PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) SEBAGAI
UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL DAN
PEMAHAMAN SISWA PADA MATA PELAJARAN
EKONOMI KELAS X SMA
Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas X5 SMA Negeri 6 Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Oleh:
Kristin Prasetyo Dewi
NIM: 091334038
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) SEBAGAI UPAYA
MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL DAN
PEMAHAMAN SISWA PADA MATA PELAJARAN
EKONOMI KELAS X SMA
Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas X5 SMA Negeri 6 Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Oleh:
Kristin Prasetyo Dewi
NIM: 091334038
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini kupersembahkan untuk:
Papa Iswara Kesti D.A, S.Pd.
Mama Sugiyanti
Kakak Atpriyanto dan keluarga kecilnya
Mbak Arlinda Kristi Wibowo, S.Pd., M.Pd.
Almamaterku Universitas Sanata Dharma
v
MOTTO
Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi
kekuatan kepadaku (Filipi 4:13)
viii
ABSTRAK
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN
KETERAMPILAN SOSIAL DAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS X SMA
Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas X5 SMA Negeri 6 Yogyakarta
Kristin Prasetyo Dewi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2013
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan sosial dan pemahaman siswa setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
numbered head together (NHT) pada mata pelajaran ekonomi materi indeks harga dan
fungsi konsumsi.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian adalah siswa kelas X5 SMA Negeri 6 Yogyakarta. Komponen utama dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah pembagian kelompok, kerja kelompok, laporan hasil kerja kelompok, tanggapan dari kelompok lain, dan kesimpulan. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus yang masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, evaluasi dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara, tes, kuesioner dan dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis komparatif.
ix
ABSTRACT
THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TYPE AS AN EFFORT TO INCREASE SOCIAL SKILL AND STUDENT’S UNDERSTANDING IN
ECONOMICS ON THE 10th CLASS OF SENIOR HIGH SCHOOL
A Classroom Action Research of the Tenth Grade Students of Six State Senior High School Yogyakarta
Kristin Prasetyo Dewi Sanata Dharma University
Yogyakarta 2013
The research aims to find out the improvement of social skill and student’s
understanding after the implementation of cooperative learning model numbered head together (NHT) type in price index and consumption function lesson.
This research is a classroom action research. The participants of this research were students of the Tenth Grade Students of Six State Senior High School Yogyakarta. The main components of the cooperative learning NHT type were group
division, team work, report of team work’s result, responses from the other groups,
and conclusion. This research was done in two cycles. Each cycle consisted of four stages, they were planning, action, observation, evaluation and reflection. The data collection was done by observing, interview, test, questionnaire, and documentation methods. The data which were obtained were analyzed by using descriptive and comparative analysis.
The result of this research shows that the implementation of cooperative learning model numbered head together (NHT) type can increase social skill and
student’s understanding in price index and consumption function lesson. The progress
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, kasih
dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT)
sebagai Upaya Meningkatkan Keterampilan Sosial dan Pemahaman Siswa pada Mata
Pelajaran Ekonomi Kelas X SMA.
Tanpa bantuan dan arahan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan dapat
terselesaikan. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Ibu Natalina Premastuti B., S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang tidak
hanya mendampingi, memberikan saran dan arahan dalam penulisan karya ini
namun juga menyampaikan petuah-petuah kehidupan bagi penulis disela kegiatan
bimbingan.
5. Bapak Drs. Bambang Purnomo, S.E., M.Si. dan Bapak Drs. FX. Muhadi, M.Pd.
selaku dosen penguji yang berkenan memberikan kritik dan saran guna
penyempurnaan karya ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan di Program Studi Pendidikan Ekonomi
BKK Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan berbagai bimbingan serta
xi
7. Dra. Hj. Dwi Aspariningsih, selaku guru mitra yang telah dengan sepenuh hati
berkenan meluangkan waktu dan tenaga guna bersama merancang agar penelitian
tindakan kelas ini berjalan dengan maksimal.
8. Para guru dan karyawan-karyawati SMA Negeri 6 Yogyakarta yang bersedia
memberikan bantuan pada peneliti dalam melaksanakan penelitian.
9. Siswa-siswi SMA Negeri 6 Yogyakarta khususnya kelas X5. Kalian yang terbaik
teman-temanku.
10.Kedua orang tuaku: Papa Iswara Kesti D.A, S.Pd. dan Mama Sugiyanti yang
berkenan mendukung sepenuh hati guna penyelesaian karya ini. Terima kasih atas
cinta kasih, semangat,dan doa dari Papa dan Mama.
11.Kakakku dan keluarga yang telah memberikan dukungan dan doanya, sehingga
karya ini dapat terselesaikan serta Simbah yang selalu dengan sepenuh hati
menanti cucunya saat harus pulang malam setelah kuliah. Terima kasih untuk
doa-doa dari mbah.
12.Teman-teman Prodi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi angkatan
2009 yang tidak akan terlupakan, tempat berbagi tawa, canda, serta semangat
dalam perjuangan selama ini. Nawang, Fani, Putri, Indi, Katrin, Vita, terus
berjuang teman-teman.
13.Teman-teman fasilitator dalam PTK ini, Riky, Priam, Vincent, Arjun, Vita, Elli,
Lita, Angel, Yenika, Meyta, Yovita serta fasilitator seksi perlengkapan Nawang.
Terima kasih atas tumpangan kos nya dan kesedian menemani berbelanja
perlengkapan walau hujan melanda.
14.Teman-teman satu perjuangan, mahasiswa bimbingan Ibu Prem, Mas Didik,
Anang, Leo, Elli, Vita, Wuni, Meyta. Tetap semangat teman-teman.
