• Tidak ada hasil yang ditemukan

2 TINJAUAN PUSTAKA

3.3 Teknik Analisis Data

3.4.3 Analytical Hierarcy Process (AHP)

Menentukan komoditas unggulan pertanian dapat dilakukan dengan menggunakan analisis AHP yang dikembangkan oleh Thomas K.Saaty. AHP ini diimplementasikan dengan berdasarkan kepada sejumlah kriteria. Penerapan prosedur AHP telah dilakukan pula oleh Bank Indonesia dalam menyusun komoditas/jenis usaha/produk unggulan di Kalimantan Selatan (Ikhsan 2011).

AHP dimaksudkan untuk membantu memecahkan masalah kualitatif yang kompleks dengan memakai perhitungan kuantitatif melalui proses pengekspresian masalah dimaksud dalam kerangka berpikir yang terorganisir sehingga memungkinkan dilakukannya proses pengambilan keputusan secara efektif. Prinsip kerja AHP adalah menyederhanakan suatu persoalan kompleks dan tidak berstruktur serta bersifat strategik dan dinamis melalui upaya penataan rangkaian variabelnya dalam suatu hirarki (Eriyatno dan Sofyar 2007).

Langkah atau tahapan penyelesaian AHP menurut Saaty dalam Ikhsan (2011) adalah sebagai berikut:

1. Identifikasi sistem

Identifikasi sistem dilakukan dengan cara mempelajari beberapa referensi guna memperluas pengetahuan sehingga dapat diperoleh konsep yang relevan dengan permasalahan.

2. Penyusunan Hirarki

Penyususnan hirarki atau struktur keputusan dilakukan dengan menggambarkan elemen sistem atau alternatif keputusan ke dalam suatu abstraksi hierarki keputusan. Hirarki AHP dapat dilihat pada Gambar 3.

Kriteria yang digunakan untuk komoditas unggulan yakni:

a. Sumber daya alam (SDA) sebagai faktor yang menentukan produksi komoditas baik dilihat dari kualitas lahan (kesesuaian lahan) maupun kuantitas lahan (ketersediaan lahan).

b. Preferensi petani (PP) sebagai indikator petani menerima komoditas tersebut untuk diusahakan.

c. Kebijakan Pemerintah (KP) sebagai bentuk keseriusan pemerintah dalam pengembangan komoditas unggulan baik dalam bentuk anggaran maupun regulasi..

d. Kontribusi Ekonomi (KE), memberikan gambaran komoditas yang dikembangkan memberikan nilai tambah bagi petani dan daerah. e. Kelembagaan (Klmb), memberikan gambaran adanya kemitraan

antara lembaga pemerintah, swasta maupun petani dari segi penyediaan modal, sarana produksi dan pemasaran.

f. Pasar (Psr), dilihat dari sisi permintaan yang dicirikan oleh besarnya permintaan di pasar lokal, pasar domestik maupun pasar internasional.

Gambar 3 Struktur AHP untuk Penentuan Komoditas Unggulan 3. Komparasi/perbandingan berpasangan

Matriks komparasi berpasangan ini dapat menggambarkan konstribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau kriteria/kepentingan yang setingkat di atasnya. Penentuan tingkat kepentingan pada setiap tingkat hirarki atau pendapat dilakukan dengan teknik perbandingan berpasangan. Teknik perbandingan berpasangan yang digunakan dalam AHP berdasarkan judgement atau pendapat dari pengambil keputusan atau para pakar serta orang yang terlibat atau memahami

Penentuan komoditas unggulan

SDA PP KP KE Klmb Pasar

permasalahan. Mereka dipilih sebagai responden, lalu diwawancaarai secara langsung untuk menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya. Penelitian dilakukan dengan pembobotan untuk masing- masing komponen dengan perbandingan berpasangan yang dimulai dari level tertinggi sampai terendah. Pembobotan dilakukan berdasarkan pendapat para pengambil keputusan/para pakar berdasarkan nilai skala komparasi 1–9. Skala perbandingan berpasangan tertera pada Tabel 3.

Penentuan alternatif komoditas unggulan merupakan komoditas hasil dari penentuan analisis dengan menggunakan perhitungan LQ dan DS. Pemilihan narasumber dilakukan secara purposive sampling yang didasarkan pada keahlian dan keterkaitan narasumber terhadap topik yang akan di analisis. Purposive sampling merupakan teknik pengambilan contoh berdasarkan pertimbangan seseorang atau peneliti. Narasumber dalam AHP berasal dari instansi Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, Bappeda dan Anggota DPRD Kabupaten Bulukumba.

