• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.3.2. Analisis Komoditas Unggulan Pada Level Meso

Pada level meso, kriteria yang digunakan adalah komoditas tersebut memiliki keterkaitan dan nilai multiplier effect yang besar. Penilaian pada level meso ini dilakukan berdasarkan hasil analisis tabel input-output Kabupaten Majalengka Tahun 2009. Dari hasil analisis keterkaitan ke depan (Direct Forward Linkage/DFL) seperti tersaji pada Gambar 31, terlihat bahwa komoditas yang memiliki keterkaitan tinggi adalah padi, buah-buahan dan bahan makanan lainnya.

Gambar 31. Keterkaitan ke depan komoditas subsektor tanaman bahan makanan

Berdasarkan analisis keterkaitan ke belakang (Direct Backward Linkage/ DBL) seperti tersaji pada Gambar 32, terlihat bahwa komoditas yang memiliki keterkaitan tinggi adalah jagung, padi dan buah-buahan.

Gambar 32. Keterkaitan ke belakang komoditas subsektor tanaman bahan makanan

Apabila dilihat dari besarnya kontribusi masing-masing komoditas buah- buahan dan bahan makanan lainnya terhadap total PDRB komoditasnya masing- masing maka dapat diketahui bahwa yang dimaksud komoditas buah-buahan dalam hal ini adalah mangga, pisang, durian dan melinjo. Adapun yang dimaksud sektor tanaman bahan makanan lainnya adalah ubi jalar, kedelai dan kacang hijau (Gambar 33 dan Gambar 34)

Gambar 33. Proporsi Komoditas Buah-buahan dan Bahan Makanan LainTerhadap PDRB per komoditasnya

Adapun hasil analisis multiplier effect dari komoditas subsektor tanaman bahan makanan dapat dilihat pada Tabel 42.

Tabel 42. Nilai Multiplier effect Komoditas Subsektor Tanaman Bahan Makanan

No Komoditas Multiplier Effect

Pendapatan Pajak PDRB Output

1 Padi 1,14 1,21 1,12 1,13

2 Jagung 1,23 1,49 1,14 1,18

3 Ubi Kayu 1,15 1,29 1,06 1,08 4 Buah-buahan 1,22 1,58 1,10 1,12 5 Sayur-sayuran 1,13 1,19 1,07 1,09 6 Bahan makanan lainnya 1,11 1,15 1,10 1,11 Sumber : Hasil Analisis (2011)

Dari tabel tersebut maka komoditas yang memiliki nilai multiplier effect

pendapatan diatas rata-rata adalah jagung dan buah-buahan, komoditas yang memiliki nilai multiplier effect pajak diatas rata-rata adalah jagung dan buah- buahan, komoditas yang memiliki nilai multiplier effect PDRB diatas rata-rata adalah padi dan jagung serta komoditas yang memiliki nilai multiplier effect Output diatas rata-rata adalah padi dan jagung. Berdasarkan hal tersebut maka komoditas yang memiliki nilai multiplier effect yang besar adalah padi, jagung dan buah-buahan.

5.3.3. Analisis Komoditas Unggulan Pada Level Mikro

Pada level mikro kriteria yang digunakan adalah komoditas tersebut banyak diusahakan oleh petani. Penilaian pada level mikro ini dilakukan berdasarkan angka luas panen dan produksi komoditas subsektor tanaman bahan makanan yang ada di Kabupaten Majalengka pada Tahun 2009. Data yang digunakan luas panen dan produksi karena data ini dapat menunjukkan komoditas apa saja yang menjadi pilihan masyarakat dalam berusahatani. Selain itu angka luas panen dan produksi juga merupakan resultante kesesuaian tumbuh dengan kondisi agroekologi serta memenuhi kriteria unggul dari sisi penawaran. Tabel 43 menunjukkan angka luas panen dan produksi komoditas tanaman pangan Kabupaten Majalengka Tahun 2009. Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa komoditas yang memiliki luas panen dan produksi tinggi adalah padi, jagung, ubi kayu dan kedelai.

