• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

B. Analisis Komparasi Keterampilan Sosial dan Pemahaman Belajar

Kooperatif Tipe NHT

1. Analisis komparatif keterampilan sosial

Berikut disajikan intepretasi skor kuesioner keterampilan sosial

siswa kelas X5 sebelum penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

NHT, sesudah siklus pertama, dan sesudah siklus kedua ke dalam PAP

tipe I yang menunjukan perbandingan pencapaian kategori

keterampilan sosial siwa dari waktu ke waktu:

Tabel 5.26

Hasil Perhitungan Kuesioner Keterampilan Sosial Berdasarkan PAP Tipe I

Interval Skor

Jumlah Persentase (%) Keterangan

Sebelum NHT Siklus I Siklus II Sebelum NHT Siklus I Siklus II 144 – 160 4 8 8 12,5% 25% 28,6% Sangat baik 128 – 143 11 16 19 34,4% 50% 67,8% Baik 104 – 127 16 8 1 50% 25% 3,6% Cukup 88 – 103 1 - - 3,1% - - Kurang baik 0 – 87 - - - Sangat kurang baik

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa sebelum pra penelitian, ada

4 siswa atau 12,5% siswa yang termasuk dalam kategori sangat baik,

pada siklus pertama dan kedua terjadi peningkatan menjadi 8 siswa.

16 siswa atau 50% pada siklus pertama dan 19 siswa atau 67,8% pada

siklus kedua. Sedangkan siswa yang masuk dalam kategori cukup,

menurun dari 16 siswa atau 50% pada saat sebelum penerapan NHT,

menjadi 8 siswa atau 25% sesudah siklus pertama, dan 1 siswa atau

3,6% sesudah siklus kedua. Siswa yang termasuk kategori kurang baik

berjumlah 1 siswa saat sebelum penerapan NHT dan tidak ada siswa

yang masuk kategori kurang baik sesudah penerapan NHT siklus

pertama dan kedua. Peningkatan ini turut didukung hasil observasi

yang memperlihatkan peningkatan kondisi keterampilan sosial siswa

dari siklus pertama dan siklus kedua.

Akan tetapi, berdasarkan hasil kuesioner keterampilan sosial, target

keterampilan sosial yaitu bahwa seluruh siswa harus termasuk dalam

kategori minimal baik, tidak tercapai. Sesudah siklus kedua, masih ada

siswa yang keterampilan sosialnya masih dalam kategori cukup. Hal

ini kemudian dicocokan dengan hasil observasi. Menurut hasil

observasi, seluruh siswa dapat mencapai kategori baik. Dengan

demikian, walaupun berdasarkan kuesioner target keterampilan sosial

belum tercapai, target keterampilan sosial telah tercapai menurut hasil

observasi.

2. Analisis komparatif pemahaman belajar

Berikut perbandingan hasil belajar siswa sebelum penerapan NHT

Tabel 5.27

Skor Hasil Belajar Siswa Sebelum NHT, Sesudah NHT Siklus Pertama, dan Sesudah NHT Siklus Kedua

No Nama Siswa Sebelum

NHT

Sesudah NHT Siklus I

Sesudah NHT Siklus II

1 Adeliani Eva Hapsari 88 87 93

2 Adlina Nur Zhafarina 70 87 100

3 Aldenisa Bayang Runggawi

82 87 100

4 Aldy Deliar Alif Syahputra 83 80 100 5 Anandio Muhammad Ardana 76 100 100 6 Annisa Rahmawati Trimanto 82 87 -

7 Ardi Yusri Hilmi 90 93 100

8 Burhan Al Bahij 44 87 80 9 Damayanti 68 100 80 10 Daud Muhajir 90 73 90 11 Devi Yonia Almahanir 95 93 100 12 Donny Aryanto Prabowo 82 80 - 13 Dwiana Rachamadewi 40 87 87

14 Elsa Septiana Harlie 67 87 80

15 Farikha Setyaningtyas Al- 34 93 80 16 Ginanjar Nata Laksana 88 93 100 17 Herbudhi Cahyo Nugroho 72 87 -

18 Indah Amalia Putri 75 87 100

19 Kemal Halifiah Mufti Ansor 82 87 100 20 Khaledazia Malik 67 87 87 21 Liesta Apricillya Putri Permatasari 88 100 100 22 Muhammad Rizki Firmansyah 76 60 80