15.Sahabat berbagi semangat dan cerita kehidupan, Ocha, Lydia, Erick, Ratna, Ruri,
juga Verna yang selalu memberi semangat. Terima kasih atas keceriaan dan doa
xiii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xix
DAFTAR LAMPIRAN ... xx
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah ... 5
C. Rumusan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 6
E. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
A. Penelitian Tindakan Kelas ... 8
B. Pembelajaran Kooperatif ... 14
C. Ruang Lingkup NHT ... 17
xiv
E. Pengertian Pemahaman ... 21
F. Karakteristik Mata Pelajaran Ekonomi ... 23
G. Kajian Penelitian yang Relevan ... 24
H. Kerangka Teoritik ... 25
I. Pertanyaan Penelitian ... 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 29
A. Jenis Penelitian ... 29
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 29
D. Prosedur Penelitian ... 30
E. Instrumen Penelitian ... 37
F. Teknik Pengumpulan Data ... 40
G. Pengukuran Variabel Keterampilan Sosial ... 43
H. Pengujian Kuesioner ... 46
I. Penyusunan Soal Tes ... 51
J. Teknik Analisis Data ... 53
BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH ... 56
A. Visi, Misi dan Tujuan SMA Negeri 6 Yogyakarta ... 56
B. Sistem Pendidikan SMA Negeri 6 Yogyakarta ... 59
C. Kurikulum SMA Negeri 6 Yogyakarta ... 60
D. Siswa SMA Negeri 6 Yogyakarta ... 62
E. Proses Belajar Mengajar SMA Negeri 6 Yogyakarta... 63
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 66
B. Analisis Komparasi Keterampilan Sosial dan Pemahaman Belajar Siswa Sebelum dan Sesudah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ... 124
xv
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 131
B. Keterbatasan ... 132
C. Saran ... 132
DAFTAR PUSTAKA ... 134
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Opersionalisasi Variabel Keterampilan Sosial dalam Diskusi
Kelompok ... 44
Tabel 3.2 Opersionalisasi Variabel Keterampilan Sosial dalam Diskusi Kelas ... 45
Tabel 3.3 Skor Variabel Keterampilan Sosial ... 45
Tabel 3.4 Penilaian Acuan Patokan Tipe I ... 46
Tabel 3.5 Kesimpulan Uji Validitas Butir Kuesioner ... 47
Tabel 3.6 Perbaikan Kalimat Pernyataan Kuesioner ... 49
Tabel 3.7 Kesimpulan Uji Reliabilitas Butir Kuesioner ... 51
Tabel 3.8 Kisi-kisi Soal Tes Evaluasi Materi Indeks Harga ... 52
Tabel 3.9 Kisi-kisi Soal Pre Test dan Post Test Materi Fungsi Konsumsi 53
Tabel 4.1 Keadaan Siswa Tahun Ajaran 2012/2013 ... 62
Tabel 5.1 Hasil Observasi Kegiatan Guru Sebelum Penerapan NHT ... 67
Tabel 5.2 Hasil Observasi Kegiatan Siswa Sebelum Penerapan NHT ... 71
Tabel 5.3 Hasil Observasi Kondisi Fisik Kelas ... 74
Tabel 5.4 Skor Kuesioner Keterampilan Sosial Siswa Sebelum Penerapan NHT ... 75
Tabel 5.5 Hasil Perhitungan Kuesioner Keterampilan Sosial Berdasarkan PAP Tipe I ... 76
Tabel 5.6 Nilai Ulangan sebagai Dasar Pembentukan Kelompok ... 79
Tabel 5.7 Skor Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 88
Tabel 5.8 Skor Kuesioner Keterampilan Sosial Siswa Sesudah Penerapan NHT Siklus I ... 89
Tabel 5.9 Hasil Perhitungan Kuesioner Keterampilan Sosial Berdasarkan PAP Tipe I ... 90
Tabel 5.10 Refleksi Siswa Terhadap Komponen dan Model NHT SiklusI . 91
Tabel 5.11 Hasil Observasi Kegiatan Guru Saat Penerapan NHT Siklus I .. 93
xvii
Tabel 5.13 Skor Observasi Keterampilan osial Siswa Saat Penerapan NHT
Siklus I ... 100
Tabel 5.14 Hasil Perhitungan Observasi Keterampilan Sosial Berdasarkan
PAP Tipe I ... 101
Table 5.15 Refleksi Guru Mitra Terhadap Komponen dan Model NHT
Siklus I ... 103
Tabel 5.16 Skor Pre Test Siswa Siklus II ... 107
Tabel 5.17 Skor Kuesioner Keterampilan Sosial Siswa Sesudah NHT
Siklus II ... 110
Tabel 5.18 Hasil Perhitungan Kuesioner Keterampilan Sosial Berdasarkan
PAP Tipe I ... 111
Tabel 5.19 Refleksi Siswa Terhadap Komponen dan Model NHT Siklus
II ... 112
Tabel 5.20 Skor Post Test Siswa Siklus II ... 114
Tabel 5.21 Hasil Observasi Kegiatan Guru Saat Penerapan NHT Siklus II 115
Tabel 5.22 Hasil Observasi Kegiatan Siswa Saat Penerapan NHT Siklus II 118
Tabel 5.23 Skor Observasi Keterampilan Sosial Siswa Saat Penerapan
NHT Siklus II ... 121
Tabel 5.24 Hasil Perhitungan Observasi Keterampilan Sosial Berdasarkan
PAP Tipe I ... 122
Tabel 5.25 Refleksi Guru Mitra Terhadap Komponen dan Model NHT
Siklus II ... 123
Tabel 5.26 Hasil Perhiutngan Kuesioner Keterampilan Sosial Berdasarkan
PAP Tipe I ... 124
Tabel 5.27 Skor Hasil Belajar Siswa Sebelum NHT, Sesudah NHT
xviii
DAFTAR GAMBAR
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Observasi Kegiatan Guru dalam Proses Pembelajaran
(Sebelum Penerapan NHT) ... 136
Lampiran 2 Lembar Observasi Kegiatan Siswa dalam Proses Pembelajaran (Sebelum Penerapan NHT) ... 138
Lampiran 3 Lembar Observasi Kondisi Fisik Kelas ... 140
Lampiran 4 Kuesioner Keterampilan Sosial (Sebelum Penerapan NHT) .. 141
Lampiran 5 Panduan wawancara Terhadap Guru Mata Pelajaran ... 145
Lampiran 6 Panduan wawancara Terhadap Siswa ... 146
Lampiran 7 Pembagian Kelompok ... 147
Lampiran 8 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ... 148
Lampiran 9 Papan Nama Kelompok... ... 154
Lampiran 10 Nomor Bernentuk Topi ... 155
Lampiran 11 Handout Materi Indeks Harga ... 156
Lampiran 12 Soal dan Kunci Jawaban Kerja Kelompok ... 162
Lampiran 13 Lembar Skor Kelompok ... 167
Lampiran 14 Soal dan Kunci Jawaban Tes Evaluasi ... 168
Lampiran 15 Kuesioner Keterampilan Sosial (Sesudah Penerapan NHT Siklus I) ... 173
Lampiran 16 Refleksi Siswa Terhadap Perangkat dan Model Pembelajaran NHT (Sesudah Penerapan NHT Siklus I) ... 177
Lampiran 17 Lembar Observasi Kegiatan Guru dalam Proses Pembelajaran (Saat Penerapan NHT Siklus I) ... 178
Lampiran 18 Lembar Observasi Kegiatan Siswa dalam Proses Pembelajaran (Saat Penerapan NHT Siklus I) ... 180
Lampiran 19 Lembar Observasi keterampilan Sosial Siswa dalam Aktivitas Kelompok (Saat Penerapan NHT Siklus I) ... 182
Lampiran 20 Panduan Wawancara Terhadap Siswa ... 184
xx
Lampiran 22 Lembar Refleksi Guru Mitra Terhadap Komponen dan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Saat Penerapan NHT
Siklus I) ... 186
Lampiran 23 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ... 187
Lampiran 24 Papan Nama kelompok ... 193
Lampiran 25 Nomor Berbentuk Topi ... 194
Lampiran 26 Handout Materi Fungsi Konsumsi ... 195
Lampiran 27 Soal dan Kunci jawaban Kerja Kelompok ... 199
Lampiran 28 Lembar Skor Kelompok ... 203
Lampiran 29 Soal dan Kunci Jawaban Pre Test ... 204
Lampiran 30 Soal dan Kunci Jawaban Pre Test ... 209
Lampiran 31 Kuesioner Keterampilan Sosial (Saat Penerapan NHT Siklus II) ... 214
Lampiran 32 Refleksi Siswa Terhadap Komponen dan Model Pembelajaran NHT (Sesudah Penerapan NHT Siklus II) ... 218
Lampiran 33 Lembar Observasi kegiatan Guru dalam Proses Pembelajaran (Saat Penerapan NHT Siklus II) ... 219
Lampiran 34 Lembar Observasi Kegiatan Siswa dalam Proses Pembelajaran (Saat Penerapan NHT Siklus II) ... 221
Lampiran 35 Lembar Observasi Keterampilan Sosila Siswa dalam Aktivitas Kelompok (Saat Penerapan NHT Siklu II) ... 223
