• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 GAMBARAN UMUM LOKAS

5.2 Identifikasi Komoditas Unggulan Pertanian di Kabupaten Bulukumba

5.2.1 Analisis Keunggulan Komparatif

Analisis LQ merupakan metode untuk melihat penyebaran komoditas yang memiliki keunggulan dalam memenuhi kebutuhan pasar, baik dalam wilayah maupun ekspor. Hasil analisis LQ mencerminkan pewilayahan komoditas sebagai sarana untuk mengoptimalkan pemanfaatan lahan sesuai karakteristik wilayah dan dalam pengembangan komoditas lebih terarah dan fokus sehingga dapat meningkatkan produksi.

Berdasarkan nilai LQ, komoditi padi terdapat di bagian barat kabupaten meliputi Kecamatan Gantarang, Kindang, Bulukumpa dan Rilau Ale. Kondisi geografis wilayah barat didominasi oleh sungai-sungai yang berdebit besar

dengan hulu dari Gunung Lompobattang dan Gunung Bawakaraeng. Sungai Bialo dengan debit air 14.2 m3/detik melintas di Kecamatan Kindang dan Gantarang. Sungai Balantieng yang berdebit 13.3 m3/detik berada di Kecamatan Kindang, Bulukumpa, Rilau Ale dan Ujung Loe, sedangkan di Kecamatan Kindang, Rilau Ale, Gantarang dan Ujung Bulu dilintasi oleh Sungai Bijawang yang berdebit 7.5 m3/detik. Aliran sungai dimanfaatkan masyarakat untuk mengairi sawah dengan sistem irigasi sehingga sangat mendukung untuk budidaya padi. Tanaman Jagung banyak dibudidayakan di bagian tengah dan timur yaitu Kecamatan Ujung Loe, Bonto Tiro, Bonto Bahari, Herlang dan Kajang. Kecamatan-kecamatan tersebut memiliki tanah yang dominan merupakan lahan kering. Dengan kondisi lahan tersebut. tanaman jagung dapat tumbuh dengan baik dan menjadi potensi budidaya jagung. Ubi kayu, ubi jalar dan kacang tanah menyebar tidak hanya pada satu bagian kabupaten saja. Hasil analisis ini dapat memberikan pola pendistribusian untuk komoditas yang spesifik lokasi yaitu padi dan jagung. Keunggulan komoditi padi dalam memenuhi kebutuhan wilayah luar dapat dialirkan ke wilayah bagian timur Kabupaten Bulukumba, begitu pula dengan jagung yang dapat mengekspor ke wilayah bagian barat. Pendistribusian kedua komoditas ini dapat memenuhi kebutuhan masyarakat di dua bagian wilayah Kabupaten Bulukumba. Pewilayahan komoditi tanaman pangan dapat ditunjukkan pada Gambar 8. Setiono (2011), berpendapat suatu wilayah harus menetapkan spesialisasi pada produk yang memiliki keunggulan komparatif sehingga perdagangan antar wilayah dapat terjadi.

Gambar 8 Pewilayahan Komoditas Tanaman Pangan Berdasarkan Nilai LQ Komoditas hortikultura spesifik lokasi adalah rambutan dan durian di bagian barat Kabupaten Bulukumba. Rambutan dengan nilai LQ >1 hanya terdapat di Kecamatan Bulukumpa sedangkan durian pada Kecamatan Bulukumpa, Rilau Ale

dan Kindang. Komoditi pisang, penyebarannya pada kecamatan yang berada di bagian tengah dan timur yaitu Kecamatan Ujung Bulu, Ujung Loe, Bonto Bahari, Herlang dan Kajang. Komoditas lainnya menyebar di beberapa kecamatan baik di bagian timur, tengah maupun barat (Gambar 9). Komoditi durian dan rambutan dapat dikatakan spesifik lokasi karena hanya unggul secara komparatif pada kecamatan di bagian barat. Kedua komoditas ini biasanya dibudidayakan di pekarangan maupu n di kebun masyarakat lokal. Setiap komoditi memiliki persyaratan tumbuh yang spesifik untuk dapat tumbuh dan berproduksi optimal. Kecamatan Bulukumpa memiliki ketinggian wilayah 100-500 m dpl sekitar 70 persen dan Rilau Ale sekitar 57,52 persen dengan curah hujan antara 1500-2000 mm/tahun (Bappeda Kab.Bulukumba 2011a). Kondisi tersebut sesuai dengan lingkungan tumbuh yang dibutuhkan yaitu sesuai dibudidayakan pada ketinggian 50-600 m dpl dengan curah hujan antara 1500-2500 mm/tahun.

Gambar 9 Pewilayahan Komoditas Hortikultura Berdasarkan Nilai LQ

Berdasarkan draft RTRW Kabupaten Bulukumba (2012), kawasan peruntukan tanaman pangan ditetapkan di sebagian wilayah sembilan kecamatan kecuali Kecamatan Ujung Bulu. Komoditas hortikultura buah-buahan secara umum di sebagian Kecamatan Gantarang, Rilau Ale, Bulukumpa, Kindang, Bonto Bahari, Bonto Tiro dan Kajang. Hal ini mengindikasikan bahwa belum adanya penetapan pewilayahan yang sesuai kondisi lahan tumbuh untuk membudidayakan komoditas. Dengan mengacu pada pewilayahan komoditas berdasarkan nilai LQ > 1 dapat mengidentifikasikan bahwa kecamatan-kecamatan tersebut memiliki daya dukung dalam kesesuaian lahan untuk mengembangkan komoditas tanaman bahan makanan.