Tabel 43. Luas Panen dan Produksi komoditas Tanaman Pangan

Komoditas Luas Panen Produksi Keterangan

(Ha) (Ton)

Padi 97.204 568.955 Tinggi

Jagung 15.174 89.541 Tinggi

Kedelai 2.365 3.459 Tinggi

Kacang Tanah 1.049 1.372 Rendah

Kacang Hijau 1.625 1.519 Rendah

Ubi Kayu 2.721 44.382 Tinggi

Ubi Jalar 1.080 17.730 Rendah

Untuk komoditas buah-buahan tidak tersedia data luas panen sehingga untuk komoditas buah-buahan analisis dilakukan hanya pada data produksi. dan jumlah pohon. Tabel 44 menunjukkan data produksi dan jumlah pohon komoditas buah-buahan di Kabupaten Majalengka Tahun 2009.

Tabel 44. Produksi dan Jumlah Pohon Komoditas Buah-buahan

Komoditas Produksi Jumlah Keterangan

(kuintal) Pohon Mangga 466.103 905.247 Tinggi Pisang 274.838 1.641.108 Tinggi Melinjo 141.197 602.552 Tinggi Petai 46.603 222.671 Sedang Alpukat 44.156 172.992 Sedang Nangka/Cempedak 33.587 151.896 Sedang Jambu Biji 27.427 111.897 Sedang Rambutan 22.502 91.860 Sedang

Durian 22.077 168.586 Sedang

Jeruk 18.003 108.171 Sedang

Pepaya 10.619 56.652 Rendah

Jambu Air 8.715 47.322 Rendah

Sukun 8.271 52.824 Rendah Sawo 4.482 12.317 Rendah Belimbing 4.271 24.481 Rendah Salak 1.764 22.981 Rendah Sirsak 869 19.692 Rendah Manggis 558 5.636 Rendah Jeruk Besar 503 3.183 Rendah Nenas 350 36.698 Rendah Dukuh/langsat 343 3.084 Rendah Markisa - 70 Rendah

Sumber : Hasil Analisis (2011)

Dari Tabel 44 terlihat bahwa komoditas buah-buahan yang memiliki angka produksi dan jumlah pohon yang tinggi adalah mangga, pisang dan melinjo. Tabel 45 menunjukkan angka luas panen dan produksi komoditas sayur-sayuran Kabupaten Majalengka Tahun 2009. Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa komoditas yang memiliki luas panen dan produksi tinggi adalah bawang merah, bawang daun dan cabe besar.

Tabel 45. Luas Panen dan Produksi komoditas Sayur-sayuran Komoditas

Luas Panen Produksi

Keterangan

(Ha) (Ton)

Bawang Merah 2.588 37.338 Tinggi

Bawang Daun 1.982 35.120 Tinggi

Cabe Besar 1.114 7.026 Tinggi

Kubis 818 8.380 Sedang

Kentang 759 14.754 Sedang

Cabe Rawit 605 5.507 Sedang

Sawi 466 8.736 Sedang

Ketimun 396 3.490 Rendah

Terung 277 3.775 Rendah

Tomat 255 7.477 Sedang

Kacang Merah 226 1.426 Rendah

Buncis 139 1.505 Rendah

Kacang Panjang 123 821 Rendah

Wortel 96 517 Rendah

Kembang Kol 56 729 Rendah

Labu Siam 51 551 Rendah

Kangkung 12 37 Rendah

Bayam 2 128 Rendah

Bawang Putih - - Rendah

Lobak - - Rendah

Sumber : Hasil Analisis (2011)

5.3.4. Penetapan Komoditas Unggulan

Untuk menetapkan komoditas mana yang akan dijadikan komoditas unggulan, maka hasil analisis pada level makro, meso dan mikro dirangkum seperti yang tersaji pada Tabel 46. Berdasarkan tabel tersebut maka komoditas yang unggul di level makro, meso dan mikro untuk komoditas tanaman pangan adalah padi, jagung dan kedelai, sedangkan untuk komoditas buah-buahan adalah mangga, pisang dan melinjo. Adapun untuk komoditas sayur-sayuran hanya ada satu komoditas yang unggul di level makro dan mikro yaitu komoditas bawang merah. Komoditas sayur-sayuran tidak unggul di level meso karena nilai keterkaitan antar sektor dan multiplier effectnya kecil. Hal ini dimungkinkan karena komoditas sayur-sayuran yang ada di Kabupaten Majalengka selama ini sebagian besar digunakan untuk konsumsi maupun untuk dijual dalam bentuk segar serta belum ada penangan lebih lanjut seperti pengemasan maupun pengolahan. Oleh karena itu, maka komoditas sayur-sayuran tidak dipilih untuk

