• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kognisi Sosial Rubrik Politik, “ Wacana Keterlibatan Anak-anak Dalam Kampanye Partai Keadilan Sejahtera Jelang Pemilu 2014 di Dalam Kampanye Partai Keadilan Sejahtera Jelang Pemilu 2014 di

BAB II KAJIAN TEORI

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Analisis Kognisi Sosial Rubrik Politik, “ Wacana Keterlibatan Anak-anak Dalam Kampanye Partai Keadilan Sejahtera Jelang Pemilu 2014 di Dalam Kampanye Partai Keadilan Sejahtera Jelang Pemilu 2014 di

Merdeka.com”

Analisis kognisi sosial adalah bentuk kedua dari analisis model Van Dijk yang digunakan untuk menganalisa bagaimana dan sejauh mana pengetahuan wartawan baik penulis berita ataupun penentu kebijakan dalam memahami seseorang atau peristiwa yang ingin diberitakan kepada khalayak.

Dalam pandangan Van Dijk, analisis wacana tidak dibatasi hanya pada struktur teks, karena struktur wacana sendiri menunjukkan atau menandakan sejumlah makna, pendapat, dan ideologi. Untuk membongkar bagaimana makna tersembunyi dari suatu teks, kita membutuhkan suatu analisis kognisi dan konteks sosial. Pendekatan kognitif didasarkan pada asumsi bahwa sebuah teks tidak

mempunyai makna. Suatu teks ditulis dan mempunyai makna karena diberikan oleh si pemakai bahasa jadi teks bukan terbentuk dengan sendiri tanpa ada yang membuatnya.69

Setiap teks pada dasarnya dihasilkan lewat kesadaran, pengetahuan, prasangka, atau pengetahuan tertentu atas suatu peristiwa, maka disini wartawan tidak dianggap sebagai individu yang netral, tetapi individu yang mempunyai bermacam nilai, pengalaman, dan pengaruh ideologi yang didapatkan dari kehidupannya.70Sama seperti teks dalam pemberitaan rubrik politik Merdeka.com yang berisi berita mengenai wacana adanya keterlibatan anak-anak dalam kampanye Partai Keadilan Sejahtera jelang pemilu 2014. Dalam pembuatan teks berita tersebut tidak lepas dari peran wartawan dalam memberitakannya.

Penelitian ini difokuskan bagaimana proses penentuan isu dan teks diproduksi yang nantinya akan dimuat di Merdeka.com. Wawancara peneliti lakukan dengan Bapak M. Hasits yang menjabat sebagai Redaktur Bidang Politik dan wawancara kedua dengan Wakil Redaktur Eksekutif merdeka.com Ramadhian Fadillah.

Mengenai pemberitaan di Merdeka.com jelang pemilu yang berlangsung 9 April- 9 Juli 2014 lalu. Merdeka.com sebagai salah satu media yang gencar memberitakan mengenai keterlibatan anak-anak dalam kampanye Partai Keadilan Sejahtera jelang pemilu 2014. Dalam hal ini, Bagaimana kebijakan umum redaksi merdeka.com pada pemberitaan keterlibatan anak-anak dalam kampanye Partai Keadilan Sejahtera jelang pemilu 2014 akan dijelaskan oleh Bapak Hasits. Berikut

69

Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media(Yogyakarta: LkiS, 2011), h.260.

70

Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta : LkiS, 2011), h.261.

penjelasan narasumber terkait mengenai adanya keterlibatan anak yang dimuat di Merdeka.com :

“Dalam kampanye, baik itu pemilu legislatif atau pemilu presiden sudah ada aturan pelarangan kampanye melibatkan anak-anak. Aturan ini sudah tertuang dalam peraturan KPU Pasal 32 Ayat (1) butir K yang berbunyi: Pelaksana, peserta, dan petugas kampanye dilarang memobilisasi Warga Negara Indonesia yang belum memenuhi syarat sebagai pemilih.Dengan acuan itu, ternyata masih banyak partai politik termasuk PKS yang melibatkan anak-anak dalam kampanye.Tentu saja hal ini melanggar aturan KPU dan Undang-Undang Perlindungan Anak.Kenapa PKS yang disorot? Karena PKS dalam pantauan di lapangan paling banyak melibatkan anak-anak meski partai lain juga melakukan pelanggaran serupa. Banyak partai lain juga melibatkan anak-anak. Merdeka.com sebenarnya tidak hanya menyorot PKS saja, tapi juga partai lain yang melibatkan anak-anak dalam kampanye.”71

