• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN

IV.2 Analisis

IV.2.1 Proses Pembentukan Identitas Diri Sebelum Masuk PKBM Emphaty Medan

Sebelum besekolah di PKBM Emphaty, informan pertama merupakan murid di SMA Negeri 2 Bangka Belitung. Di Bangka Belitung informan tinggal dengan pamannya. Informan pertama dikenal sebagai seorang murid yang periang, ramah, dan mudah bergaul. Sewaktu di SMA Negeri 2 dia merupakan anak kelas Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Di sekolahnya yang dulu informan adalah murid yang terbilang aktif. Terbukti dia pernah mengikuti beberapa kegiatan ekstrakulikuler di sekolah. Informan pernah menjadi anggota paskibra dan juga memasuki eksul musik di sekolannya, memainkan piano.

Walaupun sebenarnya dia tidak pernah mendapat prestasi melalui organisasi yang diikutinya tersebut. Pada saat paskibra dia hanya pernah mengisi acara pada hari kemerdekaan saja. Sewaktu di SMA formal dulu, dia adalah murid yang cukup berprestasi dalam pelajaran, dia masuk dalam peringkat 10 besar di kelas. Sampai pada akhirnya dia bersekolah di PKBM Emphaty, bukan karena dia adalah murid yang nakal ataupun memiliki perilaku buruk.

Kehadirannya di PKBM Emphaty adalah karena ayahnya menyuruh dia untuk pindah dari Bangka ke Medan. Keputusan ayah informan tersebut dikarenakan paman informan yang sedang mengalami keadaan ekonomi yang sedang tidak memungkinkan. Karena kemendadakan itu akhirnya informan pun

sempat menghentikan pendidikannya selama 1 tahun sebelum akhirnya menyambung pendidikannya kembali di PKBM Emphaty.

Selain belajar dan menonton, keseharian perempuan ini di rumah adalah mengerjakan pekerjaan rumah, seperti membersihkan rumah dan memasak makanan untuk sekeluarga. Kalau untuk mencuci dan menyetrika pakaian mereka memiliki pembantu yang melakukan pekerjaan itu. Informan pertama yang sempat tinggal dengan pamannya di Bangka Belitung ini sekarang telah tinggal bersama dengan kedua orang tuanya di daerah Pancur Batu. Informan ini cenderung suka berada di rumah saja, dia jarang untuk keluar rumah. Dengan kata lain dia tidak terlalu sering berbaur dengan warga disekitar tempat tinggalnya. Dia berbaur hanya sekedarnya saja, alasan lain bagi dia mengapa dia jarang berbaur, karena dilingkungan tempat tinggalnya kebanyakan anak-anak yang usianya di bawah dia, selebihnya orang tua.

Di rumahnya sendiri informan termasuk salah satu anak yang jarang untuk berbicara. Abang-abang informan tidak tinggal bersama mereka lagi karena sudah merantau dan bekerja di suatu tempat. Ini juga merupakan salah satu alasan dimana hubungan informan dengan saudara-saudaranya tidak terlalu dekat karena interaksi dan komunikasi yang mereka lakukan kurang intens karena jarak. Di rumah hanya ada dia, orang tuanya, adiknya yang paling kecil, dan juga dua orang sepupunya dari keluarga ayahnya.

“dirumah jarang ngomong, paling dengan adek-adek yang masi SD mui mau maen. Dirumah tinggal bareng sepupu juga, keluarga dari abah. Sama mereka mui jarang ngomong juga, mereka lebih sukak sendiri-sendiri”

Sementara hubungannya dengan kedua orang tuanya, informan lebih cenderung dekat dengan ayahnya dibandingkan dengan ibunya. Dalam pengakuan informan dia lebih dekat dengan ayahnya karena ayahnya lebih mengerti mereka, sementara ibunya lebih suka untuk menyendiri. Waktu kebersamaan informan dengan ibunya sedikit sekali, dia menyatakan bahwa mereka berkumpul hanya pada saat makan malam saja. Ayahnya lah yang lebih sering mengajaknya untuk berbicang-bincang, informan pun lebih sering mengungkapkan segala sesuatu yang dia lakukan dan dia rasakan kepada ayahnya. Informan lebih merasa nyaman dengan ayahnya. Ayahnya lah yang lebih banyak memberikan masukan, nasihat, motivasi untuk informan.

“ mui lebih dekat dengan abah dari pada bunda. Bunda lebih suka menyendiri, paling sama-sama bunda waktu makan. Bunda jarang kumpul sama kami, lebih suka baca buku. Papa lebih mengerti kami, kami lebih enak ngapa-ngapain apa-apa sama papa”

Sementara dengan adik dan kedua orang sepupunya informan mengatakan bahwa dia tidak telalu sering berbicara. Karena menurut informan, informan merasa kurang nyambung untuk berbicara dengan mereka. Karena adik informan dan sepupu laki-lakinya masih SD dan tidak mungkin untuk dijadikan tempat bercerita. Sepupu informan yang satunya lagi yang adalah seorang anak perempuan yang duduk di bangku SMA, informan mengatakan tidak terlalu dekat, dan jarang berbicang.

Informan kedua adalah murid yang kerap kali beganti-ganti sekolah. Dia mengatakan kalau dia pernah bersekolah di SMK Negeri 2 jurusan otomotif, hanya selama kelas X saja, karena sering tidak masuk sekolah akhirnya dia dikeluarkan. Setelah itu dia dia pindah ke SMK Dharma Bakti dan hanya bertahan selama 1 bulan. Dan sekolah terakhir yang di masukinya adalah SMA Pelita,

disana dia masuk di kelas IPA. Dan hal yang sama juga menyebabkan dia pindah dari sana. Dia tidak masuk selama dua bulan, sampai akhirnya dikeluarkan. Informan mengatakan bahwa dia tidak masuk selama dua bulan itu, karena dia terlibat tawuran antar kampung, antara Gg. Pala dang Gg. Ruku. Akibat dari tawuran itu, akhirnya dia sporing (melarikan diri) ke Pekan Baru bersama temannya selama 2 bulan itu. Setelah itu, dia kembali lagi ke Medan.

Sebelum akhirnya dia memutuskan utuk bersekolah di PKBM Emphaty. Informan pernah bekerja di beberapa tempat. Seperti di Restoran Amaliun dia sempat beberapa bulan sebagai pelayan dengan penghasilan Rp 700.000 ribu/bulan. Namun dia dikeluarkan dari sana karena jarang masuk kerja. Setelah itu dia pernah bekerja di pasar Simalingkar A sebagai kuli/tukang sorong barang dengan penghasilan 1 hari yang dia dapat sebanyak Rp 15.000 ribu.

Di sekolahnya yang dulu ia merupakan siswa yang suka berkelahi dengan teman-temannya, suka cabut dari sekolah. Selain berkelahi dengan kawan, memukul kawan, ia juga pernah memukul gurunya. Informan kedua ini memiliki temperamen yang tinggi dan perilaku yang tidak baik semasa di sekolahnya dulu. Karena perilakunya yang buruk ini, akhirnya informan dikeluarkan dari sekolahnya. Menurut pengakuannya informan memiliki perilaku yang seburuk itu karena sifatnya yang mudah terpengaruh, informan terpengaruh dengan teman- temannya. Dia bergaul dengan teman-teman sekolahnya yang nakal dan berperilaku buruk. Karena pergaulan yang salah dengan teman-temannya itu, informan lambat laun menjadi berubah dan terikut dengan perangai mereka yang buruk itu.

“dari pertama aku sering berantem sama kawan, mukul kawan, mukul guru. Trus dikeluarkan dari sekolah, keluar kelas dua SMK”

Dia bergaul dengan teman-teman yang suka berkelahi dan melawan guru. Sifat informan yang mudah terpengaruh itulah yang menyebabkan dia dapat berperilaku buruk seperti itu. Selain itu informan juga memiliki teman yang merupakan anak-anak Punk di luar sekolah. Dia banyak menghabiskan waktunya diluar rumah, bergabung dengan teman-temannya anak-anak Street Punk tersebut. Informan kedua ini juga jarang berada di rumah, dia lebih sering menghabiskan waktunya diluar rumah. Namun satu hal yang positif darinya adalah dia orang yang mudah bergaul dengan orang lain, orangnya terbuka terhadap orang lain.

“dulu sekedar ikut-ikutan aja berkelahi. Ya cemanalah lingkungan, terpengaruh. Namanya juga anak-anak zaman sekarang”

Informan juga mengatakan bahwa dia juga pemakai narkoba khususnya ganja. Dia mendapat ganja dari temannya sesame anak Punk itu. Namun, sekarang dia menghisap ganja tidak sesering dulu sewaktu dia SMA kelas X, dimana pertama kali dia mengenal ganja tersebut. Dia mengatakan saat ini dia menghisap ganja hanya sesekali, dan itu pun kalau diajak teman dan diberi oleh temannya.

Sementara informan ketiga sempat bersekolah di SMP Swasta Alwasliyah selama 2 tahun. Sewaktu bersekolah di sekolah di Alwasliyah, dia juga adalah seorang murid yang bermasalah. Tidak pernah betah di sekolah, sering cabut dari sekolah. Sikap ini ia tunjukkan karena menurutnya guru-guru di Alwasliyah terlalu keras, dan guru-guru di sekolah itu ada yang mau memukul murid. Informan merupakan salah satu murid yang pernah diperlakukan kasar terhadap gurunya.

“gurunya keras, cara mengajarnya keras, main pukul. Gak betah lah..trus temen-temennya gak enak, gak enak orang itu sombong-sombong”

Hal ini lah yang juga menyebabkan dia keluar dari sekolah tersebut. Dia melihat bahwa sekolahnya itu adalah sekolah yang membuat dirinya terkekang dan tertekan. Dia tidak merasa bebas dan leluasa menjalankan tugasnya sebagai murid. Selain guru-guru yang keras, dia juga menyatakan bahwa murid-murid lainnya yang berada di sekolah itu terutama teman sekelasnya adalah teman-teman yang sombong-sombong. Karena hal ini juga informan menjadi bertambah malas untuk belajar, dan juga kurang bersemangat untuk pergi ke sekolah. Karena ketidaknyamanannya tersebut pada saat kenaikan kelas tiga informan langsung meminta kepada orang tuanya untuk pindah dari sekolah itu.

Awalnya orang tua informan tidak setuju, namun setelah informan memberikan penjelasan kepada orang tuanya, orang tua informan pada akhirnya setuju atas kepindahan informan dari sekolah tersebut. Tetapi, orang tua informan tidak pernah berpikir bahwa anaknya akan meminta untuk sekolah di PKBM

Emphaty. Orang tua informan kurang setuju kalau informan bersekolah di PKBM

Emphaty, walaupun di sekolah ini dia tidak diwajibkan membayar uang sekolah,

ataupun biaya buku pelajaran, dengan alasan bahwa PKBM Emphaty adalah sekolah-sekolahan. Namun, karena kekeras kepalaan informan yang langsung mendaftarkan diri ke PKBM Emphaty,m membuat orang tuanya tidak dapat berbuat apa-apa, dan mau tidak mau mengikhlaskan informan bersekolah disana dengan setengah hati.

Informan ketiga ini adalah anak seorang tukang bangunan yang lebih sering berada di rumah saja. Dia lebih suka untuk berdiam diri di rumah, di rumah dia suka on line, karena dia memiliki laptop dan modem sendiri. Laptop dan modem ini dibeli oleh orang tuanya dengan harga promo yang murah. Melalui

pernyataannya dia mengatakan bahwa dia tidak begitu mengenal orang-orang disekitar tempat tinggalnya karena dia jarang berbaur dengan mereka. Karena dia merupakan orang yang kurang supel, dia tidak mau memulai berbaur terlebih dahulu, sehingga dia lebih kebanyakan berada di rumah saja. Informan mengaku bahwa ia lebih dekat dengan ibunya. Informan hanya memiliki satu teman dekat laki-laki bernama Dani (Sri Ramadani), yang merupakan sepupunya yang sama- sama bersekolah di PKBM Emphaty pada paket C.

Dani adalah temannya yang sering ia ajak untuk pergi jalan-jalan kemanapun. Dani tinggal tepat di belakang gang rumah informan. Sementara abang dan kakak informan tidak tinggal bersama mereka. Informan mengatakan bahwa dari kecil dia sudah terpisah dari kakak dan abangnya. Kakanya tinggal dengan neneknya dikampung karena tidak ada yang menemani, sementara abangnya tinggal dengan pamannya karena pamannya itu tidak memiliki anak sehingga mereka mengambil abang informan untuk dijadikan anak angkat. Sama dengan informan pertama, interaksi dan komunikasi yang mereka lakukan juga kurang.