menjadi komoditas unggulan subsektor tanaman bahan makanan di Kabupaten Majalengka. Namun, apabila ditinjau dari aspek besarnya keuntungan yang diperoleh dari kegiatan usahatani komoditas sayur-sayuran, maka komoditas ini memiliki potensi dan peluang yang besar dalam peningkatan kesejahteraan petani dan pengembangan wilayah di Kabupaten Majalengka. Komoditas sayur-sayuran yang perlu dipertimbangkan untuk menjadi komoditas unggulan karena memiliki potensi yang besar di Kabupaten Majalengka adalah komoditas bawang merah.

Dalam penelitian ini, komoditas sayuran tidak terpilih menjadi komoditas unggulan disebabkan karena keterbatasan kriteria yang dibangun. Kriteria yang digunakan untuk memilih komoditas unggulan adalah komoditas-komoditas tersebut harus unggul pada ketiga level analisis yaitu pada level makro, meso dan mikro.

Tabel 46. Pemilihan Komoditas Unggulan Subsektor Tanaman Bahan Makanan

Komoditas Komoditas Terpilih Menurut Analisis Komoditas

Unggulan

Makro Meso Mikro

Tanaman Pangan Padi Padi Padi Padi

Jagung Jagung Jagung Jagung

Kedelai Kedelai Kedelai

Kacang Hijau Bahan Makanan lain Ubi Kayu

Ubi Jalar

Buah-buahan Alpukat Kedelai Mangga Mangga

Durian Kacang Hijau Pisang Pisang

Jambu Biji Melinjo Melinjo

Jambu Air Buah-buahan

Jeruk Mangga Mangga Pisang Nangka Durian Pepaya Melinjo Pisang Sawi Sirsak Sukun Melinjo Petai

Sayur-sayuran Bawang merah Bawang merah

Kembang kol Bawang daun

Cabe Besar

Berdasarkan Tabel 46 maka komoditas unggulan subsektor tanaman bahan makanan di Kabupaten Majalengka adalah padi, jagung, kedelai, mangga, pisang dan melinjo. Selanjutnya, keenam komoditas terpilih tersebut akan dianalisis lebih lanjut untuk melihat urutan prioritas komoditas dan arah pengembangannya berdasarkan pendapatan para pemangku kepentingan di bidang pengembangan pertanian.

5.4. Prioritas Pembangunan Subsektor Tanaman Bahan Makanan

Prioritas pembangunan subsektor tanaman bahan makanan di Kabupaten Majalengka ditentukan melalui Analytical Hierarchy Process (AHP). Proses AHP dilakukan untuk mendapatkan nilai (skor) prioritas dari struktur hirarki permasalahan yang dibangun. Struktur hirarki permasalahan yang akan ditentukan prioritasnya dalam pembangunan subsektor tanaman bahan makanan di Kabupaten Majalengka terdiri dari tiga permasalahan utama. Permasalahan pertama adalah menentukan jenis komoditas unggulan yang akan diprioritaskan menurut pendapat para responden. Kedua adalah menentukan subsistem mana yang perlu diprioritaskan dalam pengembangan komoditas-komoditas unggulan tersebut. Ketiga adalah menentukan aspek pendukung yang perlu diprioritaskan dalam pengembangan masing-masing subsistem. Semakin tinggi nilai yang diperoleh menandakan kriteria atau faktor tersebut lebih prioritas dibandingkan dengan faktor lain. Adapun nilai prioritas dari masing-masing permasalahan tersebut diuraikan pada bahasan di bawah ini.