Pewilayahan komoditas tanaman perkebunan berdasarkan nilai LQ menunjukkan wilayah bagian barat dan bagian timur memiliki komoditas yang

khas yaitu tanaman kelapa, kopi, cengkeh dan kakao, sedangkan untuk tanaman lada. pengembangannya menyebar, baik di wilayah bagian barat, timur maupun tengah (Gambar 10).

Gambar 10 Pewilayahan Komoditas Perkebunan Berdasarkan Nilai LQ Bagian timur wilayah Kabupaten Bulukumba didominasi oleh tanaman kelapa dan kakao. Tanaman kelapa tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi di wilayah pesisir karena pada wilayah tersebut memiliki sinar matahari yang cukup dan air tanah yang bergerak sehingga Kecamatan Ujung Bulu, Ujung Loe, Bonto Bahari, Bonto Tiro, Herlang dan Kajang sebagai wilayah pesisir memiliki kesesuaian lahan untuk tanaman kelapa. Ditinjau dari kondisi geografis Kabupaten Bulukumba dimana tujuh kecamatannya merupakan daerah pesisir sehingga memungkinkan lahan yang digunakan untuk menanam kelapa juga luas. Data BPS Kabupaten Bulukumba (2011) menunjukkan bahwa kelapa merupakan tanaman perkebunan yang memiliki luas tanam tertinggi di antara semua tanaman perkebunan seluas 12 125 Ha. Tanaman kakao merupakan tanaman perkebunan di lahan kering sehingga sangat sesuai dikembangkan pada Kecamatan Bonto Bahari, Bonto Tiro, Herlang dan Kajang. Cengkeh dan kopi merupakan dua tanaman perkebunan yang memiliki persyaratan lingkungan tumbuh yang sama. yaitu tumbuh baik pada dataran tinggi. Tanaman cengkeh menyebar di wilayah dataran tinggi yaitu Kecamatan Gantarang, Bulukumpa, Rilau Ale dan Kindang sedangkan tanaman kopi banyak dibudidayakan di Kecamatan Gantarang, Bulukumpa dan Kindang. Semakin tinggi dataran maka komoditi kopi akan tumbuh lebih ideal dan memberikan cita rasa tertentu. Kecamatan Kindang sangat sesuai untuk membudidayakan komoditi ini karena topografinya mulai 100 sampai di atas 1000 m dpl. Kecamatan lainnya seperti Gantarang dan Bulukumpa memiliki potensi pengembangan kopi dilihat dari produksi yang tingi dibandingkan komoditas perkebunan lainnya dalam kecamatan tersebut dan

produksi tertinggi di komoditi kopi. Menurut Xin dan Dianqing (2010), perspektif sumber daya alam menggambarkan suatu komoditas memiliki keuntungan komparatif.

Berdasarkan draft RTRW Kabupaten Bulukumba (2012), kesembilan kecamatan kecuali Kecamatan Ujung Bulu dijadikan sebagai kawasan pengembangan komoditi kelapa, kakao dan lada. Komoditi cengkeh, pengembangannya meliputi Kecamatan Kajang, Gantarang, Kindang, Rilau Ale dan Bulukumpa, sedangkan komoditi kopi Kecamatan Kajang, Gantarang, Ujung Loe, Kindang, Rilau Ale dan Bulukumpa.

Gambar 11 Pewilayahan Komoditas Peternakan Berdasarkan Nilai LQ

Komoditas peternakan di Kabupaten Bulukumba sangat variatif dan dikembangkan hampir di seluruh kecamatan. Penyebaran komoditas ini berpengaruh terhadap pewilayahan komoditas berdasarkan nilai LQ dimana semua komoditas dapat dikembangkan baik wilayah barat, timur maupun tengah dengan komoditas yang dominan pengembangannya yaitu sapi, kuda. dan ayam buras. Komoditi sapi dan ayam buras menyebar pada 6 kecamatan dengan LQ > 1, sapi pada 5 kecamatan sedangkan ayam ras petelur hanya unggul secara komparatif di Kecamatan Ujung Bulu. Pewilayahan komoditas peternakan yang menyebar pada kecamatan di Kabupaten Bulukumba dapat dilihat pada Gambar 11.

Berdasarkan draft RTRW Kabupaten Bulukumba (2012), kawasan pengembangan peternakan terbagi 3 yaitu untuk ternak besar seperti sapi, kerbau dan kuda meliputi Kecamatan Kajang, Ujung Loe, Bonto Bahari, Herlang, Kindang, Rilau Ale dan Bulukumpa. Ternak kecil seperti kambing dikembangkan di Kecamatan Gantarang dan Bonto Bahari. Ternak unggas dikembangkan di Kecamatan Gantarang, Ujung Loe, Riau Ale dan Bulukumpa. Hasil analisis LQ,

pewilayahan komoditas dapat disesuaikan dengan kawasan pengembangan yang disusun dalam draft RTRW. Hasil paduserasi antara keduanya menghasilkan pewilayahan komoditas yaitu: (1) Ternak besar meliputi sapi (Kecamatan Rilau Ale, Bulukumpa, Ujung Loe, Herlang dan Kajang), kerbau (Kecamatan Ujung Loe dan Kajang) dan kuda (Kecamatan Rilau Ale, Ujung Loe, Bonto Tiro dan Herlang); (2) Ternak kecil yaitu kambing (Kecamatan Bonto Bahari) dan (3) Unggas meliputi ayam ras pedaging (kecamatan Gantarang dan Ujung Loe); itik dan ayam buras (Kecamatan Rilau Ale) serta ayam ras petelur (Kecamatan Ujung Bulu).