Dari penjelasan diatas dapat diketahui Merdeka.com menyajikan berita mengenai keterlibatan anak-anak di kampanye PKS adalah pemberitahuan kepada khalayak bahwa apa yang dilakukan partai ini telah menyalahi aturan kampanye dan melanggar Undang-Undang Perlindungan Anak serta melanggar Peraturan KPU mengenai kampanye politik. Bagaimana suatu peristiwa dan kejadian dipahami serta dimengerti didasarkan kepada sebuah skema. Van Dijk menyebut skema ini sebagai model. Model menunjukkan pengetahuan dan pandangan individu ketika melihat dan menilai suatu persoalan. Model merupakan sesuatu yang subjektif dan unik, yang menampilkan pengetahuan serta pendapat ketika wartawan memandang sebuah persoalan.72Berita mengenai adanya keterlibatan anak-anak dalam kampanye Partai Keadilan Sejahtera jelang pemilu 2014 ini tentu tidak terlepas dari kecenderungan terhadap suatu pihak. Kemudian

71

Wawancara via email dengan Redaktur Bidang Politik Merdeka.com M. Hasits, Jakarta, 13 Oktober 2014

72

Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LkiS, 2011),h.261.

bagaimana pandangan dan nilai yang berusaha merdeka ingin sampaikan kepada khalayak melalui berita keterlibatan anak dalam kampanye Partai Keadilan Sejahtera tersebut, berikut ungkapan Hasits mengenai berita tersebut.

“Dalam kampanye partai politik jelang pemilu 2014 ini ada sebuah

pelanggaran yang dilakukan oleh peserta partai politik. Tidak hanya PKS, tapi banyak juga partai lain melibatkan anak-anak dalam kampanye.Kampanye partai politik seharusnya tidak melibatkan anak-anak karena mereka bukan seorang pemilih.”73

Penjelasan diatas semakin menegaskan bahwa keterlibatan anak-anak dalam kampanye seharusnya tidak terjadi. Anak-anak kecil bukanlah seorang pemilih dan mereka pun pastinya tidak mengerti apa arti kampanye. Keterlibatan anak-anak seharusnya ditindaklanjuti secara tegas oleh Badan Pengawas Pemilu dan Komisi Pemilihan Umum karena sudah jelas ini melanggar Undang-undang Perlindungan Anak Nomor 23 tahun 2002 Pasal 15, 63 dan 87 serta telah melanggar Peraturan KPU Pasal 32 Ayat (1) butir K yang berbunyi: Pelaksana, peserta, dan petugas kampanye dilarang memobilisasi Warga Negara Indonesia yang belum memenuhi syarat sebagai pemilih.

Mengenai pemberitaan ini, Merdeka memiliki latar belakang yang kuat mengapa sampai mengangkat pemberitaan keterlibatan anak-anak pada saat kampanye PKS selama 1 minggu pada masa awal kampanye 16 Maret dan 24 Maret 2014. Berikut ini penjelasan dari Wakil Redaktur Eksekutif Merdeka.com Ramadhian Fadillah :

Kalau merdeka berusaha fokus, maksudnya disini adalahkita mencegah agar anak-anak tidak dilibatkan dalamkampanye karena itu adaaturannya dalam Undang-Undang kampanye pemilu, Undang-Undang Perlindungan Anak, dan Peraturan KPU. Kami,

73

Wawancara via emaildengan Redaktur Bidang Politik Merdeka.com M. Hasits, Jakarta, 13 Oktober 2014.

memberitakan PKS agar partai ini sadar bahwa melibatkan anak telah melanggar Undang-Undang kampanye dan agar masyarakat juga paham dan ikut serta mengawasi berjalannya kampanye. Disini sebenarnya bukannya hanya PKS yang disoroti tetapi juga ada beberapa partai lain seperti : PDI-P, Hanura, dan PKPI. Tetapi ya memang PKS yang paling banyak melakukan pelanggaran.Merdekaberusaha memberitakan mengenai kampanye dari sisi lainnya tidak hanya soal siapa Capres dan Wapres dari setiap partai yang ikut serta pemilu ataupun soal black campaign yang terjadi pada masa kampanye, itulah latar belakang kami mengangkat berita mengenai keterlibatan anak dalam kampanye PKS.74

Keterlibatan anak-anak dalam kampanye ini memang menarik untuk diberitakan karena pada setiap masa kampanye hal ini menjadi perdebatan yang tidak jelas solusinya dan terus berulang. Partai-partai politik selalu berdalih bahwa pelibatan anak dalam kampanye adalah bagian dari pendidikan politik dini. Hal ini kembali terjadi pada kampanye 2014, dan partai yang mengusung konsep pendidikan politik dini bagi anak-anak adalah Partai Keadilan Sejahtera. Partai yang menurut Bawaslu paling banyak melakukan pelanggaran dengan melibatkan anak-anak dalam kampanyenya tersebut.

Melibatkan anak-anak di bawah umur dalam kampanye politik, bertentangan dengan Undang-Undang No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Secara khusus anak yang dimaksud dalam pengawasan penyelenggaraan pemilu adalah anak-anak yang belum berusia 17 tahun. Keberhasilan suatu kampanye memang dilihat dari seberapa banyak massa yang terlibat didalamnya. Akan tetapi, hal itu jangan dijadikan pembenaran dan menghalalkan untuk melibatkan anak-anak di bawah umur dalam kampanye.

74

Wawancara langsung dengan Wakil Redaktur Eksekutif Merdeka.comRamadhian Fadillah, Jakarta, 28 Oktober 2014.

Seperti kita ketahui masa kampanye ini berhubungan dengan pemilu 2014, maka dalam hal ini peneliti ingin mengetahui sebenarnya kearah mana pemberitaan ini ingin difokuskan oleh Merdeka. Apakah mengenai kasus keterlibatan anak-anaknya ataukah pemilu 2014. Wakil redaktur eksekutif merdeka pun menjelaskan bahwa mereka fokus pada pemilu 2014.Jadi, adanya keterlibatan anak-anak, adanya money politic dan black campaign hanyalah parsial atau bumbu berita soal pemilu. Berikut penjelasan lebih lengkapnya :

“Dalam hal ini, keterlibatan anak hanya 1% jadi ini hanya parsial, perniknya saja, atau bumbu berita soal pemilu dan kampanye. Pernik disini misalnya : adanya keterlibatan anak dalam kampanye, panggung kampanye yang rubuh, pertarungan antar koalisi, adanya black campaign, negatif campaign. Maka pemberitaan seperti ini masuk kedalam satu kerangka liputan besar pemilu 2014. Jadi, kami lebih fokus ke pemilu 2014, karena kasus keterlibatan anak dalam kampanye, adanya black campaign adalah hanya bagian dari perjalanan pemilu 2014.”75

Memang mengingat pesta demokrasi pemilihan umum (Pemilu) merupakan pesta massal lima tahunan yang pastinya diikuti oleh seluruh bangsa Indonesia sepertinya agak sulit dibatasi siapa saja yang hendak turut merayakannya, maka dari itu KPU dan Bawaslu pun kecolongan dengan adanya anak-anak dalam kampanye tersebut. Berita pelanggaran kampanye ini ternyata adalah bagian dari inti berita sesungguhnya yaitu berita tentang berjalannya pemilu 2014. Dalam hal ini Merdeka.com mengambil angle dari sisi pelanggaran yang dilakukan parpol.

Dalam pencarian dan mempublikasikan berita Merdeka.com tidak membatasi pemberitaan hanya mengenai politik saja tetapi setiap berita mengacu

75

Wawancara langsung dengan Wakil Redaktur Eksekutif Merdeka.com Ramadhian Fadillah, Jakarta, 28 Oktober 2014.

peristiwa di lapangan. Jika sang reporter menemukan ada yang janggal atau menarik pada suatu peristiwa, maka itu menjadi sebuah berita. Menarik atau tidak berita tersebut ditentukan oleh redaktur.

Berita yang disampaikan kepada khalayak memang harus seimbang tidak memihak kepada siapapun serta memiliki nilai berita yang baik, aktual, terpercaya dan media sebagai penyalur informasi juga harus tetap seimbang terhadap berbagai pemberitaan yang akan disampaikannya. Berikut ini penjelasan pada saat peneliti melakukan wawancara dengan narasumber terkait :

“Dalam menentukan berita yang dipilih itu dibicarakan di rapat redaksi dan kita agak batasi pemberitaan jadi tidak berlebihan. Misalnya : pada pemilu 2014 ini antar koalisi partai saling serang, pemberitaan mengenai Prabowo. Beritanya dibuat tidak terus-menerus itu saja tetapi diganti dengan berita lain. Karena kami mengikuti perkembangan pemberitaan yang sedang ramai di publik dan kami di sini tidak memihak kepada salah satu koalisi atau partai tertentu dan berusaha bersikap netral terhadap semua pemberitaan.Dalam penyampaian berita kami pun berusaha agar setiap berita yang ditampilkan harus cover bothside.”76

Penjelasan diatas menegaskan bahwa industri media massa memiliki andil besar dalam menyampaikan berbagai informasinya kepada khalayak. Oleh karenanya media dituntut untuk menyampaikan berita secara cover bothside yaitu adil dan berimbang. Dan Merdeka.com adalah salah satu media ternama yang beritanya menjadi pilihan diantara beberapa pilihan media online lain untuk dibaca masyarakat. Maka, Merdeka.com selayaknya bersifat netral terhap semua peristiwa yang ada.

76

Wawancara langsung dengan Wakil Redaktur Eksekutif Merdeka.com Ramadhian Fadillah, Jakarta, 28 Oktober 2014.

C. Analisis Konteks Sosial Rubrik Politik “ Wacana Keterlibatan Anak-anak