimana sebuah fenomena tersebut dihadirkan di publik.

Pada proses produksi berita, proses penentuan isu yang akan diangkat tidak terlepas dari kriteria layak berita dan masuk ke dalam nilai berita, yaitu

berita yang terkait dengan kepentingan publik. Proses lahirnya berita di merdeka diawali dari penentuan isu yang akan diangkat, lalu dibicarakan di rapat redaksi. Di Merdeka.com mempunyai mekanisme rapat redaksi setiap sore pukul 17.00 WIB, adapun mekanismenya diantara lain ada rapat proyeksi dimana dalam rapat diadakan diskusi pemilihan berita yang akan diliput, kemudian dilanjutkan dengan rapat budget untuk membicarakan hasil dari rapat proyeksi, kemudian diadakan rapat checking untuk mengecek berita yang akan dimuat di situs Merdeka.com. Rapat redaksi diadakan untuk memetakan isu-isu yang akan di running, mempertajam, dan menyelesaikan berita mana yang akan dimuat untuk keesokan harinya di situs Merdeka.com. Pada rapat redaksi tersebut, kordinator liputan (korlip) akan menugaskan reporternya sebagian ke daerah untuk mencari berita.

Pada rapat redaksi tersebut, kordinator liputan (korlip) akan menugaskan reporternya ke daerah untuk mencari berita. Misalnya, reporter A liputan ke daerah Malang, dan reporter B liputan ke daerah Bandung. Dalam pencarian dan peliputan berita para wartawan diberikan kebebasan, namun bukan berarti dapatdengan bebasmenuliskan berita melainkan mereka tetap harus mematuhi kode etik jurnalistik. Dalam pencarian berita dibatasi misalnya mengenai politik saja tetapi setiap berita mengacu peristiwa di lapangan. Jika sang reporter menemukan ada yang janggal atau menarik pada suatu peristiwa, maka itu menjadi sebuah berita.

Pada tahap kognisi sosial, berkaitan dengan pemberitaan keterlibatan anak-anak dalam kampanye PKS jelang pemilu 2014, pihak Merdeka.com menyatakan ketidaksetujuannya akan adanya anak-anak dalam kampanye, bahwa

dalam kampanye, baik itu pemilu legislatif atau Pemilu Presiden sudah ada aturan pelarangan kampanye melibatkan anak-anak.

Pada tahap konteks sosial, pemberitaan ini mendapat kecaman keras dari masyarakat, KPAI dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), hal ini juga

menimbulkan pandangan negatif dari masyarakat terhadap PKS. Karena

melibatkan anak-anak dalam kegiatan kampanye adalah suatu hal serius dan sudah ada sanksi tegas berupa hukuman pidana bagi yang melanggarnya. Dalam hal keterlibatan anak ini juga ada peran orangtua yang dibutuhkan dalam mengantisipasi terjadinya pelibatan anak dalam kampanye partai politik. Pada kampanye terbuka 16 Maret 2014 lalu terlihat banyak orangtua yang melibatkan anaknya dalam kampanye Partai Keadilan Sejahtera yang digelar di Gelora Bung Karno, Jakarta

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Setelah menganalisis data dan menjelaskan permasalahan pada berita yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya dan diperkuat oleh wawancara langsung kepada Wakil Redaktur Eksekutif dan wawancara dengan Redaktur bidang Politik media online Merdeka.com. Peneliti juga melihat konteks sosial yang ada di masyarakat, maka pada bab ini akan diuraikan kesimpulan. Kesimpulan diambil dari hasil penelitian dan wawancara yang telah didapatkan langsung dari Wakil Redaktur Eksekutif dan Redaktur Politik Merdeka.com

Wacana pemberitaan keterlibatan anak-anak dalam kampanye PKS tersebut diproduksi berdasarkan hasil dari rapat redaksi yang dilakukan Merdeka.com, dimana pada rapat redaksi yang biasanya dihadiri oleh Pemimpin redaksi, redaktur eksekutif, wakil redaktur eksekutif, coordinator liputan, kepala redaktur dan wartawan. Rapat redaksi disini dilakukan untuk memetakan isu-isu yang akan di running atau yang akan dimuat untuk keesokan harinya. Jadi, apabila ada peristiwa yang janggal atau menarik disorot oleh merdeka.com.