Lampiran 36 Panduan Wawancara Terhadap Siswa ... 225
Lampiran 37 Panduan wawancara Terhadap Guru ... 226
Lampiran 38 Lembar refleksi Guru Mitra Terhadap Komponen dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Saat Penerapan NHT Siklus II) ... 227
Lampiran 39 Output Uji Validitas Product Moment SPSS 17 ... 228
Lampiran 40 Output Reliabilitas SPSS 17 ... 230
xxi
Lampiran 42 Lembar Observasi Kegiatan Guru dalam Proses Pembelajaran
(Sebelum Penerapan NHT) ... 233
Lampiran 43 Lembar Observasi Kondisi Fisik Kelas ... 235
Lampiran 44 Hasil Kuesioner Keterampilan Sosial Sebelum Penerapan
NHT... 236
Lampiran 45 Wawancara Terhadap Guru ... 240
Lampiran 46 Wawancara terhadap Siswa ... 241
Lampiran 47 Lembar Jawab Kelompok ... 242
Lampiran 48 Rekap Skor Kelompok Saat Pembelajaran NHT Siklus I ... 246
Lampiran 49 Post Test Siswa Siklus I ... 247
Lampiran 50 Hasil Kuesioner Keterampilan Sosial Sesudah Penerapan NHT
Siklus I ... 250
Lampiran 51 Refleksi Siswa Siklus I ... 254
Lampiran 52 Lembar Observasi Kegiatan Guru dalam Proses
Pembelajaran (Saat Penerapan NHT Siklus I) ... 257
Lampiran 53 Lembar Observasi Kegiatan Siswa dalam Proses
Pembelajaran (Saat Penerapan NHT Siklus I) ... 259
Lampiran 54 Hasil Observasi Keterampilan Sosial Saat Penerapan NHT
Siklus I ... 261
Lampiran 55 Wawancara Terhadap Siswa... 265
Lampiran 56 Wawancara Terhadap Guru ... 266
Lampiran 57 Refleksi Guru Siklus I ... 267
Lampiran 58 Pre Test Siswa Siklus II ... 268
Lampiran 59 Lembar Jawab Kelompok ... 271
Lampiran 60 Rekap Skor Kelompok Saat Pembelajaran NHT Siklus II ... 275
Lampiran 61 Hasil Kuesioner Keterampilan Sosial Sesudah Penerapan
NHT Siklus II ... 276
Lampiran 62 Refleksi Siswa Siklus II ... 280
Lampiran 63 Post Test Siklus II ... 283
Lampiran 64 Lembar Observasi Kegiatan Guru dalam Proses Pembelajaran
xxii
Lampiran 65 Lembar Observasi Kegiatan Siswa dalam Proses Pembelajaran
(Saat Penerapan NHT Siklus II) ... 288
Lampiran 66 Hasil Observasi Keterampilan Sosial Saat Penerapan NHT
Siklus I ... 290
Lampiran 67 Wawancara Terhadap Siswa... 294
Lampiran 68 Wawancara Terhadap Guru ... 295
Lampiran 69 Refleksi Guru Siklus I ... 296
Lampiran 70 Permohonan Ijin penelitian ... 297
Lampiran 71 Surat Ijin Dinas Perijinan Kota Yogyakarta ... 298
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah aktivitas bimbingan yang disengaja untuk
mencapai kepribadian yang luhur, baik yang berkaitan dengan dimensi
jiwa, rohani, maupun akal (Salahudin, 2011:21). Menurut Y.B.
Mangunwijaya (Firdaus M. Yunus, 2004:5) pendidikan di sekolah
semestinya harus terbuka dan menjadi peristiwa perjumpaan antar pribadi
yang saling mengasihi dan sebagai ajang untuk menjalin kemitraan, bukan
penjinakan terhadap siswa. Interaksi yang baik akan menumbuhkan rasa
persaudaraan yang menggembirakan. Sekolah seharusnya menjadi tempat
yang dapat membuat setiap anggota yang menjadi bagian dalam sekolah
itu merasakan adanya kebersamaan yang dapat menumbuhkan pikiran dan
sikap-sikap positif seperti merasa diakui keberadaannya, merasa diterima
dan dikasihi, dapat menerima saran, kritik dan ide orang lain, serta mau
mengasihi dan membantu orang lain.
Salah satu masalah yang terjadi dalam dunia pendidikan di
Indonesia adalah kurang diselenggarakannya pembelajaran yang mampu
membuat siswa berinteraksi di dalam kelas. Memang benar bahwa salah
satu tujuan dari pendidikan adalah menjadikan siswa paham akan hal-hal
baru yang sebelumnya belum pernah dipelajari, namun ada tujuan lain
agar siswa dapat merasakan kasih, mampu bersosialisasi, dan menjadi
pribadi yang utuh baik dalam segi intelektual maupun emosional.
Contoh nyata hal-hal yang menjadikan keterampilan sosial siswa
kurang tergali yaitu, dalam pembelajaran di sekolah masih banyak proses
pembelajaran yang berlangsung satu arah atau hanya dari guru ke murid.
Hal ini membuat siswa cenderung hanya menerima pengetahuan yang
diberikan oleh guru lewat ceramah. Siswa tidak diberikan kesempatan
untuk berdiskusi dengan temannya mengenai topik bahasan sehingga
mereka tidak dapat menyatakan pendapat dan ide-idenya dalam suatu
proses pembelajaran. Sebagai akibatnya, aspek keterampilan sosial tidak
tergali.
Keadaan yang sama juga diamati oleh peneliti disalah satu sekolah
di Yogyakarta, yaitu SMA Negeri 6 Yogyakarta. Di sini, pengembangan
aspek keterampilan sosial belum banyak digali dalam pembelajaran yang
dilakukan. Kelas yang diamati adalah kelas X5 pada mata pelajaran
ekonomi. Pembelajaran yang dilakukan masih menggunakan metode
ceramah. Tanya jawab juga sudah dilakukan, namun masih dilakukan
antara guru dengan siswa. Hal ini membuat kondisi antar siswa dalam
kelas tersebut tidak berinteraksi.
Untuk dapat mengembangkan aspek keterampilan sosial bagi
peserta didik, beberapa cara dapat dilakukan. Salah satunya dengan
menyelenggarakan kerja kelompok dalam pembelajaran sehingga siswa
saling bekerjasama, membantu, menghargai, dan menghormati sehingga
keterampilan sosial siswa terpupuk.
Di kelas X5 SMA N 6 Yogyakarta, beberapa siswa masih
menganggap mata pelajaran ekonomi adalah mata pelajaran yang sulit. Hal
ini diketahui dari wawancara yang dilakukan dengan beberapa siswa.
Materi ini dirasa sulit karena beberapa siswa masih sering menghafal
konsep ekonomi. Hal ini tentu membuat siswa kesulitan jika siswa lupa
akan hafalannya. Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari mengenai
perilaku manusia dalam memilih dan menciptakan kemakmuran. Konsep
ekonomi seharusnya bukan untuk dihafal, melainkan dipahami. Beberapa
siswa sudah dapat dengan cepat memahami mata pelajaran ekonomi,
namun siswa yang lain masih merasa kesulitan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada 2 permasalahan
yang harus mendapat tindakan dari guru. Yakni, masalah tidak adanya
interaksi antar siswa dalam setiap pembelajaran sehingga keterampilan
sosial siswa tidak tergali dan adanya masalah kesulitan memahami materi
pada mata pelajaran ekonomi.
Pemecahan masalah yang dirasa sesuai adalah menyelenggarakan
pembelajaran dengan menerapan model pembelajaran yang mampu
meningkatkan keterampilan sosial dan pemahaman belajar siswa. Model
yang sesuai adalah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT). NHT adalah salah satu model pembelajaran kooperatif
berinteraksi dan bekerjasama selama proses pembelajaran yang membuat
aspek keterampilan sosial akan terpupuk. Model ini juga dapat membantu
meningkatkan pemahaman siswa akan materi. Caranya, lewat diskusi
kelompok dimana setiap orang diharuskan paham akan materi yang sedang
dipelajari. Hal ini membuat tiap anggota dalam kelompok berusaha
memahami dan membuat temannya paham mengenai materi. Dalam
langkah pembelajaran, terdapat pula tahap presentasi jawaban yang
dilakukan oleh beberapa siswa secara pribadi. Siswa yang harus
berpresentasi dipilih secara acak oleh guru. Oleh karena itu, setiap siswa
harus siap jika diminta menyampaikan jawaban kelompok dan berusaha
memahami materi.