5.4.1. Prioritas Komoditas Unggulan

Dalam melaksanakan pembangunan subsektor tanaman bahan makanan perlu diupayakan fokus pada komoditas unggulan agar dapat memberikan kontribusi yang signifikan pada peningkatan perekonomian wilayah. Selain itu, adanya keterbatasan anggaran yang dimiliki oleh setiap daerah membuat setiap daerah perlu menetapkan prioritas-prioritas dalam melaksanakan program dan kebijakan pembangunan yang akan dilaksanakan. Berdasarkan hasil analisis komoditas unggulan yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya diperoleh enam komoditas yang menjadi unggulan di Kabupaten Majalengka. Selanjutnya, dari

keenam komoditas tersebut, perlu diketahui mana yang menurut para stakeholder

perlu diprioritaskan dalam rangka pembangunan subsektor tanaman bahan makanan di wilayah Kabupaten Majalengka. Hal ini penting untuk diketahui agar pengembangan komoditas unggulan selaras dengan kebutuhan dan persepsi para

stakeholdernya.

Dari enam komoditas unggulan terpilih berdasarkan hasil analisis yaitu komoditas padi, jagung, kedelai, mangga, pisang dan melinjo, para stakeholder

memilih komoditas padi sebagai prioritas pertama dengan skor penilaian sebesar 0,324, jagung sebagai prioritas kedua dengan skor 0,250, mangga sebagai prioritas ketiga dengan skor 0,180, kedelai sebagai prioritas keempat dengan skor 0,122, pisang sebagai prioritas kelima dengan skor 0,071 dan melinjo sebagai prioritas terakhir dengan skor 0,052. Gambar 34 menunjukkan hasil persepsi para

stakeholder dalam menentukan prioritas komoditas unggulan.

Gambar 34. Hasil AHP dalam penentuan prioritas komoditas unggulan

Alasan utama para stakeholder memilih komoditas padi menjadi prioritas pertama kemungkinan karena padi merupakan bahan makanan pokok masyarakat sehingga berhubungan erat dengan ketahanan pangan Kabupaten Majalengka.

5.4.2. Prioritas Pengembangan Subsistem Agribisnis

Agribisnis sebagai suatu sistem merupakan konsep pengelolaan pertanian secara luas, utuh dan terdiri dari beberapa subsistem. Menurut Saragih (2010), agribisnis sebagai bentuk modern pertanian mencakup empat subsistem yaitu (1) subsistem agribisnis hulu, yaitu kegiatan ekonomi yang menghasilkan sarana produksi pertanian primer, (2) subsistem usahatani yang juga disebut sebagai

sektor pertanian primer, (3) subsistem agribisnis hilir yaitu kegiatan ekonomi yang mengolah hasil pertanian primer menjadi produk olahan baik untuk siap dimasak maupun siap dikonsumsi beserta kegiatan perdagangannya serta (4) subsistem jasa layanan pendukung seperti lembaga keuangan, penyuluhan, penelitian pengembangan dan kebijakan pemerintah.

Dalam melaksanakan pembangunan subsektor tanaman bahan makanan, dibutuhkan keterkaitan yang erat dan utuh antar subsistem-subsistem tersebut. Namun kenyataan di lapangan seringkali ditemukan adanya ketimpangan perkembangan diantara subsistem tersebut. Hal ini menyebabkan kegiatan usahatani tidak memberikan hasil yang maksimal bagi para petani sebagai pelaku utamanya. Oleh karena itu, dalam melaksanakan pembangunan subsektor tanaman bahan makanan sesuai konsep agribisnis, diperlukan arahan untuk mengetahui prioritas pengembangan subsistem agribisnis yang dibutuhkan berdasarkan pengalaman para stakeholder di lapangan.

Persepsi para stakeholder pertanian di Kabupaten Majalengka berdasarkan Gambar 35 tersebut, menunjukkan bahwa untuk pengembangan komoditas padi yang perlu diprioritaskan adalah pengembangan subsistem agribisnis hulu diikuti dengan pengembangan subsistem usahatani, agribisnis hilir dan jasa layanan pendukung. Para stakeholder lebih memprioritaskan subsistem agribisnis hulu karena subsistem agribisnis hulu menyangkut ketersediaan benih yang bermutu, pupuk, obat-obatan dan sarana produksi lainnya yang sangat menentukan tingkat keberhasilan petani dalam melakukan usahatani padi.

