• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 GAMBARAN UMUM LOKAS

5.1 Analisis Sub Sektor Pertanian Unggulan

Pengenalan wilayah merupakan hal yang penting dilakukan dalam mengembangkan suatu wilayah. Suatu wilayah memiliki karakteristik geografi yang berbeda dengan wilayah lain dan setiap wilayah memiliki memiliki komoditas tertentu yang dapat dikembangkan sesuai karakteristiknya. Pengembangan suatu wilayah berdasar potensi sub sektor unggulan merupakan pengembangan kemampuan dan kegiatan ekonomi masyarakat di suatu wilayah guna meningkatkan kemajuan ekonomi masyarakat lokal.

Gambar 6 menunjukkan bahwa Kabupaten Bulukumba memiliki sub sektor pertanian unggulan (kuadran I) pada tanaman bahan makanan, perkebunan dan peternakan. Sub sektor perikanan dan kehutanan hanya unggul secara kompetitif (kuadran II). Hal ini membuktikan bahwa sektor pertanian merupakan sektor basis di Kabupaten Bulukumba dan sub-sub sektor pertanian dominan unggul baik secara komparatif maupun kompetitif sehingga potensi untuk dikembangkan guna pembangunan pertanian di Kabupaten Bulukumba. Keunggulan komparatif menandakan Kabupaten Bulukumba mampu memenuhi sendiri kebutuhan tanaman bahan makanan, perkebunan dan peternakan serta memiliki kemampuan melayani kebutuhan wilayah luar. Keunggulan kompetitif menandakan sub sektor unggulan memiliki daya saing terhadap sub sektor lain di kabupaten lainnya karena memiliki laju pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan laju pertumbuhan rata-rata sub sektor di seluruh provinsi.

Gambar 6 Tipologi Penentuan Sub Sektor Pertanian Unggulan di Kabupaten Bulukumba

Sub sektor tanaman bahan makanan terdiri dari tanaman pangan dan hortikultura. Ketersediaan sumber daya alam yang agraris mendorong pengembangan sub sektor ini terutama tanaman pangan. Komoditas seperti padi,

jagung dan kacang tanah merupakan komoditas yang memiliki nilai produksi unggul dibanding dengan kabupaten lain. Berdasarkan BPS Prov. Sul-Sel (2011), Kabupaten Bulukumba sebagai kabupaten kesebelas dengan produksi padi tertinggi, kelima untuk jagung dan kedua untuk kacang tanah. Keunggulan tersebut ditunjang oleh keikutsertaan Kabupaten Bulukumba dalam program nasional dan propinsi dalam pencapaian swasembada pangan.

Keunggulan sub sektor perkebunan disebabkan karena komoditas sub sektor ini mampu unggul dibandingkan kabupaten lain dari jenis komoditas yang dibudidayakan dimana sub sektor perkebunan didominasi oleh komoditas perdagangan ekspor sehingga mampu memberikan pendapatan daerah maupun devisa negara. Hasil komoditas perkebunan yang dominan di Kabupaten Bulukumba adalah tanaman kelapa, kopi, kakao, cengkeh dan karet. Produksi kelapa dan kopi sebagian besar dihasilkan oleh perkebunan rakyat. Prospek pengembangan kopi, karet dan kakao sebagai komoditas sangat menjanjikan karena komoditas tersebut termasuk sebagai komoditas penting untuk diekspor. Berdasarkan data dalam Sulawesi Selatan dalam Angka 2011, produksi kakao pada tahun 2010 mencapai 172 083 ton dan volume ekspor komoditi kakao sebesar 151 571 514 kg berupa biji kako.

Sub sektor peternakan di Kabupaten Bulukumba menduduki peringkat kedua dengan populasi terbesar di tingkat provinsi. Komoditas ternak yang dipelihara adalah sapi potong, kerbau, kuda, kambing, ayam buras, ayam ras pedaging, ayam ras petelur dan itik (Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan 2011). Informasi ini menunjukkan bahwa. Kabupaten Bulukumba memiliki potensi dalam pengembangan peternakan dan mampu bersaing dengan kabupaten lain di Provinsi Sulawesi Selatan. Dengan beragam komoditas peternakan yang dikembangkan, sub sektor peternakan memberikan andil bagi peningkatan PDRB di kabupaten.