Dengan model ini, siswa akan bekerja dalam kelompok yang
beranggotakan 4-5 orang. Pembagian kelompok dilakukan oleh guru
sebelum proses pembelajaran berlangsung. Pada pembagian kelompok ini,
siswa akan dibagi secara merata menurut kemampuan akademis, jenis
kelamin, bahkan suku. Dengan pembagian kemampuan akademis yang
merata, harapannya siswa yang lebih pandai dapat membantu siswa yang
kurang pandai sehingga seluruh anggota kelompok paham akan materi.
Untuk mengetahui pemahaman siswa, nantinya guru akan memanggil
siswa secara acak. Siswa yang dipanggil harus menyampaikan jawaban
kelompok di depan kelas. Hal ini membuat setiap siswa harus memahami
materi pembelajaran karena harus siap saat diminta menyampaikan
yang ada. Penerapan model ini mampu meningkatkan keterampilan sosial
serta pemahaman siswa.
Dari hasil pengamatan di kelas X5 SMA Negeri 6 Yogyakarta mata
pelajaran ekonomi, hasil yang didapat adalah kurang digalinya aspek
keterampilan sosial dalam pembelajaran yang terjadi dan kesulitan
memahami materi. Dari temuan tersebut peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Head Together (NHT) sebagai Upaya Meningkatkan
Keterampilan Sosial dan Pemahaman Siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi
Kelas X SMA”.
B. Batasan Masalah
Penerapan model pembelajaran kooperatif bisa dilakukan pada
berbagai tipe, tetapi dalam penelitian ini hanya membatasi pada
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) untuk
meningkatkan keterampilan sosial dan pemahaman siswa pada materi
indeks harga dan fungsi konsumsi mata pelajaran ekonomi.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
2. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
dalam meningkatkan pemahaman belajar siswa?
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
dalam meningkatkan keterampilan sosial siswa.
2. Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
dalam meningkatkan pemahaman belajar siswa.
E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi guru dalam
menyelenggarakan pembelajaran yang mampu membuat siswa
berinteraksi maupun menggali materi secara mandiri sehingga
keterampilan sosial dan pemahaman pembelajaran siswa dapat
meningkat.
2. Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai referensi bagi guru
lainnya dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif yang
terarah pada peningkatan keterampilan sosial dan pemahaman belajar
3. Bagi Siswa
Melalui pembelajaran kooperatif tipe NHT, diharapkan dapat
mengoptimalkan siswa dalam belajar sehingga meningkatkan
keterampilan sosial dan pemahaman belajar.
4. Bagi Perguruan Tinggi
Penelitian ini diharapkan mampu menjadi referensi bagi mahasiswa
lain. Selain itu, mahasiswa lain terpacu untuk mengembangkan
penelitian tindakan kelas untuk memperbaiki kualitas proses
pembelajaran.
5. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi peneliti lain
tentang penelitian tindakan kelas yang dirancanganya. Peneliti
selanjutnya dapat mengkaji penelitian ini untuk melihat hal-hal yang
belum ditulis dalam rancangan penelitian ini sehingga dapat
8 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) 1. Pengertian PTK
Penelitian tindakan kelas merupakan gabungan dari tiga kata
”penelitian, tindakan, dan kelas”. Penelitian adalah kegiatan
mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu
untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat bagi peneliti
atau orang-orang yang berkepentingan dalam rangka peningkatan
kualitas diberbagai bidang. Tindakan adalah suatu gerak kegiatan yang
sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang dalam pelaksanaannya
berbentuk rangkaian periode/siklus kegiatan. Sedangkan kelas adalah
sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama dan tempat yang sama
menerima pelajaran yang sama dari seorang guru yang sama. Dengan
demikian, dapat dikatakan penelitian tindakan kelas adalah suatu
pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang
sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan
(Arikunto dkk, 2006:2-3). Pengertian lain juga diungkapkan oleh
Wijaya Kesumah (2009:9) sebagai berikut, penelitian tindakan kelas
adalah penelitian yang dilakukan guru di kelasnya sendiri dengan cara
secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki
kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.
2. Karakteristik PTK
Menurut Daryanto (2011:5-6) karakteristik PTK adalah sebagai
berikut:
a. Masalah yang muncul dari kesadaran pada diri guru, yang harus diperbaiki dengan prakarsa perbaikan dari guru itu sendiri, bukan oleh orang dari luar. Dengan demikian, masalah dalam PTK berasal dari permasalahan nyata dan aktual yang terjadi dalam pembelajaran di kelas dengan kata lain, PTK berfokus pada masalah praktis bukan problem teoritis.
b. PTK merupakan penelitian yang dilakukan melalui refleksi diri (self relative inquiry). Untuk melakukan refleksi, guru sebaiknya bertanya pada diri sendiri, misalnya:
- Apakah penjelasan saya terlalu cepat?
- Apakah saya sudah memberi contoh konkrit dan memadai? - Apakah hasil latihan di kelas/pekerjaan siswa sudah saya
komentari?
- Apakah bahasa yang saya gunakan dapat mudah dipahami siswa?
3. PTK dilakukan di dalam kelas. Fokus penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran di kelas yang berupa perilaku guru dan siswa dalam berinteraksi.
4. PTK bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran yang dilakukan secara bertahap dan terus-menerus selama PTK dilakukan. Oleh sebab itu, dalam PTK dikenal adanya siklus tindakan yang meliputi: perencanaan – pelaksanaan – observasi – refleksi – revisi (perencanaan ulang).
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik penelitian
tindakan kelas adalah munculnya kesadaran guru akan masalah yang
ada di dalam kelasnya dan adanya upaya guru untuk memperbaiki
masalah tersebut dengan kegiatan yang dilakukan.
3. Prinsip Dasar PTK
a. Berkelanjutan. PTK merupakan upaya yang berkelanjutan secara siklutis.
b. Integral. PTK merupakan bagian integral dari konteks yang diteliti. c. Ilmiah. Diagnosis masalah berdasarkan pada kejadian nyata.
d. Motivasi dari dalam. Motivasi untuk memperbaiki kualitas harus tumbuh dari dalam.
e. Lingkup. Masalah tidak dibatasi pada masalah pembelajaran di dalam dan di luar kelas.
Selain itu, Hopkins menyatakan prinsip-prinsip dasar PTK adalah
sebagai berikut (Zainal Aqib, 2007:17-18):
a. Pekerjaan utama guru adalah mengajar, dan apapun metode PTK yang diterapkannya seyogianya tidak mengganggu komitmen sebagai pengajar.
b. Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang berlebihan dari guru sehingga berpeluang mengganggu proses pembelajaran.
c. Metodologi yang digunakan harus reliable, sehingga memungkinkan guru mengidentifikasi serta merumuskan hipotesis secara meyakinkan, mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi kelasnya, serta memperoleh data yang digunakan untuk menjawab hipotesis yang dikemukakannya. d. Masalah program yang diusahakan oleh guru seharusnya
merupakan masalah yang cukup merisaukan, dan bertolak dari tanggung jawab profesional.
e. Dalam menyelenggarakan PTK, guru harus selalu bersikap konsisten menaruh kepedulian tinggi terhadap proses dan prosedur yang berkaitan dengan pekerjaannya.
f. Dalam pelaksanaan PTK sejauh mungkin harus digunakan class
room excerding perspective, dalam arti permasalahan tidak dilihat
terbatas dalam konteks kelas dan atau mata pelajaran tertentu, melainkan perspektif misi sekolah secara keseluruhan.