Tabel 3 Skala Perbandingan Berpasangan Tingkat

kepentingan Definisi Penjelasan

1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap tujuan

3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dari elemen yang lain

Pengalaman dan penilaian sedikit mendukung satu elemen dibandingkan elemen yang lain

5 Elemen yang satu lebih penting dari elemen lainnya

Pengalaman dan penilaian sangat kuat mendukung satu elemen dibandingkan elemen yang lain

7 Satu elemen jelas lebih penting dari elemen lainnya

Satu elemen dengan kuat di dukung dan dominan terlihat dalam praktek

9 Satu elemen mutlak lebih

penting dari elemen lainnya

Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen yang lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan 2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai

pertimbangan yang berdekatan

Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi di antara dua pilihan

Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i

Penggabungan pendapat responden menggunakan rata-rata geometrik dengan rumus sebagai berikut (Marimin 2008):

• G=�• n xi n dimana: XG = rata-rata geometrik N = jumlah responden

Xi = penilaian oleh responden ke-i 3.4.4 Analisis Tabulasi Silang

Penyebaran kuesioner ke petani dimaksudkan untuk mengetahui tingkat partisipasi petani dalam membudidayakan komoditas pertanian berdasarkan variabel kemauan, kemampuan dan kesempatan. Petani yang dijadikan sampel adalah petani yang mengusahakan komoditi berupa padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar dan kacang tanah. Pemilihan lokasi sampel berdasarkan kecamatan yang dijadikan sentra produksi komoditi tertentu (purposive sampling) dengan jumlah sampel tiap komoditi sebanyak 20 petani. Pemilihan pada kecamatan sentra produksi diasumsikan mampu mewakili kondisi pengembangan komoditi baik dari skala usaha tani yang dominan di kecamatan tersebut dan keterlibatan pemerintah dalam pengembangan komoditi. Dengan demikian jumlah sampel petani yang merupakan sumber informasi untuk mengukur tingkat partisipasi sebanyak 100 petani. Variabel kemauan, kemampuan dan kesempatan merupakan prasyarat partispasi dan ditunjukkan pada Tabel 4.

Tabel 4 Variabel dan Indikator dalam Analisis Tingkat Partisipasi Petani

No Variabel Indikator 1 Kemauan Harapan Imbalan Motivasi Penguasaan informasi 2 Kemampuan Keterampilan

Pengalaman usaha tani Permodalan usaha tani

3 Kesempatan Ketersediaan sarana prasarana Kelembagaan pertanian Kebijakan pemerintah Sumber: Slamet (2003)

Definisi operasional dalam variabel diatas yaitu:

a. Kemauan. Dorongan yang timbul dalam diri masyarakat tani untuk berperan serta dalam proses kegiatan pengembangan komoditas unggulan.

b. Kemampuan. Kemampuan yang dimiliki oleh petani dalam mengelola usaha taninya, mampu dalam hal modal maupun kemampuan untuk berperanserta dalam pengembangan komoditas unggulan.

c. Kesempatan. Peluang petani untuk berperanserta dalam mengembangkan komoditas unggulan.

Skoring dilakukan untuk setiap pertanyaan kuesioner yang diajukan kepada responden (petani). Penjumlahan skor dihitung menurut variabel sehingga diperoleh total skor dari masing-masing responden. Dengan menggunakan skor maksimum dan skor minimum, penentuan interval kelas dapat dilakukan dengan menggunakan tiga kategori tingkat partisipasi yaitu tinggi, sedang dan rendah. Rumus Interval Kelas (IK) berdasarkan Slamet yang diacu oleh Herdiana (2009):

IK= Smak-Smin n dimana:

Smak = Skor maksimum Smin = Skor minimum n = Banyaknya kategori

Dalam pengkategorian tingkat partisipasi menggunakan batas kelas sebagai berikut:

Tinggi: X > Smin + (2IK)

Sedang :Smin + IK < X • Smin + (2IK) Rendah: Smin • X • Smin + IK

Hasil dari pengkategorian untuk masing masing komoditi diinterpretasikan dengan tabulasi silang. Tabulasi silang merupakan metode tabulasi untuk merangkum data dengan dua atau lebih variabel secara bersamaan sehingga dapat dianalisis hubungan antara dua variabel atau lebih.