• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) sebagai upaya meningkatkan keterampilan sosial dan pemahaman siswa pada mata pelajaran ekonomi kelas X SMA : penelitian tindakan kelas pada siswa kelas X5 SMA Negeri 6 Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) sebagai upaya meningkatkan keterampilan sosial dan pemahaman siswa pada mata pelajaran ekonomi kelas X SMA : penelitian tindakan kelas pada siswa kelas X5 SMA Negeri 6 Yogyakarta."

Copied!
324
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) SEBAGAI

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL DAN

PEMAHAMAN SISWA PADA MATA PELAJARAN

EKONOMI KELAS X SMA

Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas X5 SMA Negeri 6 Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Kristin Prasetyo Dewi

NIM: 091334038

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) SEBAGAI UPAYA

MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL DAN

PEMAHAMAN SISWA PADA MATA PELAJARAN

EKONOMI KELAS X SMA

Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas X5 SMA Negeri 6 Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Kristin Prasetyo Dewi

NIM: 091334038

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini kupersembahkan untuk:

Papa Iswara Kesti D.A, S.Pd.

Mama Sugiyanti

Kakak Atpriyanto dan keluarga kecilnya

Mbak Arlinda Kristi Wibowo, S.Pd., M.Pd.

Almamaterku Universitas Sanata Dharma

(6)

v

MOTTO

Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi

kekuatan kepadaku (Filipi 4:13)

(7)
(8)
(9)

viii

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN

KETERAMPILAN SOSIAL DAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS X SMA

Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas X5 SMA Negeri 6 Yogyakarta

Kristin Prasetyo Dewi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan sosial dan pemahaman siswa setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

numbered head together (NHT) pada mata pelajaran ekonomi materi indeks harga dan

fungsi konsumsi.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian adalah siswa kelas X5 SMA Negeri 6 Yogyakarta. Komponen utama dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah pembagian kelompok, kerja kelompok, laporan hasil kerja kelompok, tanggapan dari kelompok lain, dan kesimpulan. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus yang masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, evaluasi dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara, tes, kuesioner dan dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis komparatif.

(10)

ix

ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TYPE AS AN EFFORT TO INCREASE SOCIAL SKILL AND STUDENT’S UNDERSTANDING IN

ECONOMICS ON THE 10th CLASS OF SENIOR HIGH SCHOOL

A Classroom Action Research of the Tenth Grade Students of Six State Senior High School Yogyakarta

Kristin Prasetyo Dewi Sanata Dharma University

Yogyakarta 2013

The research aims to find out the improvement of social skill and student’s

understanding after the implementation of cooperative learning model numbered head together (NHT) type in price index and consumption function lesson.

This research is a classroom action research. The participants of this research were students of the Tenth Grade Students of Six State Senior High School Yogyakarta. The main components of the cooperative learning NHT type were group

division, team work, report of team work’s result, responses from the other groups,

and conclusion. This research was done in two cycles. Each cycle consisted of four stages, they were planning, action, observation, evaluation and reflection. The data collection was done by observing, interview, test, questionnaire, and documentation methods. The data which were obtained were analyzed by using descriptive and comparative analysis.

The result of this research shows that the implementation of cooperative learning model numbered head together (NHT) type can increase social skill and

student’s understanding in price index and consumption function lesson. The progress

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, kasih

dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT)

sebagai Upaya Meningkatkan Keterampilan Sosial dan Pemahaman Siswa pada Mata

Pelajaran Ekonomi Kelas X SMA.

Tanpa bantuan dan arahan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan dapat

terselesaikan. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih

kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Ibu Natalina Premastuti B., S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang tidak

hanya mendampingi, memberikan saran dan arahan dalam penulisan karya ini

namun juga menyampaikan petuah-petuah kehidupan bagi penulis disela kegiatan

bimbingan.

5. Bapak Drs. Bambang Purnomo, S.E., M.Si. dan Bapak Drs. FX. Muhadi, M.Pd.

selaku dosen penguji yang berkenan memberikan kritik dan saran guna

penyempurnaan karya ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan di Program Studi Pendidikan Ekonomi

BKK Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan berbagai bimbingan serta

(12)

xi

7. Dra. Hj. Dwi Aspariningsih, selaku guru mitra yang telah dengan sepenuh hati

berkenan meluangkan waktu dan tenaga guna bersama merancang agar penelitian

tindakan kelas ini berjalan dengan maksimal.

8. Para guru dan karyawan-karyawati SMA Negeri 6 Yogyakarta yang bersedia

memberikan bantuan pada peneliti dalam melaksanakan penelitian.

9. Siswa-siswi SMA Negeri 6 Yogyakarta khususnya kelas X5. Kalian yang terbaik

teman-temanku.

10.Kedua orang tuaku: Papa Iswara Kesti D.A, S.Pd. dan Mama Sugiyanti yang

berkenan mendukung sepenuh hati guna penyelesaian karya ini. Terima kasih atas

cinta kasih, semangat,dan doa dari Papa dan Mama.

11.Kakakku dan keluarga yang telah memberikan dukungan dan doanya, sehingga

karya ini dapat terselesaikan serta Simbah yang selalu dengan sepenuh hati

menanti cucunya saat harus pulang malam setelah kuliah. Terima kasih untuk

doa-doa dari mbah.

12.Teman-teman Prodi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi angkatan

2009 yang tidak akan terlupakan, tempat berbagi tawa, canda, serta semangat

dalam perjuangan selama ini. Nawang, Fani, Putri, Indi, Katrin, Vita, terus

berjuang teman-teman.

13.Teman-teman fasilitator dalam PTK ini, Riky, Priam, Vincent, Arjun, Vita, Elli,

Lita, Angel, Yenika, Meyta, Yovita serta fasilitator seksi perlengkapan Nawang.

Terima kasih atas tumpangan kos nya dan kesedian menemani berbelanja

perlengkapan walau hujan melanda.

14.Teman-teman satu perjuangan, mahasiswa bimbingan Ibu Prem, Mas Didik,

Anang, Leo, Elli, Vita, Wuni, Meyta. Tetap semangat teman-teman.

15.Sahabat berbagi semangat dan cerita kehidupan, Ocha, Lydia, Erick, Ratna, Ruri,

juga Verna yang selalu memberi semangat. Terima kasih atas keceriaan dan doa

(13)
(14)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Penelitian Tindakan Kelas ... 8

B. Pembelajaran Kooperatif ... 14

C. Ruang Lingkup NHT ... 17

(15)

xiv

E. Pengertian Pemahaman ... 21

F. Karakteristik Mata Pelajaran Ekonomi ... 23

G. Kajian Penelitian yang Relevan ... 24

H. Kerangka Teoritik ... 25

I. Pertanyaan Penelitian ... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 29

A. Jenis Penelitian ... 29

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 29

D. Prosedur Penelitian ... 30

E. Instrumen Penelitian ... 37

F. Teknik Pengumpulan Data ... 40

G. Pengukuran Variabel Keterampilan Sosial ... 43

H. Pengujian Kuesioner ... 46

I. Penyusunan Soal Tes ... 51

J. Teknik Analisis Data ... 53

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH ... 56

A. Visi, Misi dan Tujuan SMA Negeri 6 Yogyakarta ... 56

B. Sistem Pendidikan SMA Negeri 6 Yogyakarta ... 59

C. Kurikulum SMA Negeri 6 Yogyakarta ... 60

D. Siswa SMA Negeri 6 Yogyakarta ... 62

E. Proses Belajar Mengajar SMA Negeri 6 Yogyakarta... 63

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 66

B. Analisis Komparasi Keterampilan Sosial dan Pemahaman Belajar Siswa Sebelum dan Sesudah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ... 124

(16)

xv

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 131

B. Keterbatasan ... 132

C. Saran ... 132

DAFTAR PUSTAKA ... 134

(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Opersionalisasi Variabel Keterampilan Sosial dalam Diskusi