Dari dua uraian di atas dapat ditegaskan bahwa PTK adalah kegiatan
pemecahan permasalah yang terjadi dalam pembelajaran dengan cara
ilmiah yang berkelanjutan. Guru sebagai peneliti dalam PTK juga tidak
4. Tujuan PTK
Tujuan dilakukannya PTK adalah memperbaiki layanan
kependidikan yang harus diselenggarakan dalam konteks pembelajaran
di kelas dan peningkatan kualitas program sekolah secara keseluruhan
yang dilakukan oleh guru (Zainal Aqib, 2007:18). Dengan tujuan
tersebut, PTK merupakan hal yang patut untuk dilakukan demi tujuan
yang baik dalam hal pendidikan dan pembelajaran yang nantinya akan
diupayakan untuk tercapai.
5. Manfaat PTK
Terdapat banyak sekali manfaat PTK, diantaranya sebagai berikut
(Wijaya Kesumah, 2009:14):
a. Membantu guru memperbaiki mutu pembelajaran b. Meningkatkan profesionalitas guru
c. Meningkatkan rasa percaya diri guru
d. Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya.
Daryanto (2011:67) juga menyampaikan manfaat PTK bagi siswa,
yakni bahwa tujuan dilaksanakannya PTK adalah memperbaiki hasil
belajar siswa. Sehingga jika terdapat kesalahan dan kesulitan dalam
proses pembelajaran akan dengan cepat dianalisis. Jika kesalahan yang
terjadi dapat segera diperbaiki, maka pembelajaran akan mudah
dilaksanakan, menarik, dan hasil belajar siswa akan meningkat.
6. Tahapan pelaksanaan PTK
Untuk pelaksanaan PTK, dilakukan tahapan sebagai berikut (Wijaya
a. Perencanaan (planning)
Perencanaan yang matang perlu dilakukan setelah kita mengetahui masalah dalam pembelajaran kita.
b. Tindakan (acting)
Perencanaan harus diwujudkan dengan adanya tindakan (acting) dari guru berupa solusi tindakan sebelumnya.
c. Pengamatan (observing)
Selanjutnya diadakan pengamatan (observing) yang teliti terhadap proses pelaksanaannya.
d. Refleksi (reflecting)
Setelah diamati, barulah guru dapat melakukan refleksi (reflecting) dan dapat menyimpulkan apa yang telah terjadi dalam kelasnya.
Tahap pelaksanaan PTK menurut Wina Sanjaya (2009:56) juga dapat
digambarkan dengan siklus seperti berikut :
Gambar 2.1
Siklus Penelitian Tindakan Kelas
Dst Refleksi
Studi Pendahuluan
Perencanaan Tindakan
Implementasi 1
Observasi 1
Refleksi 1
Perencanaan Observasi 2
Refleksi 2 Implementasi 2
Empat tahap di atas merupakan suatu siklus yang akan selalu
terulang kembali. Sehingga akan terus terdapat perbaikan pada siklus
yang selanjutnya. Jika ternyata tindakan yang dilakukan belum mampu
memecahkan masalah pembelajaran yang ada, maka yang harus
dilakukan adalah merevisi rencana yang sebelumnya didahului proses
identifikasi masalah yang terjadi. Harapannya PTK dapat menjadi
solusi dari permasalahan pembelajaran yang terjadi.
7. Syarat-syarat PTK
Syarat-syarat PTK adalah sebagai berikut (Arikunto, dkk, 2006:23):
a. Penelitian tindakan kelas tertuju pada hal-hal yang terjadi di dalam pembelajaran.
b. Penelitian tindakan kelas menuntut dilakukannya pencermatan secara terus-menerus, objektif, dan sistematis.
c. Penelitian tindakan kelas harus dilakukan sekurang-kurangnya dalam dua siklus.
d. Penelitian tindakan kelas terjadi secara wajar, tidak mengubah aturan yang ditentukan, dalam arti tidak mengubah jadwal yang berlaku.
e. Penelitian tindakan harus betul-betul disadari oleh pemberi maupun pelakunya sehingga pihak-pihak yang bersangkutan dapat mengemukakan kembali apa yang dilakukan.
f. Penelitian tindakan harus benar-benar menunjukan adanya tindakan yang dilakukan oleh sasaran tindakan, yaitu siswa yang sedang belajar.
Dengan dipenuhinya berbagai persyaratan di atas, maka PTK akan
dapat diterima sebagai penelitian tindakan kelas yang benar-benar
B. Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Menurut Sugiyanto (2009:37), pembelajaran kooperatif
(cooperative learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus
pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam
memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Slavin
menyatakan keberhasilan belajar dalam kelompok tergantung pada
kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual
maupun secara kelompok (Etin&Raharjo, 2007:4).
Trianto (2009:56) juga menyatakan pembelajaran kooperatif
bernaung dalam teori konstruktivis. Pembelajaran ini muncul dari
konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami
konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya.
Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu
memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi, hakikat sosial dan
penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam
pembelajaran kooperatif.
2. Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif
Konsep dasar pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut
(Etin&Raharjo, 2007:6-10):
a. Perumusan tujuan belajar harus jelas
b. Penerimaan yang menyeluruh oleh siswa tentang tujuan belajar c. Ketergantungan yang bersifat positif
g. Interaksi sikap dan perilaku sosial yang positif h. Tindak lanjut (follow up)
i. Kepuasan dalam belajar
3. Keuntungan Pembelajaran Kooperatif
Keuntungan pembelajaran kooperatif adalah (Sugiyanto, 2009:42):
a. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.
b. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan.
c. Mempermudah siswa melakukan penyesuaian sosial.
d. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen.
e. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois.
f. Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa.
g. Berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktikan. h. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia.
i. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif.
j. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik.
k. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama dan orientasi tugas.
4. Tipe Pembelajaran Kooperatif
Beberapa tipe pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut
(Sugiyanto, 2009:44-46,55):
a. Metode STAD (Students Teams Achivement Division)
Metode STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan
kawan-kawan dari unversitas John Hopkins. Metode ini dipandang paling
sederhana dan paling langsung dari pendekatan pembelajaran
mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa setiap
minggu, baik melalui penyajian verbal maupun tertulis.
Langkahnya :
1) Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok atau tim, masing-masing terdiri atas 4 atau 5 anggota. Tiap tim memiliki anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuan (tinggi, sedang, rendah).
2) Tiap anggota tim menggunakan lembar kerja akademik dan kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota tim. 3) Secara individual atau tim, tiap minggu atau tiap dua minggu
guru mengevaluasi untuk mengetahui penguasaan mereka terhadap bahan akademik yang telah dipelajari.
4) Tiap siswa dan tim diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan ajar, dan kepada siswa secara individu atau tim yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh penghargaan jika mampu meraih suatu kriteria atau standar tertentu.
b. Metode Jigsaw Langkahnya :
1) Kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri 4 atau 5 siswa dengan karakteristik yang heterogen.
2) Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks dan setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut.
3) Para anggota dari beberapa tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bagian bahan tersebut. Kumpulan siswa semacam itu
disebut „kelompok pakar‟ (expert group).
4) Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali ke kelompok semula (home teams) untuk mengajar anggota yang lain mengenai materi yang telah dipelajari dalam kelompok pakar.
5) Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam „home teams‟,
para siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang dipelajari.
c. Metode two stay two stray Langkahnya :
1. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok yang beranggotakan 4 siswa.
3. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke kelompok lain.
4. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.
5. Tamu mohon berdiri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan dari kelompok lain.
6. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.
d. Metode NHT
Langkah-langkah model pembelajaran Numbered Head Together
adalah sebagai berikut (Suyanto, 2009:116-117):
a. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
b. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
c. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan setiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya.
d. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil, lalu melaporkan hasil kerjasama mereka.
e. Tanggapan dari teman/kelompok yang lain, kemudian guru melanjutkan menunjuk nomor yang lain. Demikian seterusnya. f. Kesimpulan.
C. Ruang Lingkup Number Head Together (NHT) 1. Pengertian NHT
Pembelajaran kooperatif tipe NHT atau penomoran berpikir
bersama pertama kali dikembangkan oleh Spencer Kagen (1993) untuk
melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup
dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi
pelajaran tersebut (Trianto 2009:82). Menurut Yatim Riyanto
guru memberi tugas, kemudian hanya siswa bernomor, yang berhak
menjawab (mencegah dominasi siswa tertentu). Secara sederhana,
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah
pembelajaran secara kelompok dengan menggunakan penomoran
dalam menjawab tugas diskusi dan mengecek pemahaman tiap siswa
terhadap materi yang disampaikan guna mencegah dominasi siswa
tertentu.
2. Tahap-tahap NHT
Langkah-langkah model pembelajaran Numbered Head Together
adalah sebagai berikut (Suyanto, 2009:116-117):
a. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
b. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
c. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan setiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya.
d. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil, lalu melaporkan hasil kerjasama mereka.
e. Tanggapan dari teman/kelompok yang lain, kemudian guru melanjutkan menunjuk nomor yang lain. Demikian seterusnya. f. Kesimpulan.
3. Manfaat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe
NHT yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18),
antara lain adalah :
a. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi b. Memperbaiki kehadiran
c. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar d. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
f. Pemahaman yang lebih mendalam
g. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi h. Hasil belajar lebih tinggi
D. Pengertian Keterampilan Sosial
Syamsul Bachri Thalib (2010:159) mendefinisikan keterampilan
sosial adalah kemampuan berinteraksi dengan lingkungan sosial dan
mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan dan norma yang berlaku.
Kegagalan seorang remaja dalam menguasai keterampilan sosial akan
membuat orang tersebut sulit menyesuaikan diri, merasa dikucilkan hingga
akhirnya membuatnya rendah diri. Keterampilan sosial yang penting untuk
dikuasai adalah kemampuan berkomunikasi, menjalin hubungan dengan
orang lain, mendengarkan pendapat dan keluhan orang lain, menerima
kritik, dan sebagainya. Davis dan Forsythe dalam Syamsul Bachri Tahlib
(2010;159) juga menyatakan dalam kehidupan remaja terdapat delapan
aspek yang menuntut keterampilan sosial yaitu keluarga, lingkungan,
kepribadian, rekreasi, pergaulan dengan lawan jenis, pendidikan/sekolah,
persahabatan dan solidaritas, kelompok, dan lapangan kerja.
Lungdgren dalam Rusman, (2011:210) mengungkapkan bahwa
aspek keterampilan sosial yang seharusnya dimiliki siswa, terbagi dalam
tiga dimensi sebagai berikut:
3. Keterampilan tingkat awal:
a) Menggunakan kesepakatan
b) Menghargai kontribusi
d) Berada dalam kelompok
e) Berada dalam tugas
f) Mendorong partisipasi
g) Mengundang orang lain untuk berbicara
h) Menyelesaikan tugas pada waktunya
i) Menghormati perbedaan individu
4. Keterampilan tingkat menengah:
a) Menunjukan penghargaan dan simpati
b) Mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima
c) Mendengarkan dengan aktif
d) Bertanya
e) Membuat ringkasan
f) Menafsirkan
g) Mengatur dan mengorganisir
h) Menerima tanggung jawab
i) Mengurangi ketegangan
5. Keterampilan tingkat mahir:
a) Mengelaborasi
b) Memeriksa dengan cermat
c) Menanyakan kebenaran
d) Menetapkan tujuan
Ketiga dimensi keterampilan sosial di atas seharusnya dimiliki oleh siswa
dalam berinteraksi selama proses pembelajaran. Dengan dimilikinya
aspek-aspek di atas, siswa dikatakan mampu berinteraksi dengan baik.
Keterampilan sosial juga membuat seseorang menjadi merasa
percaya diri ketika harus tampil dimuka umum. Kemampuan untuk
mengurangi ketegangan, menafsirkan suatu makna, serta kebiasaan
seseorang berinteraksi dengan orang lain akan membuat dirinya berani
menyampaikan suatu hal di hadapan banyak orang. Rasa percaya diri
siswa ketika mengemukakan hal di depan orang lain dapat dipupuk sejak
siswa melakukan pembelajaran di kelas.
Dalam proses belajar aktif, aspek keterampilan sosial akan terasah.
Paul D. Dierich dalam Yamin (2007:85) mengemukakan bahwa yang
termasuk dalam kegiatan belajar aktif adalah kegiatan-kegiatan lisan
seperti mengemukakan fakta atau prinsip, menghubungkan suatu tujuan,
mengajukan suatu pertanyan, memberi saran, mengemukakan pendapat,
wawancara, disukusi, dan interupsi. Selain itu, terdapat pula
kegiatan-kegiatan mendengarkan yang meliputi mendengarkan penyajian bahan,
mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu
permainan, dan mendengarkan radio.
E. Pengertian Pemahaman
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) susunan W.J.S,
memahami berarti mengerti benar, mengetahui benar. Menurut Yatim
Riyanto (2009:129) belajar dengan pemahaman lebih baik daripada
dengan hafalan tanpa pengertian. Sesuatu yang baru harus sesuai dengan
apa yang diketahui siswa sebelumnya. Tugas guru adalah menunjukan
hubungan antara apa yang akan dipelajari siswa dengan apa yang diketahui
siswa sebelumnya. Sri Esti Wuryani (2006:162) menyatakan bahwa
metode terbaik untuk membantu siswa memahami pelajaran dan
mengkombinasikan pengetahuan yang telah ada dengan pengetahuan baru
adalah dengan membuat setiap pelajaran sedapat mungkin bermakna.
Dengan demikian, menjadi tugas guru untuk menciptakan suatu
pembelajaran yang bermakna, yakni dengan melibatkan siswa dalam
setiap proses pembelajaran.
Dalam penelitian ini, pemahaman dipersempit dalam arti
pemahaman siswa terhadap hal-hal yang dipelajarinya selama proses
pembelajaran. Dalam setiap proses pembelajaran siswa akan diberikan
pengetahuan atau ilmu baru. Pengetahuan tersebut diharapkan mampu
menjadi bekal bagi diri siswa. Akan tetapi, oleh karena keterbatasan
sesorang dalam menangkap setiap ilmu baru siswa mungkin lupa akan
ilmu yang baru saja dia terima. Salah satu hal yang membuat siswa dapat
mengingat pengetahuan baru adalah dengan memahami pengetahuan yang
diberikan itu. Jika siswa memahami, ilmu tersebut akan terus melekat
Pemahaman dapat terjadi jika siswa dilibatkan dalam suatu proses
pembelajaran yang proaktif. Hal ini membuat siswa dapat mengalami
sendiri maksud dari ilmu tersebut. Kenyataan ini sesuai dengan kata-kata
mutiara yang diberikan oleh seorang filosof dari China :
Apa yang saya dengar, saya lupa
Apa yang saya lihat, saya ingat
Apa yang saya lakukan, saya paham.