Urutan prioritas subsistem dalam pengembangan komoditas jagung berturut-turut adalah subsistem agribisnis hilir, usahatani, agribisnis hulu dan jasa layanan pendukung. Hal ini menunjukkan bahwa aspek pasca panen, pengolahan dan pemasaran hasil komoditas jagung merupakan aspek yang menjadi prioritas untuk dikembangkan. Untuk pengembangan kedelai yang perlu diprioritaskan secara berturut-turut adalah subsistem usahatani, agribisnis hilir, sgribisnis hulu dan jasa layanan pendukung. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan usahatani kedelai yang selama ini dilakukan belum optimal sehingga masih dibutuhkan dukungan program-program pemerintah misalnya berupa pembinaan dan

penyuluhan yang intensif dalam hal tehnik budidaya yang baik dan benar untuk memperoleh hasil yang maksimal.

Persepsi stakeholder dalam pengembangan mangga menunjukkan bahwa subsistem agribisnis hulu sebagai prioritas pertama kemudian subsistem agribisnis hilir, usahatani dan jasa layanan pendukung. Dari hasil analisis persepsi tersebut menunjukkan bahwa ketersedian sarana produksi merupakan hal yang masih sangat diperlukan untuk pengembangan mangga sebagai komoditas unggulan. Berdasarkan wawancara di lapangan diketahui bahwa subsistem hulu dipilih menjadi prioritas dalam pengembangan mangga karena banyak sekali permasalahan yang terkait dengan hama penyakit sehingga ketersediaan dan kemudahan untuk mendapatkan obat-obatan menjadi hal yang perlu diprioritaskan.

Adapun untuk pengembangan pisang persepsi stakeholder menunjukkan bahwa yang perlu diprioritaskan secara berturut-turut adalah subsistem agribisnis hilir, usahatani, hulu dan jasa layanan pendukung, demikian pula untuk pengembangan melinjo, subsistem agribisnis hilir menempati prioritas pertama kemudian diikuti dengan subsistem usahatani, jasa layanan pendukung dan agribisnis hulu. Hal ini menunjukkan bahwa untuk pengembangan pisang dan melinjo aspek pengolahan dan pemasaran hasil menjadi prioritas yang diperlukan. Nilai dari masing-masing prioritas pengembangan subsistem agribisnis per komoditas berdasarkan hasil Analytical Hierarchy Process (AHP) disajikan pada Gambar 35.

Berdasarkan pertimbangan untuk pengembangan keseluruhan komoditas unggulan maka subsistem usahatani merupakan subsistem yang terpilih sebagai prioritas pertama untuk dikembangkan dengan skor 0,287 kemudian subsistem agribisnis hulu dengan skor 0,275, subsistem agribisnis hilir dengan skor 0,273 dan subsistem jasa layanan pendukung dengan skor 0,166. Hal ini menunjukkan bahwa menurut persepsi para stakeholder, dalam pengembangan komoditas unggulan di Kabupaten Majalengka masih diperlukan peningkatan tehnik-tehnik budidaya yang efektif dan efisien untuk meningkatkan kualitas, kuantitas maupun kontinuitas hasil produksi.

Gambar 35. Nilai AHP masing-masing subsistem per komoditas

5.4.3. Prioritas Pengembangan Aspek Pendukung

Dalam pembangunan subsektor tanaman bahan makanan selain dibutuhkan pengembangan dan keterkaitan antar subsistem agribisnis juga dibutuhkan aspek- aspek pendukung lain yang tak kalah pentingnya, diantaranya yaitu sumberdaya manusia, sarana prasarana dan kelembagaan.

Sumberdaya manusia merupakan aspek yang penting dalam pembangunan subsektor tanaman bahan makanan karena sumberdaya manusia merupakan aktor atau pelaku utama dalam kegiatan pembangunan subsektor ini. Pembangunan subsektor tanaman bahan makanan ini sangat tergantung dari kemampuan dan kualitas sumberdaya manusianya. Salah satu sarana yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia adalah melalui pendidikan, baik formal maupun informal. Aspek sarana prasarana merupakan fasilitas pendukung yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan usahatani tanaman bahan makanan. Aspek sarana prasarana ini menentukan kelancaran kegiatan budidaya, panen dan pasca panen serta mobilitas sarana produksi dan hasil-hasil usahatani tanaman

bahan makanan. Aspek kelembagaan berfungsi untuk mengorganisasikan, memfungsikan dan mengatur setiap aktivitas usahatani tanaman bahan makanan. Dalam melaksanakan pembangunan subsektor tanaman bahan makanan ini diperlukan dukungan kelembagaan untuk dapat meningkatkan posisi tawar petani.