“aku sering dirumah aja, kalau suntuk yah keluar ke belakang. Ya kalau sama tetangga ya gak pala sering ngobrol. Temen dekat dani itu lah. Aku lebih deket sama mamak daripada bapak. Kalau bapak ya baek, baek, tapi gak terlalu sering bicara. Cuman sendiri aku dirumah, yang laennya abang sama kakak itu di luar”

Dan informan keempat adalah seorang murid yang pernah menamatkan sekolahnya di SD Islam, sebelum akhirnya bersekolah di PKBM Emphaty. Sewaktu di sekolah formal dia adalah murid yang pemalas, baik dalam belajar maupun dalam kebersihan kelas. Informan mengaku bahwa sewaktu SD dia sering memintai duit teman-temannya (memeras) sebesar seribu rupiah ataupun lima

ratus rupiah. Dia mengaku dia adalah anak yang tomboy dan nakal sewaktu SD, sampai-sampai orang tua temannya itu melapor kesekolah karena dia memintai duit temannya itu. Namun, walaupun begitu dia masih memiliki sebuah prestasi di sekolah. Dia pernah megikuti lomba menyanyi dari sekolah yang acaranya bertempat di Deli Tua dan mendapatkan juara 2. Informal tidak melanjutkan pendidikannya ke sekolah formal bukan karena sikap dan perilaku buruknya. Informan akhirnya bisa sampai bersekolah di PKBM Emphaty karena tidak adanya biaya untuk sekolah di sekolah formal. Hal ini disebabkan karena saudara laki-lakinya pada saat dia akan melanjutkan sekolah ke SMP terlibat dalam sebuah masalah, yang mengharuskannya masuk penjara.

“itu gara-gara abang ku masuk penjara, ditebus sebelas juta lebih lah keg gitu. Ya disitu berhenti, kan gak ada duitnya keg gitu. Itu pun ditebus mama, bukan langsung keluar, dai masi di tahan 3 bulan”

Sehingga orang tua informan harus mengeluarkan banyak biaya untuk tebusan agar saudara laki-lakinya itu dapat terbebas dari penjara. Karena uang tebusan yang telalu besar sehingga orang tua informan tidak sanggup lagi untuk membiayai biaya sekolah informan untuk bersekolah di sekolah formal. Ayahnya yang hanya seorang supir dan ibunya yang juga hanya bekerja dengan mengusahakan ladang yang hanya setapak, tidak tahu harus mendapatkan uang darimana lagi. Itulah sebabnya mengapa informan akhirnya bersekolah di PKBM

Emphaty.

Di rumah informan orangnya hanya sering dikamarnya saja, mendengarkan musik atau tidur. Ia cenderung malas untuk mengerjakan pekerjaan di rumah, membantu orang tuanya. Dirumah ia tidak terlalu sering berkomunikasi dengan orang tuanya. Di rumah dia paling akrab dengan abangnya yang bernama

Tetap yang berusia 31 tahun. Informan akrab dengannya karena abang informan tersebut baik terhadap informan dan selalu mengusahakan apa yang informan inginkan. Di lingkungan rumah juga informan jarang bergaul dengan teman-teman di sekitar rumahnya. Banyak dari mereka yang sudah dewasa dan sibuk dengan pekerjaannya. Informan tidak memiliki teman sebaya di tempat tinggalnya.

“kalau di rumah kompaknya sama abang, kalau sama abang enak orangnya, mau berbagi. Enak, pokoknya kalau pengen aku beli baju dikasikannya. Kalau sama orang tua jarang kompak, gak pernah crita-crita ma mereka. Biasa- biasa aja, paling nanya keg mana sekolahnya, enak..belajar kau di sana..Kalau sama temen-temen di sekitar rumah jarang bergaul, gak ada temen deket disitu, orang itu udah pada gadis semua, uda pada kerja semua”

Dari keempat informan, peneliti mendapat suatu kesamaan, bahwa mereka berempat suka main internet alias on line. Masing-masing mereka memiliki jam terbang yang cukup banyak untuk on line. Seperti informan 1 dan 3 dan 4 yang bisa sampai 3-4 jam untuk on line. Informan kedua maksimal hanya 2 jam, dan informan kedua hanya 1 jam saja, dia tidak terlalu suka berlama-lama, kecualai untuk main game onlie khususnya poker dia bisa menghabiskan waktu berjam- jam. Mereka biasanya membuka situs jejaring sosial (facebook), dan mengupdate status, serta chating dengan teman-teman di facebook. Selain membuka facebook mereka juga suka mendown load lagu mp3. Selama seminggu mereka pergi ke warung internet sebanyak 3 kali. Tetapi itu pun tergantung dari keadaan uang mereka. Mereka menggunakan uang jajan mereka untuk bisa menggunakan internet di warung internet tersebut.

IV.2.2 Proses Pembentukan Identitas Diri Setelah Masuk PKBM Emphaty

Dokumen terkait