Oleh sebab itu, diperlukan kegiatan pembelajaran yang dapat
menumbuhkan tingkat pemahaman dalam diri siswa.
F. Karakteristik Mata Pelajaran Ekonomi
Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari mengenai perilaku manusia
dalam memilih dan menciptakan kemakmuran. Dengan mempelajari ilmu
ekonomi, seseorang diharapkan dapat mengetahui berbagai permasalahan
ekonomi serta dapat lebih efektif dan efisien dalam berbagai kegiatan
ekonomi. Di Sekolah Menengah Atas, ilmu ekonomi penting untuk
dipelajari karena siswa sebagai lulusan yang akan menjadi bagian dari
masyarakat diharapkan mampu menjadi masyarakat yang cerdas dalam
menghadapi berbagai masalah ekonomi yang ada serta dalam menentukan
pilihan-pilihan pemenuhan kebutuhannya. Selain itu, ilmu ekonomi juga
membantu manusia dalam mencoba memecahkan masalah ekonomi yang
inflasi, dan lain-lain. Ilmu ekonomi mencoba menwarkan alternatif solusi
pemecahan masalah yang ada.
G. Kajian Penelitian yang Relevan
Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Djoko Dwi Kusumojanto
bersama dengan Popy Herawati dengan judul “Penerapan Model
Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) untuk meningkatkan Hasil
Belajar Siswa pada Mata Diklat Manajemen Perkantoran Kelas X APK di
SMK Ardjuna 01 Malang”. Penelitian tersebut dilakukan pada bulan
Oktober 2008. Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa
dengan model pembelajaran NHT hasil belajar siswa yang diamati dari
hasil pre test dan post test dapat meningkat. Pada siklus I rata-rata nilai
meningkat dari 42,27 menjadi 65,54. Pada siklus II rata-rata nilai
meningkat dari 70,45 menjadi 79,54. Peneliti juga mengobservasi proses
aktivitas belajar siswa saat dilakukannya pembelajaran kooperatif tipe
NHT dengan membuat 4 indikator pengamatan, yakni (1) saling
ketergantungan positif, (2) interaksi tatap muka, (3) akuntabilitas
individual, (4) keterampilan antar personal yang diamati oleh observer.
Dari kedua siklus yang dilakukan terdapat peningkatan dan perbaikan dari
siklus pertama ke siklus kedua pada keempat indikator tersebut. Aspek
saling ketergantungan positif mengalami peningkatan 9,39%, aspek
interaksi tatap muka mengalami peningkatan sebesar 9,09%. Aspek
antar personal mengalami peningkatan sebesar 4,55%. Dari hasil
penelitian tersebut, dapat dikatakan bahwa model NHT dapat mengatasi
masalah pembelajaran yang ada. Dengan model ini, hasil belajar siswa
dapat meningkat. Selain itu, kemampuan berinteraksi siswa di dalam kelas
juga semakin baik.
H. Kerangka Teoritik
Peneliti akan meneliti mengenai peningkatan keterampilan sosial dan
pemahaman belajar siswa setelah penerapan model kooperatif tipe
Numbered Head Together. Maka terlebih dahulu akan didefinisikan
hal-hal sebagi berikut:
1. Keterampilan Sosial
Keterampilan sosial adalah kemampuan berinteraksi dengan
lingkungan sosial dan mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan
dan norma yang berlaku (Syamsul Bachri Thalib,2010:159). Aspek
yang seharusnya digali dalam suatu pembelajaran, selain membuat
siswa tahu akan hal-hal yang sebelumnya belum diketahui adalah
menggali aspek keterampilan sosial. Hal ini dikarenakan siswa sebagai
makhluk sosial akan hidup dalam masyarakat. Dengan demikian,
diperlukan pengolahan kemampuan berinteraksi dengan orang lain.
Hal ini akan membatu siswa dalam kehidupan sehari-hari ditengah
lingkungannya jika siswa mampu bersikap dengan baik sebagai
seorang makhluk sosial.
Model pembelajaran NHT dirasa sesuai untuk membantu
mengembangkan aspek keterampilan sosial siswa di kelas. Dalam
model pembelajaran ini terdapat tahapan diskusi kelompk. Dengan
diskusi kelompok, siswa akan saling berinteraksi baik itu bertanya,
menjelaskan, memberi arahan, memotivasi, dan sebagainya. Mereka
akan berusaha menghormati, menghargai, dan membantu satu sama
lain. Sehingga lewat kerja kelompok tersebut, keterampilan sosial
dapat terpupuk.
2. Pemahaman
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) susunan W.J.S,
Poerwadarminta (1976:694) paham berarti pengertian sedangkan
memahami berarti mengerti benar, mengetahui benar. Pemahaman
siswa adalah salah satu tujuan pembelajaran dilakukan. Siswa
diharapkan mampu memahami suatu pokok bahasan tertentu.
Pemahaman siswa dapat tercapai jika pembelajaran yang dilakukan
oleh siswa kondusif untuk siswa mampu memahami materi. Oleh
karena itu, perlu dirancang suatu pembelajaran yang kondusif dan
sesuai agar siswa mampu memahami materi yang dipelajari.
Model pembelajaran NHT dirasa mampu menjadi model
pembelajaran yang sesuai diterapkan untuk mencapai pemahaman
teman satu kelompoknya untuk dapat memahami materi yang
dipelajari. Hal ini terjadi karena nantinya guru akan meminta
pertanggungjawaban siswa seraca pribadi untuk melaporkan hasil kerja
kelompok. Maka akan muncul tanggung jawab pribadi untuk
memahami materi dan kemauan dari siswa yang belum paham untuk
memahami dan siswa yang telah paham untuk membantu temannya
yang belum paham.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini merupakan
salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan
nyata, yakni bahwa model pembelajaran Numbered Head Together (NHT)
akan mampu meningkatkan keterampilan sosial dan pemahaman belajar
siswa.
I. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian untuk penelitian ini adalah :
1. a. Berapa jumlah siswa yang memiliki skor pre-test di atas 75 pada
siklus I?
b. Berapa jumlah siswa yang memiliki skor post-test di atas 75 pada
siklus I?
c. Berapa jumlah siswa yang memiliki skor awal keterampilan sosial
yang termasuk dalam kategori baik pada siklus I?
d. Berapa jumlah siswa yang memiliki skor akhir keterampilan sosial
2. a. Berapa jumlah siswa yang memiliki skor pre-test di atas 75 pada
sikuls II?
b. Berapa jumlah siswa yang memiliki skor post-test di atas 75 pada
siklus II?
c. Berapa jumlah siswa yang memiliki skor awal keterampilan sosial
yang termasuk dalam kategori baik pada siklus II?
d. Berapa jumlah siswa yang memiliki skor akhir keterampilan sosial
29 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas.
Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan guru di
kelasnya sendiri dengan cara (1) merencanakan, (2) melaksanakan, dan (3)
merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan
memperbaiki kinerja sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat
meningkat (Wijaya Kesumah, 2009:9).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di SMA N 6 Yogyakarta, Jl C. Simanjutak No. 2.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan April-Mei tahun 2013.
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek penelitian
Subjek Penelitian adalah siswa-siswi kelas X5 SMA N 6 Yogyakarta
Tahun pelajaran 2012/2013.
2. Objek Penelitian
sosial dan pemahaman belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi
materi indeks harga dan fungsi konsumsi dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT).