Hasil analisis AHP menunjukkan bahwa untuk pengembangan subsistem hulu stakeholder memberi prioritas yang hampir sama besar terhadap peran dan pengembangan sarana prasarana dan sumberdaya manusia yaitu dengan skor masing-masing sebesar 0,100 dan 0,097. Adapun persepsi stakeholder dalam pengembangan subsistem usahatani dan subsistem agribisnis hilir menunjukkan bahwa sumberdaya manusia menjadi prioritas pertama yang perlu dikembangkan diikuti dengan aspek sarana prasarana dan kelembagaan. Untuk pengembangan subsistem agribisnis jasa layanan pendukung, para stakeholder memprioritaskan pengembangan kelembagaan kemudian sumberdaya manusia dan sarana prasarana. Nilai hasil AHP untuk penentuan prioritas aspek pendukung per subsistem secara lengkap disajikan pada Gambar 36.

Gambar 36. Hasil AHP penentuan prioritas aspek pendukung per subsistem

Dari keseluruhan subsistem tersebut maka aspek pendukung yang terpilih untuk diprioritaskan adalah aspek sumberdaya manusia (SDM) dengan skor 0,448 kemudian aspek sarana prasarana dengan skor 0,303 dan aspek kelembagaan

dengan skor 0,249. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pengembangan sistem agribisnis faktor sumber daya manusia merupakan faktor yang paling penting untuk dikembangkan. Dalam hal ini, perlu ditingkatkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilannya. Hasil analisis AHP secara keseluruhan disajikan pada Gambar 37.

Gambar 37. Hasil AHP dalam penentuan prioritas pembangunan subsektor tanaman bahan makanan berdasarkan persepsi seluruh stakeholder.

5.5. Arahan Pengembangan Subsektor Tanaman Bahan Makanan

Arahan pengembangan subsektor tanaman bahan makanan dalam rangka pengembangan wilayah di Kabupaten Majalengka disusun berdasarkan hasil analisis kondisi dan potensi subsektor tanaman bahan makanan yang diperoleh dari analisis Location Quotient (LQ) dan Shift Share Analysis (SSA), analisis peran subsektor tanaman bahan makanan yang dilakukan dengan menggunakan analisis

input-output, analisis penentuan komoditas unggulan serta analisis prioritas pembangunan subsektor tanaman bahan makanan di Kabupaten Majalengka dengan menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP). Selanjutnya hasil

Pembangunan Subsektor Tanaman Bahan Makanan Padi (0,324) Jagung (0,250) Kedelai (0,122) Mangga (0,180) Pisang (0,071) Melinjo (0,052) Subsistem Agribisnis Hulu (0,275) Subsistem Usahatani (0,287) Subsistem Agribisnis Hilir (0,273) Subsistem Jasa Layanan Pendukung (0,166) Sumberdaya Manusia (0,448) Sarana Prasarana (0,303) Kelembagan (0,249)

analisis tersebut dipadukan dengan analisis kesesuaian dan ketersediaan lahan untuk tiga komoditas unggulan terpilih sehingga diperoleh lokasi arahan untuk pengembangan komoditas tersebut.

Pembangunan subsektor tanaman bahan makanan perlu diarahkan dalam upaya mengoptimalkan pembangunan subsektor ini agar dapat menjadi sektor unggulan yang mampu menjadi motor penggerak perekonomian wilayah dengan berbasis potensi lokal dan berdimensi kerakyatan. Pembangunan subsektor tanaman bahan makanan yang ada selama ini masih berlangsung secara parsial sehingga hasil yang dicapai belum optimal. Oleh karena itu, dalam melaksanakan pembangunan subsektor ini lebih lanjut memerlukan dukungan dari berbagai pihak secara konsisten dan terintegrasi baik dari berbagai instansi pemerintah yang terlibat maupun dari masyarakat.