Kelompok ... 44

Tabel 3.2 Opersionalisasi Variabel Keterampilan Sosial dalam Diskusi Kelas ... 45

Tabel 3.3 Skor Variabel Keterampilan Sosial ... 45

Tabel 3.4 Penilaian Acuan Patokan Tipe I ... 46

Tabel 3.5 Kesimpulan Uji Validitas Butir Kuesioner ... 47

Tabel 3.6 Perbaikan Kalimat Pernyataan Kuesioner ... 49

Tabel 3.7 Kesimpulan Uji Reliabilitas Butir Kuesioner ... 51

Tabel 3.8 Kisi-kisi Soal Tes Evaluasi Materi Indeks Harga ... 52

Tabel 3.9 Kisi-kisi Soal Pre Test dan Post Test Materi Fungsi Konsumsi 53

Tabel 4.1 Keadaan Siswa Tahun Ajaran 2012/2013 ... 62

Tabel 5.1 Hasil Observasi Kegiatan Guru Sebelum Penerapan NHT ... 67

Tabel 5.2 Hasil Observasi Kegiatan Siswa Sebelum Penerapan NHT ... 71

Tabel 5.3 Hasil Observasi Kondisi Fisik Kelas ... 74

Tabel 5.4 Skor Kuesioner Keterampilan Sosial Siswa Sebelum Penerapan NHT ... 75

Tabel 5.5 Hasil Perhitungan Kuesioner Keterampilan Sosial Berdasarkan PAP Tipe I ... 76

Tabel 5.6 Nilai Ulangan sebagai Dasar Pembentukan Kelompok ... 79

Tabel 5.7 Skor Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 88

Tabel 5.8 Skor Kuesioner Keterampilan Sosial Siswa Sesudah Penerapan NHT Siklus I ... 89

Tabel 5.9 Hasil Perhitungan Kuesioner Keterampilan Sosial Berdasarkan PAP Tipe I ... 90

Tabel 5.10 Refleksi Siswa Terhadap Komponen dan Model NHT SiklusI . 91

Tabel 5.11 Hasil Observasi Kegiatan Guru Saat Penerapan NHT Siklus I .. 93

(18)

xvii

Tabel 5.13 Skor Observasi Keterampilan osial Siswa Saat Penerapan NHT

Siklus I ... 100

Tabel 5.14 Hasil Perhitungan Observasi Keterampilan Sosial Berdasarkan

PAP Tipe I ... 101

Table 5.15 Refleksi Guru Mitra Terhadap Komponen dan Model NHT

Siklus I ... 103

Tabel 5.16 Skor Pre Test Siswa Siklus II ... 107

Tabel 5.17 Skor Kuesioner Keterampilan Sosial Siswa Sesudah NHT

Siklus II ... 110

Tabel 5.18 Hasil Perhitungan Kuesioner Keterampilan Sosial Berdasarkan

PAP Tipe I ... 111

Tabel 5.19 Refleksi Siswa Terhadap Komponen dan Model NHT Siklus

II ... 112

Tabel 5.20 Skor Post Test Siswa Siklus II ... 114

Tabel 5.21 Hasil Observasi Kegiatan Guru Saat Penerapan NHT Siklus II 115

Tabel 5.22 Hasil Observasi Kegiatan Siswa Saat Penerapan NHT Siklus II 118

Tabel 5.23 Skor Observasi Keterampilan Sosial Siswa Saat Penerapan

NHT Siklus II ... 121

Tabel 5.24 Hasil Perhitungan Observasi Keterampilan Sosial Berdasarkan

PAP Tipe I ... 122

Tabel 5.25 Refleksi Guru Mitra Terhadap Komponen dan Model NHT

Siklus II ... 123

Tabel 5.26 Hasil Perhiutngan Kuesioner Keterampilan Sosial Berdasarkan

PAP Tipe I ... 124

Tabel 5.27 Skor Hasil Belajar Siswa Sebelum NHT, Sesudah NHT

(19)

xviii

DAFTAR GAMBAR

(20)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Observasi Kegiatan Guru dalam Proses Pembelajaran

(Sebelum Penerapan NHT) ... 136

Lampiran 2 Lembar Observasi Kegiatan Siswa dalam Proses Pembelajaran (Sebelum Penerapan NHT) ... 138

Lampiran 3 Lembar Observasi Kondisi Fisik Kelas ... 140

Lampiran 4 Kuesioner Keterampilan Sosial (Sebelum Penerapan NHT) .. 141

Lampiran 5 Panduan wawancara Terhadap Guru Mata Pelajaran ... 145

Lampiran 6 Panduan wawancara Terhadap Siswa ... 146

Lampiran 7 Pembagian Kelompok ... 147

Lampiran 8 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ... 148

Lampiran 9 Papan Nama Kelompok... ... 154

Lampiran 10 Nomor Bernentuk Topi ... 155

Lampiran 11 Handout Materi Indeks Harga ... 156

Lampiran 12 Soal dan Kunci Jawaban Kerja Kelompok ... 162

Lampiran 13 Lembar Skor Kelompok ... 167

Lampiran 14 Soal dan Kunci Jawaban Tes Evaluasi ... 168

Lampiran 15 Kuesioner Keterampilan Sosial (Sesudah Penerapan NHT Siklus I) ... 173

Lampiran 16 Refleksi Siswa Terhadap Perangkat dan Model Pembelajaran NHT (Sesudah Penerapan NHT Siklus I) ... 177

Lampiran 17 Lembar Observasi Kegiatan Guru dalam Proses Pembelajaran (Saat Penerapan NHT Siklus I) ... 178

Lampiran 18 Lembar Observasi Kegiatan Siswa dalam Proses Pembelajaran (Saat Penerapan NHT Siklus I) ... 180

Lampiran 19 Lembar Observasi keterampilan Sosial Siswa dalam Aktivitas Kelompok (Saat Penerapan NHT Siklus I) ... 182

Lampiran 20 Panduan Wawancara Terhadap Siswa ... 184

(21)

xx

Lampiran 22 Lembar Refleksi Guru Mitra Terhadap Komponen dan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Saat Penerapan NHT

Siklus I) ... 186

Lampiran 23 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ... 187

Lampiran 24 Papan Nama kelompok ... 193

Lampiran 25 Nomor Berbentuk Topi ... 194

Lampiran 26 Handout Materi Fungsi Konsumsi ... 195

Lampiran 27 Soal dan Kunci jawaban Kerja Kelompok ... 199

Lampiran 28 Lembar Skor Kelompok ... 203

Lampiran 29 Soal dan Kunci Jawaban Pre Test ... 204

Lampiran 30 Soal dan Kunci Jawaban Pre Test ... 209

Lampiran 31 Kuesioner Keterampilan Sosial (Saat Penerapan NHT Siklus II) ... 214

Lampiran 32 Refleksi Siswa Terhadap Komponen dan Model Pembelajaran NHT (Sesudah Penerapan NHT Siklus II) ... 218

Lampiran 33 Lembar Observasi kegiatan Guru dalam Proses Pembelajaran (Saat Penerapan NHT Siklus II) ... 219

Lampiran 34 Lembar Observasi Kegiatan Siswa dalam Proses Pembelajaran (Saat Penerapan NHT Siklus II) ... 221

Lampiran 35 Lembar Observasi Keterampilan Sosila Siswa dalam Aktivitas Kelompok (Saat Penerapan NHT Siklu II) ... 223

Lampiran 36 Panduan Wawancara Terhadap Siswa ... 225

Lampiran 37 Panduan wawancara Terhadap Guru ... 226

Lampiran 38 Lembar refleksi Guru Mitra Terhadap Komponen dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Saat Penerapan NHT Siklus II) ... 227