Merdeka.com mengangkat wacana berita mengenai keterlibatan anak-anak dalam kampanye PKS jelang pemilu 2014 yang pada masa kampanye Maret 2014 lalu, menjadi sorotan Bawasludanmelihat dari seberapa besar pengaruh berita ini di masyarakat. Maka dari ituMerdeka.com mengambil angle atau sisi lain dari pemberitaan yang telah tersebar di media dan masyarakat. Dalam hal ini Merdeka.com mengambil sisi pelanggaran yang

telah dilakukan oleh PKS dengan melibatkan anak-anak dalam kampanye. Apa yang dilakukan partai ini menjadi salah satu Pelanggaran Undang-Undang Perlindungan Anak Nomor 23 Tahun 2002 dan melanggar Peraturan Komisi Pemilihan Umum pasal 32 ayat 1 butir K.

Dalam penulisan pemberitaan keterlibatan anak-anak dalam kampanye Partai Keadilan Sejahtera di Merdeka.com tersebut tak lepas dari kognisi sosial, wartawan Merdeka.com memberikan informasi kepada publik sesuai fakta dan data. Dari pihak wartawan dalam isu ini jelas menolak adanya keterlibatan anak-anak dalam kampanye PKS jelang pemilu 2014. Sehingga sedikit banyak mempengaruhi isi dari pemberitaan ini. Berita ini sebenarnya digunakan untuk memberitahu kepada masyarakat bahwa melibatkan anak-anak dalam kampanye adalah sebuah pelanggaran kampanye. Merdeka.com menganggap KPU dan Bawaslu lambat menindak tegas pelanggaran ini dan akhirnya merdeka.com mengkonstruksi teks pemberitaan yang menggambarkan apa yang dilakukan peserta partai dengan membawa anak-anak dalam kampanye akan membahayakan si anak dan termasuk kategori memobilisasi anak untuk kepentingan politik.

Pada tahap konteks sosial dapat dilihat bagaimana Merdeka.com mewakili aspirasi dari masyarakat, Bawaslu dan KPAI yang menolak adanya keterlibatan anak-anak dalam kampanye PKS jelang pemilu 2014 tersebut. ini terlihat dari isi berita yang mengangkat beberapa pendapat dari Bawaslu dan Ketua Tim Advokasi PKS. Karena pelanggaran kampanye ini mendapat kecaman keras dari masyarakat, KPAI dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), hal ini juga menimbulkan pandangan negatif dari masyarakat

terhadap PKS. Maka dari itu, mengingat peran media massa begitu besarnya dalam menyebarkan berbagai informasi, merdeka.com berkewenangan dan berhak untuk menyebarkan informasi tentang keterlibatan anak-anak dalam kampanye Partai Keadilan Sejahtera agar masyarakat ikut mengawasi berjalannya kampanye dan segera melaporkannya apabila kembali terjadi pelanggaran tersebut pada kampanye pemilu mendatang.

B. Saran

1. Saran Akademis

Diharapkan terdapat penelitian yang lebih mendalam terhadap kasus keterlibatan anak-anak dalam kampanye partai politik, terutama penelitian terhadap pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh peserta kampanye. Karena keterlibatan anak-anak tersebut telah melanggar Undang-Undang Perlindungan Anak Nomor 23 Tahun 2002 dan melanggar Peraturan Komisi Pemilihan Umum pasal 32 ayat 1. Dengan melakukan penelitian tersebut diharapkan anak-anak di Indonesia tidak lagi dimobilisasi oleh orangtuanya untuk kepentingan politik.

2. Saran Praktis

Kepada masyarakat dan pembaca media online Merdeka.com dalam

memahami pemberitaan yang disajikan oleh media tersebut harus dapat lebih kritis lagi memahami wacana yang terjadi di masyarakat dan Pemerintahan. Sebagai warga Negara, kita semua harus peduli terhadap anak bangsa dengan lebih mengedepankan hak-hak dan tidak memobilsasinya. Karena pada hakikatnya anak Indonesia adalah anak bangsa dan penerus perjuangan bangsa Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA