• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 GAMBARAN UMUM LOKAS

5.2 Identifikasi Komoditas Unggulan Pertanian di Kabupaten Bulukumba

5.2.2 Analisis Keunggulan Kompetitif

Differential shift menunjukkan pergeseran suatu komoditi tertentu di suatu wilayah. Komponen differential shift bernilai positif berarti wilayah tersebut dianggap memiliki keunggulan kompetitif karena memiliki potensi untuk terus tumbuh atau berkembang.

Berdasarkan Tabel 11, analisis DS menunjukkan bahwa komoditas padi dan ubi kayu memiliki keunggulan kompetitif terbanyak pada kecamatan di Kabupaten Bulukumba. Komoditi padi menunjukkan kecamatan Gantarang dan Bulukumpa sebagai kecamatan pengembangan oleh pemerintah daerah memiliki nilai DS negatif, hal ini menandakan bahwa kondisi lahan pada kecamatan tersebut sudah mengalami degradasi, walaupun mengalami peningkatan produksi selama 5 tahun akan tetapi produksinya stagnan. Begitupula dengan komoditi jagung, Kecamatan Kajang dan Herlang dengan produksi tertinggi di Kabupaten Bulukumba secara aktual memiliki tingkat kesuburan rendah sehingga laju pertumbuhannya lebih rendah dibandingkan laju pertumbuhan tingkat kabupaten. Hal ini perlu mendapat perhatian dari pemerintah agar lahan tersebut berpotensi untuk membudidayakan komoditas tersebut. Guna mengembalikan kesuburan tanah, dapat melalui pemupukan, pengolahan tanah dan drainase.

Tabel 11 Analisis DS pada Komoditas Tanaman Bahan Makanan (DS +) di Kabupaten Bulukumba Tahun 2006 sampai 2010

Komoditas Kecamatan

Padi Ujung Bulu, Ujung Loe, Bonto Bahari, Bonto Tiro, Herlang Kajang, Rilau Ale

Jagung Gantarang, Ujung Loe, Bonto Bahari, Bulukumpa, Kindang

Ubi kayu Gantarang, Ujung Loe, Bonto Bahari, Bonto Tiro, Herlang, Kajang, Kindang

Ubi jalar Ujung Loe, Kajang, Bulukumpa, Kindang Kacang tanah Bonto Bahari, Kajang, Bulukumpa, Kindang Mangga Gantarang, Herlang, Kajang, Kindang

Nenas Gantarang, Ujung Loe, Bonto Tiro, Bulukumpa Durian Ujung Loe, Bulukumpa, Rilau Ale

Pisang Gantarang, Ujung Bulu, Ujung Loe, Herlang, Kajang Rambutan Gantarang, Ujung Loe, Kajang, Bulukumpa

Produksi ubi kayu di Kabupaten Bulukumba mengalami penurunan dari tahun 2006 ke 2010. Terdapat beberapa kecamatan mengalami penurunan produksi terutama kecamatan dengan tingkat produksi tinggi di Kabupaten Bulukumba. Kecamatan Bulukumpa pada tahun 2006 memiliki produksi ubi kayu

11 252 ton turun menjadi 5 011 ton tahun 2010, begitupun dengan Kecamatan Rilau Ale dari 6 710 ton menjadi 668 ton. Meskipun demikian, terdapat kecamatan-kecamatan yang mengalami peningkatan produksi tinggi yaitu Kajang (1 637 ton menjadi 4 717 ton) dan Bonto Bahari (56 ton menjadi 440 ton).

Komoditas hortikultura Kabupaten Bulukumba mengalami peningkatan produksi dari tahun 2006 ke 2010 kecuali komoditi nenas. Pisang unggul secara kompetitif pada 5 kecamatan dan durian hanya unggul secara kompetitif pada tiga kecamatan. Perluaan areal tanam pada lahan berpotensi dilakukan pemerintah kabupaten guna meningkatkan produksi komoditas hortikultura, terutama mangga, durian dan rambutan. Kabupaten Bulukumba memiliki potensi lahan untuk hortikultura seluas 9 464.49 ha dan yang baru dimanfaatkan sebesar 4 548.08 ha sehingga peluang pengembangan komoditas ini masih besar yaitu 4 916.41 ha. Kecamatan Bulukumpa merupakan wilayah dengan potensi lahan terluas yaitu 2 935 ha dan sekitar 54 persen baru dimanfaatkan untuk komoditas durian, rambutan dan manggis.yang sangat didukung oleh kondisi geografisnya. Kecamatan Herlang memiliki komoditas hortikultura berupa mangga dan pisang yang unggul kompetitif karena kedua komoditas ini paling dominan dikembangkan dimana seluas 269 ha dikembangkan untuk pisang dan 97.65 ha untuk mangga dari 377.65 ha lahan yang dimanfaatkan (DTPH 2011a).

Tabel 12 Analisis DS pada Komoditas Perkebunan (DS +) di Kabupaten Bulukumba Tahun 2006 sampai 2010

Komoditas Kecamatan

Kelapa Ujung Bulu, Bonto Bahari, Bonto Tiro, Kajang, Bulukumpa, Kindang Kopi Gantarang, Kindang

Cengkeh Gantarang, Kajang, Bulukumpa

Kakao Bonto Bahari, Bonto Tiro, Rilau Ale, Kindang Lada Bonto Tiro, Herlang, Kajang, Rilau Ale

Komoditi kelapa merupakan komoditi yang memiliki keunggu lan kompetitif terbanyak pada kecamatan (Tabel 11). Komoditi ini mengalami penurunan produksi pada tingkat kabupaten yang dipengaruhi oleh penurunan tajam produksi pada kecamatan-kecamatan yang memiliki produksi tertinggi yaitu Kecamatan Ujung Loe, Herlang dan Kajang. Tahun 2006, produksi kelapa di Kecamatan Ujung Loe sebesar 2 166 ton turun sebesar 478.30 ton tahun 2010 begitu pun dengan Kecamatan Herlang (2 471 ton ke 444.40 ton) dan Kajang (1 702 ton menjadi 665.30 ton). Kecamatan Bonto Bahari dan Bonto Tiro mengalami peningkatan produksi sehingga unggul secara kompetitif. Komoditi cengkeh pada tingkat kabupaten mengalami peningkatan sebesar 74.35 persen dan kecamatan Gantarang, Kajang dan Bulukumpa memiliki peningkatan produksi di atas 74.35 persen.

Komoditi kopi mengalami penurunan di tingkat kabupaten dari tahun 2006 ke 2010 (4 651 ton menjadi 4 127 ton), yang dipengaruhi penurunan pada Kecamatan Ujung Loe, Bonto Tiro, Herlang, Bulukumpa dan Rilau Ale. Kenaikan produksi terjadi pada kecamatan Gantarang dan Kindang yang memiliki kesesuaian lahan untuk budidaya kopi. Hal ini menandakan kedua kecamatan mampu berkompetitif dengan memberikan produksi dan laju produksi tinggi sehingga sangat berpotensial untuk dikembangkan. Menurut Setiono (2011),

keunggulan kompetitif dalam konteks spasial dianggap keunggulan lokasi yang akan memberikan nilai positif pada besaran differential shift.

Keadaan fisik suatu wilayah yang dikaitkan dengan komoditas yang dikembangkan masyarakat lokal memberikan gambaran secara tak langsung terkait kesesuaian lahan akan komoditas tersebut. Pendekatan pewilayahan bagi komoditas pertanian merupakan suatu upaya untuk mencapai produksi hasil pertanian yang lebih baik dengan memperhatikan karakteristik wilayah yang ada.

Tabel 12 menunjukkan bahwa komoditas peternakan memiliki keunggulan kompetitif pada beberapa kecamatan. Hasil analisis DS menunjukkan komoditas menyebar pada hampir seluruh kecamatan, akan tetapi berdasarkan nilai DS menunjukkan bahwa pertumbuhan komoditas peternakan sangat rendah yaitu nilai DS dominan 0.00. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat beternak belum berorientasi pada peningkatan produksi secara maksimal, komoditas dikembangkan sebagai sampingan pendapatan maupun sumber tenaga yang membantu masyarakat dalam pengolahan lahan pertanian mereka.

Tabel 13 Analisis DS pada Komoditas Peternakan (DS +) di Kabupaten Bulukumba Tahun 2006 sampai 2010

Komoditas Kecamatan

Sapi Ujung Bulu, Ujung Loe, Bonto Bahari, Bonto Tiro, Herlang, Kajang, Bulukumpa, Rilau Ale, Kindang

Kerbau Gantarang, Bonto Bahari, Herlang, Bulukumpa, Kindang Kuda Gantarang, Ujung Bulu, Ujung Loe, Bonto Tiro, Herlang, Kambing Gantarang, Ujung Bulu, Ujung Loe, Rilau Ale, Kindang Ayam ras petelur Bonto Bahari, Bonto Tiro, Herlang, Bulukumpa, Kindang Ayam ras pedaging Ujung Loe, Bonto Tiro, Herlang, Kajang, Bulukumpa, Rilau Ale Ayam buras Gantarang, Ujung Bulu, Ujung Loe, Bonto Bahari, Bonto Tiro,

Herlang, Kajang, Bulukumpa, Rilau Ale

Itik Ujung Bulu, Ujung Loe, Bonto Bahari, Bonto Tiro, Herlang, Kajang, Bulukumpa, Rilau Ale, Kindang

Komoditas peternakan yang mengalami peningkatan produksi di atas 20 persen dari tahun 2006 ke 2010 yaitu sapi(24.75 persen), ayam ras petelur (31.90 persen) dan ayam ras pedaging.(67.06 persen) Komoditas peternakan lainnya mengalami penurunan dengan persentase rendah kecuali itik sebesar 37 persen. Penurunan produksi itik di Kabupaten Bulukumba 53 667 ekor menjadi 33 835 ekor disebabkan penurunan drastis produksi itik di Kecamatan Gantarang sebesar 19 930 ekor dari tahun 2006 ke 2010.

Langkah-langkah yang diambil Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan selaku motor penggerak pembangunan peternakan di Kabupaten Bulukumba guna peningkatan produksi peternakan yaitu: (1) penyebaran ternak jantan unggul, (2) optimalisasi kegiatan inseminasi buatan, (3) revitalisasi ternak dan (4) pengembangan dan peningkatan pelayanan kesehatan hewan (DPKH 2011).