Berdasarkan hasil analisis potensi dan kondisi subsektor tanaman bahan makanan di Kabupaten Majalengka dapat diketahui bahwa subsektor tanaman bahan makanan di Kabupaten Majalengka merupakan sektor basis dengan memiliki beberapa komoditas yang unggul dari aspek luas tanam, luas panen maupun produksi. Namun dari komoditas-komoditas yang ada tidak selalu unggul dari ketiga aspek tersebut sehingga arahan yang disarankan untuk peningkatan nilai keunggulan komoditas-komoditas subsektor tanaman bahan makanan adalah dengan melakukan peningkatan kinerja subsektor tanaman bahan makanan. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatan kinerja subsektor ini adalah :

1) Peningkatan teknologi budidaya untuk mendorong peningkatan produksi dan produktivitas serta menghasilkan produk yang berkualitas.

2) Peningkatan kapasitas sumber daya manusia yang bergerak di subsektor tanaman bahan makanan baik petani maupun petugas, antara lain melalui pendidikan pelatihan dan penyuluhan yang kontinyu.

3) Pengelolaan sumberdaya lahan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi lahan secara bijak dengan memperhatikan asas kelestarian lingkungan.

4) Pengembangan ketersediaan sarana produksi seperti pupuk, dan benih yang bermutu sehingga dapat menjamin keberlangsungan usahatani.

5) Pengembangan sarana prasarana pendukung kegiatan usahatani seperti pembuatan dan perbaikan saluran irigasi yang dapat menjamin ketersediaan air untuk pertanaman, perbaikan jalan usaha tani dan pembangunan jalan desa untuk memudahkan mobilitas sarana produksi dan hasil panen serta penyediaan alat mesin pertanian baik alat mesin untuk kegiatan budidaya maupun alat mesin untuk kegiatan panen, pasca panen dan pengolahan.

6) Pengembangan kelembagaan diantaranya dilakukan melalui peningkatan manajamen kelembagaan petani, maupun kemudahan untuk mengakses lembaga-lembaga permodalan dan lembaga pemasaran.

Kajian terhadap peran beberapa komoditas subsektor tanaman bahan makanan di Kabupaten Majalengka melalui analisis tabel input-output

menunjukkan bahwa keterkaitan antar sektor serta nilai multiplier effect yang dimiliki oleh beberapa komoditas subsektor tanaman bahan makanan masih rendah. Hasil analisis terhadap struktur output juga menunjukkan bahwa jumlah permintaan antara lebih kecil (26,99%) dibandingkan dengan jumlah permintaan akhir (73,01%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar produk dikonsumsi dan diekspor dalam bentuk segar. Arahan peningkatan peran subsektor tanaman bahan makanan dalam meningkatkan perekonomian wilayah adalah dengan meningkatkan keterkaitan subsektor tanaman bahan makanan dengan sektor- sektor lainnya baik yang memiliki keterkaitan ke depan maupun ke belakang sehingga mampu mengurangi terjadinya kebocoran wilayah.Adapun sektor-sektor yang memiliki potensi untuk didorong peningkatan keterkaitannya adalah sektor industri pengolahan, peternakan, perikanan, restoran, hotel, hiburan dan rekreasi karena sektor-sektor tersebut memiliki keterkaiatan ke depan maupun ke belakang dengan komoditas-komoditas subsektor tanaman bahan makanan.

Dengan memperhatikan segala keterbatasan yang dimiliki oleh setiap daerah serta untuk melaksanakan pembangunan subsektor tanaman bahan makanan yang efektif dan efisien maka pembangunan subsektor ini diupayakan fokus pada komoditas unggulan. Berdasarkan hasil analisis secara makro, meso dan mikro maka pembangunan subsektor tanaman bahan makanan diarahkan untuk fokus pada komoditas padi, jagung, kedelai, mangga, pisang dan melinjo.

Pembangunan subsektor tanaman bahan makanan yang bijaksana dan mengikuti azas partisipatif perlu dilaksanakan dengan melibatkan stakeholders

dalam menentukan aspek-aspek yang perlu diprioritaskan. Tiga komoditas unggulan yang mendapat prioritas dari stakeholders adalah padi, jagung dan mangga dengan subsistem agribisnis yang menjadi prioritas untuk dikembangkan adalah subsistem usahatani, dan aspek sumberdaya manusia menjadi prioritas

Dokumen terkait