23 Nada Widya Larasati 70 47 100

24 Nur Diana Anggar Kusuma

66 60 100

25 Olga Sisca Novaryan Scandisktia

53 87 80

26 Rahmat Mukhlisin 90 87 93

27 Regita Dwi Utami 72 93 93

28 Rizki Distianasari 92 100 100

29 Stugestus Kurniawan Jati

84 87 87

30 Winda Ayu Putri 69 80 -

31 Yolanda Fiegadini Pramesti 96 80 100 32 Zulfa Oktafiani 92 93 100 JUMLAH 2423 2736 2610 RATA-RATA 76 85 93

Dari tabel di atas, nampak bahwa sebelum penerapan NHT

ada 13 siswa atau 40,63% yang memiliki skor hasil belajar kurang

dari KKM. Sedangkan siswa yang telah mencapai KKM berjumlah

19 siswa atau 59,37%. Hal ini mengalami peningkatan sesudah

penerapan NHT siklus pertama. Ada 28 siswa atau 87,5% yang

mampu mencapai KKM dan hanya 4 siswa atau 12,5% yang belum

mencapai KKM. Maka kepada keempat siswa tersebut diberikan

penugasan berupa pekerjaan rumah berupa soal mengenai indeks

harga dari guru. Jika siswa mengalami kesulitan, diperbolehkan

mendiskusikan pekerjaan rumah itu dengan teman lain atau dengan

guru. Jika dilihat dari rata-rata, peningkatan yang terjadi sesudah

penerapan siklus pertama ini sebesar 11,84% yaitu dari skor rata-

rata sebesar 76 menjadi 85.

Pada penerapan NHT siklus kedua, dari 28 siswa yang hadir

pada pembelajaran seluruh siswa yaitu 28 siswa atau 100% mampu

mencapai KKM dalam tes evaluasi. Jika dikaji berdasarkan rata-

rata, maka peningkatan skor hasil belajar yang terjadi sebesar

9,41% yaitu dari skor rata-rata evaluasi sesudah siklus pertama

C. Pembahasan

1. Peningkatan keterampilan sosial sesudah penerapan NHT

Dari deskripsi data dan analisis komparasi, keterampilan sosial

siswa terus mengalami perbaikan. Peningkatan ini terlihat dari hasil

kuesioner siswa maupun hasil observasi. Pada siklus pertama,

berdasarkan hasil kuesioner, siswa yang termasuk dalam kategori

minimal baik meningkat sejumlah 9 siswa atau 28,1%. Peningkatan

terjadi dari 15 siswa atau 46,9% menjadi 24 siswa atau 75%.

Demikian pula pada siklus kedua, peningkatan siswa yang termasuk

kategori minimal baik meningkat sejumlah 3 siswa atau 21,5%.

Peningkatan terjadi dari 24 siswa atau 75% pada siklus pertama

menjadi 27 siswa atau 96,5% pada siklus kedua.

Peningkatan ini merupakan akibat penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT yang dapat berjalan dengan lancar. Guru mitra

mampu melaksanakan mekanisme pembelajaran dan mengelola kelas

dengan baik saat pelaksanaan tindakan. Oleh karena itu, siswa dapat

melaksanakan pembelajaran dengan baik meliputi kegiatan kerja

kelompok, menyampaikan hasil jawaban kelompok serta memberikan

tanggapan. Saat melakukan kerja kelompok, siswa antusias untuk

bertanya hal yang belum dipahami, saling menjelaskan, dan

menghormati perbedaan pendapat sehingga keterampilan sosial siswa

Saat menyampaikan hasil jawaban kelompok, siswa juga belajar

menerima tanggung jawab serta menerima kritik dari orang lain

sehingga keterampilan sosial siswa meningkat. Dalam kegiatan

menanggapi teman yang sedang berpendapat, siswa yang memberikan

tanggapan juga belajar menyampaikan ketidaksetujuan dengan cara

yang sopan. Siswa yang tidak memberi tanggapan juga belajar untuk

menghargai orang lain yang sedang berbicara. Dengan demikian,

keterampilan sosial siswa dapat meningkat.

2. Peningkatan Pemahaman Sesudah Penerapan NHT

Pemahaman belajar siswa terus meningkat pada saat siklus pertama

dan siklus kedua. Hal ini terlihat dari skor tes yang mengalami

peningkatan pada siklus pertama. Untuk memantapkan, dilakukan

siklus kedua. Skor tes pada siklus kedua ini pun mengalami

peningkatan. Pada siklus pertama, siswa yang memiliki skor hasil

belajar yang telah mencapai KKM berjumlah 19 siswa atau 59,37%.

Selanjutnya terjadi peningkatan jumlah siswa yang mampu mencapai

KKM sesudah penerapan NHT siklus pertama. Sesudah NHT siklus

pertama, jumlah siswa yang berhasil mencapai KKM berjumlah 28

siswa atau 87,5%. Artinya terjadi peningkatan sejumlah 9 siswa atau

28,13%. Pada siklus kedua, seluruh siswa yang hadir dalam

pembelajaran yaitu 28 siswa atau 100% telah mampu mencapai KKM.

Peningkatan ini terjadi karena penerapan model pembelajaran

kooperatif berjalan lancar. Kualitas pembelajaran di kelas menjadi

lebih baik. Pembelajaran yang biasanya terpusat pada guru, kali ini

lebih terpusat pada siswa. Siswa memiliki kesempatan menggali materi

secara mandiri serta saling membantu dalam memahami materi di

dalam kelompok. Tanggung jawab individu lewat penerapan model

pembelajaran ini juga membuat siswa sungguh-sungguh serius dalam

belajar. Siswa juga terlibat aktif dalam diskusi kelas. Hal ini membuat

BAB VI

KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di SMA Negeri 6

Yogyakarta dapat diperoleh kesimpulan bahwa penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) mampu

meningkatkan keterampilan sosial dan pemahaman belajar siswa di kelas

X5. Peningkatan keterampilan sosial tersebut dapat dilihat dari jumlah

siswa yang termasuk kategori minimal baik berdasarkan kuesioner

keterampilan sosial. Jumlah siswa terus meningkat pada siklus pertama

dan kedua. Pada siklus pertama, peningkatan terjadi sebesar 28,1% atau

sejumlah 9 siswa. Pada siklus kedua peningkatan terjadi sebesar 21,5%

atau sejumlah 3 siswa. Hasil observasi juga menunjukan peningkatan

keterampilan sosial yang dimiliki siswa sebesar. Pada siklus pertama,

siswa yang keterampilan sosialnya termasuk dalam kategori baik

berjumlah 12 siswa atau 37,5%. Hal ini meningkat menjadi 28 siswa pada

siklus kedua atau 100%.

Sedangkan peningkatan pemahaman belajar, nampak dari

peningkatan jumlah siswa yang mampu mencapai kriteria ketuntasan

minimal pada siklus pertama maupun siklus kedua. Pada siklus pertama,

peningkatan yang terjadi sebesar 28,13%. Peningkatan terjadi dari 19

dari 28 siswa atau 100% siswa yang hadir dalam pembelajaran mampu

mencapai kriteria ketuntasan minimal sehingga peningkatan yang terjadi

sejumlah 12,5%.

B. Keterbatasan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terdapat beberapa

keterbatasan terkait penelitian ini yaitu:

1. Dalam penelitian siklus kedua ada 4 orang siswa yang tidak hadir

dalam pembelajaran sehingga data siswa tidak diikutsertakan dalam

hasil penelitian.

2. Dimungkinkan ada perbedaan persepsi antar observer saat

mengobservasi keterampilan sosial tiap siswa, sehingga timbul bias

pada hasil observasi tersebut.

C. Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, ada beberapa saran yang

ditujukan pada pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini:

1. Guru hendaknya mempertimbangkan penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT, sebagai alternatif penyelenggaraan pembelajaran

agar siswa tidak merasa bosan dengan metode yang sering digunakan

guru. Selain itu, penggunaan model pembelajaran ini diharapkan

mampu meningkatkan keterampilan sosial dan pemahaman belajar

2. Sangat perlu diperhatikan perencanaan dan pengelolaan waktu

sebelum dan selama proses tindakan berlangsung. Hal tersebut, perlu

dilakukan agar setiap langkah pembelajaran berlangsung dengan baik

dan tepat waktu.

3. Peneliti dan guru penting untuk rutin bertemu membahas persiapan

penelitian yang akan dilakukan. Guru sebagai pelaku tindakan harus

benar-benar memahami langkah-langkah pembelajaran agar tidak

mengalami kebingungan saat pelaksanaan tindakan.