Lampiran 39 Output Uji Validitas Product Moment SPSS 17 ... 228

Lampiran 40 Output Reliabilitas SPSS 17 ... 230

(22)

xxi

Lampiran 42 Lembar Observasi Kegiatan Guru dalam Proses Pembelajaran

(Sebelum Penerapan NHT) ... 233

Lampiran 43 Lembar Observasi Kondisi Fisik Kelas ... 235

Lampiran 44 Hasil Kuesioner Keterampilan Sosial Sebelum Penerapan

NHT... 236

Lampiran 45 Wawancara Terhadap Guru ... 240

Lampiran 46 Wawancara terhadap Siswa ... 241

Lampiran 47 Lembar Jawab Kelompok ... 242

Lampiran 48 Rekap Skor Kelompok Saat Pembelajaran NHT Siklus I ... 246

Lampiran 49 Post Test Siswa Siklus I ... 247

Lampiran 50 Hasil Kuesioner Keterampilan Sosial Sesudah Penerapan NHT

Siklus I ... 250

Lampiran 51 Refleksi Siswa Siklus I ... 254

Lampiran 52 Lembar Observasi Kegiatan Guru dalam Proses

Pembelajaran (Saat Penerapan NHT Siklus I) ... 257

Lampiran 53 Lembar Observasi Kegiatan Siswa dalam Proses

Pembelajaran (Saat Penerapan NHT Siklus I) ... 259

Lampiran 54 Hasil Observasi Keterampilan Sosial Saat Penerapan NHT

Siklus I ... 261

Lampiran 55 Wawancara Terhadap Siswa... 265

Lampiran 56 Wawancara Terhadap Guru ... 266

Lampiran 57 Refleksi Guru Siklus I ... 267

Lampiran 58 Pre Test Siswa Siklus II ... 268

Lampiran 59 Lembar Jawab Kelompok ... 271

Lampiran 60 Rekap Skor Kelompok Saat Pembelajaran NHT Siklus II ... 275

Lampiran 61 Hasil Kuesioner Keterampilan Sosial Sesudah Penerapan

NHT Siklus II ... 276

Lampiran 62 Refleksi Siswa Siklus II ... 280

Lampiran 63 Post Test Siklus II ... 283

Lampiran 64 Lembar Observasi Kegiatan Guru dalam Proses Pembelajaran

(23)

xxii

Lampiran 65 Lembar Observasi Kegiatan Siswa dalam Proses Pembelajaran

(Saat Penerapan NHT Siklus II) ... 288

Lampiran 66 Hasil Observasi Keterampilan Sosial Saat Penerapan NHT

Siklus I ... 290

Lampiran 67 Wawancara Terhadap Siswa... 294

Lampiran 68 Wawancara Terhadap Guru ... 295

Lampiran 69 Refleksi Guru Siklus I ... 296

Lampiran 70 Permohonan Ijin penelitian ... 297

Lampiran 71 Surat Ijin Dinas Perijinan Kota Yogyakarta ... 298

(24)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah aktivitas bimbingan yang disengaja untuk

mencapai kepribadian yang luhur, baik yang berkaitan dengan dimensi

jiwa, rohani, maupun akal (Salahudin, 2011:21). Menurut Y.B.

Mangunwijaya (Firdaus M. Yunus, 2004:5) pendidikan di sekolah

semestinya harus terbuka dan menjadi peristiwa perjumpaan antar pribadi

yang saling mengasihi dan sebagai ajang untuk menjalin kemitraan, bukan

penjinakan terhadap siswa. Interaksi yang baik akan menumbuhkan rasa

persaudaraan yang menggembirakan. Sekolah seharusnya menjadi tempat

yang dapat membuat setiap anggota yang menjadi bagian dalam sekolah

itu merasakan adanya kebersamaan yang dapat menumbuhkan pikiran dan

sikap-sikap positif seperti merasa diakui keberadaannya, merasa diterima

dan dikasihi, dapat menerima saran, kritik dan ide orang lain, serta mau

mengasihi dan membantu orang lain.

Salah satu masalah yang terjadi dalam dunia pendidikan di

Indonesia adalah kurang diselenggarakannya pembelajaran yang mampu

membuat siswa berinteraksi di dalam kelas. Memang benar bahwa salah

satu tujuan dari pendidikan adalah menjadikan siswa paham akan hal-hal

baru yang sebelumnya belum pernah dipelajari, namun ada tujuan lain

(25)

agar siswa dapat merasakan kasih, mampu bersosialisasi, dan menjadi

pribadi yang utuh baik dalam segi intelektual maupun emosional.

Contoh nyata hal-hal yang menjadikan keterampilan sosial siswa

kurang tergali yaitu, dalam pembelajaran di sekolah masih banyak proses

pembelajaran yang berlangsung satu arah atau hanya dari guru ke murid.

Hal ini membuat siswa cenderung hanya menerima pengetahuan yang

diberikan oleh guru lewat ceramah. Siswa tidak diberikan kesempatan

untuk berdiskusi dengan temannya mengenai topik bahasan sehingga

mereka tidak dapat menyatakan pendapat dan ide-idenya dalam suatu

proses pembelajaran. Sebagai akibatnya, aspek keterampilan sosial tidak

tergali.

Keadaan yang sama juga diamati oleh peneliti disalah satu sekolah

di Yogyakarta, yaitu SMA Negeri 6 Yogyakarta. Di sini, pengembangan

aspek keterampilan sosial belum banyak digali dalam pembelajaran yang

dilakukan. Kelas yang diamati adalah kelas X5 pada mata pelajaran

ekonomi. Pembelajaran yang dilakukan masih menggunakan metode

ceramah. Tanya jawab juga sudah dilakukan, namun masih dilakukan

antara guru dengan siswa. Hal ini membuat kondisi antar siswa dalam

kelas tersebut tidak berinteraksi.

Untuk dapat mengembangkan aspek keterampilan sosial bagi

peserta didik, beberapa cara dapat dilakukan. Salah satunya dengan

menyelenggarakan kerja kelompok dalam pembelajaran sehingga siswa

(26)

saling bekerjasama, membantu, menghargai, dan menghormati sehingga

keterampilan sosial siswa terpupuk.

Di kelas X5 SMA N 6 Yogyakarta, beberapa siswa masih

menganggap mata pelajaran ekonomi adalah mata pelajaran yang sulit. Hal

ini diketahui dari wawancara yang dilakukan dengan beberapa siswa.

Materi ini dirasa sulit karena beberapa siswa masih sering menghafal

konsep ekonomi. Hal ini tentu membuat siswa kesulitan jika siswa lupa

akan hafalannya. Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari mengenai

perilaku manusia dalam memilih dan menciptakan kemakmuran. Konsep

ekonomi seharusnya bukan untuk dihafal, melainkan dipahami. Beberapa

siswa sudah dapat dengan cepat memahami mata pelajaran ekonomi,

namun siswa yang lain masih merasa kesulitan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada 2 permasalahan

yang harus mendapat tindakan dari guru. Yakni, masalah tidak adanya

interaksi antar siswa dalam setiap pembelajaran sehingga keterampilan

sosial siswa tidak tergali dan adanya masalah kesulitan memahami materi

pada mata pelajaran ekonomi.

Pemecahan masalah yang dirasa sesuai adalah menyelenggarakan

pembelajaran dengan menerapan model pembelajaran yang mampu

meningkatkan keterampilan sosial dan pemahaman belajar siswa. Model

yang sesuai adalah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head

Together (NHT). NHT adalah salah satu model pembelajaran kooperatif

(27)

berinteraksi dan bekerjasama selama proses pembelajaran yang membuat

aspek keterampilan sosial akan terpupuk. Model ini juga dapat membantu

meningkatkan pemahaman siswa akan materi. Caranya, lewat diskusi

kelompok dimana setiap orang diharuskan paham akan materi yang sedang

dipelajari. Hal ini membuat tiap anggota dalam kelompok berusaha

memahami dan membuat temannya paham mengenai materi. Dalam

langkah pembelajaran, terdapat pula tahap presentasi jawaban yang

dilakukan oleh beberapa siswa secara pribadi. Siswa yang harus

berpresentasi dipilih secara acak oleh guru. Oleh karena itu, setiap siswa

harus siap jika diminta menyampaikan jawaban kelompok dan berusaha

memahami materi.