D. Prosedur Penelitian
1. Kegiatan Pra Penelitian
Sebelum melaksanakan tindakan, terlebih dahulu diadakan
observasi. Observasi yang dilaksanakan menghasilkan gambaran
umum mengenai guru, siswa, dan kondisi fisik kelas.
a. Observasi kegiatan guru
Obsevasi terhadap guru bertujuan untuk mengetahui cara guru
melakukan pembelajaran di kelas, meliputi membuka
pembelajaran, metode yang digunakan, penguasaan materi,
pengelolaan kelas, serta menutup pembelajaran. Melalui kegiatan
ini, peneliti dapat melihat apa yang masih harus diperbaiki dari
pelaksanaan pembelajaran.
b. Observasi kegiatan siswa
Observasi awal terhadap siswa dilakukan untuk mengetahui
kondisi siswa selama mengikuti pembelajaran meliputi kesiapan
siswa mengikuti proses pembelajaran, tanggapan siswa terhadap
pembahasan materi, dan interaksi yang terjadi antar siswa. Dengan
demikian, dapat dilihat hal-hal yang masih harus diperbaiki serta
c. Observasi kondisi fisik kelas
Observasi ini dilakukan untuk mengetahui kondisi fisik kelas
tempat dilakukannya pembelajaran. Hal ini penting dilakukan
untuk menyesuaikan rancangan desain penataan kelas saat
pelaksanaan tindakan. Selain itu, peneliti dapat menambah
kelengkapan media di kelas jika media yang diperlukan dalam
pelaksanaan tindakan belum tersedia.
d. Kuesioner keterampilan sosial siswa
Siswa juga diminta mengisi kuesioner keterampilan sosial untuk
mengetahui keterampilan sosial awal siswa guna menentukan
target peningkatan keterampilan sosial.
e. Wawancara pada guru
Wawancara pada guru dilakukan untuk mengetahui metode
pembelajaran yang biasa digunakan guru, alasan guru
menggunakan metode tersebut, serta tingkat keberhasilan dengan
metode tersebut. Selain itu, digali pula masalah-masalah yang
sering muncul di kelas
f. Wawancara pada siswa
Wawancara pada siswa dilakukan untuk mengetahui tanggapan
siswa terhadap metode pembelajaran yang sering digunakan guru,
tingkat pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran dengan
metode yang diterapkan, serta mengetahui keinginan siswa
2. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian bersiklus. Satu siklus terdiri
dari empat langkah. Berikut rancangan prosedur untuk setiap siklus:
a. Siklus Pertama
1) Perencanaan
Hasil observasi awal yang didapat kemudian dianalisis. Hasil
analisis tersebut digunakan untuk menyusun rancangan
tindakan pembelajaran yang tepat untuk mengurangi persoalan
pembelajaran yang ditemukan. Selanjutnya peneliti dan guru
mitra menyusun rumusan rancangan implementasi
pembelajaran model NHT sebagai berikut:
a) Pembagian kelompok
Peneliti dan guru mitra menggali karakteristik siswa lalu
mengelompokkan siswa berdasarkan kemampuannya dan
membagi siswa secara heterogen menjadi
kelompok-kelompok yang beranggotakan 4 orang siswa. Pembagian
kelompok didasarkan pada hasil ujian materi sebelumnya.
b) Menyusun perangkat pembelajaran
Beberapa perangkat yang disiapkan pada tahap ini adalah
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT, handout materi,
soal-soal untuk dikerjakan dalam kerja kelompok dan lembar
c) Menyusun instrumen pengumpulan data
Peneliti menyusun instrumen pengumpulan data, meliputi:
(1) Lembar observasi kegiatan guru
(2) Lembar observasi kegiatan siswa
(3) Lembar observasi keterampilan sosial siswa
(4) Kuesioner keterampilan sosial siswa
(5) Soal tes
(6) Lembar skor kelompok
(7) Lembar refleksi siswa dan guru
(8) Panduan wawancara siswa dan guru
2) Tindakan
Pada tahap ini rencana tindakan pembelajaran kooperatif tipe
NHT diimplementasikan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a) Kegiatan awal
(1) Guru menyampaikan apersepsi.
(2) Guru menyampaikan kompetensi dasar, standar
kompetensi, dan indikator pembelajaran.
b) Kegiatan inti
(1) Guru menjelaskan mekanisme pembelajaran dengan
model kooperatif tipe NHT.
(2) Siswa masuk ke dalam kelompok dan melakukan
kelompok untuk mengerjakan tugas. Kelompok
harus memastikan seluruh anggota kelompok paham
akan jawaban dari tugas mereka, karena setelah
selesai mengerjakan tugas, guru akan memanggil
siswa secara acak untuk maju ke depan dan
mempresentasikan jawaban kelompok.
(3) Guru memanggil satu persatu siswa secara acak
untuk mempresentasikan jawaban tugas yang
diberikan dilanjutkan tanggapan dari siswa lain.
c) Kegiatan penutup
(1) Siswa mengerjakan soal-soal tes evaluasi secara
individu dan tertutup.
(2) Guru membimbing siswa menarik kesimpulan
pembelajaran.
(3) Siswa mengisi kuesioner keterampilan sosial dan
lembar refleksi.
(4) Siswa diminta guru mengutarakan kesan dan
tanggapan terhadap pembelajaran secara lisan.
3) Observasi
Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan tindakan
kelas dilakukan. Observasi dilakukan terhadap guru dan siswa
yang secara garis besar akan dijelaskan sebagai berikut :
Observasi terhadap guru dilakukan untuk mengetahui
apakah pada saat pembelajaran berlangsung guru
benar-benar melaksanakan tugasnya dengan baik. Tugas guru di
dalam kelas meliputi, memimpin pelaksanaan skenario
pembelajaran, memimpin jalannya diskusi yang dilakukan
oleh seluruh anggota kelas, dan melaksanakan pengelolaan
kelas. Pada saat pembelajaran berlangsung dapat dilihat
apakah guru melaksanakan tindakan-tindakan tersebut atau
tidak.
b) Observasi kegiatan siswa
Observasi terhadap siswa dilakukan untuk mengetahui
apakah selama pembelajaran berlangsung siswa melakukan
pembelajaran yang dirancang dengan model kooperatif tipe
NHT dengan baik atau tidak. Siswa dikatakan melakukan
pembelajaran dengan baik jika siswa melakukan kerja
kelompok dengan antusias dan bersungguh-sungguh. Siswa
mau berupaya secara maksimal dalam mengerjakan
tugas-tugas di dalam kelompok. Selain itu siswa juga harus
memahami inti materi yang dibahas.
c) Observasi keterampilan sosial siswa
Observasi keterampilan sosial siswa dilakukan untuk
mengetahui interaksi siswa dalam kelompok selama proses
berinteraksi dengan baik jika siswa mau bekerja sama
dalam mengerjakan tugas dan mau saling mambantu dalam
memahami materi. Siswa tidak mengerjakan tugas secara
individual dan tidak keberatan untuk mambantu teman yang
kesulitan.
4) Evaluasi dan Refleksi
a) Evaluasi
Tindakan evaluasi dilakukan dengan melakukan
wawancara pada guru dan siswa. Wawancara dilakukan
berdasarkan panduan wawancara yang telah dibuat. Guru
dan siswa juga memberikan saran guna perbaikan pada
siklus berikutnya.
b) Refleksi
Pada tahap ini, dilaksanakan analisis, pemaknaan dan
penyimpulan hasil observasi. Refleksi dilakukan segera
setelah suatu pertemuan berakhir. Guna keperluan refleksi,
siswa dan guru diminta mengisi lembar refleksi. Hal ini
digunakan untuk mengidentifikasi kekurangan-kekurangan
dalam pembelajaran dan pemecahannya untuk perbaikan
dalam pertemuan berikutnya. Peneliti melakukan refleksi
dan diskusi bersama guru untuk penyempurnaan tindakan