4. Observer perlu melakukan simulasi dalam melakukan observasi agar

DAFTAR PUSTAKA

Adji, dkk. 2007. Ekonomi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga.

Arikunto, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Aqib, Zainal. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.

Bachri Tahlib, Syamsul. 2010. Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris

Aplikatif. Jakarta: Kencana.

Daryanto. 2011. Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah. Yogyakarta: Gagas Media.

Dwi Kusumojanto, Djoko dan Herawati, Popy. 2009. “Penerapan Pembelajaran

Kooperatif Model Numbered Head Together (NHT) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Diklat Manajemen Perkantoran Kelas

APK di SMK Ardjuna 01 Malang.” Jurnal Penelitian Kependidikan.

Fakultas Ekonomi: Universitas Negeri Malang.

Ervina, Monica. 2012. “ Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student

Teams Achievement Division (STAD) Guna Meningkatkan Keterampilan Sosial dan Hasil Belajar pada Mata Pelajaran Akuntansi” Skripsi. FKIP:USD.

Hadi, Sutrisno. 2004. Metodologi Research. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika.

Ibrahim, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press.

Kesumah, Wijaya dan Dedi Dwitagama. 2009. Mengenal Penelitian Tindakan

Kelas. Jakarta: PT Indeks.

Mudijojo. 1995. Tes Hasil Belajar. Jakarta: Bumi Aksara.

M Yunus, Firdaus 2004. Pendidikan Berbasis Realitas Sosial. Yogyakarta: Logung Pustaka.

Poerwadarminta. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Rusman. 2011. Manajemen Sekolah Bermutu: Model-model Pembelajaran,

Mengembangkan Profesionelisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo

Riyanto, Yatim. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Salahudin, Anas. 2011. Filsafat Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia.

Sanjaya, Wina. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Solihatin, Etin dan Raharjo. 2007. Cooperative Learning: Analisis Model

Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara.

Sugiyanto. 2009. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma Pustaka.

Suyanto. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Wuryani, Sri Esti. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Grasindo.

Yatim, Martinis. 2007. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press

Zuriah, Nurul. 2006. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Lampiran 1

LEMBAR OBSERVASI KEGIATAN GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN (Sebelum Penerapan NHT) Hari/tanggal : Mata Pelajaran : Kelas : Observer :

No Deskriptor Ya Tidak Catatan

1 Guru menyampaikan apersepsi untuk membangkitkan minat belajar siswa 2 Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran (SK/KD/indikator pembelajaran)

3 Guru menjelaskan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan (metode atau model yang akan digunakan)

4 Guru memberikan materi pembelajaran melalui presentasi kelas 5 Guru menggunakan model

pembelajaran kooperatif

6 Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menggali materi secara mandiri

7 Guru membagi siswa di kelas ke dalam beberapa kelompok

8 Guru memberikan arahan secara jelas mengenai tugas siswa di dalam kelompok

9 Guru turut berperan dalam pembentukan kelompok

10 Guru membimbing siswa dalam diksusi kelompok

11 Guru memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sama dengan teman dalam kelompok dalam menggali materi atau pun menjawab soal-soal

12 Guru memberi kesempatan pada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami pada guru

No Deskriptor Ya Tidak Catatan

13 Guru membantu siswa yang kesulitan dalam mengerjakan tugas kelompok 14 Guru hanya berinteraksi dengan

kelompok tertentu

15 Guru memberikan dorongan agar seluruh siswa aktif dalam kegiatan kelompok

16 Guru memberikan arahan agar siswa bekerja sama dengan baik di dalam kelompok

17 Guru memberi kesempatan pada siswa untuk menyampikan pendapat dalam diskusi kelas

18 Guru menengahi saat ada perbedaan pendapat antar siswa

19 Guru membiarkan siswa membuat kegaduhan di kelas

20 Guru sibuk dengan kegiatan tertentu sehingga tidak mengatur dan mengelola kegiatan di kelas

21 Guru menyampaikan kesimpulan materi pembelajaran

22 Guru melakukan evaluasi hasil pembelajaran

23 Guru melakukan tes awal dan tes akhir pembelajaran

Observer Guru Mata pelajaran

Kristin Prasetyo Dewi Dra. Hj. Dwi Aspariningsih NIM 091334038 NIP 19590821 198403 2 011

Dokumen terkait