Dengan model ini, siswa akan bekerja dalam kelompok yang

beranggotakan 4-5 orang. Pembagian kelompok dilakukan oleh guru

sebelum proses pembelajaran berlangsung. Pada pembagian kelompok ini,

siswa akan dibagi secara merata menurut kemampuan akademis, jenis

kelamin, bahkan suku. Dengan pembagian kemampuan akademis yang

merata, harapannya siswa yang lebih pandai dapat membantu siswa yang

kurang pandai sehingga seluruh anggota kelompok paham akan materi.

Untuk mengetahui pemahaman siswa, nantinya guru akan memanggil

siswa secara acak. Siswa yang dipanggil harus menyampaikan jawaban

kelompok di depan kelas. Hal ini membuat setiap siswa harus memahami

materi pembelajaran karena harus siap saat diminta menyampaikan

(28)

yang ada. Penerapan model ini mampu meningkatkan keterampilan sosial

serta pemahaman siswa.

Dari hasil pengamatan di kelas X5 SMA Negeri 6 Yogyakarta mata

pelajaran ekonomi, hasil yang didapat adalah kurang digalinya aspek

keterampilan sosial dalam pembelajaran yang terjadi dan kesulitan

memahami materi. Dari temuan tersebut peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Numbered Head Together (NHT) sebagai Upaya Meningkatkan

Keterampilan Sosial dan Pemahaman Siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi

Kelas X SMA”.

B. Batasan Masalah

Penerapan model pembelajaran kooperatif bisa dilakukan pada

berbagai tipe, tetapi dalam penelitian ini hanya membatasi pada

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) untuk

meningkatkan keterampilan sosial dan pemahaman siswa pada materi

indeks harga dan fungsi konsumsi mata pelajaran ekonomi.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

(29)

2. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

dalam meningkatkan pemahaman belajar siswa?

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, tujuan dari penelitian ini

adalah:

1. Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

dalam meningkatkan keterampilan sosial siswa.

2. Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

dalam meningkatkan pemahaman belajar siswa.

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi guru dalam

menyelenggarakan pembelajaran yang mampu membuat siswa

berinteraksi maupun menggali materi secara mandiri sehingga

keterampilan sosial dan pemahaman pembelajaran siswa dapat

meningkat.

2. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai referensi bagi guru

lainnya dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif yang

terarah pada peningkatan keterampilan sosial dan pemahaman belajar

(30)

3. Bagi Siswa

Melalui pembelajaran kooperatif tipe NHT, diharapkan dapat

mengoptimalkan siswa dalam belajar sehingga meningkatkan

keterampilan sosial dan pemahaman belajar.

4. Bagi Perguruan Tinggi

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi referensi bagi mahasiswa

lain. Selain itu, mahasiswa lain terpacu untuk mengembangkan

penelitian tindakan kelas untuk memperbaiki kualitas proses

pembelajaran.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi peneliti lain

tentang penelitian tindakan kelas yang dirancanganya. Peneliti

selanjutnya dapat mengkaji penelitian ini untuk melihat hal-hal yang

belum ditulis dalam rancangan penelitian ini sehingga dapat

(31)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) 1. Pengertian PTK

Penelitian tindakan kelas merupakan gabungan dari tiga kata

”penelitian, tindakan, dan kelas”. Penelitian adalah kegiatan

mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu

untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat bagi peneliti

atau orang-orang yang berkepentingan dalam rangka peningkatan

kualitas diberbagai bidang. Tindakan adalah suatu gerak kegiatan yang

sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang dalam pelaksanaannya

berbentuk rangkaian periode/siklus kegiatan. Sedangkan kelas adalah

sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama dan tempat yang sama

menerima pelajaran yang sama dari seorang guru yang sama. Dengan

demikian, dapat dikatakan penelitian tindakan kelas adalah suatu

pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang

sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan

(Arikunto dkk, 2006:2-3). Pengertian lain juga diungkapkan oleh

Wijaya Kesumah (2009:9) sebagai berikut, penelitian tindakan kelas

adalah penelitian yang dilakukan guru di kelasnya sendiri dengan cara

(32)

secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki

kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.

2. Karakteristik PTK

Menurut Daryanto (2011:5-6) karakteristik PTK adalah sebagai

berikut:

a. Masalah yang muncul dari kesadaran pada diri guru, yang harus diperbaiki dengan prakarsa perbaikan dari guru itu sendiri, bukan oleh orang dari luar. Dengan demikian, masalah dalam PTK berasal dari permasalahan nyata dan aktual yang terjadi dalam pembelajaran di kelas dengan kata lain, PTK berfokus pada masalah praktis bukan problem teoritis.

b. PTK merupakan penelitian yang dilakukan melalui refleksi diri (self relative inquiry). Untuk melakukan refleksi, guru sebaiknya bertanya pada diri sendiri, misalnya:

- Apakah penjelasan saya terlalu cepat?

- Apakah saya sudah memberi contoh konkrit dan memadai? - Apakah hasil latihan di kelas/pekerjaan siswa sudah saya

komentari?

- Apakah bahasa yang saya gunakan dapat mudah dipahami siswa?

3. PTK dilakukan di dalam kelas. Fokus penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran di kelas yang berupa perilaku guru dan siswa dalam berinteraksi.

4. PTK bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran yang dilakukan secara bertahap dan terus-menerus selama PTK dilakukan. Oleh sebab itu, dalam PTK dikenal adanya siklus tindakan yang meliputi: perencanaan – pelaksanaan – observasi – refleksi – revisi (perencanaan ulang).

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik penelitian

tindakan kelas adalah munculnya kesadaran guru akan masalah yang

ada di dalam kelasnya dan adanya upaya guru untuk memperbaiki

masalah tersebut dengan kegiatan yang dilakukan.

3. Prinsip Dasar PTK

(33)

a. Berkelanjutan. PTK merupakan upaya yang berkelanjutan secara siklutis.

b. Integral. PTK merupakan bagian integral dari konteks yang diteliti. c. Ilmiah. Diagnosis masalah berdasarkan pada kejadian nyata.

d. Motivasi dari dalam. Motivasi untuk memperbaiki kualitas harus tumbuh dari dalam.

e. Lingkup. Masalah tidak dibatasi pada masalah pembelajaran di dalam dan di luar kelas.

Selain itu, Hopkins menyatakan prinsip-prinsip dasar PTK adalah

sebagai berikut (Zainal Aqib, 2007:17-18):

a. Pekerjaan utama guru adalah mengajar, dan apapun metode PTK yang diterapkannya seyogianya tidak mengganggu komitmen sebagai pengajar.

b. Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang berlebihan dari guru sehingga berpeluang mengganggu proses pembelajaran.

c. Metodologi yang digunakan harus reliable, sehingga memungkinkan guru mengidentifikasi serta merumuskan hipotesis secara meyakinkan, mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi kelasnya, serta memperoleh data yang digunakan untuk menjawab hipotesis yang dikemukakannya. d. Masalah program yang diusahakan oleh guru seharusnya

merupakan masalah yang cukup merisaukan, dan bertolak dari tanggung jawab profesional.

e. Dalam menyelenggarakan PTK, guru harus selalu bersikap konsisten menaruh kepedulian tinggi terhadap proses dan prosedur yang berkaitan dengan pekerjaannya.

f. Dalam pelaksanaan PTK sejauh mungkin harus digunakan class

room excerding perspective, dalam arti permasalahan tidak dilihat

terbatas dalam konteks kelas dan atau mata pelajaran tertentu, melainkan perspektif misi sekolah secara keseluruhan.

Dari dua uraian di atas dapat ditegaskan bahwa PTK adalah kegiatan

pemecahan permasalah yang terjadi dalam pembelajaran dengan cara

ilmiah yang berkelanjutan. Guru sebagai peneliti dalam PTK juga tidak

(34)

4. Tujuan PTK

Tujuan dilakukannya PTK adalah memperbaiki layanan

kependidikan yang harus diselenggarakan dalam konteks pembelajaran

di kelas dan peningkatan kualitas program sekolah secara keseluruhan

yang dilakukan oleh guru (Zainal Aqib, 2007:18). Dengan tujuan

tersebut, PTK merupakan hal yang patut untuk dilakukan demi tujuan

yang baik dalam hal pendidikan dan pembelajaran yang nantinya akan

diupayakan untuk tercapai.

5. Manfaat PTK

Terdapat banyak sekali manfaat PTK, diantaranya sebagai berikut

(Wijaya Kesumah, 2009:14):

a. Membantu guru memperbaiki mutu pembelajaran b. Meningkatkan profesionalitas guru

c. Meningkatkan rasa percaya diri guru

d. Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya.

Daryanto (2011:67) juga menyampaikan manfaat PTK bagi siswa,

yakni bahwa tujuan dilaksanakannya PTK adalah memperbaiki hasil

belajar siswa. Sehingga jika terdapat kesalahan dan kesulitan dalam

proses pembelajaran akan dengan cepat dianalisis. Jika kesalahan yang

terjadi dapat segera diperbaiki, maka pembelajaran akan mudah

dilaksanakan, menarik, dan hasil belajar siswa akan meningkat.

6. Tahapan pelaksanaan PTK

Untuk pelaksanaan PTK, dilakukan tahapan sebagai berikut (Wijaya

(35)

a. Perencanaan (planning)

Perencanaan yang matang perlu dilakukan setelah kita mengetahui masalah dalam pembelajaran kita.

b. Tindakan (acting)

Perencanaan harus diwujudkan dengan adanya tindakan (acting) dari guru berupa solusi tindakan sebelumnya.

c. Pengamatan (observing)

Selanjutnya diadakan pengamatan (observing) yang teliti terhadap proses pelaksanaannya.

d. Refleksi (reflecting)

Setelah diamati, barulah guru dapat melakukan refleksi (reflecting) dan dapat menyimpulkan apa yang telah terjadi dalam kelasnya.

Tahap pelaksanaan PTK menurut Wina Sanjaya (2009:56) juga dapat

digambarkan dengan siklus seperti berikut :

Gambar 2.1

Siklus Penelitian Tindakan Kelas

Dst Refleksi

Studi Pendahuluan

Perencanaan Tindakan

Implementasi 1

Observasi 1

Refleksi 1

Perencanaan Observasi 2

Refleksi 2 Implementasi 2

(36)

Empat tahap di atas merupakan suatu siklus yang akan selalu

terulang kembali. Sehingga akan terus terdapat perbaikan pada siklus

yang selanjutnya. Jika ternyata tindakan yang dilakukan belum mampu

memecahkan masalah pembelajaran yang ada, maka yang harus

dilakukan adalah merevisi rencana yang sebelumnya didahului proses

identifikasi masalah yang terjadi. Harapannya PTK dapat menjadi

solusi dari permasalahan pembelajaran yang terjadi.

7. Syarat-syarat PTK

Syarat-syarat PTK adalah sebagai berikut (Arikunto, dkk, 2006:23):

a. Penelitian tindakan kelas tertuju pada hal-hal yang terjadi di dalam pembelajaran.

b. Penelitian tindakan kelas menuntut dilakukannya pencermatan secara terus-menerus, objektif, dan sistematis.

c. Penelitian tindakan kelas harus dilakukan sekurang-kurangnya dalam dua siklus.

d. Penelitian tindakan kelas terjadi secara wajar, tidak mengubah aturan yang ditentukan, dalam arti tidak mengubah jadwal yang berlaku.

e. Penelitian tindakan harus betul-betul disadari oleh pemberi maupun pelakunya sehingga pihak-pihak yang bersangkutan dapat mengemukakan kembali apa yang dilakukan.

f. Penelitian tindakan harus benar-benar menunjukan adanya tindakan yang dilakukan oleh sasaran tindakan, yaitu siswa yang sedang belajar.

Dengan dipenuhinya berbagai persyaratan di atas, maka PTK akan

dapat diterima sebagai penelitian tindakan kelas yang benar-benar

(37)

B. Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Menurut Sugiyanto (2009:37), pembelajaran kooperatif

(cooperative learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus

pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam

memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Slavin

menyatakan keberhasilan belajar dalam kelompok tergantung pada

kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual

maupun secara kelompok (Etin&Raharjo, 2007:4).

Trianto (2009:56) juga menyatakan pembelajaran kooperatif

bernaung dalam teori konstruktivis. Pembelajaran ini muncul dari

konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami

konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya.

Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu

memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi, hakikat sosial dan

penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam

pembelajaran kooperatif.

2. Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif

Konsep dasar pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut

(Etin&Raharjo, 2007:6-10):

a. Perumusan tujuan belajar harus jelas

b. Penerimaan yang menyeluruh oleh siswa tentang tujuan belajar c. Ketergantungan yang bersifat positif

(38)

g. Interaksi sikap dan perilaku sosial yang positif h. Tindak lanjut (follow up)

i. Kepuasan dalam belajar

3. Keuntungan Pembelajaran Kooperatif

Keuntungan pembelajaran kooperatif adalah (Sugiyanto, 2009:42):

a. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.

b. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan.

c. Mempermudah siswa melakukan penyesuaian sosial.

d. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen.

e. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois.

f. Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa.

g. Berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktikan. h. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia.

i. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif.

j. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik.

k. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama dan orientasi tugas.

4. Tipe Pembelajaran Kooperatif

Beberapa tipe pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut

(Sugiyanto, 2009:44-46,55):

a. Metode STAD (Students Teams Achivement Division)

Metode STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan

kawan-kawan dari unversitas John Hopkins. Metode ini dipandang paling

sederhana dan paling langsung dari pendekatan pembelajaran

(39)

mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa setiap

minggu, baik melalui penyajian verbal maupun tertulis.

Langkahnya :

1) Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok atau tim, masing-masing terdiri atas 4 atau 5 anggota. Tiap tim memiliki anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuan (tinggi, sedang, rendah).

2) Tiap anggota tim menggunakan lembar kerja akademik dan kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota tim. 3) Secara individual atau tim, tiap minggu atau tiap dua minggu

guru mengevaluasi untuk mengetahui penguasaan mereka terhadap bahan akademik yang telah dipelajari.

4) Tiap siswa dan tim diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan ajar, dan kepada siswa secara individu atau tim yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh penghargaan jika mampu meraih suatu kriteria atau standar tertentu.

b. Metode Jigsaw Langkahnya :

1) Kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri 4 atau 5 siswa dengan karakteristik yang heterogen.

2) Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks dan setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut.

3) Para anggota dari beberapa tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bagian bahan tersebut. Kumpulan siswa semacam itu

disebut „kelompok pakar‟ (expert group).

4) Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali ke kelompok semula (home teams) untuk mengajar anggota yang lain mengenai materi yang telah dipelajari dalam kelompok pakar.

5) Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam „home teams‟,

para siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang dipelajari.

c. Metode two stay two stray Langkahnya :

1. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok yang beranggotakan 4 siswa.

(40)

3. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke kelompok lain.

4. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.

5. Tamu mohon berdiri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan dari kelompok lain.

6. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.

d. Metode NHT

Langkah-langkah model pembelajaran Numbered Head Together

adalah sebagai berikut (Suyanto, 2009:116-117):

a. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.

b. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.

c. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan setiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya.

d. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil, lalu melaporkan hasil kerjasama mereka.

e. Tanggapan dari teman/kelompok yang lain, kemudian guru melanjutkan menunjuk nomor yang lain. Demikian seterusnya. f. Kesimpulan.

C. Ruang Lingkup Number Head Together (NHT) 1. Pengertian NHT

Pembelajaran kooperatif tipe NHT atau penomoran berpikir

bersama pertama kali dikembangkan oleh Spencer Kagen (1993) untuk

melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup

dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi

pelajaran tersebut (Trianto 2009:82). Menurut Yatim Riyanto

(41)

guru memberi tugas, kemudian hanya siswa bernomor, yang berhak

menjawab (mencegah dominasi siswa tertentu). Secara sederhana,

dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah

pembelajaran secara kelompok dengan menggunakan penomoran

dalam menjawab tugas diskusi dan mengecek pemahaman tiap siswa

terhadap materi yang disampaikan guna mencegah dominasi siswa

tertentu.

2. Tahap-tahap NHT

Langkah-langkah model pembelajaran Numbered Head Together

adalah sebagai berikut (Suyanto, 2009:116-117):

a. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.

b. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.

c. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan setiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya.

d. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil, lalu melaporkan hasil kerjasama mereka.

e. Tanggapan dari teman/kelompok yang lain, kemudian guru melanjutkan menunjuk nomor yang lain. Demikian seterusnya. f. Kesimpulan.

3. Manfaat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe

NHT yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18),

antara lain adalah :

a. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi b. Memperbaiki kehadiran

c. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar d. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil

(42)

f. Pemahaman yang lebih mendalam

g. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi h. Hasil belajar lebih tinggi

D. Pengertian Keterampilan Sosial

Syamsul Bachri Thalib (2010:159) mendefinisikan keterampilan

sosial adalah kemampuan berinteraksi dengan lingkungan sosial dan

mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan dan norma yang berlaku.

Kegagalan seorang remaja dalam menguasai keterampilan sosial akan

membuat orang tersebut sulit menyesuaikan diri, merasa dikucilkan hingga

akhirnya membuatnya rendah diri. Keterampilan sosial yang penting untuk

dikuasai adalah kemampuan berkomunikasi, menjalin hubungan dengan

orang lain, mendengarkan pendapat dan keluhan orang lain, menerima

kritik, dan sebagainya. Davis dan Forsythe dalam Syamsul Bachri Tahlib

(2010;159) juga menyatakan dalam kehidupan remaja terdapat delapan

aspek yang menuntut keterampilan sosial yaitu keluarga, lingkungan,

kepribadian, rekreasi, pergaulan dengan lawan jenis, pendidikan/sekolah,

persahabatan dan solidaritas, kelompok, dan lapangan kerja.

Lungdgren dalam Rusman, (2011:210) mengungkapkan bahwa

aspek keterampilan sosial yang seharusnya dimiliki siswa, terbagi dalam

tiga dimensi sebagai berikut:

3. Keterampilan tingkat awal:

a) Menggunakan kesepakatan

b) Menghargai kontribusi

(43)

d) Berada dalam kelompok

e) Berada dalam tugas

f) Mendorong partisipasi

g) Mengundang orang lain untuk berbicara

h) Menyelesaikan tugas pada waktunya

i) Menghormati perbedaan individu

4. Keterampilan tingkat menengah:

a) Menunjukan penghargaan dan simpati

b) Mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima

c) Mendengarkan dengan aktif

d) Bertanya

e) Membuat ringkasan

f) Menafsirkan

g) Mengatur dan mengorganisir

h) Menerima tanggung jawab

i) Mengurangi ketegangan

5. Keterampilan tingkat mahir:

a) Mengelaborasi

b) Memeriksa dengan cermat

c) Menanyakan kebenaran

d) Menetapkan tujuan

(44)

Ketiga dimensi keterampilan sosial di atas seharusnya dimiliki oleh siswa

dalam berinteraksi selama proses pembelajaran. Dengan dimilikinya

aspek-aspek di atas, siswa dikatakan mampu berinteraksi dengan baik.

Keterampilan sosial juga membuat seseorang menjadi merasa

percaya diri ketika harus tampil dimuka umum. Kemampuan untuk

mengurangi ketegangan, menafsirkan suatu makna, serta kebiasaan

seseorang berinteraksi dengan orang lain akan membuat dirinya berani

menyampaikan suatu hal di hadapan banyak orang. Rasa percaya diri

siswa ketika mengemukakan hal di depan orang lain dapat dipupuk sejak

siswa melakukan pembelajaran di kelas.

Dalam proses belajar aktif, aspek keterampilan sosial akan terasah.

Paul D. Dierich dalam Yamin (2007:85) mengemukakan bahwa yang

termasuk dalam kegiatan belajar aktif adalah kegiatan-kegiatan lisan

seperti mengemukakan fakta atau prinsip, menghubungkan suatu tujuan,

mengajukan suatu pertanyan, memberi saran, mengemukakan pendapat,

wawancara, disukusi, dan interupsi. Selain itu, terdapat pula

kegiatan-kegiatan mendengarkan yang meliputi mendengarkan penyajian bahan,

mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu

permainan, dan mendengarkan radio.

E. Pengertian Pemahaman

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) susunan W.J.S,

(45)

memahami berarti mengerti benar, mengetahui benar. Menurut Yatim

Riyanto (2009:129) belajar dengan pemahaman lebih baik daripada

dengan hafalan tanpa pengertian. Sesuatu yang baru harus sesuai dengan

apa yang diketahui siswa sebelumnya. Tugas guru adalah menunjukan

hubungan antara apa yang akan dipelajari siswa dengan apa yang diketahui

siswa sebelumnya. Sri Esti Wuryani (2006:162) menyatakan bahwa

metode terbaik untuk membantu siswa memahami pelajaran dan

mengkombinasikan pengetahuan yang telah ada dengan pengetahuan baru

adalah dengan membuat setiap pelajaran sedapat mungkin bermakna.

Dengan demikian, menjadi tugas guru untuk menciptakan suatu

pembelajaran yang bermakna, yakni dengan melibatkan siswa dalam

setiap proses pembelajaran.

Dalam penelitian ini, pemahaman dipersempit dalam arti

pemahaman siswa terhadap hal-hal yang dipelajarinya selama proses

pembelajaran. Dalam setiap proses pembelajaran siswa akan diberikan

pengetahuan atau ilmu baru. Pengetahuan tersebut diharapkan mampu

menjadi bekal bagi diri siswa. Akan tetapi, oleh karena keterbatasan

sesorang dalam menangkap setiap ilmu baru siswa mungkin lupa akan

ilmu yang baru saja dia terima. Salah satu hal yang membuat siswa dapat

mengingat pengetahuan baru adalah dengan memahami pengetahuan yang

diberikan itu. Jika siswa memahami, ilmu tersebut akan terus melekat

(46)

Pemahaman dapat terjadi jika siswa dilibatkan dalam suatu proses

pembelajaran yang proaktif. Hal ini membuat siswa dapat mengalami

sendiri maksud dari ilmu tersebut. Kenyataan ini sesuai dengan kata-kata

mutiara yang diberikan oleh seorang filosof dari China :

Apa yang saya dengar, saya lupa

Apa yang saya lihat, saya ingat

Apa yang saya lakukan, saya paham.

Oleh sebab itu, diperlukan kegiatan pembelajaran yang dapat

menumbuhkan tingkat pemahaman dalam diri siswa.

F. Karakteristik Mata Pelajaran Ekonomi

Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari mengenai perilaku manusia

dalam memilih dan menciptakan kemakmuran. Dengan mempelajari ilmu

ekonomi, seseorang diharapkan dapat mengetahui berbagai permasalahan

ekonomi serta dapat lebih efektif dan efisien dalam berbagai kegiatan

ekonomi. Di Sekolah Menengah Atas, ilmu ekonomi penting untuk

dipelajari karena siswa sebagai lulusan yang akan menjadi bagian dari

masyarakat diharapkan mampu menjadi masyarakat yang cerdas dalam

menghadapi berbagai masalah ekonomi yang ada serta dalam menentukan

pilihan-pilihan pemenuhan kebutuhannya. Selain itu, ilmu ekonomi juga

membantu manusia dalam mencoba memecahkan masalah ekonomi yang

(47)

inflasi, dan lain-lain. Ilmu ekonomi mencoba menwarkan alternatif solusi

pemecahan masalah yang ada.