Sub sektor perikanan unggul secara kompetitif yang berarti hasil perikanan di Kabupaten Bulukumba hanya mampu memenuhi kebutuhan pasar domestik. Prospek sub sektor ini mempunyai kemungkinan menjadi sub sektor unggulan pada masa datang yang sejalan dengan kondisi di lapangan dimana tujuh kecamatannya merupakan daerah pesisir. Perikanan yang dikembangkan di kabupaten ini meliputi perikanan budidaya dan perikanan tangkap. Perikanan budidaya mencakup seluruh kecamatan dan perikanan tangkap mencakup 7 kecamatan sebagai wilayah pesisir. Rendahnya produksi perikanan tangkap bukan disebabkan karena rendahnya sumber daya ikan di lautan akan tetapi kegiatan penangkapan masih sangat rendah terutama di laut lepas. Kegiatan perikanan tangkap perlu dikembangkan karena sumber daya ikan relatif melimpah untuk berbagai jenis yang berpotensi ekspor ke pasar internasional yaitu tuna, tongkol, layang, kerapu dan kakap. Kendala yang dihadapi dengan rendahnya produksi perikanan yaitu umumnya nelayan yang tinggal di pesisir Kabupaten Bulukumba hidup di bawah garis kemiskinan sehingga modal yang dimiliki untuk melaut juga sedikit, hal ini dapat dilihat dari nelayan yang umumnya memiliki kapal kecil atau kapal tempel. Armada yang banyak digunakan belum memiliki kapasitas mesin dan kapal yang memadai untuk jauh melaut sehingga Kabupaten Bulukumba walaupun memiliki potensi perikanan yang sangat besar akan tetapi pemanfaatan masih tergolong rendah untuk perairan lepas.

Berdasarkan laporan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Bulukumba. dalam kurun waktu lima tahun yaitu Tahun 2006 sampai 2010, produksi perikanan tangkap cenderung stagnan. Hal ini disebabkan karena komposisi armada penangkapan ikan masih didominasi perahu motor tempel dan kapal dengan tonase rendah sehingga diperlukan upaya restrukturisasi armada penangkapan ikan untuk mendongkrak produksi hasil tangkapan.

Menurut Fudjaja (2002) bahwa armada perikanan berpengaruh nyata terhadap PDRB. Hal ini terjadi apabila pengembangan sub sektor perikanan dengan penambahan armada yang bukan ditujukan untuk penangkapan laut lepas. Dimana, penangkapan pesisir pantai sudah mulai mencapai ambang batas sehingga dalam jangka panjang penambahan armada semacam ini akan menurunkan produktifitas sub sektor perikanan.

Mengingat sub sektor kehutanan merupakan kegiatan ekonomi yang memberikan dampak negatif lebih banyak apabila pemanfaatannya lebih ekstrim terutama hasil hutan kayu dan hutan memegang peranan penting untuk kelancaran ekosistem lingkungan hidup serta menjaga kesinambungan sumber daya air maka sub sektor kehutanan tidak diproritaskan dalam produksi hasil yang tinggi. Pemanfaatan hutan di Kabupaten Bulukumba meliputi persutraan alam, perlebahan, walet dan produksi kayu.

Gambar 7 Perkembangan LQ Sektor Pertanian Kabupaten Bulukumba Tahun 2006 sampai 2010

Berdasarkan Gambar 7 selama lima tahun mulai tahun 2006 sampai 2010, semua sub sektor pertanian mengalami peningkatan kecuali sub sektor perkebunan. Sub sektor perikanan dan kehutanan di Kabupaten Bulukumba selama lima tahun (tahun 2006 sampai 2010) menunjukkan pertumbuhan PDRB lebih rendah daripada PDRB di tingkat provinsi walaupun mengalami peningkatan sehingga nilai LQ < 1. Sub sektor tanaman bahan makanan dan sub sektor perkebunan merupakan sub sektor yang memiliki nilai LQ > 1 selama periode 2006-2010. Hal ini menunjukkan bahwa kedua sub sektor tersebut

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 2006 2007 2008 2009 2010 Tabama Perkebunan Peternakan Kehutanan Perikanan

memiliki keunggulan komparatif secara berkelanjutan. Dengan menganalisis nilai LQ selama lima tahun untuk menunjukkan kekonsistenan sub-sub sektor dalam memberikan kontribusi PDRB di Kabupaten Bulukumba dan selanjutnya memberikan pemahaman bahwa Kabupaten Bulukumba memiliki sub-sub sektor pertanian yang mampu unggul (secara komparatif) dibandingkan dengan kabupaten lainnya di Provinsi Sulawesi Selatan. Peningkatan PDRB dari masing- masing sub sektor pertanian didukung oleh peningkatan produksi setiap komoditas sub sektor per tahunnya. Komoditas dengan LQ > 1, dapat diartikan bahwa sub sektor tersebut perlu dikembangkan karena mempunyai kemampuan yang besar untuk perekonomian Kabupaten Bulukumba.