G. Kajian Penelitian yang Relevan

Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Djoko Dwi Kusumojanto

bersama dengan Popy Herawati dengan judul “Penerapan Model

Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) untuk meningkatkan Hasil

Belajar Siswa pada Mata Diklat Manajemen Perkantoran Kelas X APK di

SMK Ardjuna 01 Malang”. Penelitian tersebut dilakukan pada bulan

Oktober 2008. Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa

dengan model pembelajaran NHT hasil belajar siswa yang diamati dari

hasil pre test dan post test dapat meningkat. Pada siklus I rata-rata nilai

meningkat dari 42,27 menjadi 65,54. Pada siklus II rata-rata nilai

meningkat dari 70,45 menjadi 79,54. Peneliti juga mengobservasi proses

aktivitas belajar siswa saat dilakukannya pembelajaran kooperatif tipe

NHT dengan membuat 4 indikator pengamatan, yakni (1) saling

ketergantungan positif, (2) interaksi tatap muka, (3) akuntabilitas

individual, (4) keterampilan antar personal yang diamati oleh observer.

Dari kedua siklus yang dilakukan terdapat peningkatan dan perbaikan dari

siklus pertama ke siklus kedua pada keempat indikator tersebut. Aspek

saling ketergantungan positif mengalami peningkatan 9,39%, aspek

interaksi tatap muka mengalami peningkatan sebesar 9,09%. Aspek

(48)

antar personal mengalami peningkatan sebesar 4,55%. Dari hasil

penelitian tersebut, dapat dikatakan bahwa model NHT dapat mengatasi

masalah pembelajaran yang ada. Dengan model ini, hasil belajar siswa

dapat meningkat. Selain itu, kemampuan berinteraksi siswa di dalam kelas

juga semakin baik.

H. Kerangka Teoritik

Peneliti akan meneliti mengenai peningkatan keterampilan sosial dan

pemahaman belajar siswa setelah penerapan model kooperatif tipe

Numbered Head Together. Maka terlebih dahulu akan didefinisikan

hal-hal sebagi berikut:

1. Keterampilan Sosial

Keterampilan sosial adalah kemampuan berinteraksi dengan

lingkungan sosial dan mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan

dan norma yang berlaku (Syamsul Bachri Thalib,2010:159). Aspek

yang seharusnya digali dalam suatu pembelajaran, selain membuat

siswa tahu akan hal-hal yang sebelumnya belum diketahui adalah

menggali aspek keterampilan sosial. Hal ini dikarenakan siswa sebagai

makhluk sosial akan hidup dalam masyarakat. Dengan demikian,

diperlukan pengolahan kemampuan berinteraksi dengan orang lain.

Hal ini akan membatu siswa dalam kehidupan sehari-hari ditengah

(49)

lingkungannya jika siswa mampu bersikap dengan baik sebagai

seorang makhluk sosial.

Model pembelajaran NHT dirasa sesuai untuk membantu

mengembangkan aspek keterampilan sosial siswa di kelas. Dalam

model pembelajaran ini terdapat tahapan diskusi kelompk. Dengan

diskusi kelompok, siswa akan saling berinteraksi baik itu bertanya,

menjelaskan, memberi arahan, memotivasi, dan sebagainya. Mereka

akan berusaha menghormati, menghargai, dan membantu satu sama

lain. Sehingga lewat kerja kelompok tersebut, keterampilan sosial

dapat terpupuk.

2. Pemahaman

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) susunan W.J.S,

Poerwadarminta (1976:694) paham berarti pengertian sedangkan

memahami berarti mengerti benar, mengetahui benar. Pemahaman

siswa adalah salah satu tujuan pembelajaran dilakukan. Siswa

diharapkan mampu memahami suatu pokok bahasan tertentu.

Pemahaman siswa dapat tercapai jika pembelajaran yang dilakukan

oleh siswa kondusif untuk siswa mampu memahami materi. Oleh

karena itu, perlu dirancang suatu pembelajaran yang kondusif dan

sesuai agar siswa mampu memahami materi yang dipelajari.

Model pembelajaran NHT dirasa mampu menjadi model

pembelajaran yang sesuai diterapkan untuk mencapai pemahaman

(50)

teman satu kelompoknya untuk dapat memahami materi yang

dipelajari. Hal ini terjadi karena nantinya guru akan meminta

pertanggungjawaban siswa seraca pribadi untuk melaporkan hasil kerja

kelompok. Maka akan muncul tanggung jawab pribadi untuk

memahami materi dan kemauan dari siswa yang belum paham untuk

memahami dan siswa yang telah paham untuk membantu temannya

yang belum paham.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini merupakan

salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan

nyata, yakni bahwa model pembelajaran Numbered Head Together (NHT)

akan mampu meningkatkan keterampilan sosial dan pemahaman belajar

siswa.

I. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian untuk penelitian ini adalah :

1. a. Berapa jumlah siswa yang memiliki skor pre-test di atas 75 pada

siklus I?

b. Berapa jumlah siswa yang memiliki skor post-test di atas 75 pada

siklus I?

c. Berapa jumlah siswa yang memiliki skor awal keterampilan sosial

yang termasuk dalam kategori baik pada siklus I?

d. Berapa jumlah siswa yang memiliki skor akhir keterampilan sosial

(51)

2. a. Berapa jumlah siswa yang memiliki skor pre-test di atas 75 pada

sikuls II?

b. Berapa jumlah siswa yang memiliki skor post-test di atas 75 pada

siklus II?

c. Berapa jumlah siswa yang memiliki skor awal keterampilan sosial

yang termasuk dalam kategori baik pada siklus II?

d. Berapa jumlah siswa yang memiliki skor akhir keterampilan sosial

(52)

29 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas.

Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan guru di

kelasnya sendiri dengan cara (1) merencanakan, (2) melaksanakan, dan (3)

merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan

memperbaiki kinerja sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat

meningkat (Wijaya Kesumah, 2009:9).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di SMA N 6 Yogyakarta, Jl C. Simanjutak No. 2.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan April-Mei tahun 2013.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek penelitian

Subjek Penelitian adalah siswa-siswi kelas X5 SMA N 6 Yogyakarta

Tahun pelajaran 2012/2013.

2. Objek Penelitian

(53)

sosial dan pemahaman belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi

materi indeks harga dan fungsi konsumsi dengan penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT).

D. Prosedur Penelitian

1. Kegiatan Pra Penelitian

Sebelum melaksanakan tindakan, terlebih dahulu diadakan

observasi. Observasi yang dilaksanakan menghasilkan gambaran

umum mengenai guru, siswa, dan kondisi fisik kelas.

a. Observasi kegiatan guru

Obsevasi terhadap guru bertujuan untuk mengetahui cara guru

melakukan pembelajaran di kelas, meliputi membuka

pembelajaran, metode yang digunakan, penguasaan materi,

pengelolaan kelas, serta menutup pembelajaran. Melalui kegiatan

ini, peneliti dapat melihat apa yang masih harus diperbaiki dari

pelaksanaan pembelajaran.

b. Observasi kegiatan siswa

Observasi awal terhadap siswa dilakukan untuk mengetahui

kondisi siswa selama mengikuti pembelajaran meliputi kesiapan

siswa mengikuti proses pembelajaran, tanggapan siswa terhadap

pembahasan materi, dan interaksi yang terjadi antar siswa. Dengan

demikian, dapat dilihat hal-hal yang masih harus diperbaiki serta

(54)

c. Observasi kondisi fisik kelas

Observasi ini dilakukan untuk mengetahui kondisi fisik kelas

tempat dilakukannya pembelajaran. Hal ini penting dilakukan

untuk menyesuaikan rancangan desain penataan kelas saat

pelaksanaan tindakan. Selain itu, peneliti dapat menambah

kelengkapan media di kelas jika media yang diperlukan dalam

pelaksanaan tindakan belum tersedia.

d. Kuesioner keterampilan sosial siswa

Siswa juga diminta mengisi kuesioner keterampilan sosial untuk

mengetahui keterampilan sosial awal siswa guna menentukan

target peningkatan keterampilan sosial.

e. Wawancara pada guru

Wawancara pada guru dilakukan untuk mengetahui metode

pembelajaran yang biasa digunakan guru, alasan guru

menggunakan metode tersebut, serta tingkat keberhasilan dengan

metode tersebut. Selain itu, digali pula masalah-masalah yang

sering muncul di kelas

f. Wawancara pada siswa

Wawancara pada siswa dilakukan untuk mengetahui tanggapan

siswa terhadap metode pembelajaran yang sering digunakan guru,

tingkat pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran dengan

metode yang diterapkan, serta mengetahui keinginan siswa

(55)

2. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian bersiklus. Satu siklus terdiri

dari empat langkah. Berikut rancangan prosedur untuk setiap siklus:

a. Siklus Pertama

1) Perencanaan

Hasil observasi awal yang didapat kemudian dianalisis. Hasil

analisis tersebut digunakan untuk menyusun rancangan

tindakan pembelajaran yang tepat untuk mengurangi persoalan

pembelajaran yang ditemukan. Selanjutnya peneliti dan guru

mitra menyusun rumusan rancangan implementasi

pembelajaran model NHT sebagai berikut:

a) Pembagian kelompok

Peneliti dan guru mitra menggali karakteristik siswa lalu

mengelompokkan siswa berdasarkan kemampuannya dan

membagi siswa secara heterogen menjadi

kelompok-kelompok yang beranggotakan 4 orang siswa. Pembagian

kelompok didasarkan pada hasil ujian materi sebelumnya.

b) Menyusun perangkat pembelajaran

Beberapa perangkat yang disiapkan pada tahap ini adalah

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT, handout materi,

soal-soal untuk dikerjakan dalam kerja kelompok dan lembar

(56)

c) Menyusun instrumen pengumpulan data

Peneliti menyusun instrumen pengumpulan data, meliputi:

(1) Lembar observasi kegiatan guru

(2) Lembar observasi kegiatan siswa

(3) Lembar observasi keterampilan sosial siswa

(4) Kuesioner keterampilan sosial siswa

(5) Soal tes

(6) Lembar skor kelompok

(7) Lembar refleksi siswa dan guru

(8) Panduan wawancara siswa dan guru

2) Tindakan

Pada tahap ini rencana tindakan pembelajaran kooperatif tipe

NHT diimplementasikan dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

a) Kegiatan awal

(1) Guru menyampaikan apersepsi.

(2) Guru menyampaikan kompetensi dasar, standar

kompetensi, dan indikator pembelajaran.

b) Kegiatan inti

(1) Guru menjelaskan mekanisme pembelajaran dengan

model kooperatif tipe NHT.

(2) Siswa masuk ke dalam kelompok dan melakukan

(57)

kelompok untuk mengerjakan tugas. Kelompok

harus memastikan seluruh anggota kelompok paham

akan jawaban dari tugas mereka, karena setelah

selesai mengerjakan tugas, guru akan memanggil

siswa secara acak untuk maju ke depan dan

mempresentasikan jawaban kelompok.

(3) Guru memanggil satu persatu siswa secara acak

untuk mempresentasikan jawaban tugas yang

diberikan dilanjutkan tanggapan dari siswa lain.

c) Kegiatan penutup

(1) Siswa mengerjakan soal-soal tes evaluasi secara

individu dan tertutup.

(2) Guru membimbing siswa menarik kesimpulan

pembelajaran.

(3) Siswa mengisi kuesioner keterampilan sosial dan

lembar refleksi.

(4) Siswa diminta guru mengutarakan kesan dan

tanggapan terhadap pembelajaran secara lisan.

3) Observasi

Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan tindakan

kelas dilakukan. Observasi dilakukan terhadap guru dan siswa

yang secara garis besar akan dijelaskan sebagai berikut :

(58)

Observasi terhadap guru dilakukan untuk mengetahui

apakah pada saat pembelajaran berlangsung guru

benar-benar melaksanakan tugasnya dengan baik. Tugas guru di

dalam kelas meliputi, memimpin pelaksanaan skenario

pembelajaran, memimpin jalannya diskusi yang dilakukan

oleh seluruh anggota kelas, dan melaksanakan pengelolaan

kelas. Pada saat pembelajaran berlangsung dapat dilihat

apakah guru melaksanakan tindakan-tindakan tersebut atau

tidak.

b) Observasi kegiatan siswa

Observasi terhadap siswa dilakukan untuk mengetahui

apakah selama pembelajaran berlangsung siswa melakukan

pembelajaran yang dirancang dengan model kooperatif tipe

NHT dengan baik atau tidak. Siswa dikatakan melakukan

pembelajaran dengan baik jika siswa melakukan kerja

kelompok dengan antusias dan bersungguh-sungguh. Siswa

mau berupaya secara maksimal dalam mengerjakan

tugas-tugas di dalam kelompok. Selain itu siswa juga harus

memahami inti materi yang dibahas.

c) Observasi keterampilan sosial siswa

Observasi keterampilan sosial siswa dilakukan untuk

mengetahui interaksi siswa dalam kelompok selama proses

(59)

berinteraksi dengan baik jika siswa mau bekerja sama

dalam mengerjakan tugas dan mau saling mambantu dalam

memahami materi. Siswa tidak mengerjakan tugas secara

individual dan tidak keberatan untuk mambantu teman yang

kesulitan.

4) Evaluasi dan Refleksi

a) Evaluasi

Tindakan evaluasi dilakukan dengan melakukan

wawancara pada guru dan siswa. Wawancara dilakukan

berdasarkan panduan wawancara yang telah dibuat. Guru

dan siswa juga memberikan saran guna perbaikan pada

siklus berikutnya.

b) Refleksi

Pada tahap ini, dilaksanakan analisis, pemaknaan dan

penyimpulan hasil observasi. Refleksi dilakukan segera

setelah suatu pertemuan berakhir. Guna keperluan refleksi,

siswa dan guru diminta mengisi lembar refleksi. Hal ini

digunakan untuk mengidentifikasi kekurangan-kekurangan

dalam pembelajaran dan pemecahannya untuk perbaikan

dalam pertemuan berikutnya. Peneliti melakukan refleksi

dan diskusi bersama guru untuk penyempurnaan tindakan

Gambar

Gambar 2.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Keterampilan Sosial dalam
Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Keterampilan Sosial dalam
Tabel 3.4 Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe I
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada penulisan ilmiah ini yang berjudul â Sistem penerimaan calon siswa pada SMUN 4 Depok dengan menggunakan Microsoft Access 2000 â menjelaskan bagaimana bagian pendaftaran

Selanjutnya kelompok ketiga mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas tentang prestasi-prestasi yang dicapai Muhammad Arsyad al-Banjari  Kemudian kelompok 1, 2 dan 4

Dengan demikian pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan penerapan alat peraga telah meningkatkan hasil belajar matematika materi kubus dan balok pada siswa

perubahan kurs valas terhadap nilai ekuivalen mata uang domestik atas aktiva dan kewajiban dalam mata uang asing yang dimiliki oleh perusahaan..  Sebagai contoh, sebuah

Scanned by CamScanner... Scanned

Menurut Miller, Balanter dan Primbam dalam Dan Nimmo (2006) mengatakan bahwa citra adalah segala sesuatu yang telah dipelajari seseorang, yang relevan dengan situasi dan dengan

Pertama , periode diskursus kenabian ( Prophetic Discourse ), di mana al-Qur’an lebih suci, lebih autentik, dan lebih dapat dipercaya dibanding ketika dalam bentuk

[r]